Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
KASUS TRAUMA ABDOMEN
( Dosen pembimbing : Ns. H. L. Aries Fahrozi, S.Kep., M.Kep)

Disusun oleh :
Kelompok III
1. Ayudia Arisma (1709MK689)
2. Diana Perianti (1709MK692)
3. Maria Ulfa Handayani (113119033)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKes) HAMZAR LOMBOK TIMUR
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas


Rahmat dan Karunia-Nya kami telah dapat menyelesaikan atau membuat
sebuah makalah yang berjudul “ asuhan keperawatan gawat darurat pada
kasus trauma abdomen”. Di dalam menyelesaikan makalah ini kami
banyak mengalami berbagai macam kendala, namun berkat motivasi dan
bantuan berbagai pihak, kesulitan itu dapat kami atasi.
Di dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan, untuk itu agar lebih
sempurnanya makalah ini kami mengharapkan saran dan kritikan yang
dapat membangun demi perbaikan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua dan menjadi amal baik, semoga mendapat balasan kebaikan
yang tiada hentinya dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

Lombok Timur, 03 Maret 2019

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................1
B. Tujuan penulisan ...................................................................................2
o Tujuan umum ...................................................................................2
o Tujuan khusus ..................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3

A. Definisi trauma abdomen......................................................................3


B. Etologi trauma abdomen........................................................................3
C. Manifestasi klinistrauma abdomen........................................................4
D. Klasifikasi trauma abdomen...................................................................4
E. Patofisiologi trauma abdomen................................................................6
F. Pemeriksaan diagnostik trauma abdomen..............................................8
G. Penatalaksanaan trauma abdomen........................................................10
H. Komplikasi trauma abdomen...............................................................12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN...............13

A. Pengkajian............................................................................................13
B. Diagnosa...............................................................................................15
C. Intervensi..............................................................................................16

BAB IV PENUTUP.......................................................................................17

A. Kesimpulan .........................................................................................21
B. Saran ....................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot
perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di
sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau
costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau
rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas
pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan
membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis.
Membran ini juha membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi
peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ,
seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan.
Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari
saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum,
umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti:
hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti:
ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa
(lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan
keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul
mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini
memerlukan penanggulangan segera yang sering beru tindakan beda,
misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau
strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada
abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada
trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya

1
menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk
terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini
kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun
ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada
daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya
Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan
tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan
secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma,
gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan
diagnosis.

B. TUJUAN
Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang
dimungkinkan karena trauma abdomen.
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
2. Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.
3. Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.
5. Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen.
6. Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.
8. Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah
dalam program S1 Keperawatan

2
BAB II
KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan
daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ (Sjamsuhidayat, 1997).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006)
Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen
yang menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma
dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.

B. ETIOLOGI
Menurut Sjamsuhidayat (1998), penyebab trauma abdomen adalah
sebagai berikut:
 Penyebab trauma penetrasi
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
 Penyebab trauma non-penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
d. Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga.

3
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Trauma tembus abdomen (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium):
a) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b) Respon stres simpatis
c) Perdarahan dan pembekuan darah
d) Kontaminasi bakteri
e) Kematian sel
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian
besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma
penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma
dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan
isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam
rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi
2. Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium) ditandai dengan:
a) Kehilangan darah.
b) Memar/jejas pada dinding perut.
c) Kerusakan organ-organ.
d) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding
perut.
e) Iritasi cairan usus
Menurut Scheets (2002), secara umum seseorang dengan trauma abdomen
menunjukkan manifestasi sebagai berikut :
1) Laserasi, memar,ekimosis
2) Hipotensi
3) Tidak adanya bising usus
4) Hemoperitoneum
5) Mual dan muntah
6) Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah,
biasanya pd arteri karotis),
7) Nyeri

4
8) Pendarahan
9) Penurunan kesadaran
10) Sesak
11) Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh
perdarahan limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.
12) Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal
13) Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang) pada
perdarahan retroperitoneal.
14) Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia
pada fraktur pelvis
15) Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran
kiri atas ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Trauma tumpul (blunt injury)
Trauma tumpul Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke
dalam rongga peritoneum. Luka pada abdomen bisa disebabkan oleh
jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor,
cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselerasi,
kompresi/sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh
kecelakaan.
Suatu pukulan langsung, misalkan terbentur stir ataupun bagian
pintu mobil yang melesak ke dalam karena tabrakan, bisa menyebabkan
trauma kompresi ataupuncrush injury terhadap organ viscera. Hal ini
dapat merusak organ padat maupun organ berongga, dan bisa
mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ yang distensi (misalnya
uterus ibu hamil), dan mengakibatkan perdarahan maupun peritornitis.
Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ viscera sebenarnya
adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat
belt jenis lap belt ataupun komponen pengaman bahu) tidak digunakan
dengan benar. Pasien yang cedera pada suatu tabrakan motor bisa
mengalami trauma decelerasi dimana terjadi pergerakan yang tidak
sama antara suatu bagian yang terfiksir dan bagian yang bergerak,

