Anda di halaman 1dari 4

Pedoman Sektor Lainnya

Pengenalan
Dalam permodelan RUED, yang disebut dengan Sektor Lainnya adalah sektor pertanian,
pertambangan dan konstruksi. Penggunaan energi sektor lainnya mencakup penggunaan bahan
bakar seperti minyak diesel, minyak solar, minyak bakar, minyak tanah dan motor gasoline
(mogas). Umumnya jenis bahan bakar ini digunakan untuk menjalankan mesin dan peralatan.
Umumnya, penggunaan energi di sektor lainnya tidak sesignifikan penggunaan energi di sektor
industri, transportasi maupun sektor komersial.
Untuk menghitung kebutuhan energi sektor lainnya, dibutuhkan data-data yang relevan. Salah
satu indikator yang dianggap sangat berperan dalam kebutuhan energi sektor lainnya adalah
besarnya Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di sektor lainnya (pertanian,
pertambangan dan konstruksi). PDRB yang tinggi menunjukkan kebutuhan energi yang tinggi,
begitupun sebaliknya. Faktor lain yang berperan dalam menentukan besarnya kebutuhan
energi sektor Lainnya di suatu daerah adalah intensitas energi yang menunjukkan efisiensi
penggunaan bahan bakar di sektor lainnya.
Gambaran Struktur Sektor Lainnya
Untuk memperoleh gambaran tentang struktur perhitungan kebutuhan energi sektor lainnya,
berikut adalah rancangan struktur LEAP sektor lainnya.

Figure 1 Struktur LEAP RUED Sektor Lainnya


Dari tabel di atas, Nampak bahwa untuk masing masing jenis sub-sektor memiliki cabang yang
sama berisi jenis bahan bakar yang umumnya digunakan.
Inventarisasi Data
Untuk menghitung kebutuhan energi di sektor Lainnya, rumus dasar yang digunakan adalah:
Kebutuhan Energi=Data Aktivitas x Intensitas Energi
Kebutuhan Energi=∑ (PDRB Sektor Lainnya x Intensitas Energi)

Untuk dapat menghitung kebutuhan energi yang dimaksud, diperlukan data aktivitas dan data
intensitas energi. Jenis data aktivitas dan data intensitas energi tergantung pada ketersediaan
data. Beberapa data yang dibutuhkan mungkin akan sulit didapatkan di daerah, sehingga perlu
dipikirkan alternatif data yang lebih mudah diperoleh. Untuk memudahkan daerah dalam
melakukan perhitungan kebutuhan energi sektor lainnya, berikut inventarisasi data sektor
lainnya RUED:

No Jenis Data Kebutuhan Data Sumber Data Keterangan


1 Data Aktivitas PDRB Subsektor Riil Prov Dalam Tersedia
Angka
PDRB Menurut
Lapangan
Usaha BPS
2 Intensitas Energi Penjualan Bahan Bakar Pertamina, Digunakan untuk menghitung
Sektor Lainnya Distamben persentasi penggunaan bahan
Prov. bakar di sektor lainnya
Estimasi Share Bahan Distamben Digunakan jika data riil
Bakar di Sektor Lainnya Prov penggunaan bahan bakar
sektor lainnya tidak tersedia
3 Skenario Pertumbuhan PDRB Prov. Dalam Digunakan untuk menghitung
Sektor Lainnya Angka proyeksi kebutuhan energi di
skenario dasar (BAU)
Penghematan RPJMD, Digunakan sebagai dasar
Renstra Sektor perubahan intensitas untuk
Lainnya skenario efisiensi sektor
lainnya

Dari inventarisasi data di atas, selanjutnya data-data dikumpulkan dan diproses dalam Master
Excel Sektor Lainnya. Berikut beberapa tabel data yang harus diisi.
1. Data PDRB Provinsi dalam Angka Konstan Tahun 2000, berisi data PDRB berdasarkan
lapangan usaha (sektor) selama beberapa tahun termasuk tahun dasar.
PDRB Provinsi Tahun PDRB (Milyar Rupiah)
Share Sektor
Dasar (Konstan Industri Sarana Umum Jasa Jasa Jasa Total
Pertanian Pertambangan Transportasi Jasa Sosial Lainnya
Tahun 2000) Manufaktur (Utilitas) Konstruksi Komersial Keuangan
Aceh 1 68 69 136 137 203 204 270 271 1359 2.72%
Sumatera Utara 2 67 70 135 138 202 205 269 272 1360 2.74%
Sumatera Barat 3 66 71 134 139 201 206 268 273 1361 2.75%
Riau 4 65 72 133 140 200 207 267 274 1362 2.76%
Jambi 5 64 73 132 141 199 208 266 275 1363 2.78%
Sumatera Selatan 6 63 74 131 142 198 209 265 276 1364 2.79%
Bengkulu 7 62 75 130 143 197 210 264 277 1365 2.80%
Lampung 8 61 76 129 144 196 211 263 278 1366 2.82%
Bangka Belitung 9 60 77 128 145 195 212 262 279 1367 2.83%
Kepulauan Riau 10 59 78 127 146 194 213 261 280 1368 2.84%
DKI Jakarta 11 58 79 126 147 193 214 260 281 1369 2.86%
Jawa Barat 12 57 80 125 148 192 215 259 282 1370 2.87%
Jawa Tengah 13 56 81 124 149 191 216 258 283 1371 2.88%
DIY Yogyakarta 14 55 82 123 150 190 217 257 284 1372 2.89%
Jawa Timur 15 54 83 122 151 189 218 256 285 1373 2.91%
Banten 16 53 84 121 152 188 219 255 286 1374 2.92%
Bali 17 52 85 120 153 187 220 254 287 1375 2.93%
NTB 18 51 86 119 154 186 221 253 288 1376 2.95%
NTT 19 50 87 118 155 185 222 252 289 1377 2.96%
Kalimantan Barat 20 49 88 117 156 184 223 251 290 1378 2.97%
Kalimantan Selatan 21 48 89 116 157 183 224 250 291 1379 2.99%
Kalimantan Timur 22 47 90 115 158 182 225 249 292 1380 3.00%
Kalimantan Tengah 23 46 91 114 159 181 226 248 293 1381 3.01%
Kalimantan Utara 24 45 92 113 160 180 227 247 294 1382 3.03%
Sulawesi Utara 25 44 93 112 161 179 228 246 295 1383 3.04%
Sulawesi Tengah 26 43 94 111 162 178 229 245 296 1384 3.05%
Sulawesi Selatan 27 42 95 110 163 177 230 244 297 1385 3.07%
Sulawesi Tenggara 28 41 96 109 164 176 231 243 298 1386 3.08%
Gorontalo 29 40 97 108 165 175 232 242 299 1387 3.09%
Sulawesi Barat 30 39 98 107 166 174 233 241 300 1388 3.11%
Maluku 31 38 99 106 167 173 234 240 301 1389 3.12%
Maluku Utara 32 37 100 105 168 172 235 239 302 1390 3.13%
Papua Barat 33 36 101 104 169 171 236 238 303 1391 3.15%
Papua Utara 34 35 102 103 170 170 237 237 304 1392 3.16%
595 1751 2907 4063 5219 6341 7497 8619 9775 46767 100%

