Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BESAR 2

Makalah Rangkuman Pancasila CPMK 5 sd. CPMK 8

Disusun Oleh :
Nama: AL GHAHARA KRISNA T.
NIM:41818310020

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FASILKOM

UNIVERSITAS MERCU BUANA


BEKASI
2020

Jl Raya Keranggan No 6 Jatisampurna Bekasi

AL GHAHARA KRISNA 1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya.Makalah ini membahas tentang rangkuman dari modul yang
bapak berikan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

AL GHAHARA KRISNA 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah................................................................................. 4

B. Tujuan............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Nilai Dan Makna Pembukaan UUD45, Dan Hubungan Pembukaan UUD45


Dengan Pasal - Pasalnya, Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dalam Pembukaan Dan Pasal - Pasal UUDNRI 1945.................................... 5
B. Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam
Berbagai Bidang...............................................................................................8
C. Makna pancasila Dalam Sistem Filsafat.........................................................11
D. Pancasila Sebagai Pengembangan Ilmu Dan Teknologi................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………….. 15

B. Daftar Pustaka...............................................................15

AL GHAHARA KRISNA 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbicara tentang pancasila, tentu berkaitan dengan nilai-nilai pancasila,


butirbutir pancasila serta pengamalan-pengamalannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Nilai – nilai pancasila memiliki makna yang mendalam baik dari segi
sejarah pembentukan dan pengamalan. Pancasila adalah dasar negara yang juga
Landasan untuk menuju cita-cita bangsa dan untuk memotivasi bangsa dalam
mencapai cita-cita tersebut.

Dewasa ini, dengan perkembangan teknologi, modernisasi, westernisasi yang


tak lain adalah Globalisasi telah mengikis nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
masyarakat. Sehingga mengakibatkan ketidak tahuan masyarakat Indonesia
terhadap nilai-nilai dan butir-butir Dasar negara mereka sendiri. Dan menanamkan
pemikiran bahwa nilai-nilai, butir-butir dan pengamalan-pengamala Pancasila hanya
untuk para pelajar dan Mahasiswa saja.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui Nilai Dan Makna Pembukaan UUD45, Dan Hubungan


Pembukaan UUD45 Dengan Pasal - Pasalnya, Implementasi Pancasila
Sebagai Dasar Negara Dalam Pembukaan Dan Pasal - Pasal UUDNRI 1945
2. Mengetahui Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara
Dalam Berbagai Bidang
3. Mengetahui Makna pancasila Dalam Sistem Filsafat
4. Mengetahui Pancasila Sebagai Pengembangan Ilmu Dan Teknologi

AL GHAHARA KRISNA 4
BAB II
PEMBAHASAN

Pancasila Sebagai Dasar Negara


A. Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD RI tahun 1945.
Landasan historis Pancasila sebagai dasar negara terkait dengan nilai-nilai
kultur bangsa Indonesia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia. Secara historis, dapat pula dinyatakan bahwa Pancasila yang
dirumuskan para pendiri bangsa (the founding father) ini dimaksudkan untuk
menjadi dasarnya Indonesia merdeka. Adalah dr. Radjiman Widiodiningrat selaku
ketua BPUPKI yang menanyakan kepada peserta sidang I BPUPKI tanggal 29
Mei 1945 dengan kalimat "Indonesia merdeka yang akan kita bentuk apa
dasarnya?" Menanggapi pernyataan ketua tersebut, beberapa anggota BPUPKI
berpidato menyatakan hal-hal tentang apa dasar dari Negara Indonesia merdeka
di kelak kemudian hari.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendiri Negara


hendak mencari hal-hal atau bahan-bahan yang akan menjadi dasarnya Negara
Indonesia merdeka. Dalam perkembangan selanjutnya bahan atau hal-hal
tersebut dirumuskan menjadi 5 (lima) dasar dan disepakati sebagai dasar Negara
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945.

Landasan Yuridis Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana


tercantum dalam Alinia Keempat Pembukaan UUD 1945, ".....maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi selutuh rakyat Indonesia"

Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan


UUD 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya
adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia,
sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan
MPR No. IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa
seluruh peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan
MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-
peraturan Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah
Republik Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata
lain, isi dan tujuan Peraturan Perundang-undangan RI tidak boleh menyimpang
dari jiwa Pancasila. Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang
bersifat formal dan hubungan yang bersifat material.