5
seperti rupture lien ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak) dibagian
ligamentnya (organ yang terfiksir). Pemakaian air-bag tidak mencegah
orang mengalami trauma abdomen. Pada pasien-pasien yang
mengalami laparotomi karena trauma tumpul, organ yang paling sering
kena adalah lien (40-55%), hepar (35-45%), dan usus (5-10%). Sebagai
tambahan, 15% nya mengalami hematoma retroperitoneal.
2) Trauma tajam (penetration injury)
Trauma tembus Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi
ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan
oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong.
Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer
energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya
efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi
fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka tusuk tersering
mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan colon
(15%). Luka tembak menyebabkan kerusakan yang lebih besar, yang
ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan berapa besar energy
kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang,
maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai
usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah
abdominal (25%).

E. PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh
juga penting.

6
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan
yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga
bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan.
Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.

2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan


vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.

3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat


menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler..

7
Pathway

Trauma paksa (jatuh, benda Trauma benda tajam


tumpul, kompresi dll)
(Pisau, peluru, dll)

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas


tubuh
Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

Trauma Tajam Trauma Tumpul

Kerusakan organ
Kompresi organ abdomen
Kerusakan Kerusakan
Jaringan Kulit abdomen jaringan vaskuler

Perdarahan intra
Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
Luka
abdomen(Kontusio,
terbuka Laserasi, jejas,
Peningkatan TIA
hematoma) Resiko
Resiko kekurangan
infeksi volume cairan Distensi Abdomen
Nyeri akut
Mual/muntah
Syok
Hipovilemik
Kerusakan
Resiko ketidak
integritas seimbangan
nutrisi

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen,
yaitu:
1) Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
2) Pemeriksaan darah rutin

8
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pads hepar.
3) Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
4) Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada
saluran urogenital.
5) VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
6) Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sebagai berikut:
 Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
 Trauma pada bagian bawah dari dada
 Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
 Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
(obat,alkohol, cedera otak)
 Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
 Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai berikut:
 Hamil
 Pernah operasi abdominal
 Operator tidak berpengalaman

9
 Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
7) Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi
dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika ada
indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.
1) Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift
atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah
benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2) Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
3) Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan
pernafasan.

Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-penetrasi


dan trauma penetrasi, yaitu:
1) Penanganan awal trauma non-penetrasi
Stop makanan dan minuman
Imobilisasi
Kirim ke rumah sakit
Diagnostic Peritoneal Lavage
2) Penanganan awal trauma penetrasi
Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tiak boleh dicabut kecuali oleh
tim medis.
Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah luka
Bila usus atau orga lain keluar maka organ tersebut tidak boleh
dimasukkan, maka organ tersebut dibaluk dengan kai bersih atau
kasa steril.
Imobilisasi pasien

10
Tidak makan dan minum
Bila luka terbuka, balut dengan menekan
Kirim px ke rumah sakit

Penanganan di Rumak Sakit


1) Trauma Penetrasi
a) Skrinnig pemeriksaan rongten
Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau
pneumothoraks. Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka
atau adanya udara retroperitoneum
b) IVP atau Urogram Excretory dan CT scan
Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada
c) Uretrografi
Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
d) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.
2) Trauma non-penetrasi
a) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan
darah lkhusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.
b) Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita
dengan multitrauma , mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas dibawah
diagfragma, yang keduanya memerlukan laparotomi.
c) Study kontras urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau descendens dan dubur.

H. KOMPLIKASI
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi pada
pasien dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera.
Sedangkan komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi.

