Anda di halaman 1dari 24

SUMMARY MEKANIKA TEKNIK

oleh :

Dhiya Shafa Azizah 1201174026

TI-41-02

UNIVERSITAS TELKOM
FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
BANDUNG
2017
Mekanika

Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang mempelajari
gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan mekanik yang
disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika.
Tersebutlah nama-nama seperti Archimedes (287-212 SM), Galileo Galilei (1564-1642), dan
Issac Newton (1642-1727) yang merupakan peletak dasar bidang ilmu ini. Galileo adalah
peletak dasar analisa dan eksperimen dalam ilmu dinamika. Sedangkan Newton merangkum
gejala-gejala dalam dinamika dalam hukum-hukum gerak dan gravitasi. Konsep dasar mekanika
meliputi :

 Ruang adalah daerah geometri yang ditempati oleh benda yang


posisinya digambarkan oleh pengukuran linier dan anguler relatif terhadap
sistem koordinat. Untuk persoalan tiga dimensi, ruang membutuhkan tiga
koordinat bebas, sedangkan untuk persoalan dua dimensi diperlukan hanya dua
koordinat saja. Ruang dapat dimasukkan dalam analisis persoalan statika.
 Waktu adalah ukuran persitiwa yang berurutan dan merupakan besaran dasar
dalam dinamika. Waktu tidak dapat dimasukkan langsung dalam analisis
persoalan statika
 Massa adalah ukuran kelembaman benda, yang merupakan penghambat
terhadap perubahan kecepatan. Massa merupakan hal penting untuk persoalan
statika, karena massa juga merupakan sifat setiap benda yang mengalami gaya
tarik-menarik dengan benda lain. 
 Gaya adalah aksi suatu benda terhadap benda lain. Suatu gaya
cenderung menggerakkan sebuah benda menurut arah kerjanya. Aksi sebuah
gaya dicirikan oleh besarannya, arah kerjanya, dan titik kerjanya. Aksi sebuah
gaya pada suatu benda dapat digolongkan ke dalam dua pengaruh yakni luar
(eksternal) dan dalam (internal).
 Sebuah benda yang dimensinya dapat diabaikan disebut partikel. Dalam
pengertian matematis, sebuah partikel adalah benda yang dimensinya
mendekati nol, sehingga dapat dianalisis sebagai massa titik. Partikel tidak
dapat dimasukkan dalam analisis persoalan statika. 
 Benda tegar, jika gerakan relatif antar bagian-bagiannya dapat
diabaikan langsung. Statika terutama membahas perhitungan gaya luar yang
bekerja pada benda tegar yang berada dalam kesetimbangan.
 Gaya pekat mewakili efek pemuatan yang diasumsikan bertindak pada suatu titik
pada tubuh. kita dapat merepresentasikan beban dengan kekuatan
terkonsentrasi, asalkan area di mana beban diterapkan sangat kecil
dibandingkan dengan ukuran keseluruhan tubuh. sebuah contoh akan menjadi
kekuatan kontak antara roda dan tanah.
Hukum Newton

 Hukum newton murupakan suatu hukum yang ada dalam dunia fisika
yang menggambarkan hubungan antara suatu gaya yang bergerak dikarenakan
adanya sebab. Hal ini menjadi pondasi dalam mekanika klasik dalam hukum
fisika dengan 3 jenis hukum yang ada.

Pada awalnya hukum newton dikemukakan oleh seorang ahli fisikawan dalam
masanya yang namanya dijadikan sebagai nama dari hukum ini. Bernama
lengkap Potret Sir Isaac Newton(1643 – 1722). Seorang Fisikawan asal eropa
yang menemukan hukum gravitasi, gukum gerak, kalkulus, spektrun, serta
teleskop pantul.

Dikarenakan dedikasinya dalam dunia pendidikan dan ilmuwan. Sehingga,


hukum yang diitemukan oleh newton ini diberi nama dengan hukum newton yang
memiliki 3 konsep dasar. Yaitu Hukum Newton 1, Hukum Newton 2, dan Hukum
Newton 3.

Hukum 1 Newton
Bunyi Hukum Newton 1 : “Jika resultan gaya yang bekerja pada
benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam
akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan
akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap“
Dari bunyi hukum newton 1 ini dapat dipahami bahwasanya suatu benda akan
berusaha mempertahankan keadaannya atapun posisi awalany yang ia miliki.
Dimana, benda yang awalnya diam akan berusaha untuk tetap diam. Begitu juga
jika benda yang awalnya bergerak akan berusaha untuk tetap bergerak.

