Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang

disebabkan oleh parasit plasmodium (termasuk protozoa) dan di tularkan

oleh nyamuk anopheles betina. Ada empat spesies yang secara alami

menyerang manusia yaitu plasmodium vivax (P.v), plasmodium oval (P.o),

plasmodium falciparum (P.f) dan plasmodium malariae

(P.m).Penyebabnya plasmodium vivax, penyakitnya disebut malaria

tertiana. Malaria ini di tandai dengan munculnya demam 3 hari sekali.

Plasmodium vivax, spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah

yang muda (retilkulosit), kira-kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia

disebabkan oleh plasmodium vivax, (Anonim 2013).

Penularan penyakit malaria dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu

Host, Agent dan lingkungan. Nyamuk Anopheles sp sebagai definitive

Host mempunyai perilaku yang berbeda antara satu tempat dan tempat

lainnya. Perilaku nyamuk anopheles sp mencari makanan dan pola

mengigi akan sangat mempengaruhi proses penularan malaria,

(Harijanto2011).

Berdasarkan data WHO (2012), secara global diperkirakan ada 207

juta kasus malaria yang menyebabkan 627.000 kematian, menurut data

tersebut termasuk informasi dari 102 negara dengan penularan malaria,

sebagian besar kasus ini terjadi pada anak-anak yang tinggal di afrika.
Angka tersebut untuk membandingkna 219 juta kasus dan 660.000

kematian pada tahun 2010, tahun dimana data statistic tersedia. Angka

kematian malaria di Indonesia cukup tinggi mencapai 250 juta dan

penyebab 1 juta kematian utamanya pada anak balita, (Kemenkes RI

2014).

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama

di Negara tropis. Malaria pada manusia dapat disebabkan plasmodium

malaria, plasmodium vivax, plasmodium falciparum dan plasmodium

ovale). Dari keempat spesies yang biasa menginfeksi manusia 95%

disebabkan oleh plasmodium vivax dan plasmodium falciparum. infeksi

plasmodium vivax dapat mencapai 80%, distribusinyapun paling luas

tersebar di daerah tropis subtropis dan beriklim sedang. Plasmodium vivax

menyebabkan morbiditas tinggi karena adanya stadium hipnozoit di hati

yang suatu saat dapat berkembang dan menimbulkan relaps. Prevalensi

plasmodium vivax di Indonesia sekitar 40%–70%, (Linda handayani,

dkk2012).

Menurut laporan pencapaian tujuan pembangunan millennium di

Indonesia 2010 , Keadaan saat ini Pengendalian penyakit malaria semakin

membaik. Angka kejadian malaria per 1000 penduduk menurun dari 4,68

pada tahun 1990 sedangkan angka kesakitan malaria selama tahun 2000-

2009 cenderung menurun yaitu dari 3,62 pada tahun 2000 menjadi 1,85

per 1.000 penduduk pada tahun 2009. API malaria secara nasional

berdasarkan hasil pemeriksaan darah sebesar 2,89 persen (Riskesdas,

2
2007). Angka ini menurun menjadi 2,4 persen pada tahun 2010 (Data

sementara Riskesdas, 2010). Masih terjadinya disparitas penyakit malaria

antar provinsi. Angka kejadian Malaria dari tahun 1990 sampai 2008 di

Jawa & Bali (API) 0,17% (1990) 0,16% (2008). Angka kejadian Malaria

di luar Jawa & Bali (AMI) 24,10% (1990) 17,77% (2008). Angka API

malaria pada tahun 2010 bervariasi antarwilayah berkisar antara 0,3 (Bali)

persen dan 31,4 persen (Papua). Terdapat 20 provinsi dengan API diatas

angka rata-rata nasional (>2,4 persen), (MDGs 2010)

Menurut Sistem Keshatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001

terdapat sekitar 15 juta penderita klinis malaria yang mengakibatkan

38.000 orang meninggal setiap tanunnya. Pada tahun 2007 di Indonesia

terdapat 396 kabupaten yang endemis malaria dari 495 kabupaten yang

ada dengan perkiraan 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang

berisiko tertular malaria, adapun jumlah penderita malaria pada tahun

2007 sebanyak 1.774.845 kasus klinis malaria, (Soedarto 2011).

