Anda di halaman 1dari 19

Asteroid Raksasa Tabrak Bumi

Bumi Kiamat 2019?


DENGAN deskripsi yang terasa realistis, dua buah film produksi Hollywood,
Armageddon dan Deep Impact cukup berhasil mencekam penontonnya dengan
penggambaran kiamat yang melanda bumi. Dengan visualisasi yang seolah apa adanya,
inferno atau kehancuran yang sangat menakutkan itu terdeskripsikan lewat hujan meteor
dan tubrukan asteroid dengan planet bumi.
Atau bagi Anda kaum muslim, coba simak kembali beberapa surat dalam Al-Quran yang
menceritakan tentang kejadian kiamat ini. Dalam Surat Al-Qariah, untuk menyebut salah
satunya, dinyatakan bahwa salah satu ciri kiamat adalah ketika manusia di bumi
beterbangan bagai anai-anai, gunung-gunung tercerabut dan terbang laksana kapas. Tak
ada alasan bagi yang mengimani ayat tersebut, untuk tidak tersadarkan bahwa itulah akhir
dari peradaban manusia di muka bumi.
Lantas, apa perasaan kita seandainya kiamat --yang memang harus diyakini sebagai
sebuah keniscayaan bagi siapapun yang mengimani kitab suci lewat pendeskripsian
"manusiawi" seperti pada film-film Hollywood pun sudah begitu mencekam--, diprediksi
terjadi dalam waktu dekat? Kurang dari 20 tahun dari sekarang, misalnya?
Sebuah telaahan, baik dari segi perhitungan maupun pengamatan astronomis yang
dilakukan seorang astronom AS Don Yeomans pada 24 Juli 2002, memprediksi, pada 1
Februari 2019 akan jatuh sebuah asteroid NT7 dengan diamater sekira 1,5-2 km akan
menabrak bumi!
Atau, dalam jangka waktu yang lebih lama daripada itu ada juga asteroid 1950DA.
Ukurannya sebesar gunung dan menurut para astronom, ia memang sudah berada pada
jalur lurus dengan bumi. Salah satu skenario terburuk yang terungkap, 1950DA akan
menubruk sasaran layaknya air. Ini disebabkan planet kita mengandung lebih banyak air
ketimbang daratan.
Ketika asteroid itu jatuh ke permukaan air, ia akan melayang sejenak. Tatkala menyentuh
dasar lautan, ia akan meledak menciptakan sebuah kawah seluas 11 mil. Gelombang air
dan reruntukannya akan diterbangkan beberapa mil ke angkasa, dengan ketinggian
mencapai tingkat yang bisa dicapai pesawat jet. Kalau Anda pernah menyaksikan film
Deep Impact, persis seperti itulah yang terjadi.
Sebagai sebuah komparasi, staf pengajar Departemen Astronomi Institut Teknologi
Bandung (ITB) Dr. Suryadi Siregar, MSc. sempat memaparkan dalam sebuah talk show
astronomi di Kampus ITB beberapa waktu lalu, bahwa hal serupa sempat beberapa kali
terjadi terhadap "planet biru" kita, yang hingga saat ini masih dianggap menjadi satu-
satunya planet yang berpenghuni.
"Pada 109 tahun lalu, sebuah asteroid menabrak bumi di Arizona, membuat sebuah
lubang dengan kedalaman 190 meter dan diamater 3300 meter. Hal serupa terjadi di Wolf
Creek, Australia, membuat cekungan sedalam 18 meter dan luas 170 meter, juga di
Wabar, Arab Saudi, yang dampaknya hampir sama dengan di Australia," tuturnya.
Lalu, ujarnya, pada 30 Juli 1908 di Tunguska terjadi guncangan besar yang gaungnya
bisa terdengar dari jarak 60 km. Direkam dari jarak 1000 km, berat guncangan itu
diperkirakan mencapai 40.000 ton. Kendati hingga kini masih dipandang kontroversial,
karena ada sementara kalangan yang menyebut kejadian itu bukan karena asteroid namun
oleh jatuhnya komet Emcke, toh fenomena astronomis jatuhnya benda langit ke bumi,
merupakan keniscayaan.
Widya Sawitar, salah seorang pengurus Planetarium Jakarta mengungkapkan pada
kesempatan serupa, contoh musnahnya dinosaurus dari muka bumi yang diduga berkait
dengan jatuhnya asteroid berdiameter sekira 10 km, dalam wujud meteor raksasa ke
bumi, 65 juta tahun lalu. "Meteor itu jatuh di Jazirah Yucatan Meksiko membentuk
Kawah Chicxulub (Ekor Selatan) berdiamater 200-300 km, dan kedalaman 3 km, yang
menjadi bagian dari Teluk Meksiko. Namun, sekira 8 juta tahun sebelumnya, telah
didahului dengan terbentuknya Kawah Manson di Ohio bergaris tengah 35 km," ungkap
Widya.
Kondisi-kondisi serupa memang banyak ditemukan dari hasil penelitian. Juga
kemungkinan terjadinya hal serupa di masa depan. Salah satunya adalah prediksi asteroid
NT7 di atas, atau hasil temuan Scotti (6 Desember 1997) bahwa asteroid 1997XF11
ditaksir akan mendekati bumi pada 28 Oktober 2028. Termasuk asteroid 1950DA.
"Tapi, khusus untuk prediksi 2019, kemungkinannya kecil karena untuk bisa menabrak
ada syarat inklinasi (kemiringan sudut--red.) tertentu, yang tidak terpenuhi pada
perhitungan asteroid NT7. Kendati begitu, ancaman lain tetap ada pada asteroid lain yang
menjadi kandidat untuk 'menemui' bumi. Meski kadang, media memang membesar-
besarkannya demi menarik perhatian pembaca," kata Suryadi.
Kembali ke 1950DA, sebetulnya termasuk berukuran kecil dibandingkan asteroid
lainnya. Tapi, sebuah asteroid terkecil sekalipun sanggup memusnahkan sebuah kota
dalam tumbukan langsung. Dan jangan lupa, di atas sana masih ada banyak batu-batuan
luar angkasa. Salah satunya sempat luput menabrak bumi, dengan hanya berjarak 75.000
mil pada Juni 2002 lalu.
Tapi, kita masih boleh bergembira. Sebab kabar baiknya, 1950DA masih berada 877
tahun perjalanan dari bumi. Lagipula, kemungkinannya untuk benar-benar menabrak
