Proses pembangunan kapal merupakan proses pengkonstruksian atau perakitan kapal, sedangkan
tempat dimana kapal dibangun disebut galangan kapal (shipyard). Secara umum galangan memiliki
beberapa fasilitas yang digunakan untuk memfasilitasi aliran material dan perakitan. Menurut Storch,
dkk (1995) galangan harus memiliki beberapa fasilitas penting antara lain :
Perkembangan teknologi produksi kapal, bermula pada teknologi keeling yang mulai digantikan
dengan teknologi las, kemudian teknologi perakitan juga ikut berkembang. Dalam perkembangannya
teknologi produksi kapal dibedakan, yaitu :
Proses produksi kapal pada dasarnya meliputi 3 kegiatan utama yaitu desain/perancangan kapal,
desain produksi, dan konstruksi. Pada kegiatan perancangan kapal dibuatlah rancangan sebuah kapal
berdasarkan permintaan dari pada seorang owner dengan mengikuti prinsip desain yang telah
ditetapkan dengan tetap memerhatikan cost effectiveness, yang berarti dapat menghemat biaya
pembuatan sebuah kapal. Kegiatan selanjutnya adalah desain produksi kapal dimana kegiatan ini
mengacu pada mempersiapkan informasi rancangan dalam mendefinisikan detail rancangan untuk
produksi (building plan). Namun desain produksi tidak sebatas itu saja, tetapi juga mempersiapkan
peralatan, metode, dan urutan produksi dengan memerhatikan cost effectiveness. Kegiatan utama
terakhir adalah konstruksi, dimana kegiatan konstruksi mengacu pada proses perakitan komponen-
komponen kapal menjadi satu unit kapal baru. Dalam Pemahaman Konsep Proses Pembangunan
Kapal (Lamb Thomas, 1986) meliputi:
Group Technology (GT) atau disebut juga Cell Manufacture merupakan model pembangunan kapal
berdasarkan kebutuhan dan pengukuran biaya yang digunakan dalam pembangunan kapal, atau
dengan mengelompokkan kedalam pekerjaan yang sama.
Work Breakdown Structure (WBS) umumnya digunakan dalam pembangunan kapal baik yang
berorientasikan sistem (tradisional) maupun produk (modern) membentuk sebuah proses kedalam
bagian-bagian yang lebih kecil/rinci dengan perincian struktur kerja. System – Work Breakdown
Structure (SWBS) atau perincian struktur kerja berorientasi sistem digunakan pertama kali oleh
Angkatan Laut Amerika yang mendeskripsikan struktur kerja berorientasikan sistem, dengan nama
Navy Ship Work Breakdown Structure. Digunakna secara penuh untuk estimasi awal dan memulai
tahapan sebuah desain. Dalam SWBS semua klasifikasi grup didefinisikan berdasarkan tiga digit
angka numerik berdasarkan sistem fungsionalnya.
KODE KEGIATAN
000 - Panduan Umum dan Administrasi
100 - Lambung Kapal
200 - Instalasi Propulsi
300 - Instalasi Listrik
400 - Komando dan Pemantauan
500 - Sistem Mesin Bantu
600 - Perlengkapan dan Perabotan
700 - Persenjataan
800 - Integrasi / Perencanaan
900 - Perakitan Kapal dan Layanan Pendukung
Setiap grup utama dibuat hirarki menjadi subgrup dan elemen-elemen. Subgrup dibuat denga tiga
digit angka numeric yang mana setiap angka terkahirnya adalah nol (0). Tiga digit angka numeric lain
disebut kode elemen.
Products Work Breakdown Structure (PWBS) merupakan skema klasifikasi perincian pekerjaan
berdasar-kan produk, dimana komponen-komponen dan sub-assembly dikelompokkan secara
permanen berdasarkan karakteristik dan klasifikasi dengan memperhatikan atribut-atribut desain dan
manufaktur. Tipikal parameter khusus sistem klasifikasinya seperti bentuk, dimensi, toleransi, bahan
serta jenis dan kerumitan pengoprasian mesin produk. Konsep PWBS dibagi menjadi 3 klasifikasi
yaitu Type of Work Axis, Product Resources Axis, Product Aspect Axis.
Type of Work Axis : dibagi berdasarkan tipe pekerjaan (Construction, Outfitting, Painting), selanjutnya
masing-masing pekerjaan dibagi menjadi pekerjaan yang lebih rinci (Fabrication, assembly).
Product Resource Axis : dibagi menjadi beberapa elemen-elemen penting antara lain Bahan
(Material), Tenaga kerja (Manpower), Fasilitas (Facilities), Biaya (Expenses) yang digunakan untuk
produksi baik langsung maupun tidak langsung.