11
Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama
trauma tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis,
cedera iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak
adekuat, rupture spleen yang muncul kemudian (King et al, 2002; Salomone
& Salomone, 2011). Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma
tumpul abdomen karena adanya rupture pada organ.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Menurut krisanty, (2009) pengkajiandan diagnose secara teoritis yaitu:
1) Pengkajian primer
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di
lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat. Apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika
korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a) Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang, membuka jalan napas
menggunakan teknik ’head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala
dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah
atau benda asing lainnya.
b) Breathing, dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan
dengan menggunakan cara ’lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c) Circulation, dengan kontrol perdarahan hebat, jika pernapasan
korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, makabantuan napas
dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan
napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas.
2) Pengkajian skunder
a) Pengkajian fisik
i. Inspeksi
 Harus teliti, meteorismus, darm contour, darm steifung, adanya
tumor, dilatasi vena, benjolan di tempat terjadi hernia, dll
 Sikap penderita pada peritonitis : fleksi artic. coxae dan genue
sehingga melemaskan dinding perut dan rasa sakit

13
ii. Palpasi
 Diperhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit
tekan titik McBurney, iliopsoas sign, obturator sign, rovsing
sign, rebound tenderness.
 Rectal toucher : untuk menduga kausa ileus mekanik,
invaginasi, tumor, appendikuler infiltrate.
iii. Perkusi
 Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra
abdominal
iv. Auskultasi
 Harus sabar dan teliti
 Borboryghmi, metalic sound pada ileus mekanik
 Silent abdomen pada peritonitis / ileus paralitik.
3) Pengkajian pada trauma abdomen
 Trauma Tembus abdomen
a. Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan
tusukan/tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan).
b. Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera
tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.
c. Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar
sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah
tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi
peritonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan
kedalam rongga abdomen).
d. Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan
melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas,
penurunan bising usus, hipotensi dan syok.
e. Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen,
observasi cedera yang berkaitan.
f. Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
 Trauma tumpul abdomen
a. Metode cedera.
b. Waktu awitan gejala.

14
c. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering
menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan
digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.
d. Waktu makan atau minum terakhir.
e. Kecenderungan perdarahan.
f. Penyakit danmedikasi terbaru.
g. Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
h. Alergi, lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh
pasienuntuk mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka yang terbuka
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

15
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Resiko NOC
NIC
kekurangan  Fluid balance
Fluid management
volume cairan  Hydration
b/d  Nutrisional status :  Pertahankan catatan
food and fluid intake dan output yang
perdarahan
 Intake akurat
 Blood lose severity  Monitor status hidrasi
 Blood koagulation (kelembaban
membrane mukosa,
nadi adekuat, tekanan
Kriteria Hasil : darah ortostatik) jika
diperlukan.
 Mempertahankan  Monitor vital sign
urine output sesuai  Monitor masukan
dengan usia dan
makanan/cairan dan
BB, HT normal.
 TTV dalam batas hitung intake kalori
normal harian
 Tidak ada tanda-  Kolaborasikan
tanda dehidrasi pemberian cairan IV
 Elastisitas turgor  Berikan cairan IV pada
kulit baik, suhu ruangan
membrane mukosa
 Dorong masukan oral
lembab, tidak ada
rasa haus yang  Dorong keluarga untuk
berlebihan. membantu pasien
 Tidak ada makan
kehilangan darah  Kolaborasi dengan
yang terlihat dokter
 Tekanan darah  Atur kemungkinan
dalam batas normal
tranfusi
sistol dan diastole.
 Persiapan untuk
tranfusi

2. Nyeri b/d
NOC NIC
adanya trauma
abdomen atau  pain level Pain management
 pain control
luka penetrasi  comfort level  lakukan pengkajian
abdomen. nyeri secara
kriteria Hasil
komprehensif
termasuk lokasi,
 mampu karakteristik,
mengontrol durasi, frekuensi,

16
nyeri (tahu kualitas dan factor
penyebab nyeri, prepitasi
mampu  observasi reaksi
menggunakan nonverbal dari
tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi  gunakan tehnik
untuk komunikasi
mengurangi terapeutik untuk
nyeri, mencari mengetahui
bantuan) pengalaman nyeri
 melaporkan pasien
bahwa nyeri  evaluasi
berkurang pengalaman nyeri
dengan masa lampau
menggunakan  evaluasi bersama
manajemen pasien dan tim
nyeri kesehatan lain
 mampu tentangketidakefek
mengenali nyeri tifan control nyeri
(skala masa lampau
intensitas,  bantu pasien dan
frekuensi dan keluarga untuk
tanda nyeri) mencari
 menyatakan menemukan
rasa nyaman dukungan
setelah nyeri  control lingkungan
berkurang. yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.
3. Resiko infeksi  NIC
NOC  Infection control
b/d tindakan
(kontrolinfeksi)
pembedahan,  immune status  Bersihkan
knowledge : lingkungan setelah
tidak infection control dipakai pasien lain
adekuatnya risk control  Pertahankan tehnik
isolasi
pertahanan
Kriteria Hasil  Batasi pengunjung
tubuh. bila perlu
 Instruksikan pada
 klien bebas dari
pengunjung untuk
tanda dan
mencuci tangan
gejala infeksi
saat berkunjung
 mendeskripsika
dan setelah
n proses
berkunjung
penularan
meninggalkan
penyakit, factor
pasien
yang
 Gunakan sabun
mempengaruhi
anti mikrobia untuk
penularan serta