Dikarenakan adanya kecendrungan dalam mempertahankan posisi semula yang


dialami oleh suatu benda tersebut maka, hukum newton 1 ini disebut juga
sebagai hukum inersia atau hukun kelembaman.

Dalam penerapan kesehariannya, hukum newton 1 ini memiliki contoh


penerapan disaat anda berkendara apakah itu dengan motor, mobil, dan alat
yang bergerak seperti lift. Kemudian, benda tersebut  tiba – tida di rem atau
berhenti secara mendadak. Maka, badan anda cenderung maju kedepan atau
terus melaju kedepan. Hal inilah dimaksud dengan “kecendrungan untuk terus
melaju”.
Hal yang sama juga terjadi saat anda akan mulai bergerak dari keadaan diam.
Contoh yang paling terasa adalah saat anda berkendara dengan mobil. Anda
cenderung tersentak kebelakang saat kendaraan mulai melaju.

ari keda contoh diatas dan contoh yang anda alami dalam keseharian ini
merupakan peristiwa dari hukum inersia atau kelembaman. Dimana, adanya
kelembaman ini suatu benda dipengaruhi oleh massa benda tersebut yang
semakin besar massa benda tersebut. Maka, semakin besar pula
kelembamannya.

Dengan adanya pengaruh dari massa suatu benda. Maka, secara tidak langsung
akan memperngaruhi besarnya daya dan gaya yang diperlukan untuk melakukan
percepatan saat dalam kondisi diam atau menghentikan benda yang berada
dalam kondisi bergerak.

Dengan demikian rumus newton 1 dapat dirumuskan sebagai berikut :

 ∑F = 0

Atau,

Resultan gaya (Kg m/s2)

Hukum 2 Newton

Bunyi Hukum Newton 2 : “Percepatan sebuah benda berbanding


lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding
terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah
gaya total yang bekerja padanya”.

Berdasarkan dari bunyi hukum newton ke 2 ini. Dapat dipahami bahwasanya


suatu gaya benda akan semakin bertambah besar jika diberikan dorongan daya
yang searah dengan laju arah gaya benda tersebut. Namun, jika diberikan gaya
tolak atau berlawanan arah dari gaya benda tersebut. maka, akan memperkecil
atau memperlambat dari laju gaya benda tersebut.

Dikarenakan terjadi perubahan kecepatan dan perubahan laju dari benda yang
mendapat gaya tersebut. Akan membuat total gaya dari massa benda dan
percepatan benda yang diberikan dapat menyebabkan percepatan dan
perlambatan benda tersebut. Dimana, Semakin besar percepatan atau
perlambatan yang diberikan akan mempengaruhi arah gerak benda tersebut.

Contoh hukum newton 2 dapat diamati saat anda menggelindingkan bola ditanah
datar. Jika semula anda menggelindingkan bola dari kanan menuju kiri lalu
memberikan gaya dari kanan pula dengan cara menendang bola tersebut. Maka,
bola tersebut akan mendapat gaya searah dari kanan kekiri yang membuatnya
mengalami percepatan.

Contoh lain dari hukum newton 2 adalah ketika anda melempar batu keatas
secara vertikal. Pada awalnya batu tersebut akan melaju keatas dengan
kecepatan yang konstan. Kemudian, akibat adanya gaya gravitasi akan
memperlambat batu dan menghentikannya. Lalu, batu tersebut akan kembali ke
bumi dengan kecepatan dari massa batu ditambah dengan adanya gaya
gravitasi yang mempercepat batu tersebut.

Dengan demikian, dikarenakan adanya keterkaitan antara percepatan dan gaya


atau percepatan dengan massa benda. Sehingga, gaya yang ada berbanding
lurus dengan percepatan yang dipengaruhi massa benda tersebut. Dapat
dirumuskan sebagai berikut :

F=ma

Dengan,

F = gaya (N)
m = massa benda (Kg)
a = percepatan (m/s2)
Hukum 3 Newton

Bunyi Hukum Newton 3 : “Setiap aksi akan menimbulkan reaksi,


jika suatu benda memberikan gaya pada benda yang lain maka
benda yang terkena gaya akan memberikan gaya yang besarnya
sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, tetapi
arahnya berlawanan“.

