Di Susun Oleh
Dosen Pengampu:
Moch.Ricky Dariansyah S.T M.Si
TEKNIK PERKAPALAN
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Untuk memahami manajemen produksi kapal, mulai dari proses produksi
kapal menjadi sebuah blok dan penggabungan blok-blok menjadi kapal yang utuh
danmampu mengatur jadwal (schedule) pembangunan kapal dengan
memperhatikan sumber-sumber manajemen yaitu Man, Money, Material,
Machine, and Method.
BAB II
PRODUKSI PEMBANGUNAN KAPAL
PWBS
PPFM
2) Tenaga kerja yang terlibat dalam kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga
kerja dan pekerjaan lain.
3) Material yang dipersiapkan dengan mempertimbangkan : keadaan atau stok gudang
pemakaian material untuk pekerjaan sekarang, pemesanan/pembelian material dari
luar (jumlah dan waktu pembelian)
4) Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel produksi,
kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia (jumlah, kapasitas, macam
dan tempat) keadaan building berth/floating dock.
Pada tahap ini untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang ditentukan
sesuai dengan kontrak/ pesanan diterjemahkan dalam bentuk basic design.
Spesifikasi kapal yang dimaksudkan misalnya jenis kapal, bobot mati, kecepatan,
radius pelayaran dll. Pada basic design yang dipersiapkan antara lain :
1) Lines Plan
2) General Arrangement
3) Shell Expantion
4) Midship Section
2. Mould Loft
Mould loft adalah menggambar bentuk badan kapal maupun dalam skala
1:1 pada lantai gambar, meliputi gambar seluruh gading - gading kapal dan
perletakan senta, serta gambar bentangan dari pelat kapal.
Secara singkat fungsi dari mould loft adalah :
1) Mengolah dan memecahkan permasalahan gambar dengan skala tertentu menjadi
skala 1:1 serta membuat gambar yang berasal dari production drawing menjadi
gambar sebenarnya.
2) Membuat rambu atau mal.
3) Mengadakan survey bila terjadi permasalahan di bengkel produksi.
3. Fabrikasi
Jenis pekerjaan pada tahap fabrikasi ini meliputi :
1) Pembersihan pelat
2) Pelurusan pelat (straightening)
3) Marking
• Marking yaitu penandaan / penggambaran pada pelat / profil dengan skala satu
banding satu. Data diperoleh dari gambar produksi / gambar kerja dan dari mould
loft.
• Pada setiap bagian dari material yang telah ditandai harus diberi nama yang jelasagar
tidak tertukar atau keliru pada saat perakitan. Nama tersebut disediakan dengan
kode yang tercantum pada material list atau marking list. Sebelum dilakukan
pekerjaan selanjutnya, diperlukan pemeriksaan marking sertaukurannya Quality
Control (QC) agar ketepatan lebih terjamin sehingga menghindari kesalahan dalam
pemotongan.
• Prosedur pekerjaan marking antara lain :
a) Peletakan material di atas lantai kerja
b) Rencana pemotongan (cutting plan)
c) Persiapan alat – alat kerja.
d) Pelaksanaan marking meliputi :
i. Garis standar
ii. Dipakai sebagai pedoman gambar maupun memeriksa kelurusan material akibat
deformasi yang timbul setelah pemotongan. Terdiri daributtock line (garis tegak),
water line (garis air) dan frame (garis gading)
iii. Pedoman arah.
iv. Tanda serongan pelat dan sudut serongan.
o Tanda untuk margin (cadangan / clearance)
6) Forming
Pelat yang sudah dipotong sebagian ada yang memerlukan proses
pembentukan, dimana pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara :
a) Proses dingin (menggunakan mesin bending)
b) Proses panas (pemanasan dengan brender kemudian disiram air secara tiba –tiba)
4. Sub Assembly
Pada tahap Sub Assembly, pekerjaan yang telah diselesaikan dibagian
fabrikasiditeruskan. Dari hasil pemotongan / pembentukan di bengkel fabrikasi
yang berupa bracket, wrang, face plate dan lain- lain. Digabungkan disatukan
menjadi satu kesatuanbagian konstruksi atau komponen blok antara lain :
1) Pemasangan stiffener pada pelat sekat.
2) Pembuatan wrang.
3) Penyambungan dua lembar pelat atau lebih.
4) Membantu tugas bagian Assembly.
