Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUAN II

Proses pembangunan kapal merupakan proses pengkonstruksian atau perakitan kapal, sedangkan
tempat dimana kapal dibangun disebut galangan kapal (shipyard). Secara umum galangan memiliki
beberapa fasilitas yang digunakan untuk memfasilitasi aliran material dan perakitan. Menurut Storch,
dkk (1995) galangan harus memiliki beberapa fasilitas penting antara lain :

1. Lokasi daratan dan perairan


Lokasi daratan digunakan untuk proses penegakan blok-blok kapal, lokasi perairan digunakan
sebagai tempat penambatan kapal.
2. Dermaga
Dermaga untuk penambatan dan sebagai tempat untuk melanjutkan pekerjaan instalasi setelah
kapal diluncurkan.
3. Bengkel
Bengkel adalah tempat untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan galangan seperti
marking, cutting, bending, assembly, bengkel pipa, bengkel mesin, bengkel listrik, dll.
4. Peralatan penanganan bahan
Umumnya peralatan penanganan bahan dikategorikan dalam empat grup, yaitu Ban berjalan
(conveyors), alat angkat (crane and hoists), kendaraan industri dan container.
5. Gudang, pemanduan dan area kerja luar.
6. Kantor, kantin dan klinik.

Perkembangan teknologi produksi kapal, bermula pada teknologi keeling yang mulai digantikan
dengan teknologi las, kemudian teknologi perakitan juga ikut berkembang. Dalam perkembangannya
teknologi produksi kapal dibedakan, yaitu :

1. Pedekatan Konvensional/Tradisional (Conventional Hull Construction and Outfitting), ciri :


 Kapal direncanakan atau dibangun sebagai suatu sistem.
 Pembangunan dimuali dari lunas – gading-gading, kemudian kulit lambung.
 Penyambungan dengan sistem reverting (keling).
 Bila badan kapal selesei dirakit baru kemudian pekerjaan outfitting.
 Tingkat produktifitas masih sangat rendah.
 Semua lingkup pekerjaan dilakukan secara berurutan dan saling ketergantungan.
 Mutu hasil pekerjaan sangat rendah karena hamper seluruh pekerjaan dilakukan secara
manual.
 Kondisi tempat kerja kurang mendukung dari segi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan/
posisi kerja.
2. Sistem Seksi atau Blok Konvensional (Hull Block Construction Method and Pre Outfitting), ciri :
 Mulai menggunakan teknologi pengelasan.
 Proses pembuatan badan kapal kemudian menjadi proses pembuatan blok-blok dilas, seperti
seksi geladak dan kuliat dan lain-lain, yang kemudian dirakit menjadi badan kapal.
 Pekerjaan outfitting, instalasi outfitting dilakukan pada blok kapal yang sudah jadi.
 Banyak kesempatan untuk perbaikan produktifitas masih tidak dapat dilakukan.
 Masih dipertimbangkan tradisional, karena design, material definition dan procurement masih
dikerjakan sistem demi sistem. Sedangkan proses produksinya diorganisasi berdasarkan zona
atau blok, karena adanya dua aspek yang bertentangan antara perencanaan dan pengerjaannya.
3. Pendekatan Modern (Full Outfitting Block System), ciri :
 Kesempatan untuk perbaikan produktifitas masih tidak dapat dilakukan.
 Kebanyakan galangan di Jepang dan Eropa menggunakan sistem ini.
 Tahapan ini ditandai dengan process lane construction dan zone outfitting, yang merupakan
aplikasi grup teknologi (GT) pada hull construction dan outfitting work.
 GT adalah suatu metode analitis untuk secara sistematik menghasilkan produk dalam
kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan dalam perencanaan maupun proses
produksi.
 Process lane dari segi praktis adalah bengkel yang dilengkapa fasilitas produksi (mesin,
peralatan dan tenaga kerja dengan keahlian tertentu) untuk membuat suatu produk dengan
kesamaan dalam proses produksinya.
4. Integrated Hull Construction, Outfitting and Painting (IHOP), ciri :
 Tahapan ini ditandai dengan suatu kondisi dimana pekerjaan pembuatan badan kapal,
outfitting, dan pengecatan sudah terintegrasi. Keadaan ini menggambarkan teknologi paling
maju di industry perkapalan.
 Pada tahapan ini proses pengecatan dilakukan sebagai bagian dari proses pembuatan kapal
yang terjadi di dalam stage.
 Karakteristik utama dari tahapan ini adalah digunakannya teknik-teknik manajemen yang
bersifat analitis, khususnya analisa statistik untuk mengontrol proses produksi atau yang
dikenal sebagai accuracy control system.
PERTEMUAN III

