Nim : 2123746142
A. TEORI DESAIN
JENIS-JENIS BANGUNAN
Bentuk bangunan berlantai tunggal merupakan jenis yang paling umum sekarang. Bangunan
ini dapat melebar atau memanjang sesuai kebutuhan dan dapat dengan mudah diperluas.
Bangunan ini tidak mempunyai tangga-tangga, lift atau lerengan yang menghubungkan lantai-
lantai. Pengangkutan bahan-bahan dari suatu tahapan proses ke tahapan berikutnya lebih mudah
dan tidak mahal karena dilakukan secara horizontal dan tidak naik turun dan biaya
pembangunannya lebih murah.
Ada beberapa kelemahan bentuk bangunan berlantai tunggal. Bentuk bangunan ini
memerlukan ruangan dasar yang luas. Bila atap berbentuk datar serta tidak ada kaca pada langit-
langit bangunan, diperlukan penerangan artifisial dihampir seluruh bagian pabrik. Sistem
ventilasi dan pendingin udara (AC) biasanya juga diperlukan.
Harga tanah yang terus naik akan memaksa perusahaan untuk membangun gedung
bertingkat, supaya dapat memanfaatkan semaksimal mungkin setiap meter persegi tanah. Hal ini
tentu saja mengandung konsekuensi-konsekuensi, seperti penanganan bahan dalam pabrik akan
lebih sukar, penerangan alam berkurang, dan sulit diperluas. Bangunan bertingkat lebih sesuai
untuk organisasi-organisasi jasa, di mana bahan dan peralatan cukup ringan.
Bangunan juga dapat dirancang untuk menarik para karya- wan, agar motivasi dan produkvititas
mereka lebih tinggi dalam pencapaian tujuan. Ini ditandai semakin meluasnya penggunaan
karpet, dinding kayu, dan tata warna yang dikoordinasi secara baik dalam bangunan-bangunan
kantor. Bangunan adalah salah satu fasilitas yang paling produktif.
Disain bangunan dan fasilitas lainnya harus direncanakan dan diperhitungkan sebaik-baiknya.
Berbagai faktor penting lainnya di-samping yang telah dibahas di atas dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Biaya-biaya bangunan.
Biaya fasilitas baru tergantung pada keperluan. Biaya-biaya tentu saja berbeda-beda untuk
daerah yang berbeda pula. Luas lantai yang diperlukan untuk mesin, peralatan, gerak karyawan
dan sebagainya akan berpengaruh pada biaya per unit meter persegi. Perusahaan-perusahaan
yang membangun pabrik baru dapat menerapkan perbaikan- perbaikan untuk menurunkan biaya
(1) penanganan bahan, (2) supervisi, (3) pemeliharaan,(4) persediaan,(5) pengirim- an, dan (6)
asuransi. Penerangan biasanya juga dapat diper- baiki sehingga biayanya dapat ditekan.
Semangat kerja kar- yawan dan kualitas produk meningkat, sehingga biaya tenaga kerja per unit
produk turun.
3. Keamanan.
Disain fasilitas perlu mempertimbangkan perlindungan terhadap disain-disain produk, formula-
formula, dan rahasia-rahasia organisasi, serta kekayaan organisasi. Kamera-kamera televisi dapat
membantu untuk memonitor keadaan keamanan organisasi, selain sistem alarm atau peralatan
tanda-tanda bahaya lainnya. Di samping itu perlindungan terhadap bahaya kebakaran internal
juga penting sebagai per- timbangan keamanan.
4. Kebutuhan-kebutuhan ruangan.
Disain fasilitas juga penting mempertimbangkan masing-masing kebutuhan ruangan untuk
mesin, produk, ruang pelayanan dan overhead. Ruang- ruang pelayanan-seperti kamar mandi,
ruang ganti pakaian, cafetaria, fasilitas-fasilitas kesehatan, ruang peralatan, persediaan dan
sebagainya adalah penting sebagai fasilitas- fasilitas pendukung operasi-operasi manufacturing.
LAYOUT FASILITAS
Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan yang ekonomis dari
orang-orang dan bahan-bahan dalam berbagai proses dan operasi perusahaan. Jarak angkut
hendaknya sependek mungkin dan pengambilan serta peletakan produk-produk dan peralatan-
peralatan diminimumkan. Hal ini seharusnya menghasilkan minimisasi biaya penanganan dan
transportasi, seperti juga penurunan waktu proses kerja dan mesin menganggur.