planet kita dan menyebabkan skenario sebagaimana terpaparkan di atas hanyalah 1:300.
Simulasi tentang skenario tabrakan itu sempat dilakukan ilmuwan Steven Ward dan Erik
Asphaug dari Universitas California, Santa Cruz.
Sekalipun terdapat lebih banyak lagi 1950DA bahkan dengan ukuran lebih besar,
kedatangan mereka akan lebih lambat ketimbang ditemukannya senjata pemusnah
asteroid yang kini juga terus dikembangkan. Meskipun dengan bantuan dana yang sangat
minim. Lagipula, sekelompok ilmuwan, banyak di antaranya yang bekerja hanya dilatari
semangat dan idealisme ketimbang bantuan nyata pemerintah, bekerja keras untuk
mencari metode ampuh melumpuhkan asteroid, sebelum jaraknya semakin dekat dengan
Bumi.
NASA sudah lebih dari setengah jalan meneliti asteroid dan komet yang akan berada
pada jarak terdekat dengan bumi yang disebut "objek dekat bumi" atau NEOs (near earth
objects) yang luasnya lebih dari satu kilometer. Para ahli memperhitungkan bahwa
kemungkinan sebuah objek dengan ukuran tersebut dan bisa menabrak bumi pada abad
mendatang adalah hanya satu dari ribuan lainnya. Namun, dampak yang ditimbulkannya
akan sangat luas.
Setelah para astronom mengamati asteroid dengan teleskop, mereka menggunakan
penjejak radar untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh kemana arah asteroid itu.
Demikian pula, berapa kecepatannya, dan apakah orbitnya di sekitar matahari akan
melewati Bumi. Sebelum 1950DA diperkirakan akan berhadapan dengan Bumi pada
1880, asteroid itu akan memutari matahari 400 kali, sementara Bumi akan melengkapi
876 orbit.
Bagaimanapun, para astronom menegaskan bahwa fenomena astronomis sebagaimana
terpapar di atas adalah hal yang wajar dan niscaya. Ancamannya memang mengerikan,
tapi itu merupakan gejala alam yang wajar dan memang sebuah keniscayaan. Yang justru
lebih mengerikan bahwa kehancuran bumi bukan kerena asteroid, tapi karena ulah
penghuninya yang memang berlangsung pelan tapi pasti. Populasi bumi semakin
membengkak, bahan pangan sudah semakin terkuras, polusi di mana-mana. Teknologi
memang sudah maju, tapi penggunaannya tidak semata diarahkan untuk kesejahteraan
manusia, tapi lebih untuk memerangi manusia lainnya.
Kalau sudah begitu, fenonema astronomi sebagaimana dipaparkan di atas, agaknya harus
dipandang sebagai peringatan untuk menggugah kesadaran kita, bahwa keserakahan
(greed) tak bakal membuat kekal manusia. Bahkan, kemungkinan ketika tabrakan
asteroid itu menjadi "gong penutup" kehidupan di muka bumi alias kiamat, itulah
memang yang terdeskripsikan dalam berbagai kitab suci agama.(Erwin
Kustiman/berbagai sumber)***
Prev: Rainy comes...
Next: "Idul Fitri"...akankah hanya sebuah euphoria???
Selasa, 04 Juli 2006 17:01
Ilmuwan: Asteroid Hampir Menabrak Bumi
Kapanlagi.com - Asteroid yang meluncur dengan cepat di antariksa berada pada jarak
"selembar rambut" --dalam istilah astronomi-- sebelum menabrak Bumi, kata beberapa
ilmuwan AS, Senin (03/07).
Asteroid Apollo 2004 XP14 ditemukan oleh Laboratorium Lincoln di Lexington,
Massachusetts, instalasi penelitian yang menjadi bagian dari Lembaga Teknologi
Massachusetts, dan yang mendapat sebutan "direktur utama asteroid di dunia", kata
Roger Sudbury, juru bicara laboratorium tersebut.
"Kami lah penemunya," kata Sudbury mengenai Asteroid Apollo 2004 XP14, yang lewat
dalam jarak 432.000 kilometer dari Bumi pukul 04:32 GMT (11:32 WIB).
Jarak antara kedua benda angkasa tersebut agak lebih besar dibandingkan dengan jarak
antara Bumi dan bulan --jarak yang berdekatan di alam semesta yang sangat luas.
Sudbury mengatakan Cambridge, Pusat Planet Minor yang berpusat di Massachusetts,
yang bergabung dengan Laboratorium Lincoln, telah mengklasifikasi benda tersebut
sebagai "asteroid yang berpotensi menimbulkan bahaya", karena jaraknya yang dekat
dengan Bumi dan jika, asteroid itu mengenai Bumi, dapat menimbulkan "dampak besar".
"Kebanyakan dari benda yang kami temukan berada di sabuk utama asteroid, yang
terletak antara Mars dan Jupiter," kata Sudbury.
"Sebagian besar akan terbakar saat masuk kembali ke atmosfir," katanya. "Sebagian dari
benda tersebut memiliki lintasan gerak yang pada saat titip akan memasuki orbit Bumi."
"Pertanyaannya, tentu saja," ia melanjutkan, "ialah di mana Bumi berada saat asteroid
lewat?"
Sudbury mengatakan Pusat Planet Minor telah menetapkan kriteria dalam ukuran dan
faktor lain untuk mengingatkan ilmuwan dan pengamat mengenai "apakah satu asteroid
dapat benar-benar menerobos asmosfir Bumi dan mengakibatkan kerusakan besar".
Dalam kasus asteroid hari Senin, ia mengatakan, para ilmuwan dapat kembali
meyakinkan masyarakat bahwa tak pernah ada resiko besar, tapi asteroid dapat
melenceng dari lintasannya dan menabrak Bumi.
Jurubicara itu mengatakan asteroid di dekat Bumi dulu dipercaya sebagai kejadian
langka, tapi kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan belakangan ini telah
memungkinkan peneliti melacak asteroid yang sebelumnya lolos dari pengamatan.
"Dalam beberapa tahun, kami telah mendeteksi lebih dari sebelumnya dalam sejarah,"
kata Sudbury. (*/rit)
fly together

