Anda di halaman 1dari 9

Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka

Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

DAMPAK LUMPUR LAPINDO TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PESISIR


SIDOARJO DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Oleh:Suning *)

Abstrak

Kabupaten Sidoarjo memiliki pantai di wilayah timur sepanjang sekitar 27 km yang


melintasi Kecamatan Sedati, Buduran, Sidoarjo, Porong dan Jabon. Bencana lumpur Sidoarjo
yang terjadi pada tahun 2006 telah berdampak luas bagi kehidupan masyarakat di pantai wilayah
timur tersebut, baik dari segi sosial ekonomi masyarakat, kondisi lingkungan pesisir, kegiatan
usaha maupun kegiatan transportasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa bagaimana kondisi
kualitas lingkungan yang ada di pesisir Sidoarjo akibat adanya lumpur lapindo. Metode penelitian
yang digunakan adalah dengan melakukan surve data sekunder dan data primer kepada
masyarakat pesisir yang menjadi responden terpilih. Analisis yang digunakan adalah analisa
deskriptif dan analisa uji kualitas air dan tanah yang berdampak pada potensi hasil perikanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap kondisi sosial
secara psikologis dan kondisi ekonomi secara umum. Secara sosial dan ekonomi, saat ini
pemerintah dan pihak perusahaan sudah memberikan solusi dalam hal ini adalah ganti rugi.
Namun kebijakan tersebut masih bersifat sepihak artinya antar korban masih terjadi ketimpangan
atas biaya ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah dan pihak perusahaan, sehingga masih
sering terjadi demonstrasi diantara korban atas ketimpangan tersebut. Sedangkan hasil analisa
kualitas lingkungan dengan uji laboratorium kualitas air dan tanah menunjukkan bahwa adanya
bencana lumpur lapindo tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan perikanan tambak,
hal ini ditunjukkan dengan hasil produksi perikanan tambak dari tahun 2006 sampai 2010
mengalami kenaikan.
Kata kunci : Lumpur lapindo, pesisir, pembangunan berkelanjutan

PENDAHULUAN penurunan tanah (subsidence), dan rawan


longsor. Kondisi tersebut masih sering terjadi
Kabupaten Sidoarjo memiliki pantai sampai sekarang apalagi ketika musim hujan
di wilayah timur sepanjang sekitar 27 km turun. Dalam rangka mengurangi dampak
yang melintasi Kecamatan Sedati, Buduran, sosial dan lingkungan tersebut diperlukan
Sidoarjo, Porong dan Jabon. Ketinggian di suatu strategi kebijakan dari pemerintah,
pantai timur ini antara 0-3 m, dengan luas minimal rasa ketidaknyamanan atau
wilayah 293,57 km2 dan 29,99% dari luas keresahan masyarakat. Salah satu strategi
wilayah yang ada merupakan daerah pesisir yang mungkin dapat dilakukan adalah
pantai dan pertambakan. Jumlah penduduk mengimplementasikan konsep
sebesar 494,751 jiwa dengan tingkat pembangunan berkelanjutan, meskipun sulit
kepadatan penduduk 9,343 Jiwa/km2 (Profil dilakukan dan perlu pemahaman yang
Kabupaten Sidoarjo, 2010). mendalam.
Bencana lumpur Sidoarjo yang Prinsip pembangunan berkelanjutan
terjadi pada tahun 2006 telah berdampak kawasan pesisir adalah mengutamakan
luas bagi kehidupan sosial ekonomi kondisi ekonomi jangka panjang,
masyarakat, kegiatan usaha, dan kegiatan mempertimbangkan kondisilingkungan serta
transportasi. Persoalan sosial ekonomi mempertimbangkan kondisi sosial (Sarda, R
tersebut sampai saat ini belum tertangani et al, 2005). Prinsip tersebut dapat
secara tuntas. Hasil kajian Tim TKKP tahun dikembangkan kedalam unit-unit informasi
2010 menyatakan bahwa terdapat 45 RT di yang mengarah kepada perencanaan
sekitar kejadian kondisi permukiman tidak kawasan pesisir secara terpadu. Bowen dan
layak huni, terutama kondisi lingkungan di Riley (2003) melakukan penelitian dengan
keluarahan Mindi dan Besuki. Kondisi indikator sosial dan ekonomi untuk
lingkungan tersebut diantaranya berupa : pengelolaan kawasan pesisir secara
bau gas metan, banyak bangunan/rumah terpadu.
yang retak, pencemaran air sumur,
timbulnya bubble yang dapat mengeluarkan *) Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
api, bahkan berpotensi untuk terjadi
Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867 45
Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lapindo. Target dan luaran dari penelitian ini
untuk pengelolaan kawasan pesisir, indikator adalah teridentifikasinya kondisi kualitas
sosial dan ekonomi harus dipadukan untuk lingkungan yang ada di pesisir Sidoarjo
perbaikan kondisi lingkungan pesisir baik berdasarkan aspek sosial-ekonomi dan
lokal, regional maupun nasional agar sumber lingkungan.
daya alam pesisir dapat terjaga potensi dan
kelestariannya. Penelitian yang dilakukan
oleh Fedra dan Feoli (1998) berjudul GIS
technology and spatial analysis in coastal METODE PENELITIAN
zone management menyimpulkan bahwa
dalam pengelolaan kawasan pesisir secara Desain penelitian digunakan untuk
terpadu diperlukan suatu dukungan secara mempermudah dalam alur proses analisa
menyeluruh mulai dari analisisdampak (gambar 1). Sedangkan teknik analisis dan
lingkungan, penilaian resiko, analisis sasaran penelitian yang dilakukan dalam
kebijakan, zonasidan pemilihan lokasi. penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Dukungan tersebut dilakukan secara terbuka Metode penelitian yang digunakan adalah
dan partisipatif dari masyarakat pesisir guna dengan melakukan surve data sekunder dan
pengembangan dalam pengelolaan kawasan data primer kepada masyarakat pesisir yang
pesisir. menjadi responden terpilih. Analisis yang
Penelitian ini bertujuan untuk digunakan adalah analisa deskriptif dan
mengidentifikasi dan menganalisa analisa uji kualitas air dan tanah yang
bagaimana kondisi kualitas lingkungan yang berdampak pada potensi hasil perikanan.
ada di pesisir Sidoarjo akibat adanya lumpur