5) Secara garis besar bagian Sub-Assembly dibedakan menjadi dua bagian:
a. Fitting (penyetelan) meliputi :
• Missalignment (ketidak lurusan pelat)
• Gap atau celah
• Miss fitting (kesalahan tempat pemasangan elemen pada tempatnya)
• Missing
• Penyimpangan sudut pemasangan antara profil dengan pelat maupundengan
profilnya sendiri
5. Assembly
Pada tahap Assembly, pekerjaan yang telah diselesaikan di bengkel Sub
Assembly digabung – gabung menjadi satu kesatuan seksi badan kapal. Pekerjaan
yangdilakukan oleh bagian Assembly adalah sebagai berikut:
1) Penggabungan beberapa wrang.
2) Penggabungan seksi menjadi sebuah blok.
3) Penggabungan dua block (grand Assembly)
6. Erection
Erection merupakan pekerjaan pembangunan badan kapal yang terakhir.
Padapekerjaan ini blok - blok yang telah selesai dikerjakan oleh bagian Assembly
digabung(disambung / joint) menjadi satu sehingga terbentuklah badan kapal secara
keseluruhan. Dalam penggabungan blok satu dengan blok lainnya diperlukan
pekerjaan awal yaitu pemasangan kupingan, papan pranca, penandaan dll.
Secara garis besar pekerjaan pada bagian Erection dapat digolongkan sebagai
berikut:
1) Preparation, meliputi pekerjaan pemasangan kupingan, guide plate, marking dan
pemasangan papan-papan pranca.
2) Adjusting, meliputi pekerjaan leveling, atau penyamaan, cutting of allowance.
3) Fitting atau penyetelan dimana pada pekerjaan ini dibutuhkan peralatan seperti
gerinda, gajung dll. Serta dilaksanakan pekerjaan heating untuk menghilangkan
deformasi atau tegangan sisa setelah terjadi pengelasan.
Dalam pengedokan perlu merencanakan dengan baik meliputi:
1) Marking posisi ganjel dilantai dock.
2) Meletakkan ganjel-ganjel (umumnya tepat pada gading-gading, gading besardan
side girder) dan juga harus tepat pada center kapal.
3) Menentukan ketinggian ganjel dan jarak antar ganjel.
4) Fitting.
5) Pemasangan stopper dengan kemiringan 60° sebelum dilaksanakn peletakan ganjel
- ganjel dilaksanakan Adjusting (pelurusan).
Gambar-gambar yang diperlukan dalam proses docking antara lain:
1) Docking Plan
2) Working drawing (untuk pekerjaan lanjutan).
3) Marking list (untuk pekerjaan lanjutan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap Erection adalah :
1) Kelurusan dan kerataan dari wooden blok. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan water pass.
2) Kelurusan kedudukan blok berdasarkan standart line (buttock line, water line, frame) yang telah ditentukan
terhadap standart dok.
3) Pemotongan terhadap margin (toleransi ukuran yang diberikan untuk menghindarikesalahan potong, deformasi
dan lain-lain) dilaksanakan setelah kedudukan blok satu dengan lainnya tepat pada posisinya.
4) Lifting eye dilepas setelah blok sudah menyambung dengan baik.
Tahap awal dalam pembagian blok adalah mengetahui berat seluruh kapal pada desain. Dalam hal ini
berat tersebut dapat didapatkan dengan pendekatan rumusparametric design. Dimana dengan ukuran utama kapal
tersebut didapatkan berat structure sebesar 172 ton. Pada Tabel II.1 dapat dilihat tahapan – tahapan proses
pencarian berat kapal tugboat.
Tabel II. 1 Perhitungan Berat Kapal
Setelah di dapatkan berat total kesuluruhan weight structure maka selanjutnya menggunakan pendekatan
kurva CSA untuk mendapatkan berat tiap panjang bagian. Dimana dalam hal ini kapal tugboat di bagi menjadi 6
bagian dengan ketentuan block
(1) 3.6 m, block (2) 6 m, block (3) 6 m, block (4) 6 m, block (5) 6 m, block (6) 4.9 m.
Maka akan didapatkan berat – berat dari tiap bagian block dengan mengetahui luasan CSA pada bagian
tersebut. Pada Tabel II. 2 dapat dilihat perhitungan berat masing-masing block kapal yang didasarkan pada grafik
CSA kapal.
Tabel II. 2 Berat Blok Kapal
Sehingga dapat dilakukan perhitungan JO tiap – tiap block dimana pengerjaan dimulai dari block no 4
dikarenakan block no 4 adalah starting block dari pembangunan kapal ini.
Tabel II. 4 Perhitungan Jam Orang