BERPENDAPAT (FREEDOM OF SPEECH) PATRICIA ANNE FOX OLEH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Kepada : Pemerintah Republik Indonesia
Dari : Patricia Anne Fox Pokok Masalah : Kasus Pelanggaran HAM–Hak Kebebasan Berpendapat (freedom of speech) Tanggal : 11 Juni 2018 Perihal : Pelanggaran HAM Kebebasan Pendapat (freedom of speech) Patricia Anne Fox oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI)
A. Permasalahan Hukum (Legal Issues)
1. Apakah tindakan ‘pengusiran’ Indonesia atas Patricia Anne Fox karena
kritikannya merupakan tindak pelanggaran HAM? 2. Bagaimanakah jalur penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan oleh Patricia Anne Fox setelah semua upaya hukum melalui hukum positif Indonesia telah dilakukan?
B. Jawaban Singkat (Brief Answer)
1. Berdasarakan fakta yang dipaparkan, tindakan pembatalan visa didasarkan
aksi demonstrasi Patricia Anne Fox pada tanggal 25 April 2018 silam. Hal tersebut mencerminkan tendensi dari Pemerintah RI untuk menyingkirkan Hak Asasi Manusia Fox untuk secara bebas menyatakan pendapat–dalam hal ini "kritik" dengan dalil bahwasanya tindakan Fox menganggu stabilitas dan keamanan negara Indonesia. 2. Fox dapat mengajukan perkara ini ke International Court Of Justice (ICJ). Langkah ini dapat dilakukan oleh Fox atas sebab 2 (dua) hal: Pertama, Fox telah melakukan segala upaya dalam hukum nasional Indonesia untuk menyelesaikan perkara ini–mengacu prinsip exhaustion of local remidies maka penyelesaian ke ICJ dapat dilaksanakan. Kedua, Indonesia adalah anggota United Nations (UN) sehingga terikat dengan Statue of International Court of Justice.
B. Pernyataan Fakta-Fakta (Statements of Facts)
1. Pada tanggal 25 April 2018 Pemerintah Indonesia telah membatalkan visa
seorang warga negara Australia, Patricia Anne Fox, dan memerintahkannya untuk keluar dari Indonesia dalam 30 hari. Hal ini disebabkan karena Presiden Jokowi memprotes aksi demonstrasi yang dilaksanakan oleh Fox; 2. Aksi demonstrasi tersebut membawa permasalahan kebijakan baru Pemerintah RI yang berkaitan dengan sektor agraria. Menurut Fox dan anggota demonstran lain yang dipimpinnya, kebijakan tersebut tidak memihak kepada rakyat kecil–secara khusus petani. Lebih lanjut, dalam sudut pandang hukum maupun ekonomi, kebijakan tersebut hanya menguntungkan bagi pihak-pihak yang memiliki modal besar dalam industri pertanian Indonesia; 3. Juru Bicara Presiden menunjukkan sebuah foto Fox saat sedang berorasi di hadapan petani dan pekerja. Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa “Hal ini (kritik terhadap pemerintah oleh warga asing) merupakan bentuk pelanggaran kedaulatan”, ia juga menambahkan “Kamu (Fox) tidak memiliki hak untuk mengkritik kami. Jangan menghina negaraku”. Fox yang kemudian menyampaikan tanggapan melalui pengacaranya menyangkal semua tuduhan Presiden Jokowi; 4. Fox yang merupakan seorang suster gereja di Indonesia telah ditahan sepekan sebelumnya setelah Presiden Jokowi memerintahkan investigasi atas perbuatan tidak patut yang dituduhkan padanya. Fox memang sudah 27 tahun berada di Indonesia. Bersama gerejanya, ia bergerak di bidang sosial untuk membantu orang-orang miskin di Indonesia; 5. Biro Imigrasi Indonesia mengeluarkan pernyataan bahwa Fox terbukti melakukan kegiatan yang dilarang dalam ketentuan visanya. Visa milik Fox juga dicabut sebelum ia berkesempatan melayangkan surat keberatan yang seharusnya dapat dilayangkan dalam jangka waktu 10 hari. Namun, secara lebih lanjut Biro Imigrasi Indonesia tetap memberikan izin untuk Fox kedepannya jika ingin berkunjung kembali sebagai turis; 6. Satu bulan setelah pembatalan visa yang dilakukan oleh Pemerintah RI, Fox melayangkan laporan adanya pembatalan visa tersebut ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusi RI. Hal ini semata dilakukan agar visa miliknya tidak dibatalkan dengan dasar rekomendasi dari Kemenkumham. Adapaun Fox juga mendalilkan alasan pemerintah RI untuk membatalkan penerbitan visa Fox ialah termasuk dalam pelanggaran HAM kebebasan berpendapat; 7. 11 Juni 2018, tepatnya 15 (lima belas) hari setelah laporan Fox tersebut Kemenkumham, Fox tidak mendapatkan balasan apapun dari Kemenkumham. Fox pun melayangkan laporan yang kedua kalinya pada tanggal tersebut; 8. Satu minggu setelahnya yakni pada tanggal 20 Juni 2018, Fox mendapatakan surat balasan dari Kemenkumham. Kemenkumham menyatakan bahwasanya laporan tersebut tidak dapat diproses dengan alasan bahwa aksi demonstrasi yang dilakukan Fox telah menganggu keamanan dan stabilitasi nasional; 9. Berangkat dari hal diatas, Fox merasa diperlakukan tidak adil oleh Pemerintah RI dan berencana untuk membawa perkara ini ke International Court of Justice (ICJ) pada 1 Juli 2018.
Regulasi
1. Universal Declaration of Human Rights (UDHR)
a. Article 19: "Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right includes freedom to hold opinions without interference and to seek, receive and impart information and ideas through any media and regardless of frontiers". 2. International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) adopted and opened for signature, ratification and accesion by General Assembly resolution 2200A (XXI) of 16 December 1966 a. Article 2 (1): "Each State Party to the present Covenant undertakes to respect and to ensure to all individuals within its territory and subject to its jurisdiction the rights recognized in the present Covenant, without distinction of any kind, such as race, colour, sex, language, religion, political or other opinion, national or social origin, property, birth or other status"; b. Article 2 (3) a: "To ensure that any person whose rights or freedoms as herein recognized are violated shall have an effective remedy, notwithstanding that the violation has been committed by persons acting in an official capacity"; c. Article 19: (1) Everyone shall have the right to hold opinions without interference; (2) Everyone shall have the right to freedom of expression; this right shall include freedom to seek, receive and impart information and ideas of all kinds, regardless of frontiers, either orally, in writing or in print, in the form of art, or through any other media of his choice; (3) The exercise of the rights provided for in paragraph 2 of this article carries with it special duties and responsibilities. It may therefore be subject to certain restrictions, but these shall only be such as are provided by law and are necessary: a. For respect of the rights or reputations of others; b. For the protection of national security or of public order (ordre public), or of public health or morals. 3. Charter of The United Nations a. Article 2 (2) "All Members, in order to ensure to all of them the rights and benefits resulting from mem-bership, shall fulfil in good faith the obligations assumed by them in accordance with the present Charter"; b. Article 2 (2)