Tabel 1. Teknik analisis dan sasaran penelitian

Sasaran Penelitian Teknik Output


Mengidentifikasi Analisis deskriptif Teridentifikasinya
dampak lumpur dampak lumpur lapindo
lapindo terhadap terhadap kualitas
kualitas lingkungan lingkungan pesisir
pesisir
Mengukur kualitas air Uji Laboratorium Terukurnya kualitas air
dan tanah yang dan tanah sebagai
dijadikan sample sample kualitas
lingkungan yang
berpengaruh terhadap
hasil perikanan dan
tambak di pesisir
Sidoarjo
Sumber: Penulis, 2012

46 Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867
Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

DAMPAK LUMPUR LAPINDO TERHADAP


KUALITAS LINGKUNGAN PESISIR
SIDOARJO DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN

Sosial Ekonomi Lingkungan

 Potensi mangrove
 Tingkat Pendidikan  Potensi perikanan
 Mata Pencaharian  Potensi pertambakan
 Tingkat Pendapatan

 Kawasan pesisir yang


teridentifikasi
 Masyarakat Pesisir
Yang menjadi responden  Uji kualitas air dan tanah
terpilih Kawasan pesisir yang
Menjadi sample terhadap
hasil perikanan& tambak

Kondisi ideal kualitas


lingkungan pesisir

Penyusunan skenario kedepan terkait dg kualitas lingkungan pesisir


akibat adanya lumpur lapindo dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan

Perbandingan kondisi eksisting dg hasil skenario pengembangan

Analisis hasil dan intepretasi data

Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 1. Desain Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gemposari,KalitengahGlagaharum, Besuki


timur, Keboguyang, Sentul, Penatarsewu,
1. Analisa Dampak Ekonomi dan Sosial Plumbon dan Kalisampurno. Menempati 276
Adanya Lumpur Lapindo RT, jumlah rumah tangga di 13 desa/
kelurahan 13.496 KK atau sekitar 51.571
a. Dampak Ekonomi
jiwa. Mata pencaharian utama penduduk
Desa/ kelurahan yang paling dekat adalah petani, petambak dan sebagian
dengan tanggul dan belum termasuk dalam diantaranya pedagang, pegawai, jasa dll.
peta terdampak adalah Desa Ketapang, Secara umum dampak ekonomi yang
Pamotan, Gedang,
Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867 47
Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

