Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH 1


“Pada Pasien Hipertensi”
Dosen Pengampu:
Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep, Sp.Kep

Disusun oleh :

Nur Hasanah P07220119133


Rafika Atifah P07220119134
Rara Aksari P07220119135
Rayna Rahmawaty P07220110136
Reninda Rara P07220119137

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
TAHUN AJARAN
2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas karunianya sehingga penyelesaian


tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. “ Asuhan
Keperawatan pada pasien Hipertensi ” ini disususn dan dikemas dari berbagai
sumber sehingga memungkinkan untuk dijadikan referensi maupun acuan.
Besar harapan makalah ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap
kemajuan di bidang keilmuan khususnya Keperawatan Medical Bedah 1
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penyusun ucapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca makalah ini.

Balikpapan, 2 Juni 2020

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................1
C. Sistematika Penulisan.........................................................................2
Bab II Tinjauan Teori.....................................................................................3
I. ............................................................................................................3
II. ............................................................................................................3
III. ............................................................................................................5
IV. ............................................................................................................6
V. ............................................................................................................7
VI. ............................................................................................................8
VII. ............................................................................................................9
VIII. ..........................................................................................................10
Bab III Penutup.............................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................15
B. Saran.................................................................................................15
Daftar Pustaka...............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di
seluruh dunia dan merupakan faktor risiko penyakit kardiovskular
tersering, serta belum terkontrol optimal diseluruh dunia.Namun,
hipertensi dapat dicegah dan penanganan dengan efektif dapat
menurunkan risiko stroke dan serangan jantung. Hipertensi berdasarkan
criteria JNC 2, didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah
sistolik lebih dari atau sama 140 mmHg atau tekanan darah diastolic
lebih daari atau sama dengan 90 mmHg .hipertensi mengakbatkan pada
½ penyakit janrung koroner dan sekitar 2/3 penyakit sarebrovaskular.
Banyak masalah penyakit kardiovaskular sekarang terjadi di negara
berpendapatan rendah sampai menangah.Negara-negara ini berjuang
menghadapi penyakit kardiovaskular terkait kemiskinan dan infeksi
seperti penyakit jantung rematik, fibrosis endomiokardial, infeksi
human imundeficiency virus (HIV), perikarditis tuberkolosis, dan
penyakit chagas.Kombinasis dan keterbatasan ekonomi, sumber daya,
dan tumpang tindih beberapa penyakit membebani kemampuan untuk
menangani faktor risiko tidak menular dan penyakit terkait.
Delapan puluh persen kematian kardiovaskuler seluruh dunia
terjadi di negara penghasilan rendah sampai menengah dan dalam
perbandingan dengan negara penghasilan tinggi, kematian ini (stroke
dan infark miokard akut) terjadi diusia lebih muda, berdampak pada
keluarga dan tenaga kerja. Diperkirakan bentuk tidak menular dari
penyakit kardiovaskular akan menjadi penyebab utama kematian dan
disabilitas seluruh dunia pada tahun 2020. Secara signifikan, hipertensi
sebagai keadaan yang mendahului penyakit kardiovaskular yang bisa
dimodifikasi menyebab kematian lebih banyak dibandingkan yang lain,
termasuk merokok, obesitas, dan gangguan lipid. (Pikir dkk, 2015, p. 1)

1
B. Tujuuan Penulisan
Tujuan Umum :
Agar Mahasiswa mampu mengkaji dan mendiskusikan asuhan
keperawatan pada pasien Hipertensi.
Tujuan Khusus :
Agar Mahasiswa mampu memahami :
1. Agar Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Itu Penyakit
Hipertensi
2. Agar Mahasiswa Mampu Mengetahui Bagaimana Penyebab Dari
Penyakit Hipertensi
3. Agar Mahasiswa Mampu Mengetahui Tanda Gejala Dari
Penderita Hipertensi
4. Agar Mahasiswa Mampu Mengethui Jalan Penyakit Dari
Hipertensi
5. Agar Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Asuhan
Keperawatan Pasien Dalam Khasus Hipertensi
C. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 3 bab, yang
terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
BAB III : PENUTUP