Teleskop Dobsonian
February 20, 2008 in Astronomi, Informasi, bisnis, ilmu kayangan
Tags: teleskop

-SOLD OUT-
Diameter : 8 Inchi / 203 mm
Panjang fokus : 1200 mm,
Pembesaran maksimum: 300x (eyepiece 4 mm),
Mampu melihat objek deep-sky seperti nebula dan galaksi, cincin saturnus, mars dan
planet-planet tata surya lainnya dan pastinya dengan jelas mampu melihat permukaan
bulan yang penuh dengan kawah.
Reflektor dengan rancangan optik Newtonian dan mounting dobsonian yang mudah
dioperasikan ini sangat cocok untuk anda yang ingin mendapatkan kualitas maksimal dari
diameter besar dengan harga terjangkau. Sangat cocok untuk anda sebagai pemula.
Rp. 3.800.000,- (nego, kredit)
Silahkan kontak email atau telepon ini jika anda tertarik memilikinya.
Dhany Dewantara (Dewa)
dhanyd@gmail.com
Telp:
022 9233 2234 (bdg)
021 9191 1102 (jkt)
0818641512
Asteroid Penghancur akan Lewati Bumi

Paris, 4 September 2003 10:18


Sejumlah ahli asteroid mengungkapkan, ketakutan sebuah asteroid raksasa akan
menabrak Bumi pada 21 Maret 2014, sehingga membuat musim dingin nuklir, tidaklah
beralasan. "Bumi tidak dihukum begitu buruk," kata sejumlah ahli, Rabu.

Menurut para ahli itu, kalkulasi baru menunjukkan bahwa karang monster tersebut akan
melewati Bumi dengan aman.

Asteroid itu, yang dikenal sebagai 2003-QQ47, pertama kali diketahui lokasinya pada 24
Agustus lalu.

Laboratorium Propulsi Jet (JPL) NASA, yang membuat perhitungan awal mengenai
orbitnya, mengatakan bahwa peluang asteroid itu akan menabrak Bumi sangat kecil
sekali, satu dibanding 909.000.

Asteroid 2003-QQ47, yang panjangnya sekitar 1,2 kilometer dan melesat di angkasa
dengan kecepatan 120.000 kilometer per jam, akan melepaskan energi yang setara
dengan 350.000 megaton TNT, atau delapan juta kali kekuatan bom Hiroshima.

Asteroid itu telah digolongkan sebagai tingkat terendah dalam skala Torino, yang
mengklasifikasi peluang-peluang komet dan asteroid baru yang mungkin menghantam
Bumi.

Penggolongan itu berarti asteroid tersebut tidak menimbulkan risiko berarti namun "perlu
mendapat pengawasan khusus".

Namun, sejumlah ahli asteroid, dalam sebuah edaran yang dibagikan di kalangan
masyarakat mereka dan diterima AFP, kini telah menurunkan risiko itu dan menuduh
media membesar-besarkan ketakutan tersebut.

Spesialis NASA Ron Baalke mengatakan, teleskop Riset Asteroid Dekat Lincoln
(LINEAR) badan antariksa tersebut di New Mexico ditugasi Selasa untuk melakukan
observasi lebih lanjut mengenai 2003-QQ47.

"Kami baru menghitung solusi orbit baru, dan 2003-QQ47 turun ke Torino (nol)," kata
Baalke. "... Benturan potensial 2014 telah dihilangkan."

Asteroid itu berukuran sekitar sepersepuluh dari karang yang diyakini menghantam Bumi
65 juta tahun lalu, sehingga melenyapkan dinosaurus.

Asteroid-asteroid seperti 2003-QQ47 adalah bongkahan karang yang tersisa dari


pembentukan Sistem Tata Surya 4,5 milyar tahun lalu.
Sebagian besar dari mereka berada di jarak yang aman dari Bumi di sabuk asteorid antara
orbit-orbit Mars dan Yupiter.

Namun, pengaruh gravitasi planet raksasa seperti Yupiter bisa mendorong asteroid itu
keluar dari orbit aman dan mengirim mereka ke lingkungan Bumi. [Tma, Ant]
Sebuah Asteroid Nyaris Menghantam Bumi
bonank
27-02-2004, 09:52 AM
Jakarta, Kamis

Banyak orang, termasuk Anda barangkali, tidak menyadari bahwa bulan lalu, sebuah
asteroid nyaris menghantam Bumi. Ketidaktahuan itu bukan karena para astronom
terlambat mengumumkan, namun ada keraguan tentang bagaimana hal semacam ini
diumumkan kepada penduduk dunia, mengingat kita belum memiliki teknologi untuk
menghindarkannya.

Dikatakan para astronom, tanggal 13 Januari lalu, sebuah objek angkasa sebesar 30 meter
--kemudian disebut 2004 AS1-- mendekati Bumi, dan memiliki kemungkinan menabrak
dengan perbandingan satu banding empat. Saat itu para astronom hanya memiliki waktu
36 jam untuk memutuskan apa yang sebaiknya mereka lakukan.

Meski bila menghantam Bumi, akibatnya tidak akan sedashyat tumbukan asteroid pada
masa kepunahan dinosaurus, tapi pastilah cukup sulit memberitahukan pada penduduk di
wilayah yang mungkin terhantam, bahwa mereka barangkali akan menghadapi bencana
yang tidak terelakkan.

Dengan ukuran hanya 30 meter, asteroid itu hanyalah ’kerikil’ angkasa. Namun ia
tetaplah cukup besar untuk menimbulkan bencana bila sampai menembus atmosfer dan
menghantam Bumi. Bisa jadi akibatnya akan merenggut ribuan nyawa manusia, dan lebih
buruk dari peristiwa 11 September.

Apa yang harus dilakukan?