diakibatkan oleh adanya lumpur lapindo penduduk. Semenjak adanya lumpur


adalah: pendapatan warga banyak mengalami
penurunan karena sawah dan tambak
a.1) Dampak Terhadap Sumber
warga sering terbanjiri oleh air yang
Penghidupan
dialirkan melalui sungai yang ada di
desa dan sungai tersebut akan meluap
Berdasarkan hasil survei saat ini
bila musim hujan dan luapannya
yang dirasakan paling meresahkan
membanjiri area persawahan.
adalah dampak ekonomi karena
Mata pencaharian penduduk
kegiatan pertanian terganggu. Misalkan
Desa Besuki sebagian besar adalah
untuk Desa Sentul, pertanian terganggu
petani, sekarang pengairan sawah juga
karena kesulitan air (harus mengambil
tidak berfungsi karena air lumpur
dari Desa Penatarsewu) sehingga biaya
masuk ke sawah sehingga hasil dari
mahal atau mengandalkan tadah hujan.
panen sangat merosot. Demikian juga
Pencemaran air juga menyebabkan bibit
Desa Glagaharum, karena irigasi untuk
mati. Selain itu kesulitan membawa
pertanian tertutup oleh tanggul sehingga
hasil panen karena Pasar Kedungbendo
sawah tidak bisa di aliri air oleh sebab
sudah tidak ada dan harus dibawa ke
itu sekarang hanya mengandalkan
Pasar Porong dengan biaya transportasi
sawah tadah hujan. Saat ini lahan
lebih besar. Pembuangan air lumpur
hanya bisa ditanami tanaman pertanian
melalui Kali Alo (apabila pihak BPLS
dengan jenis tertentu misal kacang
membuka dam aliran air di sungai
tanah dan padi, bahkan ada juga lahan
tersebut) sangat mengganggu pertanian
pertanian yang sudah tidak bisa dipakai
di Desa Penatarsewu karena air
lagi karena sudah jadi tanggul. Oleh
tercemar. Pernah terjadi dalam satu
karena itu pendapatan penduduk sangat
tahun tidak panen sama sekali. Jika
menurun karena mata pencaharian
dam di buka warna air sungai langsung
penduduk Desa Glagaharum sebagian
berubah menjadi hitam sehingga
besar adalah petani. Sedangkan
pengairan sawah dan tambak tercemar
Kelurahan Gedang sebenarnya di aliri
yang mengakibatkan panen pertanian
oleh sungai kecil yang dulu masih
dan tambak sangat menurun. Gagal
berfungsi untuk pengairan sawah, tetapi
panen yang diajukan tidak pernah
sejak ada bencana lumpur air sungai
mendapat tanggapan, baik dari Lapindo
tidak ada airnya. Mata pencaharian
maupun pemerintah. Selain pertanian,
penduduk sebagian besar adalah
perkebunan juga terganggu karena
peternak jangkrik terutama di RT 10
banyak pohon mangga yang mati dan
karena bau dari lumpur menyebabkan
sayur tidak tumbuh. Sebagian besar
panen jangkriknya berkurang. Setelah
mata pencaharian penduduk petani dan
ada kejadian Lumpur ini, berdasarkan
petambak mengakibatkan hasil dari
hasil survey pekerjaan penduduk pada
panennya rugi.
umumnya adalah sebagai wiraswasta
Di wilayah Desa Keboguyang,
(termasuk berdagang/ meracang) dan
hasil pertanian merosot sampai dibawah
pegawai swasta. Khususnya warga
50% dari yang sebelumnya. Di desa ini
yang mempunyai usaha di wilayah
sekitar 30% sawah (dari 120 Ha) yang
desanya (wiraswasta, pedagang),
terkena dampak lumpur mengalami
mereka dihinggapi rasa khawatir karena
puso, bibit tidak tumbuh. Disamping itu
merasa usahanya saat ini mulai tidak
semenjak adanya air pembuangan
aman. Kekhawatiran ini diantaranya
lumpur melalui sungai yang ada di desa
rasa takut kehilangan pelanggan dan
dan membanjiri persawahan warga
pihak-pihak lain (koneksi, supplier, dll)
maka terjadi penurunan hasil tanam
yang terhubung dengan usaha ekonomi
bahkan tidak sedikit yang gagal panen.
warga. Bahkan sejak ada luapan lumpur
Pedagang (khususnya pedagang ikan)
ini, konsumen sudah mulai berkurang
juga mengalami kemunduran karena
karena sebagian merupakan warga dari
produksi ikannya terganggu dan
desa-desa yang sudah tenggelam.
bahkan hasil tambak berkurang sampai
Sementara itu untuk para pengrajin tas
50% lebih. Sementara itu warga di Desa
di Kecamatan Tanggulangin juga
Plumbon mayoritas petani dan
merasakan dampak terjadi lumpur ini,
petambak, sehingga area persawahan
karena akses jalan yang tersendat,
jauh lebih luas dari area pemukiman