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
1. Pengertian System Pernfasan
Respirasi atau pernapasan merupakan pertukaran Oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel
mengambil Oksigen yang akan digunakan dalam bereaksi dengan
senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk menghasilkan
senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan
juga dapat di artikan sebagai proses untuk menghasilkan energi.
Pernapasan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Pernapasan Eksternal (luar) yaitu proses bernapas atau
pengambilan Oksigen dan pengeluaran Karbondioksida serta
uap air antara organisme dan lingkungannya.
b. Pernapasan Internal (dalam) atau respirasi sel terjadi di dalam
sel yaitu sitoplasma dan mitokondria.
Sistem pernapasan terdiri atas saluran atau organ yang berhubungan
dengan pernapasan. Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke
darah, kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut
oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan dinapaskan ke luar
udara.
2. Fungsi Sistem Pernapasan
Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk memungkinkan
ambilan oksigen dari udara kedalam darah dan memungkinkan karbon
dioksida terlepas dari dara ke udara bebas.
Meskipun fungsi utama system pernapasan adalah pertukaran oksigen
dan karbon dioksida, masih ada fungsi-fungsi tambahan lain yaitu:
1. Tempat menghasilkan suara.
2. Untuk meniup (balon, kopi/the panas, tangan, alat musik dan
lain sebagainya)
3. Tertawa.

3
4. Menangis.
5. Bersin.
6. Batuk.
7. Homeostatis (pH darah)
8. Otot-otot pernapasan membantu kompresi abdomen
(miksi,defekasi,partus).
3. Saluran Penghantar Udara
Pada manusia, pernapasan terjadi melalui alat-alat pernapasan yang
terdapat dalam tubuh atau melalui jalur udara pernapasan untuk menuju
sel-sel tubuh. Struktur organ atau bagian-bagian alat pernapasan pada
manusia terdiri atas Rongga hidung, Farings (Rongga tekak), Larings
(kotak suara), Trakea (Batang tenggorok), Bronkus, Bronkiolus, Alveoli
dan Paru-paru.
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Selain sebagai salah satu organ alat pernapasan manusia, hidung
juga berfungsi sebagai salah satu dari 5 indera. Hidung berfungsi
sebagai alat untuk menghirup udara, penyaring udara yang akan masuk
ke paru-paru, dan sebagai indera penciuman.
Rangka hidung bagian atas di bentuk oleh bagian-bagian di bawah ini:
1. Lamina kribrosa osisetmoidalis dan pars nasalis osis prontalis
2. Dinding lateral: oleh tulang kerasdan tulang rawan
3. Sekat hidung (septum nassi) oleh tulang karang dan tulang
rawan
Pada dinding lateral terdapat 4 tonjolan (conca): conca suprima,
concanasalis superior, concanasalis media, dan conca nasalis inferior.
Selain itu juga terdapat celah yang di sebut cavum nasi
1. Prossesus spenoidalis : terletak diantara concasuprima dan
concasuprior
2. Meatus superior : terletak diantara conca superior dan
concamedia

4
3. Meatusnasimedia : terletak antara conca media dengan conca
inverior

Batang hidung
1. Batang hidung
2. Cuping hidung
3. Septum nasi
4. Dinding lateral rongga hidung
Pembuluh Darah hidung
1. Arteri palatine
2. Arteri nasalis anterior
3. Vena hidung Kribrosa
Fungsi hidung
1. Menghangatkan udara : oleh permukaan conca dan septum
nasalis,setelah melewati faring suhu udara 36c
2. Sejumlah udara di lembabkan sebelummelewati hidung dan saat
mencapai faring kelembaban udaramenjadi 75%
3. Udara di saring lebih banyak oleh bulu bulu hidung dan partikel
di atas rongga hidung disaring oleh rambut
vestibular,lapisanmukosiliar, dan lisozim(protein dalam air
mata)
4. Pada pernafasan biasa,udara yang masuk melalui celah olfaktori
sebsar 5-10% sedangkan ketika menghirup udara dengan
keras,udara pernafasan yg masuk sebesar 20% (syaifuddin,2009)
b. Tekak (Faring)
Faring merupakan persimpangan antara rongga hidung ke
tenggorokan (saluran pernapasan) dan rongga mulut ke kerongkongan
(saluran pencernaan). Pada bagian belakang faring terdapat laring.
Laring disebut pula pangkal tenggorok. Pada laring terdapat pita suara
dan epiglotis atau katup pangkal tenggorokan. Pada waktu menelan

5
makanan epiglotis menutupi laring sehingga makanan tidak masuk ke
dalam tenggorokan. Sebaliknya pada waktu bernapas epiglotis akan
membuka sehingga udara masuk ke dalam laring kemudian menuju
tenggorokan.

Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian :


1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yg disebut
nasofaring
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut
orofaring
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring
(Drs.H.syaifuddin,1997)
c. Larings (Kotak suara)
Larings adalah suatu katup yang rumit pada persimpangan antara
lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah
saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakea.
Fungsi utama pada larings adalah untuk melindungi jalan napas atau
jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya , namun juga sebagai
organ pembentuk suara atau menghasilkan sebagian besar suara yang
dipakai berbicara dan bernyanyi.
Larings ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang
terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam’s apple), yang khas nyata
pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawah tulang rawan ini
terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea.
Epiglotis terletak diatas seperti katup penutup. Epiglotis adalah
sekeping tulang rawan elastis yang menutupi lubang larings sewaktu
menelan dan terbuka kembali sesudahnya. Pada dasarnya, Larings
bertindak sebagai katup, menutup selama menelan unutk mencegah
aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam batang
tracheobronchial.

6
Mamalia menghasilkan getaran dari pita suara pada dasar
larings. Sumber utama suara manusia adalah getaran pita suara
(Frekuensi 50 Hertz adalah suara bas berat sampai 1700 Hz untuk
soprano tinggi). Selain pada frekuensi getaran, tinggi rendah suara
tergantung panjang dan tebalnya pita suara itu sendiri. Apabila pita lebih
panjang dan tebal pada pria menghasilkan suara lebih berat, sedangkan
pada wanita pita suara lebih pendek. Kemudian hasil akhir suara
ditentukan perubahan posisi bibir, lidah dan palatum molle. Disamping
fungsi dalam produksi suara, ada fungsi lain yang lebih penting, yaitu
Larings bertindak sebagai katup selama batuk, penutupan pita suara
selama batuk, memungkinkan terjadinya tekanan yang sangat tinggi
pada batang tracheobronchial saat otot-otot trorax dan abdominal
berkontraksi, dan pada saat pita suara terbuka, tekanan yang tinggi ini
menjadi penicu ekspirasi yang sangat kuat dalam mendorong sekresi
keluar.
d. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang
lebih 10 cm. Di paru-paru trakea bercabang dua membentuk bronkus.
Dinding tenggorokan terdiri atas tiga lapisan yaitu :
1. Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat.
2. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan.
Trakea tersusun atas 16–20 cincin tulang rawan yang berbentuk
huruf C. Bagian belakang cincin tulang rawan ini tidak
tersambung dan menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk
mempertahankan trakea tetap terbuka.
3. Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang
menghasilkan banyak lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu
dan mikroorganisme yang masuk saat menghirup udara.
Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan
silia menuju bagian belakang mulut. Akhirnya, debu dan
mikroorganisme tersebut dikeluarkan dengan cara batuk. Silia-silia ini

7
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk bersama udara
pernapasan.
Hubungan Trakhea dengan alat sekitarnya sebagai berikut :
1. Sebelah kanan terdapat nervus pagus,arteri anonima, dan vena
azigos.
2. Sebelah kiri terdapat aorta dan nervus rekurens sinistra
3. Bagian depan menyilang vena anonima sinistra dan fleksus
kardiakus krokundus.
4. Bagian belakang esophagus pada sisi trachea berjalan cabang
cabang nervuspagusdari trunkus simpatikus berjalan kea rah
fleksus kardiakus.(syaifuddin,2009)
e. Bronkus
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya
sepasang, yang satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju
paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang, sempit, dan
mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan
paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding
bronkus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih
tebal daripada dinding bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi
bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus
sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
f. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus
bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan
dindingnya semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan
tetapi rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus.
Bronkiolus merupakan cabang yang lebih kecil dari
bronkusprinsipalis.Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau
alveoli.(Syaifuddin,2009) yaitu :
1. Bronkus lobaris superior dekstra
2. Bronkus lobaris media dekstra

