Anda di halaman 1dari 21

TUGAS UAS

TEKNIK PRODUKSI DAN REPARASI KAPAL

Di Susun Oleh

Muammar Ali S.I.K 2019310002

Dosen Pengampu:
Moch.Ricky Dariansyah S.T M.Si

TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Galangan kapal merupakan sebuah tempat untuk memperbaiki dan
membuat kapal. Sebuah lokasi galangan kapal akan berisi banyak crane, dok
kering, slipway, gudang-gudang, fasilitas pengecatan dan tempat yang sangat luas
untuk proses fabrikasipembangunan sebuah kapal.
Dalam industri perkapalan, pembangunan bangunan baru kapal
merupakan proses yang paling kompleks. Itu disebabkan karna setiap kapal
memiliki karakteristik dan kondisi yang berbeda beda. Maka untuk memastikan
produksi kapal berjalan efektif dan efisien, sehingga mampu selesai tepat pada
waktunya, diperlukan manajemen yangbaik.
Manajemen produksi kapal merupakan kegiatan mengatur serta
mengontrol produktivitas pekerjaan, agar didapatkan hasil akhir yang sebaik
mungkin. Peranmanajemen produksi sangat penting sekali dalam proses produksi
kapal. Karena yang merupakan jaminan ketepatan waktu pembangunan kapal.
Dalam mengatur manajemenpembangunan kapal terdapat beberapa tahapan yang
harus diperhatikan mulai dari persiapan produksi, Preparation, fabrikasi, sub-
Assembly, Assembly, dan Erectionblock.

I.2. Tujuan
Untuk memahami manajemen produksi kapal, mulai dari proses produksi
kapal menjadi sebuah blok dan penggabungan blok-blok menjadi kapal yang utuh
danmampu mengatur jadwal (schedule) pembangunan kapal dengan
memperhatikan sumber-sumber manajemen yaitu Man, Money, Material,
Machine, and Method.
BAB II
PRODUKSI PEMBANGUNAN KAPAL

II.1. Teknologi Produksi Pembangunan Kapal


Pada dasarnya pembangunan teknologi produksi kapal dapat dibagi
menjadi empat tahapan. Berdasarkan teknologi yang digunakan pada proses
construction danoutfitting (Chirillo 1993). Adapun tahapan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Conventional Construction and Outfitting
Tahapan pertama ini diberi nama tahapan system karena pekerjaan
produksi terpusat pada masing – masing system fungsional. Kapal direncanakan
dan dibangun sebagai suatu sistem pertama lunas diletakkan, kemudian gading –
gading dipasang dan kulitnya, bidang badan kapal ( hull ) hampir selesai, pekerjaan
outfitting dimulai.
2. Hull Block Construction Method and Pre Outfitting
Tahapan ini dimulai dengan dipakainya teknologi pengelasan pada
pembuatan kapal. Proses pembuatan kapal menjadi pembuatan blok – blok atau
seksi – seksi yang dilas, seperti seksi geladak dan kulit dll, yang kemudian dirakit
menjadi badan kapal. Perubahan ini diikuti dengan perubahan pada pekerjaan sudah
jadi, perubahan ini dikenal dengan sebutan ”Pre Outfitting”. Tahapan keduaini
masih memperhitungkan tahapan tradisional pekerjaan pengelasan banyak
dilakukan di bengkel dengan kondisi lingkungan kerja yang lebih nyaman.
Pekerjaan pengelasan sudah mulai dilakukan dengan mesin las semi otomatis
dengan posisi mendatar (down hand), sehingga pekerjaan pengelasan posisi diatas
kepala (over head) dapat dikurangi.
3. Process Lane Hull Construction and Zone Outfitting
Tahapan berikut ini diberi nama “ Zone / Area “. Kebanyakan galangan di
Jepang dan Eropa menggunakan sistem ini, evolusi dari teknologi pembanguan
kapal modern dari metode tradisional dimulai pada tahap ini. Process Lane dari segi
produktivitas adalah suatu seri “Work Station“ yang dilengkapi dengan fasilitas
produksi (mesin, peralatan, dan tenaga kerja dengan keahlian khusus) untuk
membuat suatu kelompok produk yang mempunyai keragaman dalam proses
produksinya. Satu contoh pengelompokan adalah sebagai berikut pertama adalah
process lane untuk sub-Assembly bentuk yang datar, kedua untuk sub-Assembly