Penentuan layout peralatan dan proses produk meliputi pengaturan letak fasilitas-fasilitas
operasi termasuk mesin-mesin, nersonalia, bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi,
penanganan bahan (material handling), dan semua peralatan serta fasilitas untuk terlaksananya
proses produksi dengan lancar dan efisien. Penentuan letak fasilitas-fasilitas produksi dalam
pabrik erat hubungannya dengan pendirian bangunan pabrik (building).
Tujuan layout peralatan dan proses produksi pada hakekat- nya merupakan optimasi
pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produktif
maksimum. Selain itu perlu pula dipepuhi kebutuhan para karyawan dalam menjalankan proses
produksi. Secara lebih terperinci, layout fasilitas bertujuan untuk menggunakan ruangan yang
tersedia seefektif mungkin, menunimumkan biaya penanganan bahan dan jarak angkut,
menciptakan kesinambungan dalam proses produksi, menyederhanakan proses produksi,
mendorong semangat dan efektivitas kerja para karyawan, menjaga keselamatan karyawan dan
barang- barang yang sedang diproses, serta menghindari berbagai bentuk pemborosan.
4. "layout posisi tetap" menempatkan produk-produk kompleks yang sedang dirakit pada suatu
tempat, seperti pembuatan pesawat Boeing 747, kapal dan sebagainya. Kebanyakan perusahaan
menggunakan secara kentara satu atau lebih pola- pola layout ini, tetapi mungkin juga mencakup
semua macam layout pada berbagai derajat.
Cara pertama untuk mulai suatu analisa layout adalah mulai dengan diagram perakitan (atau
bagan proses) yang menunjukkan bagaimana proses produksi dari bahan mentah sampai produk
akhir dilaksanakan. Kemudian, buat daftar kebutuhan operasi untuk membuat komponen-
komponen, didapatkan dari departemen teknik. Daftar ini menunjukkan urut-urutan atau
"routing" kebutuhan mesin-mesin untuk memproduksi suatu komponen atau produk. Bila layout
berorientasi pada produk, daftar tersebut akan memberikan pola untuk penetapan tempat-tempat
kerja operator sepanjang garis perakitan dan untuk penempatan mesin-mesin.
Cara kedua penentuan suatu layout baru adalah dengan memperhatikan produk dari sudut
pandangan penanganan bahan (materials handling). Apakah produk besar dan padat atau besar
dan ringan? Bagaimana tentang bentuknya? Apakah panjang dan tipis, atau lentur, atau mudah
ditumpuk? Bagaimana tentang risiko kerusakannya? Apakah mudah patah atau rusak, atau
berbahaya dan sukar dibungkus, atau tahan terhadap karat? Apakah mengandung minyak dan
lemak atau apakah produk kering dan bersih? Kemudian, perlu diperhatikan kuantitas setiap
produk. Bila kebutuhan kuantitas produk cukup besar, layout produk dengan menggunakan
pengangkutan barang semacam ban berjalan dapat dikembangkan. Bila volume produksi kecil,
pengaturan dengan layout fungsional cukup beralasan untuk tetap digunakan. Dalam banyak
kasus, minimisasi biaya transportasi dalam pabrik merupakan pertimbangan penting dalam
layout.
Cara ketiga analisa layout adalah mulai dengan menggambar kebutuhan lantai (ruang) yang
menunjukkan seluruh bagian- bagian tetap atau semi tetap-segala sesuatu yang tidak dapat
diubah atau dipindah dengan mudah. Kemudian, semua mesin baru dan peralatan dapat
ditempatkan pada posisi mereka yang ideal.
Perencanaan dan penyusunan layout harus memperhatikan masalah keseimbangan lini. Masalah
keseimbangan aliran proses produksi ini berarti adanya keseimbangan atau persamaan kapasitas
atau keluaran dari setiap tahap operasi dalam suatu runtunan lini. Bila terjadi keseimbangan
antara kapasitas suatu tahap operasi dengan tahap operasi berikutnya, maka proses produksi
dapat diharapkan akan berjalan lancar. Bila keseimbangan tidak dijaga, keluaran maksimum
yang mungkin dicapai untuk lini tersebut akan ditentukan oleh operasi yang paling lambat.
Ketidak-seimbangan lini akan mengakibatkan penumpukan barang-barang dalam proses pada
suatu bagian operasi, dan di lain pihak pengangguran bagian-bagian operasi lainnya.