8
3. Bronkus lobaris inferior dekstra
4. Bronkus lobaris superior sinistra
5. Bronkus lobaris inferior sinistra
g. Alveolus
Bronkiolus bermuara pada alveol (tunggal: alveolus), struktur
berbentuk bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh
darah. Epitel pipih yang melapisi alveoli memudahkan darah di dalam
kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga
alveolus.
h. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut
dibatasi oleh siuatu sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah
yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terdiri atas
tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas, gelambir tengah dan gelambir
bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu
gelambir atas dan gelambir bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu
selaput paru-paru (pleura). Kapasitas maksimal paru-paru berkisar
sekitar 3,5 liter.
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan
biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan
pada orang dewasa lebih kurang 500 nl. Setelah kita melakukan
inspirasi biasa, kita masih bisa menarik napas sedalam-dalamnya. Udara
yang dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa disebut udara
komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml. Setelah kita
melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa menghembuskan napas
sekuat-kuatnya.
Udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi biasa disebut
udara suplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml. Walaupun kita
mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-kuatnya ternyata
dalam paru-paru masih ada udara disebut udara residu. Volume udara

9
residu lebih kurang 1500 ml. Jumlah volume udara pernapasan, udara
komplementer, dan udara suplementer disebut kapasitas vital paru-paru.
Masing masing paru paru mempunyai apeks yang masing masing
menjorok ke atas 2,5cm di atasklavikula fasies costalis yang berbentuk
konfeks berhubungan dengan dinding dada sedangkan pasies
mediestinalis yang berbentuk conca membentuk pericardium.pada
pertengaan permukaan paruh kiri terdapat hilus pulmonalis yaitu
lekukan dimana bronkus,pembuluh darah,dan saraf masuk keparu paru
membentuk tradikspulmonalis, Apeks pulmo,basis pulmo,insura atau
fisura.

II. Definisi Hipertensi


Hipertensi adalah kondisi abnormal hemodinamik, dimana
menurut WHO tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolic
> 90 mmHg ( untuk usia < 60 tahun ) dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg
dan atau tekanan diastolic > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun).
(Nugroho, 2011, p. 263). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
secara terus menerus hinggal melebihi batas normal. Tekanan darah
normal adalah 140/90 mmHg .Adalah tekanan sistolik lebih tinggi dari
140 mmHg menetap atau tekanan distoolik lebih tinggi dari 90mmHg
(Manurung, 2016, p. 102) Dari definisi diatas dapat disimpulkan
hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik maupun
diastolic meningkat atau lebih dari diatas normal.
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa
melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan
biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,
ginjal, aorta, pembulu darah perifer dan retina.

10
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di
segala bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat
untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler,
penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih
dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke
atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah.
Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan
atau saat periksa ke dokter.
III. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya,
Faktor resiko hipertensi esensial yaitu :
a. Faktor keturunan
Dari data statistic terbeukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis
kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30gr),
keemukan atau maka berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan
(ephedrine, prednisone, dan epinephrine)
d. Usia

11
Pada usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah
karena adanya ateroslerosis, hilangnya elastisitas pembuluh
darah, menurunnya distensi dan daya regang pembuluh darah.

2. Hipertensi sekunder yaitu yang disebabkab oleh penyakit lain.


Tabel penyebab Hipertensi sekunder
Area yang terganggu Mekanisme

12
Ginjal a. Sering kali menyebabkan hipertensi dependen
a. Penyakit parenkim ginjal renin atau natrium. Perubahan fisiologis
(glomerulonephritis, gagal dipengaruhi insufisiensi ginjal
ginjal) b. Berkurangnya perfusi ginjal karena aterosklerosis
b. Penyakit renovaskuler atau fibrosis yang membuat arteri renalis
menyempit, menyebabkan tahanan veskular
perifer meningkat.

Kelenjar adrenal a. Meningkatnya volume darah


a. Sindrom cushing b. Aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air,
b. Aldosteronisme primer yang membuat volume darah meningkat
c. Fenokromositoma c. Sekresi yang berlebihan dari katekolamin
(norepinefrin membuat tahanan vascular perifer
meingkat)

Koarktasi Aorta Menyebabkan tekanan darah meningkat pada


ekstermitas atas dan berkurangnya perfusi pada
ekstermitas bawah.

Trauma kepala atau tumor Meningkatnya tekanan inttrakranial akan


kranial mengakibatkan perfusi serebral berkurang, iskemia
yang timbul akan merangsang pusat vasomotor
medulla untuk meningkatan tekanan darah.

Hipertensi akibat kehamilan Penyebab umum belum diketahui . ada teori bahwa
vasospasme umum bisa menjadi faktor penyebab.