Dalam konferensi Planetary Protection minggu ini di California, peneliti asteroid Clark
Chapman menceritakan bagaimana kabar mengenai adanya asteroid menuju Bumi itu
menyebar di kalangan para astronom, beberapa saat setelah ia terlihat oleh teleskop
pengamat langit otomatis Linear di New Mexico.

Adalah Minor Planet Center --badan yang mengurusi masalah observasi benda langi-- di
Massachusetts, yang kemudian mengirimkan pesan lewat internet pada para astronom
agar terus mengamati pergerakan yang terjadi.

Pada hari berikutnya, objek itu terlihat makin besar, dan mencapai 40 kali ukuran sehari
sebelumnya. Suatu pertanda bahwa ia makin dekat dengan Bumi dan bergerak sangat
cepat.

Namun dengan data dari hanya empat lokasi observasi, para astronom dihadang
ketidakpastian yang besar. Banyak jalur yang mungkin dilalui objek, dan sebagian besar
pengamatan menyimpulkan benda itu tidak berhaya bagi Bumi.

Nah, saat itulah para astronom bingung apa yang harus dilakukan. Memberi tahu dunia
mengenai sesuatu yang tidak pasti, bakal menjadi olok-olok dan kecaman (karena
menimbulkan kepanikan) bila terbukti salah, sedangkan menunggu data lebih lanjut akan
beresiko terlambat memberi peringatan bila asteroid benar-benar menabrak.

Ketegangan kemudian makin memuncak, saat Steven Chesley, ilmuwan di Laboratorium


Propulsi Jet NASA, mempelajari data dan mengirimkan e-mail bahwa asteroid tersebut
memiliki kemungkinan 25 persen menghantam belahan utara Bumi.

Hanya lewat

Pada titik ini, beberapa astronot mengusulkan untuk mengumumkan apa yang terjadi
dengan terlebih dahulu memberitahu Presiden AS, George Bush. Namun sebagian lagi
menganggap hal itu tidak perlu karena datanya masih simpang siur.

Untunglah beberapa saat setelah e-mail Chesley, seorang astronom amatir melakukan
pengamatan dan mengambil foto langit yang sudah kosong. Artinya 2004 AS1 telah
hilang dari pandangan dan tidak jadi menabrak Bumi.

Dalam presentasinya, Chapman berandai-andai, jika saat itu tidak ada info tambahan dan
tidak ada kepastian, maka ia akan mengeluarkan peringatan dan memberitahukan
Presiden. Tetapi tidak semua astronom setuju. Mereka sadar bahwa peringatan keliru
akan membuat profesi mereka ditertawakan. Oleh sebab itu, sebagian mengharapkan
adanya perencanaan mengenai bagaimana seharusnya menghadapi masalah serupa.
Kapan waktu yang tepat dan informasi yang bagaimana yang dianggap layak untuk
mengeluarkan peringatan.