48 Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867
Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

usaha ekonomi mereka ikut mengalami Mindi sangat sensitif (emosional). Hal ini
penurunan omzet. mengakibatkan pihak perangkat tidak
mudah dalam mengambil sebuah
a.2) Peningkatan Pengeluaran Rumah keputusan, sehingga untuk
Tangga permasalahan lumpur sidoarjo ini
ditangani oleh sebuah forum yang ada
Kesulitan transportasi (karena didesa Mindi (FORKOM). Keresahan
sekarang angkot sudah tidak mau masyarakat terutama disebabkan oleh
masuk desa) menyebabkan biaya hidup kondisi lingkungan rumah tinggal yang
makin tinggi. Sebagai contoh, anak- makin buruk dan tidak nyaman.
anak sekolah yang dulunya naik angkot Gangguan pernafasan dan bau
sekarang harus pakai antar jemput atau menyengat dialami oleh hampir semua
harus punya kendaraan sendiri. Selain desa walaupun desa tersebut berlokasi
itu, ongkos angkutan umum pada waktu agak jauh dari lokasi semburan seperti
dulu sangat murah, sebagai contoh, Rp Desa Plumbon yang relatif agak jauh
1000,- sudah sampai di Pasar Porong. dari tanggul.
Sementara bagi para pekerja, selain Penyebab keresahan berikutnya
biaya transportasi yang meningkat adalah banjir seperti yang dirasakan
akibat terbatasnya akses jalan, juga oleh desa Keboguyang, Plumbon,
memaksa mereka untuk berangkat lebih Besuki dan Kalisampurno. Banjir dirasa
awal, selain supaya tidak terjebak meningkat setelah adanya luapan
kemacetan juga karena jarak tempuh lumpur. Di Desa Keboguyang air
saat ini menjadi lebih jauh. Hal ini tentu pembuangan dari lumpur dialirkan
saja berimbas pada membengkaknya melalui sungai yang ada di desa
pengeluaran untuk bahan bakar sehingga waktu turun hujan maka desa
kendaraan. tersebut pasti menjadi langganan banjir.
Kenaikan biaya hidup yang Sedangkan di desa Kalisampurno banjir
dialami oleh Desa Penatarsewu disebabkan karena pembangunan jalan
disebabkan karena tercemarnya sumur tol. Ketidaknyamanan yang lain yang
sehingga warga harus membeli air cukup meresahkan adalah banyaknya
sendiri karena permohonan untuk rumah yang mengalami kerusakan.
mendapatkan tandon air belum juga Desa/ Kelurahan yang mengalami
dipenuhi oleh Lapindo maupun BPLS. kerusakan rumah paling parah adalah
Untuk kepentingan mandi dan cuci Desa Besuki Timur dan Mindi.
masih memanfaatkan air sumur Bangunan rumah yang retak
sedangkan untuk minum beli air dari mengakibatkan warga sangat khawatir
prigen dan isi ulang gallon padahal apabila rumah yang ditinggalinya roboh.
sebelumnya untuk minum warga juga Sedangkan untuk rumah di Desa
memanfaatkan air sumur. Glagaharum, sebagian sudah mulai
retak karena pergeseran kontur tanah
b. Dampak Sosial dan tembok juga rusak. Seperti halnya
warga di desa lainnya, sebenarnya
b.1) Keresahan Masyarakat karena
warga sangat khawatir apabila rumah
penurunan kondisi lingkungan
yang ditinggalinya roboh tetapi karena
Keresahan masyarakat dirasakan tidak ada biaya lagi untuk pindah
oleh hampir semua warga desa. menjadikan warga menjadi pasrah. Di
Diantara 13 desa yang disurvei Desa RT 1 sampai 5 banyak rumah yang
Mindi memiliki keresahan yang paling kosong karena sudah tidak ditinggali
tinggi. Desa Mindimerupakan desa yang lagi dan bahkan ada yang sudah di
paling dekat dengan tanggul namun bongkar karena sudah ada ganti rugi
desa tersebut tidak masuk dalam peta dari pemerintah walaupun masih dicicil.
terdampak kecuali 3 RT (RT 10, 13 dan Adapun di Desa Pamotan, juga sudah
15), sedangkan 18 RT lainnya belum terjadi pergeseran kontur tanah yang
jelas statusnya. Keresahan warga Mindi mengakibatkan dinding dan lantai
yang berlarut-larut mengakibatkan rumah menjadi retak-retak. Kondisi
gangguan psikis karena belum ada paling parah terjadi pada 5 RT (7, 8, 12,
kejelasan akan statusnya. Gangguan 13 14) dan bahkan terjadi semburan air
psikis tersebut mengakibatkan warga baru (terjadi sekitar Agustus 2010, di

Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867 49
Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

rumah Bp Sudarmanto, RT 7 dan H. yang rumahnya dekat dengan sungai.


Jamin RT 8) yang mengakibatkan Di lain sisi, sungai tersebut juga
rumah sudah tidak dapat dihuni lagi. digunakan untuk mengaliri pertanian,
Oleh BPLS, semburan air bercampur hal ini akhirnya juga mengakibatkan
gas tersebut dialirkan melalui pipa kerusakan sawah karena dialiri oleh air
supaya tidak meluber. yang sebenarnya sudah tercemar.
Masyarakat juga mengalami
problem transportasi karena jalan b.2) Keeratan hubungan antar warga
sekarang jauh lebih padat dibanding dan konflik sosial
dulu. Hal ini berakibat pengeluaran
untuk transportasi juga meningkat Sebelum terjadi kejadian luapan
karena akses tercepat untuk menuju lumpur ini, hubungan antar warga di
jalan besar Porong sudah tertutup seluruh desa di sekitar tanggul ini
tanggul sehingga harus melawati jalan sangat baik. Masyarakat hidup
lain. Kondisi infrastruktur di Desa berdampingan dengan tentram dan
Besukiterutama jalan desa agak rusak damai. Kerukunan masyarakat sangat
karena sering tergenang karena aliran tinggi, kegiatan masyarakat baik
dari lumpur. Apabila hujan jalan desa kegiatan keagamaan, sosial dan
akan banjir dan airnya sulit untuk surut peringatan hari besar nasional berjalan
karena aliran selokan rusak akibat baik dan meriah. Tidak pernah terjadi
lumpur. Sedangkan jalan desa di Desa konflik besar antar warga. Hal-hal
Glagaharum sebagian ada yang rusak demikian ini menunjukkan bahwa
terutama RT 6, RT 8 dan RT 18 karena kondisi desa pada waktu itu sangat
dekat dengan tanggul. Kesehatan kondusif, aman dan stabil. Selain itu,
warga di semua desa juga terganggu jalan desa sepi karena tidak dijadikan
setiap hari terutama bau yang tidak jalan alternatif.
sedap yang keluar dari lumpur, yang Namun semua berubah setelah
mengakibatkan pernafasan menjadi terjadi luapan lumpur di sekitar desa
sesak bahkan sampai mual-mual. Pada mereka. Perasaan terancam dan tidak
waktu awal kejadian lumpur ini, aman menghinggapi hampir seluruh
pemerintah yang diwakili Dinas warga. Seperti telah dipaparkan
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo sering sebelumnya, keresahan baik secara
melakukan pemeriksaan kesehatan ekonomi, kesehatan, kehidupan sehari
kepada warga, namun saat ini kegiatan bahkan kekhawatiran kehilangan harta
tersebut sudah tidak pernah dilakukan. benda mengakibatkan warga menjadi
Sedangkan untuk air bersih, lebih sensitif. Berdasarkan hasil
Pemkab Sidoarjo mengirim air 10 hari survey, hubungan antar masyarakat di
sekali yang ditampung pada tandon. Desa Mindi dan Ketapang menjadi agak
Bantuan air tersebut tidak bisa renggang akibat terjadi perselisihan
mencukupi kebutuhan warga karena antar warga. Hal ini juga terjadi karena
begitu air datang, langsung habis interaksi sosial yang agak menurun,
terdistribusi. Akibatnya warga harus diakibatkan karena beberapa warga
membeli air bersih di penjual air keliling, sudah ada yang pindah rumah, atau
yang dijual di dalam jerigen dengan karena kesibukan pekerjaan yang
harga Rp 1.500/ jerigen. Air hasil membuat mereka memang harus
pembelian tersebut digunakan oleh bekerja lebih keras dari sebelumnya.
warga untuk minum sedangkan untuk Sebenarnya perselisihan antar warga
MCK masih manggunakan air sumur terjadi di semua desa di sekitar tanggul,
walaupun kalau untuk mandi kadang- khususnya yang berkaitan mengenai
kadang tubuh menjadi gatal. Bahkan kejelasan nasib dan kekhawatiran
pada beberapa sumur warga sudah warga. Meski demikian, perasaan
tidak bisa digunakan sama sekali senasib sepenanggungan membuat
karena tercampur rembesan air lumpur. mereka mengedapankan kekeluargaan
Meskipun terdapat sungai (seperti untuk menyelesaikan masalah.
misalnya di Desa Pamotan) tetapi Ketakutan, kecemasan dan rasa putus
kondisinya sudah tercemar karena asa dirasakan oleh sebagian besar
terkena air lumpur. Pencemaran air warga, yang membuat perasaan
sungai tersebut mengakibatkan sumur menjadi lebih sensitif, yang akhirnya
warga jadi tercemar terutama warga