IV. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Di pusat
vasomotor ini bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
13
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin , yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepasnya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vaskontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensis I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vaskonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan
gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

14
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Bunner &
Suddarth, 2002).
PATHWAY
Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

V. Manifestasi Klinik

15
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan
dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
VI. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic/penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen
Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor
resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan
konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai

16
tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin,
protein, asam urat, TSH  dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal),
glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron
yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan
hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor
penyebab hipertensi)
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

VII. Asuhan Keperawatan dengan pasien Hipertensi


1. Pengkajian
A. Anamnesa
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien
hipertensi adalah :
a) Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, nama penanggung jawab dan catatan
kedatangan.
b) Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama :Alasan utama pasien datang ke rumah
sakit atau pelayanan
2) kesehatan.Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien
yang dirasakan saat melakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit
hipertensi adalah penyakit yang sudah lama dialami oleh
pasien dan biasanya dilakukan pengkajian tentang
riwayat minum obat klien.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga
apakah ada yang menderita riwayat penyakit yang sama.

17
c) Data fisiologis, respirasi, nutrisi/cairan, eliminasi,
aktifitas/istirahat, neurosensori, reproduksi/seksualitas,
psikologi, perilaku, relasional dan lingkungan. Pada klien
dengan ketidakpatuhan dalam katagori perilaku, sub
katagori penyuluhan dan pembelajaran perawat harus
mengkaji data tanda dan gejala mayor dan minor yang
sudah tercantum dalam buku Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016), yaitu : Tanda dan gejala mayor
1) Subyektif :
a) Mengungkapkan minat dalam belajar
b) Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic
c) Menggambarkan pengalaman sebelumnya
yang sesuai dengan topic
2) Obyektif
a) Perilaku sesuai dengan pengetahuan
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik Kepala, Wajah, dan Leher
1) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala Dolicephalus,kesimetrisan +,
luka -.
Palpasi : Nyeri tekan +, pusing.
2) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
1. Kelengkapan dan kesimetrisan +.Warna iris merah
2. Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -,
benjolan -.
3. Pemeriksaan Visus Tanpa Snelen Card : kurang
jelas.
4. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis dn
scera coklat.

18
3) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi : Pembengkokan -, sekret -,
perdarahan -, kotoran -, polip -.
4) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, lesi -, peradangan -,
penumpukan serumen -, perdarahan -, perforasi -.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5) Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal labio -,
warna bibir merah muda, lesi -, caries +, kotoran +,gigi
palsu +,gingi vitis +, waarna lidah kotor, perdarahan -,
abses -.
6) emeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu
dan letih, kelumpuhan otot-otot facialis -.
7) Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi:
a. Bentuk leher simetris, peradangan -, perubahan
warna -, masa -.
b. Pembesaran kelenjar tiroid -.
c. Pembesaran vena jugularis +.
8) Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan
pemeriksaan kepala, wajah, leher:
klien mengeluh kepalanya terasa pusing.
2. Pemeriksaan Thorax Dan Paru
a. Inspeksi
a) Bentuk thoraks: normal chest,susunan ruas tulang
belakang, bentuk dada simetris.
b) Retraksi otot Bantu pernapasan : retraksi
intercoste +, retraksi suprasternal-, pernapasan
cuping hidung +.

19
c) Pola nafas : Takipneu.
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal vermitus: -, getaran antara
kanan dan kiri sama, cianosis -.
c. Perkusi
Area paru sonor
d. Auskultasi
1. Suara nafas: Area vesikuler bersih, area bronchial
bersih,area bronchovasikuler bersih.
2. Suara ucapan : Eghophoni –.
3. Suara tambahan : Rales +.
e. Kelainan lain yang dirasakan klien terkait dengan
pemeriksaan thoraks dan paru yaitu klien merasa
dadanya sesak ketika bernafas.
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks lemah.
b. Palpasi
Palsasi pada dinding thoraks teraba: tidak
teraba/tidak terkaji.
c. Perkusi
Tidak ada pembesaran.
1) Batas atas : ICS II.
2) Batas bawah : ICS V.
3) Batas kiri : ICS VMid Clavikula.
4) Batas kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
d. Auskultasi
1) BJ I : Terdengar “LUB” tunggal (reguler),
keras.
2) BJ II : Terdengar “LUB” tunggal (reguler),
keras.