bentuk yang mempunyai kelengkungan dan ketiga untuk bentuk-bentuk yang


kompleks. Dengan pengelompokan seperti ini berarti galangan mengelompokkan
proses produksi berdasarkan kesamaan fungsi proses produksinya yang
memungkinkan pekerja berpengalaman menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan di
work station tempat mereka bekerja, ini adalah suatu faktor yang penting untuk
mencapai produktivitas yang tinggi.
Zone Outfitting adalah teknologi kedua yang membedakan tahapan ini dan
metode tradisional. Istilah ”Zone Outfitting” berarti membagi pekerjaan ini menjadi
”Region / Zone” tidak berdasarkan system fungsinya. Karakteristik berikut dari
metode ini adalah dibaginya pekerjaan outfitting menjadi tiga tahapan yaitu :
1) On Unit : Pekerjaan outfitting komponen- komponen badan kapal
ada pada tahap Assembly.
2) On Block : Outfitting yang dilakukan pada penyambungan blok
badan kapal.
3) On Board : Pekerjaan outfitting pada tahap errection dan setelah
peluncuran.
Lingkup pekerjaan dapat dikelompokkan seperti gambar dibawah ini :

PWBS

PPFM

HBCM ZOFM ZPTM


Gambar II. 1 Lane Hull Construction and Zone Outfitting

BCM : Hull Block Construction MethodZOFM : Zone Outfitting Method

ZPTM : Zone Painting Method


PPFM : Pipe Piece Family Manufacturing
4. Integrated Hull Construction, Outfitting and Painting ( IHOP )
Tahapan keempat ini merupakan teknologi yang paling mutakhir dalam
pembangunan sebuah kapal, dimana proses pembuatan badan kapal (hull
construction) sudah diintegrasikan secara maksimal dengan pekerjaan
perlengkapan kapal (outfitting) dan pengecatan (painting) pada setiap zone / area
/ stage. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi produksi tahapan
ketiga, dengan semakin sempurnanya standar – standar kerja dan semakin
konsistennya pada proses produksi., kegiatan produksi berlangsung secara
konsisten dan sempurna, dengan tingkat kesalahan dan penyimpangan yang sangat
kecil.

II.2. Tahapan Proses Pembangunan Tugboat 30 meter


Pembangunan kapal merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari
perencanaan kapal sampai dengan penyerahan produk kapal kepada pemilik kapal.
Pembangunan kapal itu dilakukan melalui suatu tahapan proses yang tergantung
dari metode yang digunakan dalam pembangunan tersebut.
Dalam pembuatan kapal diperlukan beberapa tahapan proses produksi
yang terdiri dari (Soejitno, Perencanaan Pembangunan Kapal, 1993) :
1) Persiapan produksi : perancangan dan persiapan gambar kerja, penyimpangan dan
pemeriksaan material, persiapan tenaga kerja, dll.
2) Mould loft : pembuatan mal atau benda kerja
3) Fabrikasi : identifikasi material, marking cutting dan forming
4) Sub Assembly / Assembly : fitting dan welding
5) Erection : penggabungan seksi / blok menjadi kapal

Untuk mendapatkan gambaran tentang tahap-tahap produksi tersebut,


dijelaskan dalam sub bab secara singkat sebagai berikut :
1. Persiapan Produksi
Tahap persiapan produksi merupakan awal yang harus dilakukan sebelum
melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini yaitu mengatur keadaan-keadaan
sehingga pada waktu yang ditentukan pekerjaan pembangunan kapal dapat
dilaksanakan dan ditetapkan. Ruang lingkup tahap ini yaitu :
1) Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar material, perkiraan
kebutuhan tenaga kerja dan perkiraan kebutuhan material.

2) Tenaga kerja yang terlibat dalam kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga
kerja dan pekerjaan lain.
3) Material yang dipersiapkan dengan mempertimbangkan : keadaan atau stok gudang
pemakaian material untuk pekerjaan sekarang, pemesanan/pembelian material dari
luar (jumlah dan waktu pembelian)
4) Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel produksi,
kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia (jumlah, kapasitas, macam
dan tempat) keadaan building berth/floating dock.