AL GHAHARA KRISNA 5
1. Hubungan yang bersifat formal
Menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan
UUD alinea keempat yang mengandung pengertian bahwa "tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi
dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu
perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsur-
unsurnya terdapat dalamPancasila"
Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental sehingga dalam tata tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam
kedudukan, yaitu :
I. Sebagai Dasarnya, karena Pembukaan itulah yang memberikan
faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia
II. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib
hukum tertinggi
2. Hubungan yang bersifat material
Menunjuk pada materi pokok atau isi pembukaan dari Pancasila. Karena isi
kandungan material Pembukaan UUD 1945 itulah maka Pembukaan UUD 1945
disebut sebagai Pokok Kaidah Negara yang fundamental, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Notonagoro, esensi atau intisari Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental secara material adalah Pancasila. Menurut teori dan keadaan Pokok
Kaidah Negara yang Fundamental dapat ;
1. Tertulis, Pokok Kaidah yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu
sebagai hukum positif, dengan kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun
sebenarnya tidak sah.
2. Tidak Tertulis, Pokok kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu
karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas
sehingga mudah tidak diketahui atau tidak diiingat.
B. Penjabaran Pancasila dalam pasal - pasal UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi
suasanakebatinan, cita-cita dan hokum dan cita-cita moral bangsa Indonesia.
Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
bangsa Indonesia karena bersumber dari pandangan hidup dan dasar negara, yaitu
Pancasila
1. Hubungan Kausal, mengandung pengertian Pembukaan UUD 1945
merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945.
2. Hubungan Organis, berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok
pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pokok pikiran pertama berintikan "Persatuan", yaitu "Negara melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia" [Pasal 35 (Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah
Putih), Pasal 36 (Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia), Pasal 36A
(Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka

AL GHAHARA KRISNA 6
Tunggal Ika) dan Pasal 36B (Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya)
menjadi pemersatu bangsa.]

2. Pokok pikiran kedua berintikan "Keadilan sosial", yaitu "negara hendak


mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat" Pasal 27 ayat 2, (Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.)
3. Pokok pikiran ketiga berintikan "Kedaulatan Rakyat", yaitu "negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan" Pasal 1 ayat 2, (Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang• Undang Dasar.)
4. Pokok pikiran keempat berintikan "Ketuhanan Yang Maha Esa", yaitu
"Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adali dan beradab " Pasal 29 ayat 1, (Negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa.)

AL GHAHARA KRISNA 7
Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan
Negara Dalam Berbagai Bidang

1. Penuangan Pancasila didalam UUD


Isi UUD secara keseluruhan dimaksudkan mengatur rambu-rambu pokok
untuk mengolaborasi empat kaidah penuntun hukum Pancasila yang kemudian
dilembagakan dari pusat sampai ke daerah-daerah harus dijadikan pedoman dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan lainnya.
a) Penuntun pertama
Semua peraturan perundang-undangan harus menjamin integrasi atau
keutuhan ideologi dan teritori negara dan bangsa Indonesia
Penuntun kedua
b) Negara harus diselenggarakan dalam keseimbangan antara prinsip
demokrasi dan nomokrasi.
c) Penuntun ketiga
Negara harus menjamin keadilan sosial.
d) Penuntun keempat
Negara harus menjamin tegaknya toleransi beragama yang berkeadaban.
2. Penuangan didalam Peraturan Perundang-Undangan dibawah UUD
Sangatlah sulit untuk menilai atau mengukur satu persatu, apakah isi perundang-
undangan dibawah UUD itu benar-benar merupakan penuangan Pancasila atau
bukan, karena jumlahnya mencapai ribuan. Tetapi secara umum dapat dikatakan
bahwa sudah ada instrumen hukum dan politik yang mengatur agar semua
peraturan perundang-undangan memuat isi yang secara berjenjang konsisten
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang pada tataran
puncaknya harus bersumber pada Pancasila.
3. Prolegnas dan Prolegda
Agar didalam pembuatan UU dan Perda terbangun konsistensi isi dengan Pancasila
dan UUD maka pada saat ini di Indonesia telah ditetapkan keharusan adanya
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) dan Program Legislasi Daerah (Prolegda).
Keharusan adanya Prolegnas dan Prolegda dimaksudkan agar semua UU dan
Perda yang akan dibuat dapat dinilai lebih dulu kesesuaiannya dengan Pancasila
dan UUD 1945 melalui perencanaan dan pembahasan yang matang.
4. Judicial Review
Ketentuan tentang penuangan Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan
dan instrumen pengawasannya melalui judicial review di Indonesia pada saat ini
sudah cukup diatur dengan berbagai instrumen konstitusi dan hukum.menurut pasal
24C UUD 1945 Mahkamah Konstitusi (MK) mempunyai hak pengujian UU terhadap
UUD sedangkan Mahkamah Agung (MA) menurut pasal 24A UUD 1945 melakukan
pengujian peraturan perundang-undangan dibawah UU terhadap peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.