20
e. Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung :
tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
1) Bentuk abdomen datar.
2) Masa atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan
pembuluh darah vena -.
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltik usus 15x/menit.
c. Palpasi
1) Hepar : Perabaan lunak.
2) Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada
pembesaran.
3) Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri
menjalar kontralateral -.
d. Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan
abdomen : tidak ada kelainan.
5. Pemeriksaan Muskolokeletal
a. Inspeksi\
Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -,
fraktur -, terpasang gips -.
b. Palpasi
1. Oedem - -/- -/-
2. Uji kekuatan otot 5/5 5/5
6. Pemeriksaan Neurologis
Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon
motorik 6.Kesimpulan compor mentris. Memeriksa tanda-
tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +,
kaku kuduk -, mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran
Memeriksa nervus cranialis :

21
a. Nervus III    : Ocumua latorius reaksi pupil terhadap
cahaya +
b. Nervus VIII : Ketajaman pendengaran +
c. Nervus XII  : Gerakan lidah menjulur dan
menonjolkan lidah +.
Pemeriksaan fungsi motorik :Ukuran otot simetris,
atropi -.
Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda
tumpul +.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual mapun
potensial. Diagnosis keperawatan merupakan langkah kedua dalam
proses keperawatan yaitu mengklasifikasi masalah kesehatan dalam
lingkup keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang
respons seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi resons
klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.Tujuan pencatatan diagnosa
keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi tentang masalah pasien
yang sedang dialami pasien saat ini dan meruakan tanggung jawab
sesorang perawat terhada masalah yang diidentifikasi berdasarkan
data serta mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi
keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

22
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (PPNI 2016) pada pasien Hipertensi
I. Penurunan Curah Jantung
1. Definisi
Ketidakadekuatan jantung memopa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolism tubuh.
2. Penyebab
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan kontraktililitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan afterload
3. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Perubahan Irama Jantung 1. Perubahan Irama Jantung
1) Palpitasi 1) bradikardia / takikardia
2) gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
2. Perubahan Preload 2. Perubahan preload
1) Lelah 1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure
(cvp) meninkat atau
menurun
3. Perubahan Afterload 3. Perubahan afterload
1) Dyspnea 1) Tekanan darah meningkat
atau menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time >3
detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat dan
23
atau sianosis
4. Perubahan Kontraktilitas 4. Perubahan Kontraktilias
1) Paroxysmal Nocturnal 1) Terdengar Suara Jantung
Dyspnea (Pnd) S3 Dan Arau S4
2) Ortopnea 2) Ejection Fraction (EV)
3) Batuk Menurun

4. Gejala Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Perubahan preload 1. Perubahan preload
(tidak tersedia) 1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge
pressure (pawp) menurun

2. Perubahan afterload 2. Perubahan afterload


(tidak tersedia) 1) Pulmonary vascular
resistance (pvr) menurun
atau meningkat
2) Systemic vascular
resistance (svr)
meningkat atau menurun
3) Hepatomegali

3. Perubahan kontraktilitas 3. Perubahan kontraktilias


(tidak tersedia) 1) Cardiax index (ci)
menurun
2) Left ventricular stroke
work index (lvswi)
menurun
3) Stroke volume index (svi)
menurun

24
4. Perilaku atau emosional 4. Perilaku atau emosional
1) Cemas (tidak tersedia)
2) Gelisah

5. Kondisi Klinis Terkait


1) gagal jantung kongestif
2) sindrom coroner akut
3) stenosis mitral
4) regurgitasi mitral
5) aritmia
II. Nyeri Akut
1. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berinterkasi ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2. Penyebab
1) Agen pencendera fisiologis (misalnya, inflamasi,
iskemia, neoplasma)
2) Agen pencendera kimiawi (misalnya, terbakar, bahan
kimia iritan)
3) Agen pencendera fisik (misalnya, abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat,dll)
3. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. tampak meringis
2. bersikap protektif
3. gelisah
4. frekuensi nadi
meningkat
5. sulit tidur

25
4. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. menarik diri
6. berfokus pada diri sendiri
7. diaforesis

5. Kondisi Klinis Terkait


1) kondisi pembedahan
2) cedera traumatis
3) infeksi
4) sindrom coroner akut
5) glaukoma
III. Intoleransi Aktivitas
1. Definisi
Ketidakcukupsn energy untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
2. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
3. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat

26
4. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
1. Dispnea saat atau 1. tekana darah berubah
setelah aktivitas >20% dari kondisi
2. merasa tidak nyaman istirahat
setelah beraktivitas 2. gambaran EKG
3. merasa lemah menunjukkan aritmia
saat atau setelah aktivitas
3. gambaran EKG
menunjukkan iskemia
4. sianosis