Pada tahap ini untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang ditentukan
sesuai dengan kontrak/ pesanan diterjemahkan dalam bentuk basic design.
Spesifikasi kapal yang dimaksudkan misalnya jenis kapal, bobot mati, kecepatan,
radius pelayaran dll. Pada basic design yang dipersiapkan antara lain :
1) Lines Plan
2) General Arrangement
3) Shell Expantion
4) Midship Section

Pekerjaan selanjutnya adalah planning yang merupakan pembuatan


rencana produksi yang terdiri dari :
1) Pembuatan Schedule pembanguanan (penjadwalan tiap tahap dan keseluruhan)
2) Alokasi standart kerja (kebutuhan dan kualitas tenaga kerja)
3) Perkiraan peralatan yang dibutuhkan Sub Kontraktor

2. Mould Loft
Mould loft adalah menggambar bentuk badan kapal maupun dalam skala
1:1 pada lantai gambar, meliputi gambar seluruh gading - gading kapal dan
perletakan senta, serta gambar bentangan dari pelat kapal.
Secara singkat fungsi dari mould loft adalah :
1) Mengolah dan memecahkan permasalahan gambar dengan skala tertentu menjadi
skala 1:1 serta membuat gambar yang berasal dari production drawing menjadi
gambar sebenarnya.
2) Membuat rambu atau mal.
3) Mengadakan survey bila terjadi permasalahan di bengkel produksi.

Pedoman dalam penggambaran mould loft diambil dari :


1) General arrangement
2) Lines plan
3) Midship section
4) Gambar lengkap untuk butt weld
5) Gambar penegar lengkap dengan lubang scuppernya

3. Fabrikasi
Jenis pekerjaan pada tahap fabrikasi ini meliputi :
1) Pembersihan pelat
2) Pelurusan pelat (straightening)
3) Marking
• Marking yaitu penandaan / penggambaran pada pelat / profil dengan skala satu
banding satu. Data diperoleh dari gambar produksi / gambar kerja dan dari mould
loft.
• Pada setiap bagian dari material yang telah ditandai harus diberi nama yang jelasagar
tidak tertukar atau keliru pada saat perakitan. Nama tersebut disediakan dengan
kode yang tercantum pada material list atau marking list. Sebelum dilakukan
pekerjaan selanjutnya, diperlukan pemeriksaan marking sertaukurannya Quality
Control (QC) agar ketepatan lebih terjamin sehingga menghindari kesalahan dalam
pemotongan.
• Prosedur pekerjaan marking antara lain :
a) Peletakan material di atas lantai kerja
b) Rencana pemotongan (cutting plan)
c) Persiapan alat – alat kerja.
d) Pelaksanaan marking meliputi :
i. Garis standar
ii. Dipakai sebagai pedoman gambar maupun memeriksa kelurusan material akibat
deformasi yang timbul setelah pemotongan. Terdiri daributtock line (garis tegak),
water line (garis air) dan frame (garis gading)
iii. Pedoman arah.
iv. Tanda serongan pelat dan sudut serongan.
o Tanda untuk margin (cadangan / clearance)

Adalah kelebihan pelat yang diberikan pada sambungan block atausambungan


lain – lain yang dianggap perlu.pada umumnya ditulis :
+20, +10, +30 dan sebagainya. Dan pada markingnya harus benar –benar diberi
kelebihan 20 mm.
o Tanda untuk bending.
o Membuat garis lurus.
o Tanda garis potong
Tanda garis potong dimaksud sebagai petunjuk pelaksanaan pemotongan. Agar
bagian yang akan dipotong tampak lebih jelas, maka pada sisi dari marking diberi
tanda dengan cat.

Gambar II. 2 Proses Fabrikasi

4) Pemberian nama pada material.


5) Cutting.
Pemotongan dapat dilakukan dengan cara mechanical cutting yaitu
dengan mesin potong misalnya : guillotinr shears, press shears dan disk shears
maupun gas cutting dengan menggunakan panas pembakaran misalnya burn
cutting, melt cutting, plasma cutting.

