Anda di halaman 1dari 36

TUGAS PRODUKSI KAPAL LANJUTAN

PT. PAL Indonesia ( Persero )


DIVISI KAPAL PERANG
Dosen : Hery Insprasetyobudi, S.T., M.T

Oleh :
SIGIT PUTRA LAKSANA NIM.361721302004
AINUN TAJUDIN NIM.361721302015
RAKHA ANDAKHA B. NIM.361721302021
ISNAINI DIKI ERLANGGA NIM.361721302023
FIKRI ROSIDIN NIM.361721302029
EVALDI AXSENDRA NIM.361721302036

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK MANUFAKTUR KAPAL


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB 1 LAYOUT GALANGAN PT PAL Indonesia ( Persero ).............................3

1.1 Layout Galangan.......................................................................................3

1.2 Alur Pengerjaan.........................................................................................4

1.2.1Alur Pengerjaan Kapal Divisi Kapal Perang.............................................4


BAB 2 FASILITAS.................................................................................................7

2.1 Fasilitas Perusahaan.......................................................................................7

2.2. Divisi Kapal Perang.......................................................................................7

2.2.1Fasilitas Utama..........................................................................................7
2.2.2 Fasilitas Pendukung...............................................................................11
BAB 3 MESIN PRODUKSI..................................................................................12

BAB 4SISTEM MODULAR.................................................................................13

4.1 Sistem Modular............................................................................................13

BAB 5 SHIPBUILDING SUPPORT SOFTWARE…...………………………...27


BAB 6 STRUKTUR ORGANISASI DIVISI KAPAL PERANG.........................27

6.1 DIVISI KAPAL PERANG......................................................................27

BAB 7 MAN POWER PLAN................................................................................30

7.1 Sekertariat...................................................................................................30
7.2 PPC..............................................................................................................30
7.3 Kontruksi Kapal..........................................................................................30
7.4 Departement MO&HO................................................................................31
7.5 Departement EO & Interior.........................................................................31
7.6 Departement Support..................................................................................31
7.7 Proyek Divisi Kapal Perang........................................................................32
BAB 1
LAYOUT GALANGAN PT PAL Indonesia ( Persero )
DIVISI KAPAL PERANG

1.1 Layout Galangan


Layout Galangan adalah istilah untuk gambar atau peta alur pengerjaan dalam
suatu galangan yang mana berisi tentang informasi proses pembuatan kapal dari
awal hingga akhir termasuk fasilitas di dalamnya. Pada PT PAL
Indonesia( Persero) Divisi kapal perang terdapat Layout atau alur pembuatannya
dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 1.1 Layout PT. PAL Indonesia ( Persero )


Divisi kapal perang
1.2 Alur Pengerjaan

Gambar 1.2 Alur Pengerjaan PT. PAL Indonesia ( Persero )


Divisi Kapal Perang

1.2.1 Alur Pengerjaan Kapal Divisi Kapal Perang


Tahap – tahap dalam pengerjaan bangunan baru, sebagai berikut :
1. Perancangan dan Pembuatan Desain
Dalam hal ini kantor sebagai tempat perancangan dan pembuatan desain
baru kapal termasuk pembuatan mal yang di cetak dengan skala 1 : 1
2. Pengadaan barang
Setelah desain jadi dan sudah disetujui oleh semua pihak selanjutnya
dilakukan proses pengadaan barang sesuai spek dan ukuran yang sudah
ditentukan untuk pembuatan kapal
3. Penerimaan barang
Setelah proses barang dating ditangani oleh pihak pnerimaan barang untuk
dicek apakah sesuai dengan barang yang dipesan
4. Gudang pusat
Setelah dari pihak penerimaan ,barang akan di taruk pada Gudang pusat
dan akan diambil jika barang sudah diperlukan untuk produksi kapal
5. Gudang pallettizing
Dalam hal ini Gudang pallet sebagai tempat transit,material dan komponen
kapal dan tempat mengambil seluruh kebutuhan dalam pembangunan
kapal di Divisi kapal perang
6. Fabrikasi (Pemotongan)
Room plate pada PT. PAL Indonesia ( Persero ) Divisi Kapal Perang
sebagai tempat pemotongan plat sesuai dengan hasil desain kapal yang
telah di buat menjadi mal untuk menentukan garis potong pada saat
pemotongan plat
7. Workshop
Di dalam Workshop PT. PAL Indonesia ( Persero ) Divisi Kapal Perang
sudah mencakup 7 Proses Pengerjaan, yakni :
a. Fabrikasi hull : suatu rangkaian pekerjaan pekerjaan dari beberapa
komponen material baik berupa plat,pipa ataupun baja profil dirangka
dan dibentuk setahap demi setahap berdasarkan item-item tertentu
sampai menjadi suatu bentuk yang dapat dipasang menjadi sebuah
rangkaian alat produksi.

b. Sub-Assembly : tempat proses ini terdiri dari penyambungan dan


pengelasan. Proses sub assembly ini adalah menggabungkan beberapa
komponen kecil menjadi komponen per panel, misalkan :
1. Pemasangan stiffener pada plate sekat
2. Pembuatan wrang
3. Penyambungan 2 atau lebih plate
Pada proses pengelasan, pengelasan yang digunakan yaitu SAW,
SMAW,dan FCAW. Dari kedua proses ini , QA-QC memegang
peranan penting untuk mengecek hasil dari keduanya. Seperti yang
kita ketahui ,tugas dari QA-QC yaitu untuk menjamin kuantitas dan
mutu dari benda.