5. Kondisi Klinis Terkait


1) anemia
2) gagal jantung kongestif
3) penyakit jantung coroner
4) penyakit katup jantung
5) aritmia

3. Kriteria Hasil
a. Penurunan curah jantung
1. Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
2. Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea
nitrogen (BUN) dan keratin plasma dalam batas normal
3. Mempunyai warna kulit yang normal
4. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (mis.
Tidak mengalami dispnea, nyeri dada, atau sinkope)
5. Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan
(mis. Untuk penyakit jantung)
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang
dapat dilaporkan
b. Nyeri akut

27
1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
untuk mencapai kenyamanan
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala
0-10)
3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi faktor tersebut
5. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
6. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan
non analgesic secara teapat
7. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut
jantung, atau tekanan darah
8. Mempertahankan selera makan yang baik
9. Melaporkan pola tidur yang baik
10. Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran
dan hubungan interpersonal
c. Intolorasi aktfitas
1. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan
kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan
peningkatan denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan
darah serta memantau pola dalam batas normal
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan
tingkat yang diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)
4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan
oksigen, obat dan atau peralatan yang dapat meningkatkan
toleransi terhadap aktivitas
5. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan
beberapa bantuan (mis, eliminasi dengan bantuan ambulasi
tuntuk kekamar mandi)
6. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan bantuan
(mis, membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)

4. Intervensi
1. Penurunan curah jantung
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan

28
1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis,
status pernapasan, dan status mental
2. Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen,
kenaikan berat badan)
3. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan
adanya awitan napas pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung
4. Evaluasi respon psien terhadap terapi oksigen
5. Kaji kerusakan kognitif
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau
sungkup
2. Intruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan
haluaran
3. Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping
obat
4. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan
palpitasi dan nyeri, faktor pencetus, daerah, kualitas, dan
intesitas
5. Intruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk
perawatan dirumah, meliputi pembatasan aktivitas,
pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik
6. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress seperti
biofeed-back, relaksasi otot progresif, meditsi dan latihan
fisik
7. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap
hari

Aktivitas kolaboratif
1. Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter
pemberian atau penghentian obat tekanan darah

29
2. Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropik,
nitrogliserin,dan vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan
program medis atau protocol
3. Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan
thrombus perifer, sesuai dengan program atau protocol
(Wilkinson, 2016, pp. 65-66)

2. Nyeri akut
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan
pertama untuk mengumpulkan onformasi pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan
pada skala 0 sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau
ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri
oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan
terhadap nyeri respon pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai
usia dan tingkat perkembangan pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus
yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan
efek samping, kemungkinan interksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan
aktivitas fisik, pembatasan diet)l dan nama orang yang
harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel
2. Intruksikan oasien untuk menginformasikan kepada
perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai

30
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang
disarankan
4. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau
opioid (mis, risiko ketergantungan atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate
yang terjadwal (mis, setiap 4 jam selam 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri NIC
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebih berat
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu
(Wilkinson, 2016, pp. 297-298)

3. Intoleransi aktivitas 
Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat
tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk
meningkatkan aktivitas
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika
perlu
2. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk
kondisi yang belum dilaporrkan kepada dokter
3. Pentingnya nutrisi yang baik
4. Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas

31
5. Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi, fisualisasi)
selama aktivitas
6. Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran
dalam keluarga dan tempat kerja
7. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh :
menyimpan alat atau benda yang sering digunaakan
ditempat yang mudah terjangkau
Aktivitas kolaboratif
1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktor penyebab
2. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis,
untuk latihan ketahanan), atau reasi untuk merencanakan
dan memantau program aktivitas, jika perlu
3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan
kesehatan jiwa dirumah
4. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk
mendapatkan pelayanan bantuan peralatan rumah, jika
perlu
5. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk
mendapatkan pelayan bantuan perawatan rumah, jika perlu
6. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna
meningkatlan asupan yang kaya energy
7. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan
berhubungan dengan penyakit jantung
(Wilkinson, 2016, pp. 17-18)