B. TEORI LOKASI
Secara terus menerus perusahaan akan membangun berbagai fasilitas baru dan memperluas yang sudah
ada. Kegiatan ini melibatkan sejumlah investasi dalam konstruksi dan peralatan atau mesin dengan biaya
yang sangat besar. Walaupun penentuan lokasi organisasi yang tepat tidak selalu sangat penting. Tetapi
bagaimanapun juga, penempatan fasilitas-fasilitas yang baik akan membantu organisasi untuk
meminimumkan biaya.
Disamping itu, adanya perbedaan sukses organisasi dan perbedaan kekuatan atau kelemahan organisasi,
sering karena faktor-faktor lokasi. Dalam situasi persaingan, faktor-faktor lokasi dapat menjadi faktor-
faktor kritis yang membuatnya sangat penting.
Tanpa perencanaan lokasi yang tepat, perusahaan dapat tergelincir ke dalam perangkap-perangkap
tersebut. Akibatnya, perusahaan akan beroperasi dengan tidak efisien dan efektif. Oleh karena itu
perusahaan-perusahaan perlu lebih berhati-hati dan melakukan analisa-analisa lebih baik, agar
kesalahan-kesalahan yang mungkin dibuat dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan sama sekali.
Jadi, alasan utama adanya perbedaan dalam pemilihan lokasi adalah adanya perbedaan
kebutuhan masing-masing perusahaan. Lokasi yang baik adalah suatu persoalan individual. Hal ini sering
disebut pendekatan “situasional” atau “contingency” untuk pembuatan keputusan bila dinyatakan
secara sederhana, “semuanya bergantung:. Secara umum faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah :
a) Lingkungan masyarakat.
kesediaan masyarakat daerah menerima segala konsekuensi, baik konsekuensi positif maupun
negativ didirikannya suatu pabrik di daerah tersebut merupakan suatu syarat penting. Perusahaan perlu
memperhatikan nilai-nilai lingkungan dan ekologi di mana perusahaan akan berlokasi, karena pabrik-
pabrik sering memproduksi limbah dalamjn j berbagai bentuk. Di lain pihak, masyarakat membutuhkan
industri atau perusahaan karena menyediakan berbagaim lapangan pekerjaan dan uang dibawa industri
ke masyarakat.
Dekat dengan pasar akan membuat perusahaan akan memberikan pelayanan yang lebih baik
ke pada pelanggan, dan sering mengurangi biaya distribusi. Perlu dipertimbangkan juga apakah pasar
perusahaan tersebut luas ataukah hanya melayani sebagian kecil masyarakat, produk mudah rusak atau
tidak, berat produk dan proporsi biaya ditribusi barang jadi pada total biaya. Perusahaan besar dengan
jangkauan pasar yang yang luas, dapat mendirikan pabriknya dibanyak tempat yang tersebar untuk
mendekati pasar.
Dalam sektor jasa, daerah pasar biasanya ditentukan oleh waktu perjalanan para
elangganan ke fasilitas atau waktu perjalanan para pemberi pelayanan ke para langganan.
c) Tenaga kerja.
Di manapun lokasi perusahaan, harus mempunyai tenaga kerja, karena itu cukup tersedianya
tenaga kerja merupakan hal yang mendasar. Bagi banyak perusahaan sekarang kebiasaan dan sikap
calon pekerja di suatu daerah lebih penting dari keterampilan dan pendidikan, karena jarang perusahaan
yang dapat menemukan tenaga kerja baru yang telah siap pakai untuk pekerjaan yang sangat bervariasi
dan tingkat spesialisasi yang sangat tinggi, sehingga perusahaan harus menyelenggarakan program
pelatihan khusus bagi tenaga kerja baru. Orang-orang dari suatu daerah dapat menjadi tenaga kerja
yang lebih baik dibanding dari daerah lain, seperti tingkat absensi yang berbeda dan semangat kerja
mereka. Di samping itu, penarikan tenaga kerja, kuantitas dan jarak, tingkat upah yang berlaku, serta
persaingan antar perusahaan dalam memperebutkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, perlu
diperhatikan perusahaan.
Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi maka perusahaan
lebih baik berlokasi dekat bahan mentah. Tetapi produk jadi lebih berat, besar, dan bernilai rendah
maka lokasi dipilih sebaliknya. Begitu juga bila bahan mentah lekas rusak, lebih baik dekat bahan
mentah.