c. Assembly hull : tempat bagian pemasangan bagian-bagian plat dari


hasil cutting agar dirangkai menjadi sebuah panel-panel, dan panel
tersebut dirangkai lagi menjadi sebuah section atau block

d. Erection (Dalam hal ini Erection terjadi di dalam Workshop)


e. Outfitting : bagian kapal selain dari pada badan kapal itu sendiri dan
dapat dikelompokkan menjadi : Hull outfitting, machinery outfitting
dan electrical outfitting. Ship outfitting mempunyai peran penting,
antara lain :
1. Memberi kapal kemampuan untuk bergerak dan bekerja
2. Menyediakan akomodasi untuk crew dan penumpang
3. Menyediakan ruang penempatan untuk muatan
4. Menjaga fungsi-fungsi tersebut dalam jangka waktu yang lama
Proses Outfitting adalah proses pemansangan bagian pendukung
dari Kapal. Contohnya seperti system perpipaan, system permisahan,
electric, keselamatan di kapal, navigasi dan sebagainya. Sedangkan
untuk pengerjaan Outfitting di PT PAL menggunakan system FOBS
(Full Outfitting Block System) dimana pipa utama terutama yang
terletak di double bottom dan kamar mesin sudah di install pada saat
di Block. Untuk outfitting di PT PAL dibagi menjadi 2 Departemen
yaitu :
 Hall Outfitting and Accomodation Outfiting, bertugas untuk
mengerjakan bagian-bagian dalam dari kapal seperti pipa, bagian
pada akomodasi, navigasi, system keselamatan, mooring system,
rudder dll.
 Machinery Outfitting and Electricyty Outfitting, bertugas untuk
mengerjakan system permesinan kapal system bahan bakar, system
pendinginan kapal, dan system electric kapal. Untuk pengerjaan
outfitting melakukan pekerjaan seperti pemasangan dikamar mesin,
pemasangan mesin di building berth, pipa air ballast. Sedangkan
pekerjaan lainnya dikerjakan pada saat kapal sudah dilaunching
dari graving dock. Pekerjaan yang dilakukan saat on board
outfitting adalah pemasangan di bagan ruang accommodation
seperti navigasi, electrical, piping cargo hold, dock crane, pompa-
pompa dll.

Outfitting shop terdiri dari :


- Electric workshop : sebagai tempat untuk memecahkan
permasalahan tentang electric pada sebuah galangan
- Electronica
- Machine workshop :tempat pengerjaan kegiatan yang
berhubungan dengan menggunakan mesin-mesin berat untuk
menghasilkan hasil yang maksimal
- Shipfitter

Electrical shop : tempat pengerjaan alat-alat electrical,dan mendata


keluar masuknya alat-alat electrical yang digunakan.

Pipe shop : tempat pengerjaan pipa,dan mendata keluar masuknya


pipa yang digunakan
- Marking area : tempat menandai material sebelum digunakan
- Cutting area : tempat pemotongan material
- Bending area : tempat membengkokan material sebelum
digunakan
- Weld shop : tempat pengelasan material pipa
- Fitting area : tempat dilakukannya penyetelan pipa
- Grinding area : tempat dilakukannya pembersihan hasil
pengelasan dan finishing
- Pickling area : area untuk membersihkan internal pipeline supaya
bersih dari: lemak,oli, debu, karat dan pengotor2 lainnya. Dan
untuk pipa yang selesai disambung / dilas harus dibersihkan dari
gram2 serbuk besi yang masih berada di dalam pipa.Karena
apabila nanti pipa dialiri oli / pendingin udara / air dan masuk ke
dalam mesin adanya pengotor ini dapat merusak mesin - Pressing
process : tempat dimana dilakukan pengepressan terhadap pipa
- Labeling : tempat pemberian label terhadap hasil pipa yang telah
diproduksi.

f. Painting / sand blasting hull : proses penyemprotan abrasive material


biasanya berupa pasir silika atau steel grit dengan tekanan tinggi pada
suatu permukaan dengan tujuan untuk menghilangkan material
kontaminasi seperti karat, cat, garam, oli dll. Selain itu juga bertujuan
untuk membuat profile (kekasaran) pada permukaan metal agar dapat
tercapai tingkat perekatan yang baik antara permukaan metal dengan
bahan pelindung misalnya cat.

8. Interior
Interior shop : tempat pengerjaan interior,dan mendata keluar masuknya
alat2 interior yang digunakan.

9. Inspeksi
Sebelum dilakukan peluncuran kapal akan di inspeksi agar mengetahui
kapal dijamin aman jika dioprasikan.

10. Launching
Untuk Peluncuran Kapal biasa dilakukan menggunakan Ship lift untuk
membawa kapal dari workshop ke area ship lift menggunakan bantuan
cradle,
Transfer area : tempat transfer dari semua blok kapal yang akan
diluncurkan
Ship lift : bagian tempat peluncuran kapal
BAB 2
FASILITAS

2.1 Fasilitas Perusahaan


Fasilitas adalah sarana atau prasarana atau perlengkapan atau alat-alat yang
disediakan oleh pemerintah yang dapat digunakan untuk kepentingan bersama
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Untuk menunjang dalam bentuk
kegiatan usaha baik pembangunan kapal perang dan kapal khusus maupun
perbaikan dan pemeliharaan, PT. PAL Indonesia (Persero) memiliki luas area 120
Ha secara divisional fasilitas divisi kapal perang.