Proses produksi kapal pada dasarnya meliputi 3 kegiatan utama yaitu desain/perancangan kapal,
desain produksi, dan konstruksi. Pada kegiatan perancangan kapal dibuatlah rancangan sebuah kapal
berdasarkan permintaan dari pada seorang owner dengan mengikuti prinsip desain yang telah
ditetapkan dengan tetap memerhatikan cost effectiveness, yang berarti dapat menghemat biaya
pembuatan sebuah kapal. Kegiatan selanjutnya adalah desain produksi kapal dimana kegiatan ini
mengacu pada mempersiapkan informasi rancangan dalam mendefinisikan detail rancangan untuk
produksi (building plan). Namun desain produksi tidak sebatas itu saja, tetapi juga mempersiapkan
peralatan, metode, dan urutan produksi dengan memerhatikan cost effectiveness. Kegiatan utama
terakhir adalah konstruksi, dimana kegiatan konstruksi mengacu pada proses perakitan komponen-
komponen kapal menjadi satu unit kapal baru. Dalam Pemahaman Konsep Proses Pembangunan
Kapal (Lamb Thomas, 1986) meliputi:

1. Pendefinisian produksi (production definition) : mencakup perencanaan, pengadaan material,


data manufaktur.
2. Proses fabrikasi (component process) : proses bahan baku menjadi komponen-komponen
struktur lambung dan outfitting.
3. Proses perakitan (assembly process) : proses perakitan komponen struktur lambung dan unit
outfitting.
4. Proses penegakan kapal (ship joining process)
5. Proses penggabungan struktur modul dengan permesinan, perlengkapan dan sistem lain.

Group Technology (GT) atau disebut juga Cell Manufacture merupakan model pembangunan kapal
berdasarkan kebutuhan dan pengukuran biaya yang digunakan dalam pembangunan kapal, atau
dengan mengelompokkan kedalam pekerjaan yang sama.

Work Breakdown Structure (WBS) umumnya digunakan dalam pembangunan kapal baik yang
berorientasikan sistem (tradisional) maupun produk (modern) membentuk sebuah proses kedalam
bagian-bagian yang lebih kecil/rinci dengan perincian struktur kerja. System – Work Breakdown
Structure (SWBS) atau perincian struktur kerja berorientasi sistem digunakan pertama kali oleh
Angkatan Laut Amerika yang mendeskripsikan struktur kerja berorientasikan sistem, dengan nama
Navy Ship Work Breakdown Structure. Digunakna secara penuh untuk estimasi awal dan memulai
tahapan sebuah desain. Dalam SWBS semua klasifikasi grup didefinisikan berdasarkan tiga digit
angka numerik berdasarkan sistem fungsionalnya.

KODE KEGIATAN
000 - Panduan Umum dan Administrasi
100 - Lambung Kapal
200 - Instalasi Propulsi
300 - Instalasi Listrik
400 - Komando dan Pemantauan
500 - Sistem Mesin Bantu
600 - Perlengkapan dan Perabotan
700 - Persenjataan
800 - Integrasi / Perencanaan
900 - Perakitan Kapal dan Layanan Pendukung
Setiap grup utama dibuat hirarki menjadi subgrup dan elemen-elemen. Subgrup dibuat denga tiga
digit angka numeric yang mana setiap angka terkahirnya adalah nol (0). Tiga digit angka numeric lain
disebut kode elemen.