Sementara mengenai 2004 AS1 sendiri, untunglah ia melewati Bumi dalam jarak cukup
jauh, sekitar 12 milyar kilometer atau sekitar 32 kali jarak Bumi-Bulan. Namun yang
cukup mengagetkan, asteroid itu ternyata berukuran jauh lebih besar dari perkiraan
semula, yakni sekitar 500 meter! (BBC/CNN/wsn)
Pelajaran Dari Tunguska 30 Juni 1908
Tunguska
30 Juni 1908: PECAHAN KOMET MENABRAK BUMI
(Dimuat “Pikiran Rakyat” 2 Juli 1996)
T.
Djamaluddin
(Peneliti
Bidang Matahari dan Lingkungan Antariksa, LAPAN Bandung)
Hampir seratus tahun lalu,
30 Juni 1908 terjadi ledakan besar di sekitar sungai Tunguska, Siberia Tengah,
Rusia. Pukul 07:17 pagi sebuah bola api raksasa meluncur dari langit sangat
cepat. Belum sempat mencapai bumi, pada ketinggian sekitar 8 km terjadilah
ledakan dahsyat. Pepohonan di bawah titik ledakan terbakar dan sekitar 2000 km
persegi hutan diratakan oleh hempasan gelombang kejut. Selama dua hari setelah
itu debu-debu halus masih tersisa di angkasa yang menyebabkan langit malam
tampak terang. Dikabarkan pada malam sesudah ledakan orang-orang di London
masih bisa membaca koran di luar rumah karena terangnya langit akibat hamburan
cahaya di atmosfer atas.
Ledakan itu diakibatkan
oleh pecahan komet yang menabrak Bumi. Peristiwa itu
terjadi 88 tahun lalu. Tetapi itu memberikan pelajaran betapa
hebatnya dampak yang diakibatkan oleh komet bila menabrak Bumi. Mungkin situasi
serupa atau yang lebih hebat akan terjadi di Bumi bila komet Swift-Tuttle benar
akan menabrak Bumi 14 Agustus 2126.
Pagi pukul tujuh lebih
terdengar suara desingan keras. Terlihat di langit sebuah bola api meluncur
cepat. Nampaknya jauh lebih besar dari matahari tetapi lebih redup. Jejak di
belakangnya tampak seperti debu berwarna biru. Segera setelah bola api lenyap
terdengar ledakan keras, sangat keras. Bumi terasa bergetar.
Saksi mata pada jarak 80
km dari pusat ledakan merasakan embusan angin panas dan terlempar dari
kursinya. Saksi mata lainnya menyatakan orang-orang ketakutan berkumpul di
jalanan tidak mengerti apa yang terjadi. Sebagian ada yang pingsan. Kuda-kuda
berlarian tak tentu arah.
Hutan di sekitar pusat
ledakan terbakar. Embusan anginnya sangat kuat seperti topan hebat yang
menyebabkan pepohonan pada radius sekitar 25 km tumbang. Suara ledakannya
terdengar dari jarak 800 km (kira-kira jarak lurus Serang - Surabaya). Umat
manusia masih beruntung karena pusat ledakan berada di daerah tak berpenduduk.
Pecahan Komet
Peristiwa itu tidak segera
diselidiki oleh pihak Rusia. Baru setelah sepuluh tahun kemudian ada tim
ekspedisi yang mengumpulkan berbagai bukti di lokasi itu dan kesaksian para
saksi mata di berbagai daerah sekitarnya.
Ada yang menduga ledakan
itu disebabkan oleh pertemuan antimateri dan materi yang berakibat keduanya
lenyap tetapi memancarkan sinar gamma. Tetapi tidak adanya bukti radioaktivitas
di lokasi ledakan menggugurkan dugaan tersebut.
Dugaan lain menyatakan
bahwa mungkin itu disebabkan blackhole mini yang menembus bumi di wilayah
Tunguska dari arah tenggara dan keluar lagi di lautan Atlantik utara. Blackhole
(”lubang hitam”) adalah benda alam semesta yang paling padat yang
berasal dari sisa ledakan bintang (disebut supernova). Inti bintang yang
tersisa akan memadat dan terus memadat karena tidak ada energi di inti bintang
yang mampu menahan keruntuhan akibat gravitasinya sendiri. Karena luar biasa
padatnya sehingga gravitasinya sangat besar. Cahaya pun ditariknya yang
menyebabkannya benda itu tidak tampak sama sekali sehingga disebut “lubang
hitam”. Namun jika benar ledakan di Tunguska itu disebabkan oleh blackhole
mini, mestinya ada gelombang kejut yang hampir mirip terjadi di lautan Atlantik
utara ketika blackhole itu keluar lagi dari bumi. Tanda-tanda gelombang kejut
seperti itu tidak terdeteksi sehingga dugaan itu pun tertolak.
Ada dugaan yang lebih
bersifat spekulatif, bahwa mungkin saja ledakan itu berasal dari pesawat luar
angkasa dari planet lain yang meledak karena sesuatu sebab. Dugaan ini
dilontarkan oleh orang-orang yang mempercayai UFO sebagai piring terbang
berpenumpang makhluk cerdas dari luar angkasa. Namun tidak adanya bukti
reruntuhan benda semacam pesawat atau sejenisnya mematahkan dugaan spekulatif
tersebut.
Bukti-bukti yang ada
menyatakan bahwa terjadi ledakan hebat, gelombang kejutnya mampu merobahkan
pepohonan pada areal yang luas, hutang di daerah pusat ledakan terbakar, tetapi
tidak ada kawah yang terjadi di pusat ledakan itu. Bukti-bukti terbaru
menunjukkan ditemukannya butiran-butiran intan halus tersebar di sekitar pusat
ledakan. Bukti-bukti itu menunjukkan bahwa penyebab ledakan yang sangat mungkin
adalah pecahan komet yang menabrak Bumi.
Komet sebagian besar
terdiri dari es (campuran air, metana, dan amoniak) dan sedikit butiran batuan
halus. Karena itu komet sering disebut sebagai tersusun dari es berdebu. Butiran
batuan itu mungkin juga mengadung intan seperti yang dijumpai pada meteorit. Ketika
komet menembus atmosfer Bumi, gesekan dengan udara menimbulkan panas dan
terlihat seperti bola api raksasa. Es akan menguap. Uap dan debu membentuk ekor
pada bola api itu. Pengereman oleh atmosfer bumi dan pelepasan energi oleh
komet menyebabkan timbulnya ledakan hebat di atmosfer. Sisa-sisa butiran intan
pada inti komet tidak terbakar dan jatuh ke bumi. Energi dari bola api itu
mampu membakar hutan di bawahnya dan gelombang kejut ledakkannya mampu
menumbangkan pepohonan pada area yang sangat luas.
Ditaksir komet itu
berukuran 100 meter dengan berat sejuta ton dan bergerak dengan kecepatan 30
km/detik (108.000 km/jam). Diduga pecahan itu berasal dari komet Encke. Menurut
perhitungan orbitnya, Bumi setiap tahun melintasi orbit komet Encke dua kali:
sekitar 2 Juli dan sekitar 1 November. Pada saat perjumpaan sekitar 2 Juli,
lintasan komet Encke berada di selatan Bumi dan komet datang dari arah
Matahari. Itulah yang menyebabkan pecahan komet yang jatuh di Tunguska nampak
berasal dari arah tenggara karena pengaruh rotasi Bumi dan tumbukan terjadi
bukan pada malam hari.
Komet
Encke pertama kali ditemukan oleh Jean Louis Pons di Merseille 26 November
1918. Johann Franz Encke, astronom Jerman menghitung periode
orbit komet tersebut dan mendapatkan periodenya 3,3 tahun, periode komet
terpendek. Berdasarkan perhitungan tersebut, J. F. Encke memprakirakan dengan
tepat kemunculan komet tersebut 1822, 1825, dam seterusnya. Keberhasilan itu
yang menjadikan namanya diabadikan sebagai nama komet tersebut. Hasil
perhitungan yang lebih teliti dari berbagai penampakan disimpulkan bahwa
periode komet semakin singkat sekitar 2,5 jam setiap kali mendekati Matahari.
Walaupun belum ada
informasi pasti tentang pecahnya komet ini menjelang peristiwa Tunguska 1908,
namun berdasarkan analisis orbitnya diduga kuat pecahan komet yang menyebabkan
ledakan Tunguska memang berasal dari komet Encke. Komet Encke sendiri sampai
sekarang masih mengorbit. Komet itu terakhir kali teramati pada 1994.
Punahnya Kehidupan
Bila yang menabrak Bumi
1908 bukan sekedar pecahan komet, tetapi asteroid (planet kecil) atau komet
yang ukurannya lebih besar, dampak tumbukannya akan lebih fatal. Mungkin
sebagian makhluk hidup akan punah, termasuk sebagian besar manusia akan tewas.
Kepunahan
makhluk hidup akibat komet atau asteroid menabrak bumi pernah terjadi. Sebuah
asteoroid atau komet yang jatuh di Semanjung Yukatan, Meksiko, 65 juta tahun
lalu diduga menyebabkan punahnya Dinosaurus.
Sebuah asteroid yang
ditaksir berukuran sekitar 10 kilometer seberat setriliun ton menabrak Bumi
jatuh di Semenanjung Yukatan di tepi teluk Meksiko. Ini menyebabkan
terbentuknya kawah raksasa berdiameter 180 km (hampir sebesar Jawa Barat),
menyebabkan gelombang raksasa di laut Karibia, dan menghamburkan debu ke
atmosfer seluruh dunia. Asteroid langsung menembus bumi sehingga sisa-sisanya
tidak tampak lagi.
Energi ledakannya setara
dengan ledakan 5 miliar bom atom Hiroshima. Debu yang dihamburkan ke atmosfer
ditaksir
sekitar 100 triliun ton berdasarkan ketebalan endapan debu bercampur Iridium di
seluruh dunia. Adanya logam Iridium yang jarang terdapat di Bumi, tetapi
melimpah pada asteroid menjadi kunci pembuka tabir rahasia bahwa benda langit
yang jatuh adalah asteorid.
Debu-debu yang dihamburkan
ke atmosfer sedemikian tebalnya sehingga menghambat masuknya cahaya Matahari.
Hilangnya
pemanasan Matahari menyebabkan Bumi dilanda musim dingin panjang yang dikenal
sebagai “musim dingin tumbukan” (impact winter). Inilah penyebab
musnahnya hampir setengah makhluk hidup di Bumi, termasuk Dinosaurus.
Nuklir dan Komet
Ambisi manusia pun bisa
menyebabkan kepunahan seperti pada peristiwa Yukatan itu itu. Belajar dari
peristiwa di Semenanjung Yukatan tersebut (atau biasa disebut peristiwa K/T,
batas masa Kretaseus dan Tertiari dalam sejarah geologi) para ilmuwan telah
pula menaksir dampak perang nuklir. Energi ledakannya bila terjadi perang
nuklir memang jauh lebih kecil daripada energi ledakan akibat asteroid atau komet
menabrak bumi. Tetapi asap dan jelaga yang ditimbulkan dari kebakaran seratus
kota dan hutan akan setara dengan dampak debu pada peristiwa K/T dalam
menghambat cahaya Matahari. Bila itu terjadi, akan timbullah “musim dingin
nuklir” (nuclear winter) yang mungkin memusnahkan sebagian besar kehidupan
di Bumi.
Kini perang nuklir
nampaknya mulai bisa diredam. Namun ada ancaman komet Swift-Tuttle yang
diperhitungkan akan menabrak Bumi pada 2126. Walaupun itu masih lama, para
astronom berusaha memantaunya pergerakannya. Perhitungan orbit yang lebih
teliti diperlukan sebelum memastikan benar tidaknya komet Swift-Tuttle
mengancam Bumi. Bila benar akan menabrak Bumi, mungkin manusia generasi
mendatang mesti menyiapkan penangkal yang ampuh. Barangkali senjata nuklir akan
digunakan untuk menghancurkan komet itu di angkasa luar sebelum menabrak Bumi.
Manusia
harus lebih arif memanfaatkan nuklir untuk mencegah nuclear winter dan
sekaligus impact winter.
AsTeroiD meNDeKaTi BuMi ~~~
Moderator: ph0en1x
Post a reply
Search this topic… Search