2.2. Divisi Kapal Perang


Fasilitas bengkel di PT. PAL Indonesia (Persero) cukup lengkap. Karena
disini sudah memiliki beberapa fasilitas yang tidak dimiliki oleh galangan lain.
Bengkel-bengkel ini dibawahi oleh departemen-departemen di Divisi Kapal
perang yang digunakan untuk proses manufacturing. Bengkel-bengkel ini
melaksanakan proses manufacturing berdasarkan gambar kerja yang dibuat oleh
Departemen PPC. Proses manufacturing yang dilakukan adalah mengolah
material yang berupa lembaran plat dan baja profil untuk diproses dengan
berbagai proses permesinan, melakukan proses assembly dan instalasi peralatan
pendukung hingga menghasilkan bentuk kapal utuh.
2.2.1Fasilitas Utama
1. Fasilitas Dok
Galangan kapal adalah sebutan lain untuk kata dok atau shipyard. Galangan
kapal adalah sebagai tempat untuk membuat, merawat, dan memperbaiki
kapal.Adapun dibawah ini adalah dok kapal yang berada di PT.Pal Divisi Perang :
a. Graving Dok Irian 20.000 DWT
Pada Dok Irian ini memiliki kemampuan lebih kecil untuk melakukan
pembangunan kapal baru ataupun reparasi kapal. Dok Irian didukung oleh 2
crane crane level Luffing untuk reparasi maupun bangunan baru.
Gambar. Graving Dok Irian

b. Crane kapasitas Angkut 40 Ton LLC ( Level Luffing Crane)


Level luffing crane memiliki penopang berengsel yang akan bergerak naik
turun, dan gerakan naik turun ini meningkatkan lengan crane untuk bergerak
ke dalam dan ke luar. Ini digunakan di galangan kapal untuk menempatkan
kontainer atau untuk menurunkan muatan kapal.

Level Luffing Crane 40 ton


c. Ship Lift 1.500 TLC
Ship Lift 1.500 TLC adalah sebagai tempat pengangkatan kapal dari air ke
darat untuk diperbaiki ataupun perawatan.

Ship Lift 1.500 TLC


d. Side dan End Launching
Side dan End Launching adalah peluncuran kapal yang arahnya ke depan atau
belakang. Proses peluncuran kapal dengan metode End Launching yang
menggunakan sepatu luncur masih banyak di temukan kendala yang dapat
mengurangi efektifitas waktu dan sering terjadi deformasi akibat dari
pengaruh kontak langsung antara lambung kapal dengan material yang keras,
yang terdapat pada sepatu luncur (sliding ways). End Launching dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
- Longitudinal Oiled Slideway Launching.
Longitudinal Oiled Slideway adalah salah satu bentuk tertua dari sistem
peluncuran. Dengan sistem ini, kapal meluncur di kapal peluncuran.
Minyak atau lilin yang digunakan untuk membantu dalam proses geser.
Keuntungan utama dari metode ini adalah bahwa ia menggunakan
peralatan sederhana dan dapat digunakan untuk kapal dengan tonase yang
berbeda dan jenis. Namun, lapisan minyak yang digunakan untuk geser
kapal lancar dapat mencemari air. Ada juga bahaya tekanan besar pada
bagian depan kapal selama peluncuran.
Longitudinal Oiled Slidway Launching
- Longitudinal Steel – Roller Slideway Launching
Dalam hal ini jenis kapal metode meluncurkan rol baja yang digunakan
sebagai pengganti minyak untuk mengurangi gesekan saat meluncur.
Metode ini menggunakan intensitas tinggi rol baja, perangkat keamanan,
dan papan baja untuk peluncuran. Pelat baja pada slide kayu membantu
dalam proses geser dan geser rel membantu mereka untuk melindungi dari
bola baja. Tas bersih digunakan pada akhir slide untuk mengumpulkan
bola baja sehingga mereka dapat digunakan lagi. Metode ini paling efektif
dan mudah untuk memulai. Namun, biaya instalasi awal yang tinggi.

Longitudinal Steel – Roller Slideway Launching


e. Transporters
Transporters adalah transportasi alat berat yang mengangkut bagian kapal dari
bengkel ke dermaga untuk dirakit secara utuh. Transporter ini mempunyai
suspensi dan kemudi hidrolik untuk mencapai pemindahan, pengangkutan dan
kemudi. Karena disetiap roda memiliki unit kemudi independent, pengangkut
galangan kapal dapat mencapai 8 arah bergerak dan berputar 360 derajat di
sekitar titik tengah pengangkut sebagai titik asal.

Transporters

2.2.2 Fasilitas Pendukung


Fasilitas pendukung Produksi kapal di Divisi Kapal Perang:
Bengkel Konstruksi lambung:
1) Bengkel fabrikasi
2) Bengkel Assembly
Bengkel pertukangan:
1) Bengkel listrik
2) Bengkel plat tipis
3) Bengkel pipa
4) Bengkel Galvanis
5) Bengkel Mesin
6) Bengkel Outfitting
BAB 3
MESIN PRODUKSI

SYNCROWAVE® 210 TIG 125 A AT 15


1 MESIN LAS MIG & TIG V, 60% DUTY CYCLE BENGKEL ASSEMBLY BAIK
MILLERMATIC® 252 MIG 200 A AT
2 MESIN LAS MIG & TIG 24 VDC, 60% DUTY CYCLE BENGKEL ASSEMBLY BAIK
POWER MIG LINCOLN 360MP MIG 5-
3 MESIN LAS MIG & TIG 360 AMPS BENGKEL MO & HO BAIK
4 CNC PLASMA CUTTING PLASMA HYPERTERM BENGKEL FABRIKASI BAIK
5 DRILL MACHINE FERM; FM 25 SEMUA BENGKEL BAIK
HYDRAULIC FRAME
6 BENDING MACHINE NIELAND/SBG 200 NO SERIE VG/68 BENGKEL FABRIKASI BAIK
7 AIR COMPRESOR KRISBOW 10 HP SEMUA BENGKEL BAIK
8 ROLLING MACHINE PULLMAX/ PV 7 HS NO.SERIE BENGKEL FABRIKASI BAIK
VANKRANEPURG .NO SERIE
9 SAND BLASTING 45182/H3 BENGKEL CAT BAIK
1
0 GRINDING MACHINE REMA SEMUA BENGKEL BAIK
1 BENGKEL
1 LATHE MACHINE CHOLHESTER / MASKOT 1600 OUTFITTING BAIK
1 BENGKEL
2 MESIN BUBUT DAINICHI, DE 5000 OUTFITTING BAIK
1
3 PANEL PEMBAGI 220 V BENGKEL UTILITAS BAIK
1
4 PANEL PEMBAGI 380 V BENGKEL UTILITAS BAIK
1
5 POMPA CELUP SOUFOU SEMUA BENGKEL BAIK
BAB 4
SISTEM MODULAR

