Disusun Oleh :
Nama: AL GHAHARA KRISNA T.
NIM:41818310020
AL GHAHARA KRISNA 1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya.Makalah ini membahas tentang rangkuman dari modul yang
bapak berikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
AL GHAHARA KRISNA 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………….. 15
B. Daftar Pustaka...............................................................15
AL GHAHARA KRISNA 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
AL GHAHARA KRISNA 4
BAB II
PEMBAHASAN
AL GHAHARA KRISNA 5
1. Hubungan yang bersifat formal
Menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan
UUD alinea keempat yang mengandung pengertian bahwa "tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi
dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu
perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsur-
unsurnya terdapat dalamPancasila"
Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental sehingga dalam tata tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam
kedudukan, yaitu :
I. Sebagai Dasarnya, karena Pembukaan itulah yang memberikan
faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia
II. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib
hukum tertinggi
2. Hubungan yang bersifat material
Menunjuk pada materi pokok atau isi pembukaan dari Pancasila. Karena isi
kandungan material Pembukaan UUD 1945 itulah maka Pembukaan UUD 1945
disebut sebagai Pokok Kaidah Negara yang fundamental, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Notonagoro, esensi atau intisari Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental secara material adalah Pancasila. Menurut teori dan keadaan Pokok
Kaidah Negara yang Fundamental dapat ;
1. Tertulis, Pokok Kaidah yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu
sebagai hukum positif, dengan kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun
sebenarnya tidak sah.
2. Tidak Tertulis, Pokok kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu
karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas
sehingga mudah tidak diketahui atau tidak diiingat.
B. Penjabaran Pancasila dalam pasal - pasal UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi
suasanakebatinan, cita-cita dan hokum dan cita-cita moral bangsa Indonesia.
Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
bangsa Indonesia karena bersumber dari pandangan hidup dan dasar negara, yaitu
Pancasila
1. Hubungan Kausal, mengandung pengertian Pembukaan UUD 1945
merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945.
2. Hubungan Organis, berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok
pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pokok pikiran pertama berintikan "Persatuan", yaitu "Negara melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia" [Pasal 35 (Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah
Putih), Pasal 36 (Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia), Pasal 36A
(Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
AL GHAHARA KRISNA 6
Tunggal Ika) dan Pasal 36B (Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya)
menjadi pemersatu bangsa.]
AL GHAHARA KRISNA 7
Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan
Negara Dalam Berbagai Bidang
AL GHAHARA KRISNA 8
A. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
PADA HAKIKATNYA
B. PENGIMPLEMENTASIAN PANCASILA
Berikut beberapa implementasi pancasila diberbagai bidang:
AL GHAHARA KRISNA 9
c) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN
BUDAYA
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi
dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat
ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan yang
lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa reformasi
dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai
dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada
hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai
yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya.
d) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN
KEAMANAN.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi
tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan
negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka
melindungi hak-hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Pasal-pasal tersebut merupakan
penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila
pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan
kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan
negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan
kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada
moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar dari
pelanggaran hak-hak asasi manusia.
AL GHAHARA KRISNA 10
Makna pancasila Dalam Sistem Filsafat
Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat, suatu bangsa, senantiasa
memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing , yang berbeda
dengan bangsa lain di dunia dan hal inilah yang disebut sebagai local genius
(kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan lokal)
bangsa. Dengan demikian bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan
pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain. Ketika para pendiri negara
Indonesia menyiapkan berdirinya negara Indonesia merdeka, mereka sadar
sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental ‘di atas dasar
apakah negara Indonesia merdeka ini didirikan’. Jawaban atas pertanyaan
mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolok ukur utama bangsa ini meng-
Indonesia. Dengan kata lain jati diri bangsa akan selalu bertolok ukur kepada nilai-
nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Pemahaman demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek
ontologi, epistimologi, dan aksiologi dari kelima sila Pancasila. Pancasila
merupakan filsafat bangsa Indonesia mengandung pengertian sebagai hasil
perenungan mendalam dari para tokoh pendiri negara (the founding fathers) ketika
berusaha menggali nilai-nilai dasar dan merumuskan dasar negara untuk di atasnya
didirikan negara Republik Indonesia. Hasil perenungan itu secara resmi disahkan
bersamaan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI)
tahun 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus
1945 sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia.