9 posts • Page 1 of 1
AsTeroiD meNDeKaTi BuMi ~~~
by PiANO_QECiL on Wed Sep 29, 2004 4:25 pm
Sebuah asteroid yang diberi nama seperti nama dewa perang bangsa Celtic --atau sering
juga kita dengan sebagai dewanya orang Galia di komik Asterix-- bakal melintas di dekat
Bumi seperti halnya ketika ia melintas terakhir kali tahun 1353.

Batu langit raksasa dengan panjang 4,6 kilometer dan garis tengah 2,4 kilometer yang
dikenal sebagai 4179 Toutatis itu akan melintas hari Rabu (29/9). Ia akan menggelinding
dengan kecepatan 35.200 km/jam seperti monster gelap di atas Bumi, dan mencapai titik
terdekat pada pukul 13:37 GMT (20:37 WIB) pada jarak sekitar 1.549.719 kilometer,
demikian menurut ilmuwan di Program Near-Earth Object (NEO) yang dijalankan
Laboratorium Propulsi Jet NASA.

Jarak itu memang terdengar amat jauh. Namun untuk pengertian galaktik, ia tidak lebih
dari sehelai rambut, karena jarak itu hanya empat kali jarak Bumi dengan Bulan. Tak
heran bila banyak orang panik dan menganggap kehadiran Toutatis sebagai kiamat. Di
beberapa situs internet bahkan beredar isu bahwa pemerintah AS sedang mempersiapkan
peluru kendali nuklir untuk menghancurkan Toutatis seperti dalam film Armageddon.

Kiamat

Walau berita kiamat itu tidak benar, namun tak bisa disangkal bahwa Toutatis memang
berukuran amat besar dan akan melintas dekat sekali dengan Bumi. "Asteroid ini akan
terlihat di langit malam di belahan Bumi selatan bila Anda mengarahkan teropong ke
sekitar gugusan bintang Alpha Centauri," kata Benny Peiser dari Liverpool John Moores
University sekaligus peneliti di Royal Astronomical Society, Inggris.

Andai Toutatis menabrak Bumi, maka energi yang dilepaskannya akan setara dengan
puluhan ribu bom hidrogen atau sejuta ton TNT. Tabrakan akan mengakibatkan debu-
debu beterbangan membentuk awan yang menutupi sinar Matahari, dan Bumi akan
mengalami musim dingin panjang yang mematikan.

Walau Bumi dilindungi atmosfer, namun benda seukuran Toutatis pastilah akan
menimbulkan bencana jika menabrak. Objek seukuran antara 40 meter hingga satu
kilometer saja bisa menimbulkan kerusakan lokal setara bom nuklir, seperti yang terjadi
di Tanguska, Siberia, tahun 1908.
Dan sebagai perbandingan, objek angkasa yang menghantam Meksiko 65 juta tahun lalu
dan mengakhiri kejayaan dinosaurus, diperkirakan "hanya" berukuran antara lima dan 15
kilometer.
fBehindDocument1fIsButton1fLayoutInCell1

Menurut para astronom Inggris yang dimuat di sini, katanya tahun 2014 Bumi bakal
ditabrak sebuah asteroid super gede! Asteroid yang diberi nama 2003 QQ47
mempunyai lebar 1,2 kilometer dan berat 2,6 milyar ton!
Seandainya jadi menabrak Bumi, diperkirakan kekuatan ledaknya mencapai 350 ribu
mega ton alias 8 juta kali lebih besar dibandingkan dengan ledakan bom atom di

Hiroshima, Jepang tahun 1945 silam! Wow!