4.1 Sistem Modular


Secara harfiah arti kata modul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah komponen dari suatu sistem yang berdiri sendiri, tetapi menunjang
program dari sistem itu, sedangkan modular adalah bersifat standar. Dan,
desain modular, atau "modularitas dalam desain", adalah pendekatan desain
yang membagi sistem menjadi bagian-bagian kecil yang disebut modul,
yang dapat mandiri dibuat dan kemudian digabungkan pada sistem
yang berbeda (Bertram, 2005).
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat didefinisikan
modularisasi pada proses produksi kapal adalah membagi sistem dalam
produksi kapal menjadi sistem-sistem yang dapat berdiri sendiri yang bersifat
standar atau sama (dapat menggantikan satu sama lain) dan suatu sistem tersebut
dapat digabungkan dengan sistem lain dan saling melengkapi. Sejatinya,
sistem modular pada proses produksi kapal mengarah ke standarisasi
kapal dan merupakan pengembangan dari konsep PWBS.
4.1.1 Desain Modular pada Produk Industri Manufaktur
Menurut Bertram (2005), aspek desain modular juga dapat dilihat pada mobil
atau kendaraan lain, terdapat bagian-bagian tertentu untuk mobil yang dapat
ditambahkan atau diubah tanpa mengubah bagian lainnya mobil. Meskipun hal ini
benar, tetapi tidak selalu terjadi seperti ini. Contoh sederhana dari desain modular
dalam mobil adalah bahwa banyak mobil datang sebagai model dasar, akan
memungkinkan untuk "substitusi" upgrade, seperti mesin yang lebih kuat atau ban
musiman, hal ini tidak memerlukan perubahan ke unit lain dari mobil seperti
chassis, kemudi, motor listrik atau sistem lainnya.
4.1.2 Tujuan
Secara umum, tujuan utama dari pendekatan sistem modular pada
proses produksi kapal adalah, (Bertram, 2005) :
•Mengurangi biaya desain dan produksi.
•Mengurangi waktu desain dan produksi.
•Fleksibilitas yang lebih besar untuk perbaikan kapal, perubahan misi,
dan pembaharuan sistem pada kapal di kemudian hari.
•Periode pemeliharaan lebih pendek dan lebih murah.
•Mengurangi biaya pemeliharaan.
•Memungkinkan sinergi antar galangan kapal untuk saling bekerja sama.
•Mengarah ke standarisasi tipe dan ukuran kapal. Namun, modularisasi juga
mengakibatkan:
•Upaya desain awal yang lebih tinggi dan rumit.
•Kebebasan desain berkurang (mungkin memperlambat
kemajuan teknologi).
•Berat biasanya lebih tinggi.
•Kebutuhan area bengkel biasanya meningkat.
•Kontrol kualitas yang tinggi
Namun, modularisasi juga mengakibatkan:
1. Upaya desain awal (engineering process) yang lebih tinggi dan rumit
2. Kebebasan desain berkurang (mungkin memperlambat kemajuan
teknologi)
3. Kebutuhan kapasitas alat angkut meningkat
4. Dibutuhkan ketelitian dan presisi yang tinggi35
5. Dibutuhkan kontrol kualitas yang tinggi
6. Kebutuhan area bengkel biasanya meningkat

4.1.3 Tipe Modularisasi pada Kapal


Modularisasi pada pembangunan kapal dapat dilakukan dengan berbagai
macam tipe. Pada penelitian tesis ini, tipe modularisasi yang dibahas adalah
construction modularity (hull segment) Tipe modularisasi lainnya

Gambar 4.1 Tipe modularisasi pada Kapal (Abbott, 2006)

4.1.4 Perkembangan Penerapan Sistem Modular Pada Proses Produksi Kapal Di


Dunia
1. Modular Deckhouse (1967)
Pada tahun 1967, J.J. Henry Company menganalisa fisibilitas dan
kelebihan dari konstruksi modular pada rumah geladak kapal MARAD. Akan
tetapi, konsep ini tidak jadi dilaksanakan pada kapal tersebut. Konsep modular
deckhouse tersebuit dapat dilihat pada Gambar berikut

Gambar 4.2 Pembagian Modular Deckhouse (Bertram, 2005)

2. M1000 System (1977)


Pada masa Perang Dunia II, karena permintaan kapal masa itu cukup
besar, Blohm+Voss merancang sebuah desain untuk produksi kapal yang
disebut “Pioneer”. Desain tersebut mencakup sistem akomodasi yang
terfabrikasi bernama M1000 System. Sistem tersebut terdiri dari rangka baja
untuk struktur kabin lengkap dengan furniturnya.

