Anda di halaman 1dari 8

KASUS STASE KDP

KASUS MINGGU 1

KASUS KEBUTUHAN DASAR OKSIGENISASI


1. Tn. W (usia 60 tahun), masuk ke Rumah Sakit dengan diagnosa Medis TB Paru kasus
kambuh, bronkoektasis terinfeksi, efusi pleura kiri ec bakteri, DM tipe II. Klien masuk
UGD RS A pd tanggal 17 April 2020 dan dipindahkan ke ruangan infeksi pada tanggal
18 April 2020. Klien mengeluh sesak sejak 1 minggu yang lalu, sesak disertai batuk
dengan dahak berwarna kehijauan dan sulit dikeluarkan. Sesak tidak disebabkan karena
aktifitas fisik. Saat sesak, klien mengatakan terdengar bunyi “ngik” dan klien juga
mengalami demam. Klien mengatakan bahwa nafsu makan menurun drastis sejak sakit
sehingga berat badan klien turun dari 60 kg menjadi 50 kg. Klien mengatakan
mempunyai riwayat TB paru sejak 2 tahun yang lalu, namun klien mengatakan efek obat
membuat klien jarang mengkonsumsi obat. Klien mengatakan sulit tidur pada saat malam
hari, sering terbangun sehingga saat bangun pagi klien masih sering mengantuk. Klien
mengatakan cemas dengan penyakitnya karena tidak kunjung sembuh juga padahal sudah
berobat dan sering masuk rumah sakit. Klien mengatakan mempunyai riwayat merokok
sejak dari sekolah menengah atas (SMU) dan makin sering merokok karena pekerjaannya
yang sering dilapangan.

Klien menambahkan juga mempunyai penyakit DM tipe II dengan terapi insulin dan
sudah 1 bulan yang tidak ditebus obatnya. Klien mengatakan sudah menikah dan
mempunyai 5 anak, , yang sudah bekerja semua. Klien tinggal dengan anak bungsunya
Bersama dengan istri klien. Klien mengatakan beragama Islam dan sudah 5 tahun yang
lalu klien berhenti dari pekerjaannya karena sering sakit sehingga untuk biaya hidup dan
pengobatan klien, bergantung dari anak-anaknya. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan data sebagai berikut, yaitu suhu tubuh 37 0C, frekuensi nadi 90x/menit,
frekuensi napas 27x/menit, tekanan darah 110/60 mmHg, CRT > 3 menit dan saturasi
oksigen 92%. BB 50 kg dan PB 165 cm. Hasil pemeriksaan head to toe didapatkan
kepala simetris, rambut kotor, kusam, dan berminyak. Mata anemis, tidak ada ikterik,
kedua pupil isokor, reflek pada cahaya positif.

Pada pemeriksaan hidung didapatkan kedua lubang hidung simetris, ada kotoran pada
kanan kiri septum hidung, tampak pernapasan cuping hidung. Kedua telinga bentuk
simetris, tampak serumen pada kanan kiri telinga, fungsi pendengaran kurang baik pada
telinga sebelah kanan. Pada pemeriksaan mulut didapatkan warna bibir sianosis,
membrane mukosa tampak kering, dan sering menggunakan pernapasan menggunakan
mulut. Rongga mulut didapatkan kering, dengan kondisi kotor. Beberapa gigi ada yang
berlubang dan berkaries. Pemeriksaan leher didapatkan tidak ada pembesaran tiroid dan
kelenjar getah bening. Reflek menelan positif. Pada pemeriksaan dada didapatkan dada
sebelah kiri tertinggal pada saat bernapas, bentuk asimetris, penggunaan otot bantu pada
interkosta kanan kiri, vocal fremitus pada dada sebelah kiri menurun dibandingkan
sebelah kanan. Pada asukultasi terdengar bunyi ronkhi pada kedua lapang paru dan
pernapasan bronkovesikuler di kanan dan kiri. Tampak terpasang oksigen dengan nasal
kanul sebanyak 4 liter/menit. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan, bising usus 3-
4x/menit, kondisi kulit abdomen berminyak, kurang bersih, dan pada teraba nyeri pada
epigastric, pada saat di perkusi, terdengar hipersonor pada bagian umbilical, abdominal
sebelah kiri dan bag bawah.