50 Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867
Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

berimbas pada hubungan sosial di Gabungan Korban Lumpur di


masyarakat. Gempolsari, Kalitengah, Kalisampurno,
Ketapang dan Sentul.
b.3) Keamanan Lingkungan Namun dari berbagai lembaga
Keeratan hubungan antar warga informal tersebut, yang eksistensinya
yang sangat bagus sebelum kejadian paling terlihat karena sangat aktif
lumpur juga didukung oleh keamanan adalah Lembaga Forkom di Mindi.
lingkungan yang cukup tinggi, sebesar Melalui lembaga ini warga
94,9% responden menyatakan bahwa menyampaikan aspirasinya dan
desanya dahulu adalah desa yang berharap kejelasan status karena warga
sangat aman. Namun setelah kejadian menyatakan bahwa Desa Mindi sudah
luapan lumpur, keadaan tersebut juga tidak layak untuk dihuni. Warga benar-
mengalami penurunan. Hanya 51,6% benar merasakan ketidaknyamanan di
responden yang tidak merasakan tempat tinggal yang ada saat ini, namun
perubahan keamanan dari sebelum dan untuk pindah juga tidak semudah
sesudah kejadian lumpur. Kecemasan karena ada banyak hal yang harus
yang cukup tinggi akibat luapan lumpur dipertimbangkan. Forkom di Mindi ini
ini mengakibatkan menurunnya rasa juga dimanfaatkan sebagian warga dari
aman bagi warga. Karena Desa Glagaharum untuk menyampaikan
bagaimanapun dampak dari luapan aspirasinya. Meskipun lembaga yang
lumpur ini menyentuh seluruh aspek lain bisa dikatakan tingkat keaktifannya
kehidupan masyarakat. Kejadian rendah, bahkan beberapa lembaga
kriminal/ tindak kejahatan juga sudah tidak aktif lagi, namun orang-
meningkat, terutama di Desa orang yang dahulu terlibat masih
Penatarsewu, Sentul, Ketapang, Besuki, menjadi tim bayangan di desa untuk
dan Kalitengah. Hal ini terjadi seiring menampung aspirasi warga.
dengan meningkatnya jumlah orang tak
dikenal yang masuk ke desa-desa di 2. Analisa Kualitas Air dan Tanah
sekitar tanggul. Sedangkan untuk Adanya Lumpur Lapindo
wilayah desa yang dijadikan sebagai
jalan alternative, seperti misalnya di
Desa Kalitengah, telah beberapa kali Analisa ini dilakukan di dua
terjadi kecelakaan lalu lintas. Kecamatan yaitu Kecamatan Sidoarjo Kota
dan Kecamatan Sedati. Dua Kecamatan
b.4) Timbulnya lembaga informal tersebut terdiri dari 6 (enam) titik lokasi yang
baru merupakan area pesisir yang memiliki
potensi perikanan tambak yaitu posisi I.I dan
posisi I.II lokasi di pulau Lusi (Jabon), posisi
Dengan adanya kasus semburan
II.I dan posisi II.II lokasi di desa Bluru Kidul,
lumpur di beberapa desa bermunculan
posisi III.I dan posisi III.II lokasi di desa
organisasi baru di masyarakat yang
Kalanganyar Kecamatan Sedati. Hasil
sengaja dibentuk untuk membahas
analisa tersebut menunjukkan bahwa:
kejadian lumpur terkait dengan
f. Dampak terjadinya semburan lumpur
persoalan-persoalan sosial. Lembaga-
atau dikenal dengan Lumpur Lapindo
lembaga tersebut pada umumnya
berubah nama menjadi Lumpur Sidoarjo
dibentuk oleh sekelompok warga namun
(Lusi), menunjukan tidak memiliki
atas sepengetahuan pemerintah desa,
dampak negatif terhadap usaha
yang dimaksudkan untuk menampung
pembudidayaan ikan dikawasan pesisir
aspirasi masyarakat terutama yang
kabupaten Sidoarjo. Hal ini terbukti
terkait dengan kejelasan status desa
dengan data Time Series produksi
mereka dan persoalan ganti rugi.
budidaya ikan di tambak data tahun
Beberapa nama yang digunakan
2006 s/d 2010.
lembaga-lembaga baru sama di masing-
g. Untuk jenis ikan bandeng sebagai
masing desa, namun sebenarnya
komoditas unggulan terbesar (42 %)
kelompok yang berbeda. Diantaranya
dari total produksi JATIM yang digemari
adalah Tim 7 di Desa Besuki; Tim 9 di
konsumen menunjukkan trend yang
Desa Gempolsari, Ketapang dan
konstan sejak 2006 s/d 2008.
Pamotan; Forkom Lumpur di Desa
Selanjutnya dari tahun 2009 s/d 2010
Mindi; Tim 12 di Desa Ketapang; Tim
Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867 51
Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