Kelima dasar atau prinsip yang terdapat dalam sila-sila Pancasila tersebut
merupakan satu kesatuan bagian-bagian sehingga saling berhubungan dan saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu sehingga dapat disebut sebagai sistem.
Pengertian suatu sistem, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000: 66) dari Shrode
dan Don Voich memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. suatu kesatuan bagian-bagian;
b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri;
c. saling berhubungan, saling ketergantungan;
d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
(tujuan sistem);
e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan
dengan cara deduktif dan induktif.
a. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif.
b. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari
gejala-gejala itu.
AL GHAHARA KRISNA 11
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk social
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
Fungsi Filsafat Pancasila:
Memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental/mendasar
dalam kehidupan bernegara, Misalnya : susunan politik, sistem politik, bentuk
negara, susunan perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini harus dapat dikembangkan oleh filsafat.
Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide,
negara atau tujuan negara. (Kelima sila pancasila merupakan kesatuan yang
utuh, tidak terpisahkan)
Berusaha menempatkan dan menjadi bernegara. (sehingga fungsi filsafat
akan terlihat jelas kalau negara itu sudah terbentuk keteraturan kehidupan
bernegara).
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-ciri
suatu kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-
sendiri, saling berhubungan dan ketergantungan, keseluruhannya dimaksud untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem), dan terjadi dalam suatu lingkungan
yang kompleks. Pancasila menjadi landasan dan falsafah dasar negara telah
membuktikan dirinya sebagai wadah yang dapat menyatukan bangsa. Dengan
Pancasila bangsa Indonesia diikat oleh kesadaran sebagai satu bangsa dan satu
negara. Pancasila memberikan ciri khas dalam kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.
AL GHAHARA KRISNA 12
PANCASILA SEBAGAI PEGEMBANGAN ILMU DAN
TEKNOLOGI
A. Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
AL GHAHARA KRISNA 13
3. Hubungan Antara Pancasila dan Perkembangan IPTEK
Selain memiliki kekayaan alam yang menakjubkan, Indonesia juga sangat kaya
akan suku bangsa, budaya, agama, bahasa, ras dan etnis golongan. Sebagai akibat
keanekaragaman tersebut Indonesia mengandung potensi kerawanan yang sangat
tinggi pula, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi
timbulnya konflik sosial. Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan
yang tinggi dan dapat menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang
mengandung berbagai nilai dan budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra
warga masyarakat yang menyebabkan konflik tata nilai.
Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi
bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri,
hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
informasi dan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung didalam
pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari
permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya. Oleh karena itu. kemajuan
dan perkembangan IPTEK sangat diperlukan dalam upaya mempertahankan segala
kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta menjawab segala tantangan zaman.
Dengan penguasaan IPTEK kita dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.
Maka dari itu, IPTEK dan Pancasila antara satu dengan yang lain memiliki
hubungan yang kohesif. IPTEK diperlukan dalam pengamalan Pancasila, sila ketiga
dalam menjaga persatuan Indonesia. Di lain sisi, kita juga harus tetap menggunakan
dasar-dasar nilai Pancasila sebagai pedoman dalam mengembangkan Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi agar kita dapat tidak terjebak dan tepat sasaran
mencapai tujuan bangsa.
AL GHAHARA KRISNA 14
KESIMPULAN
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila
sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan.
Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang
menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
Oleh karena pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara
harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan
basis moralitas pertahanan dan keamanan negara.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/24338599/IMPLEMENTASI_PANCASILA_DALAM_P
EMBUATAN_KEBIJAKAN_NEGARA_DALAM_BIDANG_POLITIK
https://www.academia.edu/9135034/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_FILSAFA
T_MAKALAH_Disusun_untuk_Memenuhi_Tugas_Pancasila_
https://kknockin.wordpress.com/2017/12/08/pancasila-sebagai-dasar-
pengembangan-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/
AL GHAHARA KRISNA 15