Type Navy - SWBS


(Group) 100 – Hul Structure
(Elemen) 101 – General Arrangement – Structural Drawing
(Sub Group) 110 – Shell and Supporting Structure
(Elemen) 111 – Shell Plating, Surface ship and submarine pressure hull
(Elemen) 112 – Shell Plating, Ssubmarine non-pressure hull
(Sub Group) 120 – Hull Structural Bulkhead
(Elemen) 121 – Longitudinal Structural Bulkhead
(Elemen) 122 – Transvers Structural Bulkhead

Products Work Breakdown Structure (PWBS) merupakan skema klasifikasi perincian pekerjaan
berdasar-kan produk, dimana komponen-komponen dan sub-assembly dikelompokkan secara
permanen berdasarkan karakteristik dan klasifikasi dengan memperhatikan atribut-atribut desain dan
manufaktur. Tipikal parameter khusus sistem klasifikasinya seperti bentuk, dimensi, toleransi, bahan
serta jenis dan kerumitan pengoprasian mesin produk. Konsep PWBS dibagi menjadi 3 klasifikasi
yaitu Type of Work Axis, Product Resources Axis, Product Aspect Axis.

Type of Work Axis : dibagi berdasarkan tipe pekerjaan (Construction, Outfitting, Painting), selanjutnya
masing-masing pekerjaan dibagi menjadi pekerjaan yang lebih rinci (Fabrication, assembly).

Product Resource Axis : dibagi menjadi beberapa elemen-elemen penting antara lain Bahan
(Material), Tenaga kerja (Manpower), Fasilitas (Facilities), Biaya (Expenses) yang digunakan untuk
produksi baik langsung maupun tidak langsung.

Product Aspect Axis : dibagi menjadi empa aspek penting untuk mempermudah pengendalian proses
produksi. Aspek pertama dan kedua adalah system dan zone, merupakan sarana untuk membagi desain
kapal ke masing-masing bidang perencanaan untuk di produksi. System didefinisikan sebuah fungsi
struktural atau fungsi operasional produksi misalnya sekat longitudinal, sekat transversal, sistem
bahan bakar, sistem pendingin, dll. Zona didefinikan sebagai suatu tujuan proses produksi dalam
pembagian lokasi suatu produk, misalnya ruang muat, kamar mesin, superstructure, dll. Aspek ketiga
dan keempat yatu area dan stage merupakan sarana untuk membagi proses kerja mulai dari
pengadaan material untuk pembangunan kapal sampai pada saat kapal diserahkan kepada owner. Area
didefinisikan pembagian proses produksi menurut kesamaan proses produksi ataupun masalah
pekerjaan yang berdasarkan pada bentuk, kuantitas, kualitas, jenis pekerjaan. Stage didefinisikan
pembagian proses produksi sesuai dengan urutan pekerjaan/perlakuan yang dilakukan kepada struktur
kapal.

Hull Block Construction Method (HBCM) merupakan kombinasi dari operasi kerja yang mengubah
menjadi produk yang berbeda. Seperti pada proses cutting material menjadi part fabrication, part
fabrication menjadi sub block assembly, dll. Dalam HBCM perakitan kapal dibagi menjadi tujuh
level manufaktur.

Level I
Level II

Level III

Level IV

Level V

Level VI

Level VII
PERTEMUAN IV

Pembangunan kapal dengan PBWS dilakukan dengan membagi lambung menjadi beberapa blok.
Setelah blok-blok selesei dikerjakan kemudian diadakan penyambungan (erection). Terdapat dua
metode yang bisa digunakan dalam pembangunan sistem blok yaitu Metode Seksi Assembly
(Assembly Section) dan Metode Berlapis (Layer Method). Rancangan blok sendiri terdiri dari dua
tahapan, yaitu :

 Perancangan blok awal berupa pendefinisian blok dan jumlah blok yang dibagi.
 Sedangkan optimasi rancangan blok dilakukan dengan megoptimasi secara teknis rancangan blok
dengan ketersediaan sumber daya galangan terutama peralatan (material handling) dan luas area
pembangunan.

1. Metode seksi assembly : metode ini difokuskan pada pengembangan erection pada arah vertikal
untuk satu blok dari dasar ke upper deck. Tahapan pekerjaan metode seksi assembly dimulai dari
bottom construction kemudian blok ini digabung dengan bagian sisi sampai dek hingga menjadi
grand blok. Selanjutnya penggabungan bagian stern dan bow.

Kelebihan dari metode seksi assembly adalah :


 Pekerjaan tangki pada satu waktu menjadi lebuh singkat dan lebih mudah.
 Grand assembly menjadi lebih mudah dan effisien.