Dari bunyi hukum newton ke 3 ini dimana setiap aksi akan menimbulkan aksi
atau setiap sebab akan menimbulkan akibat. Dimana, setiap gaya sebab yang
diberikan akan menghasilkan besarnya gaya akibat yang dihasilkan. Pada
contoh penerapan hukum newton ke 3 ini bekerja pada setiap benda yang
diberikan gaya aksi akan menghasilkan gaya reaksi. Namun, gaya aksi reaksi
tersebut saling berlawanan arah dan bekerja pada benda yang berbeda.

Sebagai contoh hukum newton 3, ketika anda memukul paku dengan paku.
Dimana, palu adalah gaya aksi dengan gaya dari paku adalah gaya reaksi dari
palu tersebut. Saat anda memukul paku dengan palu, begitu palu menyentuh
paku, palu berhenti sesaat atau bahkan memantul. Gaya berhenti sesaat atau
bahkan memantul tersebut merupakan gaya reaksi yang dihasilkan oleh aksi
palu tersebut.

Sebuah benda dengan berat (w) yang berada diatas meja. Meja akan
memberikan reaksi gaya normal (N), sehingga N = W dengan arah gaya saling
berlawanan.
Menggantung benda secara vertikal akan menghasilkan gaya tegang tali (T)
yang sama besarnya dgn massa benda (W) dengan arah yang berlawan.

Ketika seseorang dengan berat (W) menaiki lift. Saat dalam keadaan diam, gaya
yang dihasilkan sama dengan berat orang tersebut (F = W). Saat lift bergerak
naik maka, gaya yang dihasilkan lebih besar dari berat orang (F > W). Ketika lift
turun makan berat orang tersebut lebih besar dari gaya yang dihasilkan (F < W).

1. Gaya Gesek
 
2. Gaya Berat

 
3. Berat Sejenis

 
Satuan Pengukuran

Konversi Unit
Sistem Satuan Internasional

Skalar dan Vektor

Skalar
Skalar  dapat didefinisikan secara lengkap oleh bilangan tunggal dengan satuan yang
sesuai.Skalar juga dapat diartikan sebagai bilangan yang memiliki nilai satuan tanpa arah.

Contoh Skalar:panjang,luas,volume,massa,waktu

Catatan:Pada gambar diatas terdapat panjang skalar yaitu 5,maksudnya;antara titik pangkal ke titik
ujung  panjangnya 5,dapat di tulis juga sebagai berikut :

Vektor

 Vektor  didefinisikan secara lengkap apbila kita mengetahui bukan saja nilainya(dengan
satuan)tetapi juga arah kemana vektor itu beroperasi.Vektor juga dapat diartikan sebagai bilangan yang
memiliki nialai satuan dan memiliki arah.

Representasi Vektor:

Vektor dapat direpresentasikan secara grafis,dengan garis yang ditarik sedemikian sehingga:

Panjang garis menandakan besar vektor.

Arah garis(ditunjukkan dengan mata panah)menandakan arah vektor.

Perkalian dan pembagian vektor dengan scalar

Jika vector dikalikan dengan nilai positif maka besarnya meningkat sesuai jumlah pengalinya. Perkalian
dengan bilangan negative akan mengubah besar dana rah vektor.
Operasi penambahan vektor gaya

Operasi penambahan vektor dapat dilakukan dengan metode parallelogram law of addition. Sebagai
contoh, terdapat dua buah vektor A dan vektor B yang akan dijumlahkan sehingga mendapatkan sebuah
vektor resultan R. Pada operasi ini berlaku rumus R = A + B. Berikut ilustrasinya :

Langkahnya sebagai berikut :

- Hubungkan bagian ekor kedua vektor

- Buatlah garis yang sejajar dengan vektor B dimulai dibagian ujung kepala vektor A, sebaliknya
buatlah garis yang sejajar dengan vektor A dimulai dari ujung kepala vektor B sehingga kedua
buah garis tersebut memotong satu sama lain melalui satu titik P.

- Buatlah garis dimulai dari ujung pertemuan ekor vektor A dan B ke titik P. Garis
tersebut merepresentasikan vektor resultan R.

Operasi penambahan vektor juga dapat dilakukan dengan metode triangle rule. Berikut
ilustrasinya :

Langkahnya sebagai berikut :


- Hubungkan bagian ujung kepala vektor A dengan ekor vektor B.

- Vektor resultan R didapatkan dengan membuat garis dari ujung ekor vektor A ke
kepala vektor B.