Tersedianya fasilitas transportasi baik lewat darat, udara, dan air akan melancarkan pengadaan
faktor-faktor produksi dan penyaluran produk perusahaan. Pentingnya pertimbangan biaya transportasi
tergantung sumbangannya terhadap total biaya. Untuk banyak perusahaan perbedaan nbiaya
transportasi tidak sepenting perbedaan upah tenaga kerja. Tetapi, bagaimana pun juga, biaya
transportasi tidak dapat dihilangkan di manapun perusahaan berada, karena produk perusahaan harus
disalurkan dari produsen bahan mentah ke pemakai akhir. Jadi, fasilitas seharusnya berlokasi di antara
sumber bahan mentah dan pasar yang meminimumkan biaya transportasi.
Perusahaan seperti pabrik kertas, baja, karet, kulit, gula, tenun, pemrosesan makanan,
alumunium, dan sebagainya sangat memerlukan air dalam kuantitas yang besar. Oleh karena itu, perlu
di perhatikan tersedianya suber daya dengan murah dan tercukupi.
Selain faktor-faktor di atas, berbagai faktor lainnya berikut ini juga perlu di pertimbangkan dalam
pemilihan lokasi : harga tanah, dominasi masyarakat, peraturan tenaga kerja dan relokasi, kedekatan
dengan pabrik dan gudang, tingkat pajak, kebutuhan untuk ekspansi, cuaca atau iklim, keamanan serta
konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup.
Suatu metode sederhana untuk membantu dalam pemilihan di antara alternatif-alternatif lokasi adalah
dengan membentuk sebuah “tim” para pembuat keputusan yang bertugas mengevaluasi setiap lokasi
atas dasar sejumlah faktor keinginan relatif dan mengevaluasi drajat relatif pentingnya setiap faktor
dalam keputusan lokasi.
Konsep biaya tetap dan biaya variabel dapat membantu dalam penentuan lokasi. Kombinasi biaya tetap
dan variabel bagi lokasi yang berbeda-beda dapat menciptakan persamaan biaya yang menunjukkan
hubungan antara biaya dan volume produksi, yang berlaku bagi masing-masing lokasi.
Metoda transportasi adalah suatu teknik riset operasi (operasition research) yang dapat sangat
membantu dalam pembuatan keputusan lokasi pabrik atau gudang. Metoda ini terutama digunakan bila
perusahaan yang mempunyai beberapa pabrik dan beberapa gudang bermaksud menambah kapasitas
satu pabrik aatu realokasi pelayanan dari setiap pabrik serta penambahan pabrik atau gudang baru.
Untuk menguraikan metoda ini kita akan menggunakan contoh suatu perusahaan yang mempunyai dua
pabrik di semarang dan cilacap. Pada suatu waktu tertentu, perusahaan mempunyai 13 unit produk yang
tersedia di semarang dan 12 unit di cilacap. Perusahaan memperoleh pesanan dari tiga penyalurnya di
Surakarta, Yogyakarta dan Magelang. Menurut pesanan, perusahaan harus mengirim 5 unit ke
Surakarta, 10 ke yogyakarta, dan 10 ke Magelang. Biaya transportasi per unit antara kota-kota tesebut.
Metoda ini juga memusatkan perhatianya pada pencarian lokasi yang meminimumkann biaya
transportasi antara fasilitas baru dan berbagai fasilitas yang sudah ada (existing), sumber-sumber suplai,
dan pasar-pasar.
Berbagai metoda “grid” menetapkan suatu jaringan dengan koordinat – koordinat horisontal (Mh) dan
vertikal (Mv) tertentu untuk setiap pabrik yang sudah ada dan memecahkanya secara analitik untuk
penentuan koordinat – koordinat yang paling baik bagi pabrik baru. Salah satu teknik “grid” yang banyak
berguna adalah pendekatan pusat gaya berat ( center of gravity aproach ). Teknik ini dapat dengan
mudah dipahami melalui pemecahan.
Konsep mendasari teknik ini adalah mencari lokasi pusat gaya atau pusat keseimbangan yang akan
memberikan beban biaya transportasi yang seimbang untuk mengangkut bahan mentah disediakan
setiap sumber dan barang jadi yang dijual ke setiap pasar. Lokasi ini akan memberikan beban biaya yang
sama besarnya kepada masing-masing sumber dan tujuan. Atau dengan kata lain, teknik “grid” akhirnya
bermaksud untuk mencapai suatu “equilibirium” yang merupakan pusat ton-mill.