Kekurangan dari medote seksi assembly adalah :


 Beban pekerjaan tidak sama rata.
 Pekerjaan yang campur aduk sering terjadi sehingga memperbesar pengaruh buruk pada
lingkungan kerja.
 Ketebalan plat berbeda pada bagian bottom dan deck sehingga menimbulkan kondisi naik dan
turun dalam distribusi pekerjaan untuk para pekerja menjadi sulit.

2. Metode berlapis : metode ini difokuskan pada perakitan dengan arah memanjang atau horizontal,
sehingga perakitannya dimulai dari blok dasar (bottom) bagian kamar mesin - bagian stern –
bagian bow. Kemudian sekat melintang - sekat memanjang - pelat kulit. Selanjutnya
pembangunan bagian atas sekat-sekat, pelat kulit dan perakitan upper deck sampai menjadi satu
unit kapal.

Kelebihan dari metode berlapis adalah :


 Sangat efektif untuk perakitan awal pada bagian dasar yang relative melibatkan jumlah
pekerja yang lebih besar.
 Tidak ada pekerjaan kearah vertikal dan pekerjaan yang camur aduk dapat dihindarkan,
sehingga lingkungan kerja lebih baik dan lebih aman, dan hal ini meningkatkan efisiensi
besar.
 Outomatisasi dan penggunaan permesinan pada tahap assembky menjadi lebih mudah,
sehingga mempermudah untuk membagi rata pekerjaan.

Kekurangan dari metode berlapis adalah :


 Penyelesaian pekerjaan lambat.
 Derajat deformasi kapal menjadi lebih besar khususnya bagian depan dan belakang.
Masuk pada tahapan proses assembly dan erection. Setelah proses fabrikasi plat akan dirangkai
menjadi sebuah panel-panel, kemudian dirangkai lagi menjadi sebuah blok. Blok- blok selanjutnya
dirangkai menjadi sebuah unit kapal.

Tahapan proses assembly :


 Persiapan JIG (pondasi sebuah blok)
 Scantling check, pada proses ini dilakukan pengukuran dimensi, sudut dan kesesuain panel yang
dikerjakan berdasarkan gambar.
 Fit-Up merupakan proses pengecekan gap atau jarak plat/panel/blok sebelum dilakukan proses
assembly.
 After welding check dilakukan untuk mengecek hasil las sesuai dengan aturan class.

Tahapan proses erection :


 Pengangkatan blok / loading.
 Penggabungan, tahap penyambungan pada proses join erection, kemudian bagian yang dicek pada
tahap ini adalah kerataan plat dari dua blok, ukuran gap, ukuran jarak gading.
 Leveling deck yaitu proses untuk mengetahui kerataan suatu bidang. Dari proses sub assembly,
pelat akan dilevel agar sama rata. Tujuan proses leveling adalah untuk menyamkan ketinggian
bagian kanan dan kiri kapal.
 Pengecekan pengelasan.
 Pengecekan deformasi pada bagian lambung, geladak, dan sekat-sekat pada kapal.
PERTEMUAN V
Tata Kode (Coding System)
Kode/nama digunakan untuk membedakan entitas blok, sub blok, panel, dan komponen yang ada
dalam kapal. Dalam proses pembangunan kapal, Coding system berperan untuk mengatur :

 Pemesanan material
 Perencanaan jadwal kerja
 Jadwal kerja perakitan
 Perencanaan tenaga kerja
 Pengendalian material
 Suku cadang (mesin/material handling), dll
Menurut Lamb Thomas (1985) Shipbuilding Classification and Coding System (SCCS) menggunakan
17 digit nomor untuk mengklasifikasikan kegiatan. Digit 1 – 10 digunakan untuk klasifikasi desain,
digit 11 – 17 digunakan untuk klasifikasi proses.