Faktor keberhasilan pengobatan untuk malaria bisa bersumber pada

pengetahuan penderita mengenai bahaya penyakit malaria yang gampang

menular, motivasi keluarga baik saran dan perilaku keluarga kepada

penderita untuk menyelesaikan pengobatannya dan penjelasan petugas

kesehatan kalau pengobatan gagal akan diobati dari awal lagi. oleh karena

itu pemahaman dan pengetahuan penderita memegang peranan penting

dalam keberhasilan pengobatan malaria (Kemenkes, 2013).

3
Perilaku penderita untuk menjalani pengobatan secara teratur

dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Teori Lawrence Green yang dikutip

oleh Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku kesehatan

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, kepercayaan, fasilitas, sarana

atau prasarana. terwujudnya sebuah perilaku menjadi suatu tindakan maka

diperlukan sebuah motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan dalam

bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Hasil dorongan dan gerakan ini

diwujudkan dalam bentuk perilaku. Adapun perilaku itu sendiri terbentuk

melalui proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan

lingkungannya.

Tingkat pendidikan yang rendah merupakan penyebab kurangnya

pengetahuan sehingga pemahaman tentang pemberantasan malaria juga

kurang. Kondisi ini menyebabkan buruknya tindakan masyarakat dalam

pemberantasan penyakit malaria. Sikap pencegahan dan pencarian

pengobatan yang baik pada saat kejadian malaria, menunjukan bahwa

pemahaman masyarakat untuk segera mungkin melakukan tindakan

pencegahan sesuai dengan yang disampaikan oleh petugas kesehatan dan

media informasi lainya, sekaligus mengupayakan pencarian pengobatan

untuk penyakit malaria (Ndona Martinus, 2013).

Berbagai komponen perilaku pencegahan malaria meliputi

menghindari kontak manusia dengan nyamuk, kegiatan pembasmian larva,

pemberantasan parasit malaria, dan partisipasi sosial perlu dikaji kembali

guna mengevaluasi efektivitasnya dalam mencegah malaria (Kemenkes

4
2010). Menurut Elvira Gamelia dan Siwi Pramatama Mars Wijayanti

(2013), Health Belief Model Theory menjelaskan sebab akibat kegagalan

individu dalam menjalani program pencegahan penyakit, sering digunakan

untuk menjelaskan perubahan perilaku pencegahan suatu penyakit

(preventive health behaviour). Perilaku pencegahan dipengaruhi oleh

kemungkinan aksi yang terdiri dari persepsi manfaat dan persepsi

hambatan serta persepsi ancaman dibentuk melalui persepsi individual

meliputi persepsi kerentanan dan persepsi kegawatan serta informasi.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara

sikap dengan perilaku pencegahan seperti dalam penelitian Marinda

(2010) di Dusun Olas Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Goyang

Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku menunjukkan sikap yang

berhubungan dengan kejadian malaria. Sikap yang negatif dan tindakan

yang kurang baik, saling berinteraksi dan sangat menentukan tingginya

kejadian malaria dalam masyarakat yang ada di daerah tersebut. Penelitian

tersebut juga didukung oleh penelitian Yahya, dkk (2005) tentang

pengetahuan, sikap, dan perilaku Ibu terhadap malaria pada anak di

kecamatan Sungai Liat Kabupaten Bangka

Provinsi Maluku yang dikenal dengan daerah kepulauan masih

merupakan daerah endemis malaria. Sering menimbulkan masalah

kesehatan yang dianggap serius untuk segala diberantas kasusnya

masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan yang sulit dijangkau oleh

saran transportasi serta tenaga kesehatan fasilitas penunjang medis dala hal

5
ini didalam laboratorium untuk mengidentifikasi parasite malaria.