- Bila dilakukan sebaliknya, yaitu ujung kepala vektor B dihubungkan dengan ekor
vektor A, juga akan mendapatkan panjang garis yang sama dari ujung ekor vektor B
ke kepala vektor A yaitu vektor resultan R. Sehingga operasi penambahan vektor juga
bersifat kumulatif yaitu R = A + B = B + A

Dalam kasus khusus, apabila vektor A dan B sejajar, maka operasi penambahan vektor
berubah ke operasi secara scalar.

 Operasi Pengurangan Vektor

Operasi pengurangan pada dua buah vektor dapat diilistrasikan sebagai berikut :

Penjelasan dari gambar diatas, apabila terdapat suatu operasi pengurangan dengan rumus
R = A – B yang dapat dinotasikan pula sebagai R = A + (-B). Dari rumus tersebut –B berarti
arah berkebalikan dengan arah B, sehingga ekor vektor B menjadi kepala vektor B dan
sebaliknya. Teknik parallelogram dan triangle dapat digunakan untuk mendapatkan
resultan vektor R.

 Operasi penambahan vektor gaya


Perhatikan gambar di bawah ini :

Parallelogram law harus digunakan dalam mencari resultan gaya seperti gambar diatas.
Dua buah komponen vektor gaya F1 dan F2 yang menarik Pin pada gambar diatas dapat
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai resultan gayanya. FR = F1 + F2. Dari bentuk tersebut
kita dapat menggunakan parallelogram law maupun triangle rule untuk mencari besarnya
vektor gaya FR. Kita dapat menggunakan hukum cosinus maupun sinus pada segitiga
dalam menghitung besar dan arah vektor FR.

 Operasi penambahan pada lebih dari dua gaya

Operasi penambahan lebih dari dua gaya dapat dilakukan dengan ilustrasi sebagai berikut :

Dengan menggunakan hukum parallelogram, kita dapat menjumlahkan kegiga buah gaya
tersebut dengan pertama kali kita jumlahkan dua buah gaya terlebih dahulu. Misal kita
jumlahkan gaya F1 dan F2 dan kita beri notasi F1 + F2, kemudian resultan gaya F1 + F2
dijumlahkan dengan F3 untuk mendapatkan resultan gaya FR, sehingga kita dapatkan
rumusan FR = ( F1 + F2 ) + F3.

Untuk menyelesaikan operasi tersebut, kita membutuhkan hukum cosinus maupun


sinus sebagai berikut :
 Operasi penambahan gaya pada sistem coplanar

Apabila terdapat dua buah gaya yang sejajar dengan sumbu x dan y pada sistem Cartesian.

- Notasi scalar

Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa suatu gaya yang sejajar dengan sumbu x
dan y akan memiliki komponen gaya berupa F x yang searah dengan sumbu x dan F y yang
searah dengan sumbu y pada sistem koordinat Cartesian. Untuk mendapatkan nilai F x
dan Fy dengan mengimplementasikan hukum sinus dan cosinus didapatkan :

Fx = F cos Ɵ dan Fy = F sin Ɵ

Terkadang, notasi sudut Ɵ digantikan dengan sebuah perbandingan segitiga kecil


sebagai berikut :

Penyelesaian untuk gambar diatas diberlakukan rumusan sebagai berikut :

Dan
Untuk memberikan notasi pada nilai F x dan Fy diberikan dalam bentuk unit vektor I
untuk nilai Fx dan j untuk nilai Fy. Rumusan untuk nilai vektor gaya F adalah,

Penjumlahan beberapa buah vektor gaya pada sistem coplanar dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Dari gambar diatas didapat suatu persamaan :

Sehingga untuk menghitung besarnya resultan gayanya,

Dalam notasi scalar digunakan,


Nilai resultan gayanya dirumuskan,

Untuk mendapatkan nilai sudut Ɵ yang merepresentasikan arah resultan gayanya


dapat diselesaikan dengan rumus trigonometri,

 Vektor cartesian

Dalam operasi vektor secara aljabar, saat menyelesaikan persamaan dalam tiga
dimensi, kita gunakan berbagai hukum sebagai berikut :

- Koordinat berdasar pada hukum tangan kanan, dimana arah sumbu x tegak
lurus dengan telapak tangan, sumbu y sejajar dengan lengan, dan sumbu z
searah dengan ibu jari tangan kanan. Ilustrasinya sebagai berikut :