No. Digits Item


1 FIRST DIGIT SHIP GROUP
Pembagian kapal ke dalam sistem-sistem utama, sebagai rujukan
dapat menggunakan pendekatan SWBS dari Angkatan Laut
Amerika.
2 SECOND DIGIT BASE PRODUCT
Pembagian produk dasar yang biasa digunakan galangan.
3 THIRD DIGIT TYPE
Pembagian produk dasar berdasarkan variasi tipenya.
4 FOURTH DIGIT MATERIAL
Pendefinisian material berdasarkan persyaratan spesifikasi dan
kualitas.
5 FIFTH DIGIT SIZE CLASSIFICATION – LENGTH
Spesifikasi ukuran panjang material.
Digit 6 – 10 digunakan mengklasifikasikan secara berbeda bergantung keadaan sebagaimana
berikut:
6 SIXTH DIGIT  FOR PLATE – WIDTH
 FOR SECTIONS – WEB DEPTH
7 SEVENTH DIGIT  FOR PLATE – THICKNESS
 FOR SECTIONS – FLANGE WIDTH
8 EIGHTH DIGIT  FOR PLATE – SHAPE
 FOR SECTIONS – WEB THICKNESS
9 NINTH DIGIT  FOR PLATE – HOLES AND SLOTS
 FOR SECTIONS – FLANGE THICKNESS
10 TENTH DIGIT  FOR PLATE – EDGE PREPARATION
 FOR SECTIONS – END CUT
Digit 11 – 17 digunakan mengklasifikasikan proses fabrikasi dan penginstalan/pemasangan produk-
produk untuk membangun kapal
11 ELEVENTH DIGIT PRE-PROCESSING TREATMENT
Identifikasi pekerjaan persiapan proses produksi
12 TWELFTH DIGIT CUTTING
Identifikasi proses pemotongan
13 THIRTEENTH DIGIT FORMING
Identifikasi proses pembentukan
14 FOURTEENTH DIGIT CONNECTION TYPE
Identifikasi jenis/tipe sambungan
15 FIFTEENTH DIGIT WORK POSITION
Identifikasi posisi pekerjaan untuk menyatukan produk
16 SIXTEENTH DIGIT WORK STATION
Identifikasi stasiun kerja/bengkel
17 SEVENTEENTH DIGIT EQUIPMENT USED
Identifikasi jenis peralatan yang digunakan

Coding system (PT PAL), sebagai galangan establish PT PAL Surabaya dapat menjadi rujukan dalam
pengkodean blok. Pengkodean blok dibuat berdasarkan pada singkatan-singkatan yang sesuai dengan
nama konstruksinya dan nomor urut sesuai dengan konstruksinya. Contoh kode :
UD 1 W
Singkatan dari Upper Deck Lokasi pembagian (posisi wings)
Nomor blok untuk blok sisi depan sekat kamar mesin
Material handling merupakan seni pergerakan/pemindahan material secara ekonomis dan aman.
Alasan perlunya perancangan material handling adalah karena 30% dari biaya total manufaktur
didistribusikan pada kegiatan material handling, kemudian untuk menururnkan persentase kerusakan
pada bahan. Tujuan utama dari pelaksanaan perencanaan material handling system adalah :
1. Mengurangi ongkos produksi
2. Menaikkan kapasitas
3. Memperbaiki kondisi kerja
4. Memperbaiki pelayanan pada pelanggan
5. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan
Berdasarkan tata caranya material handling perlu memerhatikan beberapa hal antara lain karakteristik
material, SWL (safety weight loadi), jalur produksi sesuai tingkat level manufaktur, daya terap tata
cara pemindahan.
Jenis peralatan yang digunakan :
1. Fixed Path Equipment
Peralatan yang sudah tetap digunakan dalam suatu proses produksi dan tidak dapat digunakan
untuk kegiatan lain. Peralatan ini biasanya menggunakan kekuatan tenaga listrik, contoh :
Conveyors, Crane, Lift.
2. Varied Path Equipment
Peralatan yang dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan dan tidak khusus mengangkut
atau memindahkan barang-barang tertentu. Peralatan yang digunakan tidak bergantung pada
proses produksi, dan biasanya peralatan tipe ini digunakan dengan tenaga manusia atau mesin.
Contoh : Truck, Fortruck atau Forklift, Kereta dorong.
3. Automatic Guide Vehicle
Kendaraan ini digerakkan oleh baterai dan dipandu oleh sinyal komputer melalui kabel yang
terhubung sehingga tidak membutuhkan operator (jarang digunakan di galangan).

Anda mungkin juga menyukai