Apa yang Akan Terjadi Tanggal 30 Januari 2008
Selasa, 25-12-2007 09:00:47 oleh: Micky Jo
Kanal: Iptek
Bakal ada asteroid yang akan menabrak planet diangkasa. Asteroid ini sedang beredar
antara planet Bumi dan planet Mars, hanya saja jaraknya lebih dekat keplanet Mars.
Ihhhh, tidak kebayang deh kalau menabrak bumi yang padat ini.
Para ilmuwan telah menemukan fakta bahwa Planet Mars yang dijuluki Planet merah ini
terancam dihantam oleh sebuah asteroid sekitar tanggal 30 Januari 2008. Asteroid yang
bakal menghantam planet Mars dinamakan WD5, merupakan asteroid yang diperkirakan
ini juga menghantam wilayah Tunguska, pelosok Siberia tengah tahun 1908, yang
menyebabkan ledakan setara 15 megaton bom nuklir dan menghanguskan 60 juta pohon
di hutan. Melesat dengan kecepatan 12,8 kilometer perdetik, tumbukan tersebut dapat
menghasilkan kawah raksasa seluat Kawah Meteor di Arizona.
Objek yang baru ditemukan akhir November 2007 lalu itu saat ini berada di antara Bumi
dan Mars. Peluangnya menghantam Planet Mars 1 berbanding 75. Para ilmuwan yang
melacak gerakan asteroid tersebut sebelumnya mengukur peluangnya hanya 1 berbanding
350 namun meningkat tajam dalam seminggu terakhir.
Jika, asteroid tersebut menabrak Mars, lokasi tumbukan akan berada dekat ekuator.
Lokasi tersebut dekat dengan area jelajah robot Opportunity yang masih aktif bergerak di
permukaan Mars. Namun, efek ledakan tidak akan membahayakan wahana penjelajah
tersebut karena di luar zona kerusakan.
Hal ini justru sangat ditunggu - tunggu oleh para ilmuwan dan pengamat perbintangan,
Tidak perlu merasa takut bila hal ini terjadi karena tubrukan tersebut terjadi diluar planet
Bumi..berjarak berjuta - juta km jauhnya dari Bumi kita ini. Bila saatnya asteroid WD5
ini menghantam planet Mars maka fenomena alam ini akan terlihat seperti kembang
api...
Peristiwa seperti ini juga pernah terjadi dan diamati oleh Para ilmuwan saat pecahan
Komet Shoemaker Levy-9 menghantam permukaan Planet Jupiter. Bahkan, ledakannya
yang menyemburkan bola-bola api ke angkasa berhasil teramati. Indah banget...
Mudah - mudahan hal tersebut merupakan suatu fenomena alam yang mengagumkan dan
bermanfaat bagi dunia perbintangan bukanlah bencana bagi umat manusia...semoga.
Sumber : Kompas, 21 Desember 2007
Berbagai Teori Seputar Kepunahan Dinosaurus

YAXCOPOIL, Mexico – Bagaimana dinosaurus punah? Pertanyaan sederhana ini telah


menyembulkan aneka teori di kalangan arkeolog. Sebuah temuan baru memperkuat teori bahwa
hewan purba itu musnah akibat asteroid yang menabrak bumi.

Ada beberapa teori yang berlaku di dunia arkeologi ihwal bagaimana dinosaurus hilang dari muka
bumi. Satu teori menyatakan akibat banjir besar yang pernah melanda seluruh permukaan bumi.
Teori lain menyebut dinosaurus musnah karena kehilangan habitat makanan yang membuat
mereka mati kelaparan. Ada pula yang berteori bahwa suhu udara dinginlah yang membuat
dinosaurus mati beku. Teori yang tidak kalah populer adalah karena adanya asteroid yang
menabrak bumi.
Teori yang terakhir ini diperkuat oleh Brian Toon, seorang ahli fisika atmosfer dari University of
Colorado. Ia mengemukakan teori yang memperkuat teori konvensional yang menyatakan bahwa
dinosaurus musnah akibat tabrakan asteroid sekitar 65 juta tahun silam. Tabrakan tersebut
sedemikian besarnya sehingga 10 miliar kali lebih besar dari bom nuklir Hiroshima. Saat itu
temperatur bumi meninggi, langit memerah dan semua pepohonan di muka bumi terbakar,
demikian prediksi Toon.

Tsunami
Hanya sedikit sekali makhluk hidup yang bertahan hidup dari tragedi tersebut, di antaranya
adalah sejumlah hewan yang hidup di bawah air atau bersembunyi di bawah tanah seperti kura-
kura, mamalia kecil dan buaya. ”Saat itu siapa saja yang hidup di muka bumi akan terpanggang
hidup-hidup. Inilah yang kemungkinan besar terjadi pada dinosaurus. Hewan besar itu tak punya
tempat untuk berlindung,” ujar Toon kepada BBC News Online baru-baru ini.
Perdebatan di kalangan ilmuwan mengenai bagaimana dinosaurus punah sedemikian sengitnya.
Toon mencoba untuk mengembalikannya ke teori awal dan menambahnya dengan satu teori
tambahan di bidang misteri forensik satu ini.
Pendapat Toon ini justru kebalikan dari teori yang pernah dilontarkan seorang ilmuwan Meksiko
pada awal 1990-an. Ia saat itu menelurkan teori bahwa reptil raksasa tersebut meninggal karena
kedinginan dan beku kemudian kelaparan. Ini didasari atas adanya meteor raksasa yang
memblokir sinar marahari ke bumi sehingga masa itu bumi berada dalam suhu teramat tinggi.
Namun Toon yang menulis detail studinya, dialah isu terbaru jurnal Geological Society of America
Bulletin menyatakan bahwa dinosaurus menjelang ajalnya dengan cara yang lebih dramatis.
Makhluk tersebut diperkirakan hidup di area Karibia dan bagian selatan Amerika Serikat (AS).
Mereka tenggelam hingga di kedalaman bawah tanah akibat guncangan tsunami. Tsunami ini
muncul karena imbas dari asteroid yang menabrak bumi, terutama bagian Gurun Meksiko di
masa kini dengan kecepatan 33.750 meter per jam. Disusul kemudian dengan munculnya
sekolom uap panas merah dan debu yang menyebar ribuan mil ke angkasa dan permukaan
bumi. Dalam beberapa jam saja mengubah bumi menjadi neraka.
Seluruh angkasa akan meradiasi siapa saja yang ada di bumi. Itu sama artinya dengan berdiri di
sebelah bara api raksasa, kemudian terbakar dalam sekejap,” ujar Toon memberi gambaran hasil
studinya yang didasarkan pada penghitungan matematis dan model komputer.
Dinosaurus yang hidup di darat di seantero dunia tewas seketika akibat panas yang mencapai
ratusan derajad Fahrenheit. Ia setuju dengan teori ilmuwan lain yang menyatakan bahwa
kumpulan debu kemudian membeku dan memblokir sinar matahari ke bumi. Namun saat itu
dinosaurus darat sudah menjadi sejarah di muka bumi. Kegelapan yang terjadi akibat terblokirnya
sinar matahari mengakibatkan matinya banyak repril laut dan ikan akibat matinya plankton dan
terputusnya rantai makanan.