Product Aspect Axis : dibagi menjadi empa aspek penting untuk mempermudah pengendalian proses
produksi. Aspek pertama dan kedua adalah system dan zone, merupakan sarana untuk membagi desain
kapal ke masing-masing bidang perencanaan untuk di produksi. System didefinisikan sebuah fungsi
struktural atau fungsi operasional produksi misalnya sekat longitudinal, sekat transversal, sistem
bahan bakar, sistem pendingin, dll. Zona didefinikan sebagai suatu tujuan proses produksi dalam
pembagian lokasi suatu produk, misalnya ruang muat, kamar mesin, superstructure, dll. Aspek ketiga
dan keempat yatu area dan stage merupakan sarana untuk membagi proses kerja mulai dari
pengadaan material untuk pembangunan kapal sampai pada saat kapal diserahkan kepada owner. Area
didefinisikan pembagian proses produksi menurut kesamaan proses produksi ataupun masalah
pekerjaan yang berdasarkan pada bentuk, kuantitas, kualitas, jenis pekerjaan. Stage didefinisikan
pembagian proses produksi sesuai dengan urutan pekerjaan/perlakuan yang dilakukan kepada struktur
kapal.
Hull Block Construction Method (HBCM) merupakan kombinasi dari operasi kerja yang mengubah
menjadi produk yang berbeda. Seperti pada proses cutting material menjadi part fabrication, part
fabrication menjadi sub block assembly, dll. Dalam HBCM perakitan kapal dibagi menjadi tujuh
level manufaktur.
Level I
Level II
Level III
Level IV
Level V
Level VI
Level VII
PERTEMUAN IV
Pembangunan kapal dengan PBWS dilakukan dengan membagi lambung menjadi beberapa blok.
Setelah blok-blok selesei dikerjakan kemudian diadakan penyambungan (erection). Terdapat dua
metode yang bisa digunakan dalam pembangunan sistem blok yaitu Metode Seksi Assembly
(Assembly Section) dan Metode Berlapis (Layer Method). Rancangan blok sendiri terdiri dari dua
tahapan, yaitu :
Perancangan blok awal berupa pendefinisian blok dan jumlah blok yang dibagi.
Sedangkan optimasi rancangan blok dilakukan dengan megoptimasi secara teknis rancangan blok
dengan ketersediaan sumber daya galangan terutama peralatan (material handling) dan luas area
pembangunan.
1. Metode seksi assembly : metode ini difokuskan pada pengembangan erection pada arah vertikal
untuk satu blok dari dasar ke upper deck. Tahapan pekerjaan metode seksi assembly dimulai dari
bottom construction kemudian blok ini digabung dengan bagian sisi sampai dek hingga menjadi
grand blok. Selanjutnya penggabungan bagian stern dan bow.
2. Metode berlapis : metode ini difokuskan pada perakitan dengan arah memanjang atau horizontal,
sehingga perakitannya dimulai dari blok dasar (bottom) bagian kamar mesin - bagian stern –
bagian bow. Kemudian sekat melintang - sekat memanjang - pelat kulit. Selanjutnya
pembangunan bagian atas sekat-sekat, pelat kulit dan perakitan upper deck sampai menjadi satu
unit kapal.
Pemesanan material
Perencanaan jadwal kerja
Jadwal kerja perakitan
Perencanaan tenaga kerja
Pengendalian material
Suku cadang (mesin/material handling), dll
Menurut Lamb Thomas (1985) Shipbuilding Classification and Coding System (SCCS) menggunakan
17 digit nomor untuk mengklasifikasikan kegiatan. Digit 1 – 10 digunakan untuk klasifikasi desain,
digit 11 – 17 digunakan untuk klasifikasi proses.
Coding system (PT PAL), sebagai galangan establish PT PAL Surabaya dapat menjadi rujukan dalam
pengkodean blok. Pengkodean blok dibuat berdasarkan pada singkatan-singkatan yang sesuai dengan
nama konstruksinya dan nomor urut sesuai dengan konstruksinya. Contoh kode :
UD 1 W
Singkatan dari Upper Deck Lokasi pembagian (posisi wings)
Nomor blok untuk blok sisi depan sekat kamar mesin
Material handling merupakan seni pergerakan/pemindahan material secara ekonomis dan aman.
Alasan perlunya perancangan material handling adalah karena 30% dari biaya total manufaktur
didistribusikan pada kegiatan material handling, kemudian untuk menururnkan persentase kerusakan
pada bahan. Tujuan utama dari pelaksanaan perencanaan material handling system adalah :
1. Mengurangi ongkos produksi
2. Menaikkan kapasitas
3. Memperbaiki kondisi kerja
4. Memperbaiki pelayanan pada pelanggan
5. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan
Berdasarkan tata caranya material handling perlu memerhatikan beberapa hal antara lain karakteristik
material, SWL (safety weight loadi), jalur produksi sesuai tingkat level manufaktur, daya terap tata
cara pemindahan.
Jenis peralatan yang digunakan :
1. Fixed Path Equipment
Peralatan yang sudah tetap digunakan dalam suatu proses produksi dan tidak dapat digunakan
untuk kegiatan lain. Peralatan ini biasanya menggunakan kekuatan tenaga listrik, contoh :
Conveyors, Crane, Lift.
2. Varied Path Equipment
Peralatan yang dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan dan tidak khusus mengangkut
atau memindahkan barang-barang tertentu. Peralatan yang digunakan tidak bergantung pada
proses produksi, dan biasanya peralatan tipe ini digunakan dengan tenaga manusia atau mesin.
Contoh : Truck, Fortruck atau Forklift, Kereta dorong.
3. Automatic Guide Vehicle
Kendaraan ini digerakkan oleh baterai dan dipandu oleh sinyal komputer melalui kabel yang
terhubung sehingga tidak membutuhkan operator (jarang digunakan di galangan).