mengalami kenaikan, artinya bahwa kolam tambak air permukaan akan


dengan adanya bencana semburan dapat bertahan
lumpur lapindo tidak mempengaruhi i. Kawasan desa Bluru Kidul kecamatan
kualitas air jadi menurun yang berakibat Sidoarjo Kota parameter tanah untuk
pada menurunnya jumlah produksi bahan organik cukup tinggi sebesar
pertambakan. Sedangkan udang windu 11,895% dan lempungnya 53,7 %, hal
dan udang vanname mengalami ini dikarenakan kondisi tambak yang
kenaikkan pada tahun 2009 s/d 2010 sudah lama (tua) dan kurang dilakukan
sebagai komoditas export sesuai reklamasi dasar tambak, namun tidak
dengan barchart yang dapat menjadi masalah jika dikembangkan
diperlihatkan pada Gambar 1. menjadi tambak udang teknologi intensif
h. Dari hasil analisa untuk air 12 dengan reklamasi untuk
parameter dan 4 parameter untuk tanah pembudidayaan udang dan bandeng
kesemuannya menunjukan hasil analisa j. Kawasan di desa Kalanganyar
pada kisaran normal kecuali pada titik I.I Kecamatan Sedati untuk
tekstur pasir 87,82 % dinominasi oleh pengembangan pembudidayaan ikan
pasir yang tinggi, hal ini tidak menjadi cukup potensial dan tidak ada inidikasi
masalah untuk perikanan lorong karena masalah unsur bio-fisik terutama
tekstur liat dan lempung cukup tersedia, parameter air dan tanah terhadap media
sehingga tidak terjadi gejala porus budidaya ikan layak untuk diusahakan
(bocor) bagi kostruksi kanal bila dan dikembangkan
dijadikan perikanan lorong maupun

25000

20000
Bandeng
15000 U. Windu

10000 U. Vaname
Kepiting
5000

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 1. Produksi Budi Daya Tambak Menurut Jenis Ikan Sebelum dan Sesudah Kasus Lumpur
Sidoarjo Tahun 2006 (Ton)