17
penatalaksanaa cuci tangan
nnya.  Cuci tangan setiap
 Menunjukkan sebelum, dan
kemampuan sesudah tindakan
untuk keperawatan
mencegah  Gunakan baju
timbulnya saraung tangan
infeksi sebagai alat
 Jumlah leukosit pelindung
dalam batas  Pertahankan
normal lingkungan aseptic
 Menunjukkan selama
perilaku hidup pemasangan alat
sehat  Ganti letak IV
perifer dan line
central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
 Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
 tingkatkan intake
nutrisi
 berikan terapi
antibiotic bila perlu
infection protection
(proteksi terhadap
infeksi)
 monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
 monitor
hitunggranulosit,
WBC
 monitor kerentanan
terhadap infeksi
 batasi pengunjung
 pertahankan tehnik
asepsis pada
pasien yang
beresiko
 pertahankan tehnik
isolasi
 berikan perawatan
kulit pada area
epidemia
 inpeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap
kemerahan, panas,

18
drainase
 inspeksi
kondisiluka/insisibe
dah.
4. Gangguan  NIC :
NOC :  Exercise therapy :
mobilitas fisik
ambulation
berhubungan  Monitoring vital
 Joint Movement : sign
dengan Active sebelm/sesudah
kelemahan  Mobility Level latihan dan lihat
 Self care : ADLs respon pasien saat
fisik  Transfer latihan
performance  Konsultasikan
dengan terapi fisik
tentang rencana
Kriteria Hasil : ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
 Klien meningkat  Bantu klien untuk
menggunakan
dalam aktivitas fisik tongkat saat
 Mengerti tujuan dari berjalan dan cegah
terhadap cedera
peningkatan  Ajarkan pasien
mobilitas atau tenaga
kesehatan lain
 Memverbalisasikan tentang teknik
perasaan dalam ambulasi
 Kaji kemampuan
meningkatkan pasien dalam
kekuatan dan mobilisasi
 Latih pasien dalam
kemampuan pemenuhan
berpindah kebutuhan ADLs
secara mandiri
 Memperagakan sesuai
penggunaan alat kemampuan
 Dampingi dan
Bantu untuk Bantu pasien saat
mobilisasi (walker) mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan ADLs
ps.
 Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
 Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan

19
5. Gangguan
NOC: NIC:
nutrisi kurang
dari kebutuhan  Kaji adanya alergi
 Nutritional status: makanan
tubuh b/d Adequacy of  Kolaborasi dengan
intake yang nutrient ahli gizi untuk
 Nutritional Status : menentukan
kurang. food and Fluid jumlah kalori dan
Intake nutrisi yang
 Weight Control dibutuhkan pasien
 Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
Kriteria Hasil : serat untuk
mencegah
 Albumin serum konstipasi
 Pre albumin serum  Ajarkan pasien
 Hematokrit bagaimana
 Hemoglobin membuat catatan
 Total iron binding makanan harian.
capacity  Monitor adanya
 Jumlah limfosit penurunan BB dan
gula darah
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan
pengobatan  dan
tindakan tidak
selama jam makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor
kekeringan, rambut
kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Monitor intake
nuntrisi
 Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
 Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan
suplemen

20
makanan seperti
NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama
makan
 Kelola pemberan
anti emetik:.....
 Anjurkan banyak
minum
 Pertahankan terapi
IV line
 Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oval

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada
rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi
rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau
berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah
abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen
disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga
dan terjatuh dari ketinggian, dll.

B. SARAN
1. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
trauma abdomen.

2. Bagi pembaca makalah ini tolong baca dan pahami agar dapat mengerti
dengan baik dan semoga ilmu yang didapat dalam makalah ini
bermanfaat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Boswick jhon A. 1994. Perawatan gawat darurat. Jakarta : EGC

Musliha. (2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika

Sjamsuhidayat. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC

Kurniati Amelia. 2018. Keperawatan gawat darurat dan bencana sheehy.


Indonesia : ENA

23

Anda mungkin juga menyukai