- Komponen segi empat pada vektor

Sebuah vektor A mungkin memiliki dua atau tiga kotak sehi empat yang
menyusun vektor tersebut sejajar sumbu x, y atau z.
Dari gambar diatas dengan menerapkan hukum parallelogram, didapatkan
rumusan

A = A’ + Az dimana A’ = Ax + Ay sehingga didapatkan A = Ax + Ay + Az.


sedangkan unit vektornya dinotasikan dengan i, j dan k untuk menandai arah
vektor ke sumbu x, y maupun z. Perhatikan gambar berikut :

Besarnya nilai setiap komponen vektor gaya diatas dapat dihitung dengan mencari resultan A’
terlebih dahulu yaitu A’ = Ax + Ay , kemudian resultan A’ dijumlahkan dengan

Az. didapatkan rumusan dan . Kombinasi dari


kedua persamaan tersebut menjadi,
Sudut yang terbentuk dari arah vektor A terhadap sumbu x, y dan z dinotasikan
dengan α, β dan γ.

Untuk mendapatkan nilai α, β dan γ berlaku rumus,

 Operasi Penambahan Vektor Gaya

Vektor A yang memiliki komponen Ax, Ay dan Az dan vektor B yang memiliki komponen B x, By
dan Bz dapat diberikan operasi penjumlahan (maupun pengurangan).
 Vektor posisi

Menurut R.C Hibbeler, “A position vector r is defined as a fixed vector which locates a point in
space relative to another point”. Jadi vektor posisi r adalah jarak tetap yang ditempatkan pada
suatu titik yang relatif antara satu dengan yang lain. Sebagai contoh, apabila jarak r diambil dari
pusat koordinat 0, ke titik P(x,y,z), sehingga r bisa dirumuskan sebagai :

r = xi + yj + zk

Pada banyak kasus, vektor posisi merupakan jarak antara suatu titik A dengan titik B,
sehingga vektor posisi tersebut disbut sebagai rAB. rA dan rB adalah jarak antara titik A
dan titik B terhadap pusat koordinat O.
Dari ekor vektor di titik A ke kepala vektor di titik B, menggunakan rumus segitiga, dapat
kita ketahui,

rA + r = rB

sehingga untuk mencari nilai r, rumus diatas berubah menjadi,

Sebagai contoh,
untuk mencari besarnya vektor posisi antara titik A dan B pada gambar diatas, dimana
koordinat titik A (1 m, 0, -3 m) akan dikurangkan dengan koordinat titik B (-2 m, 2 m, 3 m)
sehingga didapatkan persamaan :

r = (-2 m - 1 m)i + (2 m – 0) j + (3 m - (-3 m))k

= {-3i + 2j + 6k} m

Panjang tali dari titik A ke titik B dapat dihitung sebagai berikut,

Vektor posisi tersebut dapat di rumuskan dalam bentuk unit vektor,

Setiap komponen pada unit vektor tersebut dapat memberikan koordinat dalam bentuk
sudut,

Pada kasus sesungguhnya, dimisalkan ada sebuah gaya yang terdapat pada sebuah tali
AB sebagai berikut,

Dari gambar diatas dapat dirumuskan besarnya gaya F dengan pemahaman bahwa gaya F

memiliki besar dan arah yang sama dengan vektor posisi antara titik A dan B. Arah secara

umum ditentukan sebagai unit vektor u = r/r, sehingga,


 Dot Product

Dot product didefinisikan sebagai metode untuk mengkalikan dua buah vektor. Dot product pada
vektor A dan B, ditulis sebagai A · B atau dibaca sebagai “ A dot B ” merupakan hasil dari besaran
vektor A dan B dan cosinus dari sudut antara dua garis vektor A dan B.

Dimana 00 ≤ Ɵ ≤ 1800

Pada dot product berlaku hukum:

- Kumulatif :A·B=B·A
Perkalian dengan : a(A · B) = (aA) · B = A ·
- scalar (aB)
: A · (B + D) = (A · B) + (A ·
- Distributif D)

Dalam rumusan vektor Cartesian, sebagai contoh i · i = (1)(1) cos 00 = 1 and i · j = (1)(1) cos
0
90 = 0, sehinga apabila diinginkan untuk mencari nilai dot product antara vektor A dan B dapat
dijabarkan sebagai berikut :

Hasil akhirnya mendapatkan nilai,

Sudut antara vektor A dan B adalah u = cos-1(A · B/AB).

Anda mungkin juga menyukai