Bersasarkan riset dasar Riskesdas(2013), kecendrungan insiden Malaria di

Maluku termasuk urutan ke 5 (4,9%) dari seluruh provinsi yang ada di

Indonesia, sedangkan prevelensi Malarianya adalah (10,10%). Malaria

pada tahun 2009 tercatat malaria klinis 31.511 kasus dengan Annual

Malaria Incidence tahun 2010 menjadi 57.196 kasus dengan AMI 37,0 %

dan kasus malaria positif sebanyak 16.131 kasus dengan API 10,4 %.

Sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 45.740 kasus

malaria klinis dengan AMI 30,5 % dan malaria positif 13.691 kasus

dengan API 9,1 %, (Dinas Kesehatan Provinsi Maluku 2012).

Pulau Seram merupakan salah satu pulau dalam Propinsi Maluku

dan terbagi dalam 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Seram

Bagian Timur dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Salah satu masalah

kesehatan yang terdapat di Seram Bagian Barat ini adalah tingginya kasus

malaria. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Kasus

malaria di Piru Pada tahun 2012 tercatat malaria positif sebanyak 116

kasus dengan API 73,98 %, pada tahun 2013 kasus malaria positif menjadi

126 kasus dengan API 80,36 %.

RSU Piru merupakan salah satu Layanan Kesehatan milik

Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat yang berbentuk RSU.Data

RSU PIRU tentang angka kejadian Malaria Tertiana semakin meningkat

dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 jumlah kasus kejadian malaria

6
sebanyak 51, tahun 2015 terdapat jumlah kasus 76 sedangkan untuk tahun

2016 berjumlah 85 kasus Malaria Tertiana, (RSU PIRU, 2017).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan

oleh peneliti terhadap 8 pasien penderita malaria tertiana yang dirawat di

RSU Piru mengenai pengetahuan dan perilaku tentang penyakit malaria

tertiana, didapatkan 6 pasien mengatakan belum mengetahui dengan jelas

mengenai penyakit malaria tertiana dan penyebabnya, sedangkan 2 pasien

lainnya mengatakansudah memahami tentang penyebab serta upaya

pencegahan yang dilakukan agar dapat terhindar dari penyakit malaria

tertiana tetapi tidak melaksanakannya.

Berdasarkan uraian di atas penilti ingin meniliti tentang “Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Malaria Tertiana

Pada Pasien di RSU Piru Seram Bagian Barat”

B. RUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dirumuskan

permasalahan dalam penilitian ini yaitu “faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan kejadian penyakit malaria tertiana pada pasien di

Rumah Sakit Umum Piru Seram Bagian Barat”?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian bertujuan untuk mencari,menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang akan

diteliti. Dan dilaksanakan untuk mencari pemecahan terhadap

permasalahan yang berkembang. Tujuan yang dipakai yaitu :

7
1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian malaria tertiana pada pasien di Rumah

Sakit Umum Piru Seram Bagian Barat.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden antara lain umur, jenis

kelamin, pendidikan, dan pekerjaan pada pasien di Rmah Sakit

Umum Piru Seram Bagian Barat.

b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria

tertian pada pasien di Rumah Sakit Umum Piru Seram Bagian

Barat.

c. Mengetahui hubungan perilaku dengan kejadian penyakit malaria

tertianapada pasien di Rumah Sakit Umum Piru Seram Bagian

Barat.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat peneilitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan dan

terjawabnya rumusan masalh secara akurat. Manfaat penelitian harus dapat

dibedakan antara manfaat teoritis dan praktis, manfaat tersebut antara lain

ialah:

1. Manfaat teoritis

a. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

tambahan bagi perpustakaan kesehatan UKIM dan sebagai bahan

8
informasi bagi mahasiswa tentang penyakit malaria tertiana.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit Umum Piru Seram Bagian Barat.

sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan cepat dan dapat mengatasi penyakit malaria tertiana

dengan baik.

b. Bagi masyarakat

Penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

masyarakat Piru Seram Bagian Barat khususnya tentang penyakit

malaria tertiana.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengalaman peneliti.

Anda mungkin juga menyukai