3. ATC US Navy (1992)


Pada tahun 1992, US Naval Sea Systems Command (NAVSEA) memulai
sebuah inisiatif yang diberi judul Affordability Trough Commonality (ATC).
Objek analisanya mencakup kebutuhan, standart, desain, spesifikasi, dan
prosedur untuk mengurangi biaya dengan modularisasi peralatan, standarisasi
peralatan, dan proses penyederhanaan. Modul tersebut terdiri dari komponen
standar yang dirakit pada workshop, bahkan memungkinkan dirakit oleh pihak
lain. Pada Gambar 4.3 merupakan contoh modul peralatan ATC untuk Reverse
Osmosin Desalinator.

Gambar 4,3 Modul ATC Peralatan Reverse Osmosis Desalinator


(Bertram,2005)

4. TNSW Modular Engine Room (1996)


Menurut Thyssen Nordseewerke (TNSW), pekerjaan kamar mesin
menghabiskan 40% dari waktu dan biaya total, maka dengan improvisasi pada
kamar mesin dinilai berpotensi menekan biaya. Pertimbangan ini
menyebabkan pengenalan standardisasi dan modularisasi dalam desain ruang
mesin. Pada tahun 1991 galangan mulai dengan membangun kapal kontainer
1.500 TEU dimana kelompok pipa dan pompa digantikan oleh modul yang
sepenuhnya dirakit dan dilengkapi dengan modul fungsional. Setelah seri
pertama dari kontainer, seri modul diperpanjang dengan beberapa modul
tambahan. Secara total, tiga belas kontainer dibangun antara 1991 dan 1996
dengan modular ruang mesin yang telah dipatenkan ini. TNSW juga
mematenkan konsep dari modular supports untuk kamar mesin yang terdiri
dari kolom verikal penguat di lambung untuk menguatkan banyak elemen
horisontal pada geladak seperti pada Gambar 4.4 dibawah ini

Gambar 4.4 TNSW Modular Engine Room (Bertram, 2005)

5. SMART System US Navy (1997)


The Shipboard Modular Arrangement Reconfiguration Technology
(SMART) adalah sebuah metodologi untuk pemasangan peralatan pada kapal
dengan memperhatikan fleksibilitas dan efisiensi biaya. Fokus teknologi ini
adalah sistem rel, mirip dengan yang digunakan oleh industri pesawat terbang,
yang memungkinkan peralatan yang akan terpasang ke dek, sekat, atau
overhead. Sistem SMART mencakup sistem pondasi track, modular
tersambung dengan daya dan pencahayaan, dan workstation modular. Pada
Gambar 4.5 merupakan area pekerjaan SMART yang memiliki jalur-jalur rel.
Gambar 4.5 SMART Workstation Workshop (Bertram, 2005)

6. Modular Ship Hull Design IIT (2003)


The Indian Institute of Technology in Kharagpur mempatenkan keluarga
bentuk lambung kapal modular, menggabungkan pilihan satu bagian belakang
kapal, dua lambung depan, dan enam lambung ruang muat untuk
menghasilkan total dua belas bentuk lambung seperti diilustrasikan pada
Gambar 4.6. Tidak ada informasi tentang pelaksanaan di industri.

Gambar 4.6 Modular Container Ship (Bertram, 2005)

7. SIGMA (2003 - sekarang)


Ship Integrated Geometrical Modularity Approach (SIGMA) yang mana
dikembangkan oleh Schelde Naval Shipbuilding, merupakan satu set
parameter geometri terdefinisi yang diterapkan di seluruh family produk,
sehingga memberikan pengulangan unit yang identik, baik dalam dimensi
ruang kapal serta 40 dalam lay-out dari sistem. Selanjutnya, bentuk lambung
itu sendiri adalah 'modular'. Dengan beberapa bagian depan dan belakang
kapal, semua hull dalam kisaran family produk dapat dibuat seperti pada
Gambar 4.7. Pendekatan ini digunakan Schelde Naval Shipbuilding dalam
pembangunan Offshore Patrol Vessels (OPVs), serta Perusak Kawal Rudal
(PKR) Indonesia yang bekerja sama dengan PT. PAL Indonesia.

Gambar 4.7 Schelde Sigma Offshore Patrol Vessel (Bertram, 2005)

Selain SIGMA, Schelde Naval Shipbuilding juga mengembangkan metode


Enforcer yang merupakan pengembangan tingkat lanjut dari SIGMA tersebut,
dimana modul-modul kecil dirakit menjadi satu ring block atau ring modul
seperti pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Schelde Enforcer Concept (Bertram, 2005)