6) Forming
Pelat yang sudah dipotong sebagian ada yang memerlukan proses
pembentukan, dimana pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara :
a) Proses dingin (menggunakan mesin bending)
b) Proses panas (pemanasan dengan brender kemudian disiram air secara tiba –tiba)

4. Sub Assembly
Pada tahap Sub Assembly, pekerjaan yang telah diselesaikan dibagian
fabrikasiditeruskan. Dari hasil pemotongan / pembentukan di bengkel fabrikasi
yang berupa bracket, wrang, face plate dan lain- lain. Digabungkan disatukan
menjadi satu kesatuanbagian konstruksi atau komponen blok antara lain :
1) Pemasangan stiffener pada pelat sekat.
2) Pembuatan wrang.
3) Penyambungan dua lembar pelat atau lebih.
4) Membantu tugas bagian Assembly.
5) Secara garis besar bagian Sub-Assembly dibedakan menjadi dua bagian:
a. Fitting (penyetelan) meliputi :
• Missalignment (ketidak lurusan pelat)
• Gap atau celah
• Miss fitting (kesalahan tempat pemasangan elemen pada tempatnya)
• Missing
• Penyimpangan sudut pemasangan antara profil dengan pelat maupundengan
profilnya sendiri

b. Welding (pengelasan) meliputi :


• Perubahan bentuk dan ukuran
• Cacat
Gambar II. 3 Sub-Assembly

5. Assembly
Pada tahap Assembly, pekerjaan yang telah diselesaikan di bengkel Sub
Assembly digabung – gabung menjadi satu kesatuan seksi badan kapal. Pekerjaan
yangdilakukan oleh bagian Assembly adalah sebagai berikut:
1) Penggabungan beberapa wrang.
2) Penggabungan seksi menjadi sebuah blok.
3) Penggabungan dua block (grand Assembly)

Dari seluruh pekerjaan dibagian Assembly akan diadakan pemeriksaan


oleh badan yang berwenang di perusahaan galangan maupun oleh Biro Klasifikasi
Indonesia(BKI).
Akibat pengelasan akan timbul penarikan (deformasi). Biasanya deformasi
iniyang diukur adalah antara stiffener dengan stiffener atau antara penguat satu
dengan penguat lainnya misal jarak antara deck girder jarak perubahan maksimum
0,6 cm harus dilakukan perbaikan (biasanya pemanasan). Tanda untuk margin
(cadangan), Margin/cadangan adalah kelebihan pelat yang diberikan pada setiap
sambungan blok atau sambungan-sambungan lain yang dianggap perlu, umumnya
ditulis + 20 + 30 + 10dan sebagainya.
Secara garis besar bagian Assembly dibedakan menjadi tiga bagian:
a. Fitting (penyetelan) meliputi :
• Missalignment (ketidak lurusan pelat)
• Gap atau celah
• Miss fitting (kesalahan tempat pemasangan elemen pada tempatnya)
• Missing
• Penyimpangan sudut pemasangan antara profil dengan pelat maupun dengan
profilnya sendiri
b. Welding (pengelasan) meliputi :
• Perubahan bentuk dan ukuran
• Cacat
c. Marking akhir

Gambar II. 4 Assembly

6. Erection
Erection merupakan pekerjaan pembangunan badan kapal yang terakhir.
Padapekerjaan ini blok - blok yang telah selesai dikerjakan oleh bagian Assembly
digabung(disambung / joint) menjadi satu sehingga terbentuklah badan kapal secara
keseluruhan. Dalam penggabungan blok satu dengan blok lainnya diperlukan
pekerjaan awal yaitu pemasangan kupingan, papan pranca, penandaan dll.
Secara garis besar pekerjaan pada bagian Erection dapat digolongkan sebagai
berikut:
1) Preparation, meliputi pekerjaan pemasangan kupingan, guide plate, marking dan
pemasangan papan-papan pranca.
2) Adjusting, meliputi pekerjaan leveling, atau penyamaan, cutting of allowance.
3) Fitting atau penyetelan dimana pada pekerjaan ini dibutuhkan peralatan seperti
gerinda, gajung dll. Serta dilaksanakan pekerjaan heating untuk menghilangkan
deformasi atau tegangan sisa setelah terjadi pengelasan.
Dalam pengedokan perlu merencanakan dengan baik meliputi:
1) Marking posisi ganjel dilantai dock.
2) Meletakkan ganjel-ganjel (umumnya tepat pada gading-gading, gading besardan
side girder) dan juga harus tepat pada center kapal.
3) Menentukan ketinggian ganjel dan jarak antar ganjel.
4) Fitting.
5) Pemasangan stopper dengan kemiringan 60° sebelum dilaksanakn peletakan ganjel
- ganjel dilaksanakan Adjusting (pelurusan).
Gambar-gambar yang diperlukan dalam proses docking antara lain:

