Menilik sejak kapan sampah luar angkasa muncul, pada tahun 1957
eksplorasi luar angkasa pertama oleh Uni Soviet
(www.nationalgeographic.co.id). Pada tahun yang sama, budaya “membuang”
sampah di luar angkasa lahir. Berarti sudah lebih dari setengah abad sampah
beredar diatas bumi. Sampah luar angkasa tersebut tidak lekang oleh waktu.
Kondisi luar angkasa tidak memungkinkan terjadinya penguraian sampah.
Sampah-sampah tersebut justru akan meningkat seiring bertambahnya
keingintahuan dan hasrat manusia untuk menjejakkan kaki di luar angkasa.
Beberapa insiden nahas pernah terjadi akibat sampah luar angkasa. Pada
Senin, 2 April 2018,satelit Tiangong 1 akhirnya telah berpulang ke Bumi dan
jatuh di Samudera Pasifik. Tiangong yang berarti Surga ini diluncurkan sejak
2011, namun telah berada di luar angkasa tanpa awak sejak 2013. Benda ini
resmi kehilangan kontak dengan Bumi pada tahun 2016. (www.viva.co.id)
Pada tahun 2017 lalu, NASA, badan antariksa milik Amerika terlibat 21
manuver hebat pada pesawat tanpa awak untuk menghindari terjadinya
kecelakaan. Dari total dua puluh satu manuver, empat manuver ditujukan untuk
menghindari bangkai satelit Fengyun-1C dan dua manuver untuk menghindari
tabrakan dengan Iridium 33-Cosmos 2251. (www.bbc.com)
Pada tahun 2018 ini, di Inggris sedang dikembangkan inovasi jitu untuk
mengatasi permasalahan sampah antariksa. Pada bulan April 2018, misi pertama
European Active Debris Removal diluncurkan dari roket Falcon 9 SpaceX untuk
perjalanan mengantarkan suplai ke Stasiun Antariksa Internasional. Satelit yang
dilincurkan itu akan memuat dua satelit yang akan melepaskan simulasi sampah
antariksa untuk menunjukkan berbagai cara memungutnya. Teknologi yang
digunakan ini antara lain sistem navigasi visual, jaring dan harpun untuk
menangkap sampah, dan semacam layar untuk melambatkan sampah dan
mengubah orbitnya sehingga jatuh ke atmosfer Bumi. Misi ini akan melontarkan
panel berukuran 10cm persegi sejauh 1,5 meter. Harpun kemudian akan
ditembakkan dari pesawat untuk menusuk dan menarik panel tersebut.
Sedangkan fungsi jaringnya juga sederhana: mengurung dan memerangkap
sampah. (www.bbc.com)
Penutup
Sampai saat ini, teknologi garapan Inggris itu masih dalam masa
pengembangan. Teknologi tersebut dinilai sebagai cara yang paling aman dan
ampuh. Selain itu, biaya pembuatannya pun masih relatif lebih rendah dibanding
dengan alat yang lain. Untuk itu, peluncurannya diharapkan dapat menginspirasi
negara lain untuk menciptakan alat serupa atau bahkan lebih efektif.
Referensi
Angelia, Mitra, Siti Sarifah, dkk. 2016. Bahaya Sampah Antariksa di Sumenep:
https://www.viva.co.id/indepth/fokus/827386-bahaya-sampah-antariksa-di-
sumenep (diakses pada tanggal 28/04/2018 pada pukul : 10.12)
Amindoni, Ayomi. 2018. Satelit Tiangong-1 Cina Jatuh ke Bumi Hari-hari Ini,
Mungkin ke Wilayah Indonesia:
https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/amp/indonesia-43554609
(diakses pada tanggal 28/04/2018 pada pukul : 10.15)
Hasuki, Irfan. 2015. Melihat Sampah yang Menumpuk di Orbit Bumi Selama
60 Tahun http://nationalgeographic.grid.id/read/13302979/melihat-sampah-yang-
menumpuk-di-orbit-bumi-selama-60-tahun (diakses pada tanggal 11/04/2018
pada pukul : 04.49)
Biodata Penulis
Maharani Rengganis Sukma merupakan anak ke dua dari
tiga bersaudara yang lahir di Sleman, 28 Maret 2001. Ia
pernah mengenyam pendidikan di SD N Demakijo 1 hingga
lulus pada tahun 2013. Setelah itu, ia menjadi siswa di SMP
N Godean 1 angkatan 2016. Ia melanjutkan pendidikannya
di SMA N 8 Yogyakarta. Saat ini ia tinggal di Jethak II,
Sidokarto, Godean, Sleman, Yogyakarta. Pos-el:
maharanirengganis.sukma@gmail.com Nomor telepon:
087843102458