4.1.5 Implementasi Konsep PWBS untuk Mendukung Teknologi Modular


Pada ulasan sebelumnya, pada PWBS terdapat tahapan Grand Block Joining,
di mana pada tahapan tersebut adalah menggabungkan beberapa block menjadi
sebuah grand block yang lebih besar dan kompleks, serta dengan pendekatan
konsep lean manufacturing, mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah
secara langsung akan mempercepat waktu proses. Galangan yang menerapkan
PWBS dengan baik akan lebih mudah melakukan konsep lean manufacturing
dengan baik terutama untuk pembangunan kapal secara massal. Dalam penelitian
Pribadi (1991), implementasi PWBS untuk meningkatkan produktivitas pada
pembangunan kapal secara massal dapat dilakukan dengan batch production
system, yaitu memproduksi blok-blok yang sama pada satu batch dan dapat
ditugaskan pada galangan kapal berbeda. Dengan kata lain, terdapat satu galangan
kapal induk untuk merakit (hull erection) menjadi beberapa kapal dari blok-blok
kapal yang telah dibuat pada galangan kapal pendukung lainnya. Sistem produksi
tersebut dapat mempercepat proses pembangunan kapal karena pada saat proses
erection semua blok telah siap. Akan tetapi, dengan sistem produksi tersebut
pekerjaan di area building berth seperti pengelasan, instalasi outfitting, dan
pengecatan tidak berbeda dengan pembangunan kapal dengan blok kecil pada
umumnya, hanya saja tidak perlu menunggu blok tersebut dirakit. Selain itu,
kualitas antar blok bisa memiliki kualitas pekerjaan yang berbeda karena
dikerjakan oleh berbagai galangan kapal. Pada prinsipnya, pembangunan kapal
dengan modular system merupakan implementasi dari tahapan Grand Block
Joining pada PWBS dan konsep lean manufacturing, di mana pada modular
system penggabungan beberapa block menjadi sebuah ring block atau juga dapat
disebut sebagai modul yang lengkap dengan equipment & outfitting (E/O), dan
telah dilakukan pengujian. Untuk mempermudah proses erection dan transportasi
ke area building berth karena keterbatasan kapasitas crane, dalam beberapa kasus
modul harus dapat diapungkan dengan stabilitas yang baik dengan pemasangan
sekat kedap air sementara, dan juga dapat mengapung dengan kondisi even keel
menggunakan ballast.
Pembangunan modul tersebut dilakukan pada area bengkel sehingga pekerjaan
di area building berth menjadi lebih sedikit dan lebih singkat. Hal tersebut juga
akan meningkatkan kualitas karena kenyamanan bekerja pada area bengkel lebih
baik daripada bekerja pada area building berth. Pada Gambar 4.9 merupakan
perbandingan aliran kerja utama pembangunan kapal dengan PWBS dan modular.
Banyak galangan kapal yang telah menerapkan konsep PWBS dengan mengikuti
aliran kerja utama seperti pada gambar di atas, galangan tersebut melakukan hull
erection yang terdiri dari block-block kecil pada lokasi building berth, berikutnya
menyelesaikan pekerjaan outfitting setelah konstruksi lambung kapal terbangun
secara utuh, dan setelah itu pengecatan tahap akhir. Hal tersebut menyebabkan
pekerjaan di building berth lebih lama, sedangkan pekerjaan di building berth
terdapat keterbatasan seperti transportasi material yang lebih banyak dan
kenyamanan bekerja, terlebih apabila building berth tersebut berupa landasan
miring yang akan berpengaruh pada kualitas. Selain itu, apabila building berth
berupa graving dock, pemanfaatannya harus efektif karena graving dock
merupakan investasi yang sangat besar pada galangan kapal.
Gambar 4.9 Perbandingan Aliran Kerja Utama PWBS dengan Modular

Pekerjaan outfitting pada pembangunan kapal dengan sistem modular akan


lebih banyak dilakukan on-block dan begitu pula dengan pengecatan tahap akhir
(finish paint). Pada Gambar 4.10 merupakan aliran kerja pembangunan kapal
dengan sistem modular.
Pembangunan kapal dengan modular system memerlukan proses engineering
dan desain yang lebih kompleks karena perlu mempertimbangkan pembagian
modul dan juga mempertimbangkan stabilitas pada modul itu sendiri apabila
diperlukan pengapungan untuk mempermudah proses erection karena keterbatasan
alat pengangkat (material handling).
Gambar 4.10 Aliran Kerja Pembangunan Kapal dengan Sistem Modular

Pembangunan kapal dengan konsep PWBS ini secara maksimal harus


ditunjang dengan suatu sistem accuracy control (A/C). Sistem ini perlu
dikembangkan menjadi standard galangan dalam memproduksi kapal, yang
dimaksudkan untuk mempersingkat waktu, menekan biaya, dan meningkatkan
mutu produksi. Siklus sistem accuracy control yang dianalogikan sama dengan
siklus dasar manajemen untuk setiap proses industri. Siklus ini mencakup fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dengan mempelajari fungsi-fungsi 44
tersebut mahasiswa dapat memahami sistem operasi accuracy control dan
memahami pentingya peran accuracy control dalam pembangunan kapal
khususnya yang berorientasi produk (PWBS). Salah satu metode pelaksanaan
accuracy control adalah statistical quality control (SQC), sistem ini dapat
dikatakan sebagai bagian dari Quality Control, yang lingkup pekerjaanya
dititikberatkan pada proses pekerjaan desain dan produksi, khususnya untuk
mencapai tingkat ketepatan ukuran yang tinggi terhadap pembuatan
komponenkomponen produksi disetiap proses pekerjaan. Hal ini dapat dicapai
dengan penggunaan metode-metode statistik dalam rangka peningkatan detail-
detail disain dan metode-metode pelaksanaan produksi secara terus menerus
melalui mekanisme perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Storch, 1995)
BAB 5
SHIPBUILDING SUPPORT SOFTWARE
5.1. Software Divisi Kapal Perang
5.1.1. IFS
IFS (Industrial and Financial System) adalah sistem informasi yang digunakan
perusahaan sebagai salah satu strategi untuk dapat mengontrol biaya yang
digunakan proses produksi sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih besar
selain itu IFS juga digunakan untuk mengelola data, jam kerja, dan dokumen
proyek perusahaan.

5.1.2. AUTOCAD
AutoCAD yang merupakan sebuah aplikasi (software) yang digunakan untuk
menggambar, mendesain gambar, menguji material dimana program tersebut
mempunyai kemudahan dan keunggulan untuk membuat gambar secara tepat dan
akurat. AutoCAD merupakan sebuah program yang biasa digunakan untuk tujuan
tertentu dalam menggambar dan merancang dengan bantuan computer dalam
pembentukan model serta ukuran dua dan tiga dimensi atau lebih dikenali sebagai
Computer Aided Drafting and Design Program (CAD).

5.1.3. Solidworks
SOLIDWORKS adalah salah satu CAD software yang dibuat oleh
DASSAULT SYSTEMES digunakan untuk merancang part permesinan atau
susunan part permesinan yang berupa assembling dengan tampilan 3D untuk
merepresentasikan part sebelum real part nya dibuat atau tampilan 2D (drawing )
untuk gambar proses permesinan.