Pada ekstermitas tidak ada keluhan pada ekstremitas atas dan bawah, namun jika berjalan
klien merasakan sesak. Tampak semua aktifitas dilakukan di tempat tidur. Klien
mengatakan selama dirawat mandi hanya dilap pada pagi hari saja, dan hanya wajah,
tangan serta kaki yang dilap karena jika semuanya terdapat infus pada tangan kiri
sehingga sulit untuk membuka baju. Hasil pemeriksaan Bartel Indek didapatkan skor 7
(ketergantungan berat). Pada kebutuhan eliminasi didapatkan klien berkemih dan
defekasi menggunakan diapers, klien mengeluhkan BAK sedikit-sedikit tapi sering
namun seperti tidak tuntas. Tidak ada keluhan saat BAK ataupun BAB, namun klien
mengatakan sudah 2 hari tidak BAB. Tampak klien lebih banyak diam, jarang
berkomunikasi dengan istri atau klien lain. Klien juga hanya mau menjawab pertanyaan
yang ditanyakan, tampak klien sering termenung saat anamnesa dilakukan.

Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 8,3 gr/dl, hematokrit 20 %, leukosit 15.000/


μL, Trombosit 250.000/ μL, hasil ureum 40, Kreatinin 0,9, Natrium 135 mmol/L, Kalium
4,0 mmol/L, dan Chlorida 90 mmol/L. Hasil Gula darah sewaktu 385 mg/dL dan hasil
GDS pagi ini 230 mg/dL. Hasil AGD tanggal 17 April didapatkan pH 7,350, pCO2 53,5
mmHg, pO2 180 mmHg, HCO3 28,7 mmol/L, TCO2 38,3 mmol/L, Base excess 3,5, std
HCO3 26,5 mmol/L, saturasi O2 89,5%. Hasil Toraks foto pada tanggal 17 April
didapatkan Suspek TB paru dengan lesi luas, suspek bronkoektasis dan apeks jantung
bergeser pada sebelah kanan, efusi pleura pada paru sebelah kiri.