Teori Bantahan
Tapi teori yang dikemukakan Toon ini juga kembali dibantah oleh kalangan ilmuwan lain.
Kalangan akademis lain tidak setuju dengan pendapat Toom. Mereka mempertanyakan apa
penyebab musnahnya Triceraptor, Sauropoda dan kerabatnya. ”Semua orang sudah pernah
mendengar bahwa asteoridlah yang membunuh dinosaurus. Itu sudah diajarkan juga di sekolah,”
ujar Isabel Lopez penduduk asli Taxcopoil, Meksiko, tempat ditemukannya kawah yang diduga
keras akibat dari tabrakan asteroid di masa silam. Kawah tersebut seluas radius 100 mil dan
terpendam ? mil di bawah tanah, sebagian terendam air laut.
Adalah David Kring dari University of Arizona yang telah membuktikan bahwa kawah Yucatan
tersebut disebabkan oleh tabrakan asteroid terhadap bumi. Tapi di sisi lain ahli geologi asal
Princeton University, Gerta Keller tidak setuju kalau asteroidlah yang bertanggung jawab penuh
pada musnahnya dinosaurus. Menurutnya, puing reruntuhan asteroid yang dikenal dengan nama
ejecta ditemukan berada di sekitar kawah Yucatan. Ejecta ini memiliki usia lebih tua daripada
dinosaurus. Ini membuktikan bahwa meteorit tersebut sudah ada lama sejak sebelum dinosaurus
musnah.
”Ejecta merupakan lapisan sedimen yang berusia lebih tua dari masa kepunahan massal yang
diperkirakan 300.000 tahun silam,” ujarnya. Ia berpendapat bahwa kepunahan dinosaurus lebih
logis apabila dikaitkan dengan pemanasan global yang dipicu oleh erupsi gunung berapi di India
bagian barat sekitar 400.000 tahun lalu. Kondisi ini ditambah lagi dengan tabrakan asteroid. ”Jadi
kondisi panas bumi saat itu dua kali lipat lebih parah,” lanjut Keller. Kombinasi antara dua
bencana alam tadi mengurangi jumlah kandungan oksigen dan menyebabkan dinosaurus mati.
Demikian teori Keller.
(SH/merry magdalena)
BUMI yang kita huni bisa diibaratkan sebuah pesawat antariksa raksasa yang mengorbit
Matahari dengan lintasan tetap. Dalam petualangannya selama miliaran tahun, telah
berulang kali pesawat Bumi mendapat serbuan yang mematikan dari “penghuni”
antariksa yaitu asteroid dan komet. Setiap malam rata-rata sekira seratus juta serpihan
batu yang berasal dari asteroid dan komet terbang bebas di ruang antarplanet
membombardir pesawat antariksa Bumi. Bersyukurlah, serpihan batu itu sangat kecil
sehingga habis terbakar di atmosfer sebelum mengenai permukaan Bumi.

Pada Januari 2000 lalu, terjadi ledakan keras di atas kawasan Yukon, Kanada, yang
cukup mengejutkan warga setempat. Ledakan itu ternyata ditimbulkan oleh jatuhnya
benda asing dari antariksa berukuran antara 2 - 3 meter. Kekuatan ledakan setara dengan
bom berdaya ledak 4 – 5 kiloton TNT. Peristiwa semacam ini diperkirakan terjadi satu
kali setiap tahun. Bila jatuh di pusat kota yang padat tentu menjadi bencana.

Sebuah asteroid berukuran 60 meter dan meledak pada ketinggian 6 kilometer dari
permukaan tanah, misalnya, bisa menghasilkan ledakan dahsyat setara dengan bom
berkekuatan 10 megaton TNT. Bila asteroid ini jatuh di atas Jakarta, seluruh kota beserta
isinya akan luluh lantak tak tersisa. Berdasarkan analisis, kemungkinan asteroid
berdiameter 60 meter menabrak Bumi adalah 10% dalam kurun waktu 100 tahun. Ini
berarti, satu asteroid pasti (kemungkinan 100%) menghantam bumi dalam 1.000 tahun.

Bagaimana bila asteroid itu lebarnya 100 meter? Dampak yang ditimbulkan jauh lebih
dahsyat dan mengerikan. Sebagian besar makhluk hidup akan lenyap dari muka Bumi.
Asteroid sebesar 100 meter kemungkinan menabrak Bumi sebelum tahun 2100 hanya 2
persen. Memang kecil, tetapi tidak bisa diabaikan sama sekali. Penemuan asteroid baru,
seperti 2004 MN4 tahun lalu, boleh jadi memperbesarkan persentase kemungkinan terjadi
tumbukan asteroid dengan Bumi di masa datang.

Anda mungkin juga menyukai