5.1.4. M.S projek


Project adalah aplikasi perangkat lunak MS-DOS yang awalnya ditulis dalam
bahasa Microsoft 'C' (dan beberapa perakitan) untuk IBM PC. Gagasan ini
bermula dari visi Ron Bredehoeft, mantan IBM S/E dan penggemar PC pada awal
1980-an, untuk mengekspresikan resep dan semua persiapan untuk sarapan telur
Benediktus dalam istilah manajemen proyek. Mr. Bredehoeft membentuk
Microsoft Application Services (MAS) selama kelahiran aplikasi dan perusahaan
kemudian menandatangani perjanjian OEM dengan Microsoft Corporation. Alan
M. Boyd, Manajer Pengembangan Produk Microsoft, memperkenalkan aplikasi
tersebut sebagai alat internal untuk membantu mengelola sejumlah besar proyek
perangkat lunak yang sedang dikembangkan setiap saat di dalam perusahaan.
Boyd menulis spesifikasi dan melibatkan perusahaan Seattle lokal untuk
mengembangkan prototipe.
5.1.5. ms office
Microsoft Office merupakan salah satu perangkat lunak paket aplikasi
perkantoran buatan dari Microsoft dan didesain untuk dijalankan di bawah sistem
operasi Linux, Mac OS X dan Microsoft Windows. Beberapa aplikasi atau bagian
di dalam Microsoft Office yang sudah populer adalah Ms Excel, Ms Word, dan Ms
Powerpoint.

5.1.6. plate share nesting


Dalam industri manufaktur, Nesting mengacu pada proses meletakkan
memotong pola untuk meminimalkan bahan baku limbah. Contohnya termasuk
bagian manufaktur dari bahan baku datar seperti lembaran logam.
Proses Untuk meminimalkan jumlah memo bahan baku yang dihasilkan
selama pemotongan, perusahaan menggunakan bersarang proprietary software .
Perangkat lunak ini menganalisis bagian-bagian (bentuk) yang akan
diproduksi pada waktu tertentu.
Menggunakan algoritma, kemudian menentukan bagaimana untuk meletakkan
bagian-bagian ini dalam cara seperti untuk menghasilkan jumlah yang diperlukan
bagian, dan meminimalkan jumlah bahan baku yang terbuang. Off-the-rak paket
perangkat lunak bersarang mengatasi kebutuhan optimasi.
Sementara beberapa hanya diperuntukkan untuk bersarang persegi panjang,
yang lain menawarkan profil atau bentuk bersarang di mana bagian-bagian yang
diperlukan dapat berupa bentuk yang aneh. Bagian-bagian yang tidak teratur dapat
dibuat dengan menggunakan populer computer-aided design (CAD) alat.
Sebagian besar perangkat lunak profil bersarang dapat membaca IGES atau DXF
file profil secara otomatis, beberapa dari mereka bekerja dengan built-in
converter. Pertimbangan penting dalam bentuk bersarang adalah untuk
memverifikasi bahwa perangkat lunak yang bersangkutan benar-benar melakukan
bersarang profil yang benar dan bukan hanya memblokir bersarang.
BAB 6
STRUKTUR ORGANISASI DIVISI KAPAL PERANG
6.1 DIVISI KAPAL PERANG
Divisi Kapal Perang sendiri terdiri dari lima departemen dimana masing-
masing terdiri dari beberapa biro. Adapun penjelasan dari tugas masing-masing
departemen beserta struktur organisasinya adalah sebagai berikut :

Gambar 6.1 Struktur Organisasi Divisi Kapal Perang


PT. PAL Indonesia ( Persero )
6.1.1 Departemen PPC (Production Planning Control) atau rendal
Memiliki tugas untuk menjabarkan kebijakan kepala divisi kapal Perang atas
kegiatan perencanaan dan pengendalian pada seluruh proses produksi untuk
mencapai kualitas yang baik, biaya yang efisien, dan jadwal produksi sesuai
dengan standar yang ditetapkan di lingkungan perusahaan, khususnya di divisi
kapal Perang.

6.1.2 Departemen Konstruksi Kapal


Bertanggung jawab atas proses pekerjaan yang mencakup kegiatan
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, koordinasi, pengendalian pekerjaan yang
berkaitan dengan kegiatan produksi Konstruksi Lambung (Pelat dan profil) sesuai
dengan desain.

6.1.3 Departemen MO (Machinery Outfitting) dan HO (Hull Outfitting)


Departemen Machinery Outfitting dan Hull Outfitting bertanggung jawab atas
kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan
pengendalian pekerjaan yang berkaitan dengan sistem permesinan & kelistrikan
mulai dari fabrikasi dan instalasi outfitting hingga testing & commissioning.
6.1.3.1 Biro Rekayasa Produksi
Bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan yang
berkaitan dengan kegiatan departemen MO dan HO mulai dari metode hingga
kebutuhan SDM untuk mendapatkan hasil yang optimal.
6.1.3.2 Bengkel Perpipaan
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan fabrikasi pipa untuk seluruh sistem pada kapal
dan instalasi perpipaan untuk sistem tertentu yang ada di kamar mesin setelah
proses erection
6.1.3.3 Bengkel Welding
Bertanggung jawab untuk merencanakan, mempersiapkan, dan
mengendalikan kebutuhan welder dan mesin las dalam lingkup kegiatan
instalasi di FOBS atau on board departemen MO & HO.
6.1.3.4 Bengkel Steel Work
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan produksi atau fabrikasi pada bengkel pelat
tipis untuk semua komponen yang hanya ada di kamar mesin.
6.1.3.5 Bengkel Permesinan
Bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan semua kegiatan produksi atau fabrikasi yang berkaitan dengan
sistem penggerak utama dan sistem pendukungnya seperti pembuatan poros,
rudder, propeller, dsb.