KESIMPULAN biaya ganti rugi yang diberikan oleh


pemerintah dan pihak perusahaan,
Berdasarkan hasil analisa dan sehingga masih sering terjadi
pembahasan yang telah dipaparkan demonstrasi diantara korban atas
sebelumnya, maka simpulan yang diperoleh ketimpangan tersebut.
dari penelitian ini adalah: 2. Hasil analisa kualitas lingkungan
1. Hasil analisa sosial ekonomi adanya dengan uji laboratorium kualitas air dan
bencana lumpur lapindo menunjukkan tanah menunjukkan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan terhadap bencana lumpur lapindo tidak
kondisi sosial secara psikologis dan berpengaruh secara signifikan terhadap
kondisi ekonomi secara umum. Secara kegiatan perikanan tambak, hal ini
sosial dan ekonomi, saat ini pemerintah ditunjukkan dengan hasil produksi
dan pihak perusahaan sudah perikanan tambak dari tahun 2006
memberikan solusi dalam hal ini adalah sampai 2010 mengalami kenaikan.
ganti rugi. Namun kebijakan tersebut 3. Hasil analisa baik secara sosial,
masih bersifat sepihak artinya antar ekonomi dan ekologi (uji kualitas air dan
korban masih terjadi ketimpangan atas tanah) yang telah dijelaskan minimal

52 Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867
Suning : Dampak Lumpur Lapindo Terhadap Kualitas Lingkungan Pesisir Sidoarjo Dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

harus dapat dipertahankan dan guna memiliki kebijakan yang tepat dan
mencapai terwujudnya pembangunan cepat dalam rangka
berkelanjutan, maka kondisi sosial, mempertahankan dan meningkatkan
ekonomi dan ekologi harus berjalan kualitas lingkungan pesisir dengan
secara seimbang. membuat kebijakan baru untuk
pengembangan budidaya perikanan
tambak, baik kebijakan dalam
SARAN
aplikasi minapolitan maupun lainnya.
Berdasarkan kesimpulan di atas, 3. Dalam rangka mewujudkan
maka rekomendasi yang diusulkan dari hasil tercapainya pembangunan
penelitian ini adalah: berkelanjutan, maka hasil penelitian
1. Pemerintah dan pihak perusahaan ini minimal dipertahankan
harus segera menyelesaikan ganti kondisinya, dan pemerintah
rugi kepada korban, sehingga Kabupaten Sidoarjo harus membuat
demonstrasi dari korban tidak terjadi kebijakan yang lebih aplikatif untuk
lagi. kawasan pesisir, seperti minapolitan
2. Pemerintah daerah dalam hal ini dan gemopolis.
adalah Kabupaten Sidoarjo, harus

DAFTAR PUSTAKA

Bowen, R, Riley, C (2003) Socio-economic indicators and integrated coastal management. Journal
Ocean & Coastal Management 46, 299–312
Baun, P. S (2008) Kajian Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun Di Kawasan Pesisr
Kota Kupan. Tesis
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (1998) Penyusunan Kebijakan Pengelolaan
Wilayah Pesisir. Laporan Akhir. Bogor.
Fedra, K and Feoli, E (1998) GIS technology and spatial analysis in coastal zone management.
Published in: EEZ Technology, Ed. 3, pp171-179
Kemp, R., Parto, S. and Gibson, R.B. (2005) Governance for sustainable development: moving
from theory to practice. , International Journal Sustainable Development, Vol. 8. pp. 12-30
Schroeder, A (2002) Rio to Jo'burg and Beyond The World Summit on Sustainable Development.
The South African Institute of International Affairs.ISBN: 1-919810-52-8. SAIIA Report No.
25
Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka (2010). Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo
Kusnadi, M.A., (2003) Akar Kemiskinan Nelayan. LKiS Yogyakarta
Profil Kabupaten Sidoarjo (2010). Laporan
Sarda, R, Avila, C and Mora, J (2005) A methodological approach to be used in integrated coastal
zone management processes: the case of the Catalan Coast (Catalonia, Spain). Journal
Estuarine, Coastal and Shelf Science 62, 427–439
Supriharyono (2007) Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut
Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Soetomo dan Sugiono (2005) Sistem Pembangunan Hunian Masyarakat di Wilayah Pesisir.
Workshop dan Pelatihan pembangunan Wilayah Pesisir berkelanjutan di kabupaten Aceh
besar.
Syarief. E (2001) Pembangunan Kelautan Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.
Majalah PP Edisi-25
Sugiyono, R. 2008. Statistik a untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
UU Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau
Kecil

Jurnal Teknik WAKTU Volume 10 Nomor 02 – Juli 2012 – ISSN : 1412 – 1867 53

Anda mungkin juga menyukai