5. Implementasi
1. Penurunan curah jantung
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan

32
1. Mengkaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya
sianosis, status pernapasan, dan status mental
2. memantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen,
kenaikan berat badan)
3. Mengkaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan
adanya awitan napas pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung
4. Mengevaluasi respon psien terhadap terapi oksigen
5. Mengkaji kerusakan kognitif
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau
sungkup
2. Mengintruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan
dan haluaran
3. Mengajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek
samping obat
4. Mengajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan
palpitasi dan nyeri, faktor pencetus, daerah, kualitas, dan
intesitas
5. Mengistruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan
untuk perawatan dirumah, meliputi pembatasan aktivitas,
pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik
6. Memberikan informasi tentang teknik penurunan stress
seperti biofeed-back, relaksasi otot progresif, meditsi dan
latihan fisik
7. Mengajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan
setiap hari

Aktivitas kolaboratif
1. Mengkonsultasikan dengan dokter menyangkut parameter
pemberian atau penghentian obat tekanan darah

33
2. Memberikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropik,
nitrogliserin,dan vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan program
medis atau protocol
3. Memberikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan
thrombus perifer, sesuai dengan program atau protocol

2. Nyeri akut
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Menggunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan
pertama untuk mengumpulkan onformasi pengkajian.
2. Meminta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan
pada skala 0 sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau
ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
3. Menggunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan
nyeri oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
4. Mengaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan
lingkungan terhadap nyeri respon pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia
dan tingkat perkembangan pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Menyertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus
yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan
efek samping, kemungkinan interksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan
aktivitas fisik, pembatasan diet)l dan nama orang yang harus
dihubungi bila mengalami nyeri membandel
2. Mengintruksikan oasien untuk menginformasikan kepada
perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai

34
3. Menginformasikan kepada pasien tentang prosedur yang
dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang
disarankan
4. Merperbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik
atau opioid (mis, risiko ketergantungan atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
1. Mengelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate
yang terjadwal (mis, setiap 4 jam selam 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri NIC
Menggunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebih berat
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu
(Wilkinson, 2016, pp. 297-298)

3. Intoleransi aktivitas 
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Mengkaji kemampuan pasien dalam berpindah dari tempat
tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
2. Mengkaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Mengevaluasi keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Menggunakan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika
perlu
2. Memperhatikan tanda dan gejala intoleran aktivitas
3. Mengobservasi nutrisi yang baik
4. Menggunakan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas
5. Menggunakan Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi,
fisualisasi) selama aktivitas

35
6. Meminimalkan dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung
jawab peran dalam keluarga dan tempat kerja
7. Memberikan tindakan untuk menghemat energy, sebagai
contoh : menyimpan alat atau benda yang sering digunaakan
ditempat yang mudah terjangkau
Aktivitas kolaboratif
1. Memberikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktor penyebab
2. Mengkolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis,
untuk latihan ketahanan), atau reasi untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas, jika perlu
3. Menganjurkan untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk
pelayanan kesehatan jiwa dirumah
4. Merujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk
mendapatkan pelayanan bantuan peralatan rumah, jika perlu
5. Merujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk
mendapatkan pelayan bantuan perawatan rumah, jika perlu
6. Merujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna
meningkatlan asupan yang kaya energy
7. Merujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan
berhubungan dengan penyakit jantung

6. Evaluasi

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di
seluruh dunia dan merupakan faktor risiko penyakit kardiovskular
tersering, serta belum terkontrol optimal diseluruh dunia.Namun,
hipertensi dapat dicegah dan penanganan dengan efektif dapat

37
menurunkan risiko stroke dan serangan jantung. Hipertensi berdasarkan
criteria JNC 2, didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah
sistolik lebih dari atau sama 140 mmHg atau tekanan darah diastolic
lebih daari atau sama dengan 90 mmHg .hipertensi mengakbatkan pada
½ penyakit janrung koroner dan sekitar 2/3 penyakit sarebrovaskular.
Banyak masalah penyakit kardiovaskular sekarang terjadi di negara
berpendapatan rendah sampai menangah.Negara-negara ini berjuang
menghadapi penyakit kardiovaskular terkait kemiskinan dan infeksi
seperti penyakit jantung rematik, fibrosis endomiokardial, infeksi
human imundeficiency virus (HIV), perikarditis tuberkolosis, dan
penyakit chagas.Kombinasis dan keterbatasan ekonomi, sumber daya,
dan tumpang tindih beberapa penyakit membebani kemampuan untuk
menangani faktor risiko tidak menular dan penyakit terkait.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata
penyusun ucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
orang yang membaca makalah ini.

Daftar Rujukan
Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komerhensif. Surabaya: AUP Airlanga
University Press.
Haryanto, A. &. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
KSDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

38
39

Anda mungkin juga menyukai