AL GHAHARA KRISNA 8
A. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
PADA HAKIKATNYA

Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa


Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan
sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan
kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup
kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir
batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu,


perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah. Pada zaman reformasi saat ini
pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam
pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan
kepribadian bangsa.

B. PENGIMPLEMENTASIAN PANCASILA
Berikut beberapa implementasi pancasila diberbagai bidang:

a) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG POLITIK.


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada
dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa
manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus
benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus
mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus
segera diakhiri.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil
dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2
pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang
politik di Negara Republik Indonesia.
b) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG EKONOMI.
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang
mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang
lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto,1999).
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi
Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.

AL GHAHARA KRISNA 9
c) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN
BUDAYA
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi
dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat
ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan yang
lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa reformasi
dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai
dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada
hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai
yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya.
d) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN
KEAMANAN.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi
tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan
negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka
melindungi hak-hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Pasal-pasal tersebut merupakan
penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila
pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan
kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan
negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan
kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada
moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar dari
pelanggaran hak-hak asasi manusia.

AL GHAHARA KRISNA 10
Makna pancasila Dalam Sistem Filsafat

A. Makna Pancasila Dalam Sistem Filsafat

Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat, suatu bangsa, senantiasa
memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing , yang berbeda
dengan bangsa lain di dunia dan hal inilah yang disebut sebagai local genius
(kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan lokal)
bangsa. Dengan demikian bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan
pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain. Ketika para pendiri negara
Indonesia menyiapkan berdirinya negara Indonesia merdeka, mereka sadar
sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental ‘di atas dasar
apakah negara Indonesia merdeka ini didirikan’. Jawaban atas pertanyaan
mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolok ukur utama bangsa ini meng-
Indonesia. Dengan kata lain jati diri bangsa akan selalu bertolok ukur kepada nilai-
nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Pemahaman demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek
ontologi, epistimologi, dan aksiologi dari kelima sila Pancasila. Pancasila
merupakan filsafat bangsa Indonesia mengandung pengertian sebagai hasil
perenungan mendalam dari para tokoh pendiri negara (the founding fathers) ketika
berusaha menggali nilai-nilai dasar dan merumuskan dasar negara untuk di atasnya
didirikan negara Republik Indonesia. Hasil perenungan itu secara resmi disahkan
bersamaan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI)
tahun 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus
1945 sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia.
Kelima dasar atau prinsip yang terdapat dalam sila-sila Pancasila tersebut
merupakan satu kesatuan bagian-bagian sehingga saling berhubungan dan saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu sehingga dapat disebut sebagai sistem.
Pengertian suatu sistem, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000: 66) dari Shrode
dan Don Voich memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. suatu kesatuan bagian-bagian;
b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri;
c. saling berhubungan, saling ketergantungan;
d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
(tujuan sistem);
e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat  dapat dilakukan
dengan cara deduktif dan induktif.
a. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif.
b. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari
gejala-gejala itu.

AL GHAHARA KRISNA 11
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk social
 Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
Fungsi Filsafat Pancasila:
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental/mendasar
dalam kehidupan bernegara, Misalnya : susunan politik, sistem politik, bentuk
negara, susunan perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini harus dapat dikembangkan oleh filsafat.
 Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide,
negara atau tujuan negara. (Kelima sila pancasila merupakan kesatuan yang
utuh, tidak terpisahkan)
 Berusaha menempatkan dan menjadi bernegara. (sehingga fungsi filsafat
akan terlihat jelas kalau negara itu sudah terbentuk keteraturan kehidupan
bernegara).

B. Bukti Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-ciri
suatu kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-
sendiri, saling berhubungan dan ketergantungan, keseluruhannya dimaksud untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem), dan terjadi dalam suatu lingkungan
yang kompleks. Pancasila menjadi landasan dan falsafah dasar negara telah
membuktikan dirinya sebagai wadah yang dapat menyatukan bangsa. Dengan
Pancasila bangsa Indonesia diikat oleh kesadaran sebagai satu bangsa dan satu
negara. Pancasila memberikan ciri khas dalam kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.