Terapi pada klien adalah oksigen 4 L/menit, infus Rl 500 cc /12 jam (pada tangan
sebelah kiri), Levofloxcacin 1x750 mg/IV, glimepiride 1x2 mg/oral, Levomir 1x 5 UI
pada jam 17.00, paracetamol 3x500 mg/oral. Klien direncanakan untuk cek sputum BTA
3x, cek sputum mikrobiologi & sitologi. Kontrol gula darah harian, cek darah rutin per 3
hari sekali setelah antibitoik selesai. Usg pada toraks dan marker bronkoskopi, serta CT
Scan Toraks kontras pada tanggal 20 April dan rencana pungsi pleura jika sesak makin
bertambah, rencana konsul dokter kardiologi pada hari ini.
TUGAS KASUS
1) Buatlah 3 masalah keperawatan dari kasus diatas dan tulis (ketik) di format Askep
yg sesuai dengan format penulisan.
2) Lakukan Tindakan keperawatan yang tepat, didasarkan dari intervensi
keperawatan yang dituliskan pada askep. Buatlah Analisa tindakannya.
3) Buatlah 1 rencana Pendidikan kesehatan yang didasarkan pada kasus, pilih dan
buat media informasi pendukung sesuai Penkes yang akan diberikan.
KASUS KEBUTUHAN DASAR AKTIFITAS & ISTIRAHAT
2. Tn. Q (usia 35 tahun), mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 18 April 2020.
Klien terjatuh dari sepeda motornya karena menghindari lubang galian sewaktu berangkat
bekerja. Tn. Q langsung di bawa ke rumah sakita dan dilakukan operasi laparatomie
karena terkena benda tumpul pada abdomen serta terdapat fraktur pada bagian pelvis
sehingga terpasang pelvis sling serta terdapat fraktur juga pada daerah tibia dekstra. Tn.
Q akhirnya dilakukan perujukan karena rumah sakit sebelumnya tidak bisa menangani
Tn.Q. Pada saat tiba di UGD, Tn. Q di diagnosa multiple fraktur dan di rawat di ruangan
bedah lantai II RS. AL sampai saat ini (19 April 2020). Hasil pengakajian awal
didapatkan kesadaran klien compos mentis, dengan kondisi umum baik. Klien tampak
masih terbaring, sesekali meringis kesakitan saat bergerak. Tampak pada abdomen luka
post op. laparatomie sepanjang 10 cm dan terbungkus rapat, tampak pula pelvis sling dan
terdapat fraktur di tibia dekstra. Klien mengatakan nyeri saat bergerak, makan dan minum
terpaksa dibantu oleh istri klien. Klien juga mengatakan untuk BAB dan BAK juga
dilakukan di tempat tidur. Begitu pula dengan mandi dan berpakaian. Klien mengatakan
tidak bisa tidur saat malam hari karena nyeri selalu timbul pada malam hari. Klien
mengatakan walaupun sudah diberikan obat pengurang sakit, nyeri tidak juga hilang.
Klien mengatakan skala nyeri berada pada skala 5.
Hasil pemeriksaan ttv didapatkan suhu tubuh 36 0C, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi
napas 25x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, CRT < 3 menit dan saturasi oksigen 98%.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kepala simteris, tidak ada nyeri tekan, tampak
kebersihan kepala kurang baik. Tidak ada luka pada kepala. Tampak wajah tidak edema,
tidak ada nyeri tekan, tampak luka lecet pada dagu namun saat ditekan klien mengatkan
tidak terlalu sakit. Tampak mata isokor, tidak tampak edema atau perdarahan pada kedua
mata. Konjungtiva sedikit anemis dan sklera tidak ikterik. Pada hidung, tampak lubang
hidung simetris, tampak ada kotoran pada lubang hidung, tidak ada lesi dan tidak ada
nyeri tekan. Tidak ada alat bantu untuk pemenuhan oksigen. Pada telingan didapatkan,
kedua telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka atau lecet. Ada serumen pada
telinga sebelah kiri dan fungsi pendengaran baik (normal). Pada rongga mulut
didapatkan mukosa bibir sedikit kering dan pucat. Tampak ada luka lecet pada bibir
namun tidak sakit. Gigi dan lidah sedikit kotor, tampak gusi berwarna pucat. Pada leher
didapatkan tidak ada nyeri tekan, tidak pembesaran pada kelenjar Tiroid dan getah
bening. Tidak ada pembesaran pada vena jugularis.
Pada pemeriksaan dada didapatkan kedua dada simetris, tidak ada luka terbuka dan lecet.
Pada palpasi tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba krepitasi. Pada perkusi kedua lapang
dada tidak ditemukan bunyi yang abnormal. Pada auskultasi, kedua paru bronkovesikuler
dan tidak ditemukan BJ abnormal. Pada pemeriksaan abdomen, tampak abdomen supel,
tidak ada distensi, tampak luka post operasi laparatomie sepanjang 10 cm dalam kondisi
tertutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi, luka kering, tidak ada rembes. Bising usus 8-
10x/menit. Saat dilakukan palpasi ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, dekat
luka. Perkusi tidak dilakukan karena klien menolak untuk dipegang pada abdomennya.
Tampak pada pelvis terpasang pelvis sling, klien tidak terpasang kateter. Pada ekstremitas
bagian atas didapatkan luka lecet disekitar lengan atas dan bawah serta telapak tangan.
Pada ekstremitas bawah, di sebelah kanan tampak kaki terpasang elastis verband, tampak
sirkulasi lancar pada kaki sebelah kanan, tidak terasa baal pada kaki yang terpasang
elastis verband, dan terasa nyeri saat di pegang dengan skala 6, dan kaki sebelah kiri
banyak luka lecet. Hasil skor pada indek bartel, klien dengan skor 7 (ketergantungan
berat). Hasil pemeriksaan kekuatan otot didapatkan:

5555 5555
4444 1111
Klien mengatakan ada rasa gatal pada area luka operasi di abdomen dan kaki sebelah
kanan. Selain itu, klien mengatakan rasa pegal dan panas pada punggung karena terbaring
terus.
Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan Hb
10, 2 gr/dl, hematokrit 31 %, leukosit 12.000/ μL, Trombosit 250.000/ μL. Hasil Toraks
foto didapatkan Cor dan Pulmo dalam batas normal. Hasil Radiologi didapatkan close
fraktur os tibia 1/3 distal dekstra.
Terapi pada klien adalah infus RL 500 cc /8 jam, pemberian antibiotic Ceftriaxone 2x 1
gr per IV, Ketorolac 3x 30 mg per IV, dan Ranitidine 3x 50 mg per IV. Rencana konsul
dokter internis dan dokter anestesi untuk persiapan operasi.