6.1.4 Departemen EO (Electrical Outfitting) dan Interior


Departemen EO (Electrical Outfitting) dan Interior bertanggung jawab atas
kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan
pengendalian pekerjaan yang berkaitan dengan sistem kelistrikan dan interior
mulai dari fabrikasi dan instalasi outfitting hingga testing & commissioning.

6.1.5 Departemen Dukungan Produksi


Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang mencakup perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian pekerjaan yang
berkaitan dengan seluruh kegiatan dalam lingkup departemen Dukungan
Produksi.

BAB 7
MEN POWER PLAN
7.1 Sekertariat
DIVISI / DEPARTEMEN JUMLAH PERSONIL
Ex
PKWTT PKWT TOTAL
PKWTT TOTAL PKWT,
PHL
PKWTT, Ex
BENGKEL / BIRO TL TTL TL TTL TL TTL

DIVISI KAPAL PERANG 1 1 3


SEKRETARIAT 1 1 0
SUB TOTAL 0 2 0 0 0 0 2 3

7.2 PPC
DIVISI / DEPARTEMEN JUMLAH PERSONIL
Ex TOTAL
PKWTT PKWT TOTAL PKWT,
PKWTT PHL
PKWTT, Ex
BENGKEL / BIRO TL TTL TL TTL TL TTL

DEPT. PPC 1 0
BIRO ANA & EVA 1 1 0
BIRO REN & DAL PEKERJAAN 5 3 0
BIRO REKAYASA PRODUKSI 2 1 1 3 0
BIRO DUKUNGAN ADMINISTRASI 1 0
BIRO PALETISASI PRODUKSI 3 1 0
SUB TOTAL 2 12 1 8 0 0 23 0

7.3 Kontruksi Kapal


DIVISI / DEPARTEMEN JUMLAH PERSONIL
Ex TOTAL
PKWTT PKWT TOTAL PKWT,
PKWTT PHL
PKWTT, Ex
BENGKEL / BIRO TL TTL TL TTL TL TTL
DEPT. KONSTRUKSI KAPAL 1 0
BIRO REKAYASA PRODUKSI
2
KONSTRUKSI KAPAL 0
BENGKEL FABRIKASI 5 1 2 3 0
BENGKEL LAS KONSTRUKSI KAPAL 9 1 20 0
BENGKEL ALUMINIUM 1 1 6 2
BENGKEL CAT 2 1 1 0
BENGKEL ASSEMBLY 8 1 10 0
BENGKEL ERECTION & TANK TEST 3 1 13 1
SUB TOTAL 28 9 52 3 0 0 92 3
7.4 Departement MO&HO
DIVISI / DEPARTEMEN JUMLAH PERSONIL
Ex TOTAL
PKWTT PKWT TOTAL PKWT,
PKWTT PHL
PKWTT, Ex
BENGKEL / BIRO TL TTL TL TTL TL TTL

DEPT. MACHINERY & HULL


1
OUTFITTING 0
BIRO REKAYASA PRODUKSI MO &
1 1
HO 0
BENGKEL MESIN 8 1 2 0
BENGKEL STEEL WORK 2 1 9 2 0
BENGKEL PIPA 6 1 19 0
BENGKEL LAS MO & HO 16 1 7 0
SUB TOTAL 32 6 37 1 0 2 78 0

7.5 Departement EO & Interior


DIVISI / DEPARTEMEN JUMLAH PERSONIL
Ex
PKWTT PKWT TOTAL
PKWTT TOTAL PKWT,
PHL
PKWTT, Ex
BENGKEL / BIRO TL TTL TL TTL TL TTL

DEPT. ELECTRIC OUT FITTING &


1
INTERIOR 0
BIRO REKAYASA PRODUKSI EO & INT. 2 0
BENGKEL INTERIOR 2 1 5 1 0
BENGKEL ELECTRIC OUTFITTING 5 1 3 1 1 0
BENGKEL ELECTRONIC OUTFITTING &
4 1 4
SYSTEM CONTROL 0
SUB TOTAL 11 6 12 0 2 1 32 0

7.6 Departement Support


DIVISI / DEPARTEMEN JUMLAH PERSONIL
Ex
PKWTT PKWT TOTA
PKWTT TOTAL PKWT,
L PHL
PKWTT, Ex
BENGKEL / BIRO TL TTL TL TTL TL TTL

DEPT. DUKUNGAN 1 0
BIRO PEMELIHARAAN & PERBAIKAN 1 1 3 3
BIRO OPERASIONAL 2 1 5 5
BIRO FASKER & ASET 3 1 2 4
BIRO PERENCANAAN FASILITAS
1 1
PRODUKSI & SDM 20
SUB TOTAL 7 5 7 3 0 0 22 32

7.7 Proyek Divisi Kapal Perang


DIVISI / DEPARTEMEN JUMLAH PERSONIL
Ex
PKWTT PKWT TOTAL
PKWTT TOTAL PKWT,
PHL
PKWTT, Ex
BENGKEL / BIRO TL TTL TL TTL TL TTL

PROYEK KCR 5 & 6 2 0


PROYEK FFBNW PKR 1
PROYEK KCR 3 & 4 1 1 0
SUB TOTAL 0 2 1 0 0 1 4 1

Total Seluruh Pekerja Divisi Kapal Perang

TOTAL 80 42 110 15 2 4
253 39

GRAND TOTAL 122 125 6


253 39

31 October 2020 292

Anda mungkin juga menyukai