AL GHAHARA KRISNA 12
PANCASILA SEBAGAI PEGEMBANGAN ILMU DAN
TEKNOLOGI
A. Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

1. Konsep Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu
pada beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan
danteknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak
bertentangandengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kedua, bahwa
setiap iptekyang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai Pancasila
sebagaifaktor internal pengembangan iptek itu sendiri.Ketiga, bahwa nilai-nilai
Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di Indonesia,
artinyamampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara
bertindak bangsa Indonesia. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus
berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal
dengan istilahindegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).

2. Pancasila Sebagai Dasar Perkembangan IPTEK


Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan
teknologi. Perkembangan IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat
cepat, makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai
angkasa luas dan luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi
makin dalam segala aspek kehidupan dan institusi budaya. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi yang tidak dibarengi dengan dasar-dasar Pancasila
yang kuat justru akan menjadi aspek penghancur bangsa, terutama dari segi
moralitas dan mentalitas.
Perubahan dan perkembangan tekhnologi yang terlampau deras menyebabkan
terlalu mudahnya informasi dari seluruh penjuru dunia masuk ke dalam bangsa kita.
Segala kemudahan dalam berinteraksi juga semakin tidak dapat dibendung lagi. Hal
tersebut didukung dengan adanya perkembangan gadget yang menyediakan
layanan-layanan dan berbagai fasilitas canggih untuk berkomunikasi.
Sesungguhanya semua kemajuan ini sangat membantu dan meringankan kita dalam
melakukan aktivitas. Pekerjaan akan semakin cepat terselesaikan dan menghemat
waktu serta tenaga. Kini tiada lagi jarak yang berarti dalam bertukar informasi.
Kehidupan di dalam masyarakat semakin nyaman dan menyenakan. Masyarakat
madani pun akan semakin mudah tercapai, walaupun di sisi lain hal ini merupakan
suatu tantangan bagi bangsa kita untuk dapat mengikuti perkembangan dan
kemajuan tekhnologi. Sebab tak kan tercipta masyarakat madani apabila
perkembangan dan kemajuan tekhnologi kita masih terbelakang dan hanya
bertumpu kepada bangsa asing. Masyarakat akan selalu tergantung kepada pihak
lain dan bertolak dari kemandirian serta cenderung akan mendekati masyarakat
yang konsumtif.

AL GHAHARA KRISNA 13
3. Hubungan Antara Pancasila dan Perkembangan IPTEK
Selain memiliki kekayaan alam yang menakjubkan, Indonesia juga sangat kaya
akan suku bangsa, budaya, agama, bahasa, ras dan etnis golongan. Sebagai akibat
keanekaragaman tersebut Indonesia mengandung potensi kerawanan yang sangat
tinggi pula, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi
timbulnya konflik sosial. Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan
yang tinggi dan dapat menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang
mengandung berbagai nilai dan budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra
warga masyarakat yang menyebabkan konflik tata nilai.
Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi
bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri,
hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
informasi dan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung didalam
pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari
permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya. Oleh karena itu. kemajuan
dan perkembangan IPTEK sangat diperlukan dalam upaya mempertahankan segala
kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta menjawab segala tantangan zaman.
Dengan penguasaan IPTEK kita dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.
Maka dari itu, IPTEK dan Pancasila antara satu dengan yang lain memiliki
hubungan yang kohesif. IPTEK diperlukan dalam pengamalan Pancasila, sila ketiga
dalam menjaga persatuan Indonesia. Di lain sisi, kita juga harus tetap menggunakan
dasar-dasar nilai Pancasila sebagai pedoman dalam mengembangkan Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi agar kita dapat tidak terjebak dan tepat sasaran
mencapai tujuan bangsa.

AL GHAHARA KRISNA 14
KESIMPULAN
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila
sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan.

Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang
menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.

Oleh karena pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara
harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan
basis moralitas pertahanan dan keamanan negara.

Oleh karena itu pertahanan dan keamanan negara harus


mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila. Dan
akhirnya agar benar-benar negara meletakan pada fungsi yang sebenarnya sebagai
suatu negara hukum dan bukannya suatu negara yang berdasarkan atas
kekuasaan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/24338599/IMPLEMENTASI_PANCASILA_DALAM_P
EMBUATAN_KEBIJAKAN_NEGARA_DALAM_BIDANG_POLITIK
https://www.academia.edu/9135034/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_FILSAFA
T_MAKALAH_Disusun_untuk_Memenuhi_Tugas_Pancasila_
https://kknockin.wordpress.com/2017/12/08/pancasila-sebagai-dasar-
pengembangan-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/

AL GHAHARA KRISNA 15

Anda mungkin juga menyukai