1) Docking Plan
2) Working drawing (untuk pekerjaan lanjutan).
3) Marking list (untuk pekerjaan lanjutan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap Erection adalah :

1) Kelurusan dan kerataan dari wooden blok. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan water pass.
2) Kelurusan kedudukan blok berdasarkan standart line (buttock line, water line, frame) yang telah ditentukan
terhadap standart dok.
3) Pemotongan terhadap margin (toleransi ukuran yang diberikan untuk menghindarikesalahan potong, deformasi
dan lain-lain) dilaksanakan setelah kedudukan blok satu dengan lainnya tepat pada posisinya.
4) Lifting eye dilepas setelah blok sudah menyambung dengan baik.

Gambar II. 5 Erection

II.3. Proses Pembagian Blok


Kapal yang akan direncanakan pembangunannya ialah kapal tugboat 2 x 1600HP dengan spesifikasi
sebagai berikut:
LOA : 32.5 m
Lpp : 28.388 m
B : 9.8 m
H :5m
T : 3.3 m
Vs : 12 Knot
Gambar II. 6 Tampak Samping Kapal Tugboat

Tahap awal dalam pembagian blok adalah mengetahui berat seluruh kapal pada desain. Dalam hal ini
berat tersebut dapat didapatkan dengan pendekatan rumusparametric design. Dimana dengan ukuran utama kapal
tersebut didapatkan berat structure sebesar 172 ton. Pada Tabel II.1 dapat dilihat tahapan – tahapan proses
pencarian berat kapal tugboat.
Tabel II. 1 Perhitungan Berat Kapal
Setelah di dapatkan berat total kesuluruhan weight structure maka selanjutnya menggunakan pendekatan
kurva CSA untuk mendapatkan berat tiap panjang bagian. Dimana dalam hal ini kapal tugboat di bagi menjadi 6
bagian dengan ketentuan block
(1) 3.6 m, block (2) 6 m, block (3) 6 m, block (4) 6 m, block (5) 6 m, block (6) 4.9 m.

Gambar II. 7 Pembagian Blok

Gambar II. 8 Grafik CSA Tugboat

Maka akan didapatkan berat – berat dari tiap bagian block dengan mengetahui luasan CSA pada bagian
tersebut. Pada Tabel II. 2 dapat dilihat perhitungan berat masing-masing block kapal yang didasarkan pada grafik
CSA kapal.
Tabel II. 2 Berat Blok Kapal

II.1. Schedule Pembangunan Kapal


Berdasarkan tahapan tahapan diatas maka dapat dilakukan perhitungan JO pada tiap – tiap block untuk
menyusun schedule. Dimana di dapatkan produktivitas galangan adalah sebagai berikut :
Tabel II. 3 Produktivitas Pembangunan Kapal

Sehingga dapat dilakukan perhitungan JO tiap – tiap block dimana pengerjaan dimulai dari block no 4
dikarenakan block no 4 adalah starting block dari pembangunan kapal ini.
Tabel II. 4 Perhitungan Jam Orang

Tabel II. 5 Perhitungan Blok 4 (Starting Block)


Tabel II. 6 Perhitungan Blok 3

Tabel II. 7 Perhitungan Blok 5


Tabel II. 8 Perhitungan Blok 2

Tabel II. 9 Perhitungan Blok 6


Tabel II. 10 Perhitungan Blok 1

Tabel II. 11 Schedule Pembangunan Kapal

Anda mungkin juga menyukai