TUGAS KASUS
1) Buatlah 3 masalah keperawatan dari kasus diatas dan tulis (ketik) di format Askep
yg sesuai dengan format penulisan
2) Lakukan Tindakan keperawatan yang tepat, didasarkan dari intervensi
keperawatan yang dituliskan pada askep. Buatlah Analisa tindakannya.
3) Buatlah 1 rencana Pendidikan kesehatan yang didasarkan pada kasus, pilih dan
buat media informasi pendukung sesuai Penkes yang akan diberikan.

JAWABAN
1. Masalah Keperawatan
 Nyeri
 Hambatan mobilitas fisik
 Resiko Infeksi
2. Intervensi Keperawatan
3. Nama : Tn. Q Umur : 35 Tahun No. Dokumen RM :
Ruang : Bedah Kelas : Tanggal : 19 April 2020

INTERVENSI
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
Nyeri berhubungan NOC : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agen cedera  Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
biologis post op. kemudahan fisik psikologis durasi frekuensi, kualitas, intensitas ,atau
laparatomi  Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk keparahan nyeri dan factor presipitasinya
mengendalikan nyeri 2. Minta pasien untuk menilai nyeri dengan
 Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau skala
dilaporkan (1-10)
Tujuan dan criteria evaluasi 3. Pengaturan posisi yang nyaman
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
x 24 jam :Menunjukan tingkat nyeri (relaksasi, distraksi, terapi)
Indicator sebagai berikut: 5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Indikator Saat Target
dikaji
Nyeri yang dilaporkan 2 4
Ekspresi nyeri pada wajah 2 4
Durasi episode nyeri 2 4
Merintih dan menangis 2 4
Gelisah 2 4

Ket : 1. Sangat Berat; 2. Berat; 3. Sedang


4. Ringan; 5. Tidak ada

1. Monitor kemampuan pasien untuk beraktivitas


Hambatan mobilitas NOC: 2. Ajarkan dan dukung pasein dalam latihan
fisik berubungan dengan  Mobilitas ; kemampuan untuk bergerak ROM aktif
Gangguan  Ambulasi; kemampuan untuk berjalan dari suatu tempat ke 3. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah
muskuloskeletal tempat lain dengan aman
Tujuan dan criteria evaluasi 4. Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 jam : pasien pasien bila perlu
akan mempertahankan mobilitas yang dibuktikan dengan 5. Ubah posisi pasien
indikator sebagai berikut: 6. Bantu pasien untuk berjalan, duduk, berdiri,
Indikator Saat Target dan ambilasi dengan jarak tertentu sesuai
dikaji kebuthan
Keseimbangan 2 4 7. Terapkan, sediakan alat bantu (tongkat,
Performa posisi tubuh 2 4 walker, atau kursi roda)
Pergerakan sendi dan otot 2 4
Berjalan 2 4
Bergerak dengan mudah 2 4
Note : 1. Berat; 2. Cukup Berat; 3. Sedang;
4. Ringan 5. Tidak ada gangguan

Resiko infeksi NOC: 1. Pantau tanda dan gejala infeksi


berubungan dengan  Penyembuhan luka; primer; tingkat regenarasi sel dan 2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan
Kerusakan jaringan jaringan setelah penutupan luka secara sengaja kerentenan terhadap infeksi
 Penyembuhan luka; sekunder; tingkat regenerasi sel dan 3. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengnai
jaringan pada luka terbuka infeksi dan hal yang dapat meningkatkan
Tujuan dan criteria evaluasi resiko infeksi
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 jam : faktor
resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan keparahan
inpeksi, dan penyembuhan luka, yang dibuktikan indikator
sebagai berikut:
Indikator Saat Target
dikaji
Granulasi 5 2
Pembentukan bekas luka 5 2
Ukuran luka berkurang 5 2
Note : 1. Tidak ada; 2.terbatas; 3. Sedang ;
4. Besar 5. Sangat besar
4.

Anda mungkin juga menyukai