Figure 2 PDRB Menurut Lapangan Usaha

2. Data Konsumsi Bahan Bakar


Bahan Intensitas Energi
Mogas Minyak Tanah Minyak Solar Minyak Disel Minyak Bakar Total Aktivitas
Bakar Provinsi
Satuan ribu SBM ribu SBM ribu SBM ribu SBM ribu SBM ribu SBM Juta Rupiah SBM/Juta Rupiah
2010 200 30 1,900 7 100 2,237 16,000,000 0.13981
2011 250 27 2,200 6 900 3,383 17,000,000 0.19900
2012 300 15 2,350 7 850 3,522 19,000,000 0.18534
2013 325 12 2,400 5 700 3,442 20,587,509 0.16719
2014 330 9 3,000 4 500 3,843 20,333,333 0.18900

Figure 3 PDRB Sektor Lainnya

3. Data Share Bahan Bakar, yang diperoleh dari pengolahan data konsumsi bahan bakar
atau asumsi dari Pemda jika data konsumsi bahan bakar tidak tersedia.
Mogas Minyak Tanah Minyak Solar Minyak Disel Minyak Bakar Total
2010 8.94% 1.34% 84.94% 0.31% 4.47% 100%
2011 7.39% 0.80% 65.03% 0.18% 26.60% 100%
2012 8.52% 0.43% 66.73% 0.18% 24.14% 100%
2013 9.44% 0.35% 69.73% 0.15% 20.34% 100%
2014 8.59% 0.23% 78.06% 0.10% 13.01% 100%

Figure 4 Data Share bahan bakar


Business as Usual (BAU) dan Skenario
Perhitungan Demand Tahun Dasar (Current Account)
Untuk menghitung kebutuhan energi tahun dasar, rumus yang digunakan adalah:
Kebutuhan Energi=Data Aktivitas x Intensitas Energi
Kebutuhan Energi=∑ (PDRB Subsektor Industri x Intensitas Energi)

Perhitungan kebutuhan energi sektor lainnya untuk RUED merujuk pada perhitungan sektor
lainnya di RUEN.
Data aktivitas sektor lainnya diambil dari jumlah PDRB sektor pertanian, pertambangan dan
konstruksi untuk masing masing provinsi.
Sedangkan intensitas energi sektor lainnya merujuk pada intensitas energi sektor lainnya
nasional. Dalam permodelan RUEN, intensitas energi sektor lainnya adalah sebesar 32.8
SBM/milyar Rupiah. Angka ini menjadi angka intensitas energi sektor lainnya di masing-masing
provinsi.
Adapun intensitas energi sektor lainnya untuk masing masing jenis bahan bakar ditentukan oleh
angka share masing-masing bahan bakar di masing-masing provinsi untuk sektor lainnya.
Penyusunan skenario dasar (BAU)
Untuk memproyeksikan kebutuhan energi di masa mendatang, diperlukan beberapa parameter
yang relevan. Dalam permodelan RUED, proyeksi kebutuhan energi di masa mendatang
menggunakan angka pertumbuhan PDRB sektor Lainnya dan perkiraan pertumbuhan PDRB
sektor lainnya di masa mendatang. Angka-angka ini dapat merujuk pada Statistik Daerah
berupa Provinsi Dalam Angka, dokumen-dokumen perencanaan jangka panjang dan jangka
menengah di daerah (RPJPD dan RPJMD), maupun dokumen-dokumen lain yang relevan.
Penyusunan skenario BAU dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang besarnya
kebutuhan di masa mendatang jika tren pertumbuhan yang ada saat ini dilanjutkan.
Skenario Tambahan Sektor Lainnya
Selain itu upaya-upaya efisiensi di sektor lainnya dapat juga dimasukkan dalam skenario,
dengan melakukan estimasi penurunan intensitas dari kebijakan-kebijakan efisiensi yang
dilakukan daerah. Selain itu, penggunaan jenis bahan bakar alternatif dapat juga menjadi
skenario alternatif untuk sektor lainnya.

Anda mungkin juga menyukai