KEPERAWATAN JIWA
Fasilitator :
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Konsep Kecemasan pada
Pasien Gangguan Jiwa
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini bisa teratasi. Oleh
karna itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT.
Tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kami menyadari bahwa makalah
yang telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Terutama bagi
teman-teman yang ingin meneruskan makalah ini sehingga menjadi lebih baik
lagi.
penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
3.2 Saran.......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................40
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup
memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total
penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga
(SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11
kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185
per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala
gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi
lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan
mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah
bangsa.
Dengan adanya permasalahan tersebut, kami tertarik untuk membuat
makalah yang berjudul “Askep pada Klien dengan Gangguan Kecemasan”.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa atau perawat mampu malakukan pengkajian.
2. Mahasiswa atau perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan.
3. Mahasiswa atau perawat dapat membuat intervensi keperawatan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KECEMASAN / ANXIETAS
2.1.1 Definisi
1. Anxietas Ringan
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek
6
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
5) Ketegangan otot ringan
6) Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
1) Mampu menerima rangsang yang kompleks
2) Konsentrasi pada masalah
3) Menyelesaikan masalah secara efektif
4) Perasaan gagal sedikit
5) Waspada dan memperhatikan banyak hal
6) Terlihat tenang dan percaya diri
7) Tingkat pembelajaran optimal
2. Anxietas Sedang
a. Respon fisiologis
7
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari
punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
5) Gembira
3. Ansietas Berat
a. Respon fisiologis
8
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang, menggetakkan gigi
8) Kebutuhan ruang gerak meningkat
9) Mondar-mandir, berteriak
10) Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin bebas
9
2.2.3 Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalitik
2. Teori Interpersonal
3. Teori Perilaku
1. Gangguan Panik
10
serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa
khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan
mengalami serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna
serangan panik, atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan
serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan
zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu
dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada
pemicu dari lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang
distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh
zat yang mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon
hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan
panik. Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga
mengalami agorafobia.
1. Gejala psikologik
2. Gejala fisik
11
merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus
bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan
beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak
spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak
semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan
seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja.
Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang
bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.
3. Gejala penyerta
12
Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi
dimana ia akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa
bahwa mereka harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
a. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
1. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
13
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin
dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Kaji stressor presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian:
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
a) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
(mis.hamil)
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancanm harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.
c. Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon
fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui
pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan
kecemasan.
14
1. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
2. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun
personal.
3. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses
pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya
lapangan persepsi, bingung.
4. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
d. Kaji penilaian terhadap stressor
e. Kaji sumber dan mekanisme koping
f. Rentang perhatian menurun
g. Gelisah, iritabilitas
h. Kontrol impuls buruk
i. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
j. Deficit lapangan persepsi
k. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal
2.2.2 Diagnosa Keperawatan, Kriteria Hasil dan Rencana Keperawatan
1. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal
mengambil keputusan.
KRITERIA HASIL :
a) Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
b) Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
c) Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
d) Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.
INTERVENSI :
a) Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya
bernapas secara ritmik.
15
b) Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan
seimbang.
c) Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku
distraksi seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya
dalam aktivitas fisik.
d) Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang
direncanakan sebelumnya dan telah terlatih.
e) Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan
situasi yang menimbulkan ansietas.
INTERVENSI :
a) Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang
yang hangat, ,menjadi pendengar yang baik.
b) Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
c) Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari
topik yang ringan.
d) Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap stres.
16
a) Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang
telah berhasil digunakan pada masa lampau.
b) Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai
tujuan.
c) Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.
d) Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang
penyebab biologis.
e) Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini
akan membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping
yang tidak adekuat.
17
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada Ny. I dengan usia 45 tahun, masuk RSJ Lawang karena mengalami
gangguan jiwa dikarenakan ada masalah pada perkawinannya dengan Tn. A
akibatnya terjadi perceraian dikarenakan Tn. A berselingkuh dengan perempuan
lain sehingga Ny. I mengalami stress yang ditandai dengan panic, menarik diri,
menghindari kontak sosial terutama pada seorang pria, depresi, takut yang
berlebihan.
Identitas
Nama : Ny. I
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 36 tahun
19
Pendidikan : Diploma III
Pekerjaan : PNS
A. Alasan Masuk
Panik, menarik diri, menghindari kontak sosial terutama pada seorang pria,
depresi, takut yang berlebihan.
B. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa.
Menurut adik kandung klien, tidak ada keluarga yang menderita sakit jiwa
seperti klien. Klien adalah seorang istri yang sangat setia dan cinta dengan
suaminya dan klien sudah mempunyai 2 orang anak. Dan klien
mengetahui secara tidak sengaja bahwa suaminya mempunyai istri lain.
Tetapi klien selalu menutupi masalahnya sendiri dengan cara menarik diri
dan menghindari kontak sosial dengan keluarganya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 20 x/mnt
BB : 52 kg
TB : 165 cm
2. Pemeriksaan fisik
20
Hidung : Bersih, tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, tidak
ada nafas cuping hidung
Pe : resonan
A : vesikuler
Pe : pekak
Pe : tympani
Ekstremitas : Tidak ada edema, CRT < 2 detik, klien dapat berjalan
dengan baik
21
D. Psikososial
Genogram
Keterangan:
: Perempuan : Klien
: Meninggal
Keterangan :
Klien sudah menikah, mempunyai seorang suami dan 2 orang anak. Dari keluarga
tidak ada yang menderita gangguan jiwa seperti klien.
1. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien merasa sudah tidak cantik lagi dan merasa banyak
kekurangan pada dirinya sehingga suaminya berpaling pada wanita
lain.
22
b. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa merasa banyak kekurangan dalam
dirinya.
c. Peran diri
Klien merupakan seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 2
orang anak. Klien sudah tinggal di rumahnya sendiri bersama suami
dan anaknya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya tetapi
klien tidak ingin pulang ke rumahnya karena tidak ingin bertemu
dengan suaminya.
e. Harga diri
Klien merasa minder dengan masyarakat sekitar karena sudah
ditinggal selingkuh oleh suaminya.Klien dalam kesehariannya jarang
bergaul dengan tetangganya. Kegiatan kelompok tidak pernah klien
ikuti.
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Menurut klien orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah
suami dan anak-anaknya.
23
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan percaya bahwa Tuhan, surga dan neraka
ada.
b. Kegiatan beribadah
Selama sakit, klien tidak pernah menjalankan sholat 5 waktu.
E. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan cukup rapi, rambut disisir rapi, pakaian yang
dikenakan sesuai, tidak terlalu besar dan kecil, klien juga memakai alas
kaki.
b. Pembicaraan
Pembicaraan klien pelan malah kadang-kadang tidak mau berbicara
sama sekali, nada suara rendah, kontak mata kurang dan selalu
menunduk dan suka menyendiri.
c. Aktivitas motorik
Klien lebih bayak diam di pojok ruangan selama di rumah sakit,
aktivitas motorik tidak mengalami gangguan seperti mandi, ganti baju
atas inisiatif sendiri dan dilakukan secara mandiri tetapi klien jarang mau
untuk makan.
d. Afek
Afek kurang serasi, klien kurang merespons dengan benar stimulus
yang diberikan.
f. Persepsi
Saat dikaji klien mengatakan tidak ada halusinasi.
24
g. Proses pikir
Pembicaraan klien bisa dimngerti oleh perawat, selama komunikasi
dengan perawat dapat diobservasi bahwa pembicaraan klien terarah,
jawaban klien koheren dengan pertanyaan yang diajukan.
h. Isi pikir
Saat interaksi dengan perawat klien mengatakan bahwa ia merasa
tidak berharga, karena ditinggal oleh suaminya .
i. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik, orientasi tempat, waktu dan orang
baik, klien mengetahui sekarang berada di rumah sakit jiwa Lawang,
klien mengetahui hari, tanggal dan jam, klien dapat membedakan pagi,
siang dan malam.
j. Memori
Klien masih ingat tahun lahir yaitu tahun 1966, mampu mengingat
kejadian masa lalu, dan kejadian sekarang, klien dapat menceritakan
riwayat kehidupannya secara berurutan dan konsisten.
l. Kemampuan penilaian
Klien masih mampu mengambil keputusan sederhana, dibantu
orang lain. Contoh ketika diberi opsi minum obat dulu sebelum tidur
atau tidur dulu sebelum minum obat, klien mengatakan minum obat dulu
sebelum tidur.
25
G. Kebutuhan Persiapan Pulang
Selama di rumah sakit klien makan 3x sehari dengan komposisi nasi,
sayur, lauk dan buah tetapi kadang dimakan kadang tidak. Pola buang air
besar klien tidak teratur. Buang air kecil tidak mengalami masalah. Dalam
buang air besar dan buang air kecil klien di kamar mandi / WC atas inisiatif
sendiri, begitu juga membersihkan diri setelah buang air besar / buang air
kecil. Klien mandi 2x sehari atas inisiatif sendiri. Selama di rumah sakit
klien berpakaian rapi dan terlihat sesuai tubuhnya. Klien berpakaian sendiri
dan ganti setiap hari. Klien mengalami gangguan tidur. Selama di rumah
sakit penggunaan obat klien diatur oleh perawat, pemeriksaan kesehatan
dilakukan setiap hari oleh perawat pula.
2. Mekanisme Koping
Klien mengatakan jika ada masalah dipendam sendiri namun kadang cerita
dengan suaminya.
4. Pengetahuan
Klien mengetahui dan sadar akan sakit yang dideritanya, namun
klien kurang tahu mengenai obat-obatan karena kurang ada bimbingan dari
perawat ruangan.
5. Aspek Medik
Therapi oral :
Benadryl 25-50 mg
Atarax 25-50 mg
26
Diazepam 15 mg dan Halcion 0,125-0,25 mg
27
H. ANALISA DATA
28
berharga lagi
DO :
1. Kecemasan berat
2. Panik
3. Isolasi sosial : menarik diri
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
29
K. RENCANA KEPERAWATAN
Ruang : 27
No. RM : 04511
No Perencanaan
Diagnosa
No Dx Intervensi Ttd
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
.
Kecemasan 1.Ekspresi wajah
berat bersahabat,
1 1 Tujuan Umum: 1.Bina hubungan
berhubungan menunjukkan rasa
saling percaya dengan
dengan konflik Kecemasan klien senang, ada kontak
mengungkapkan
perkawinan. hilang dan klien mata, mau berjabat
prinsip komunikasi
dapat tangan, mau
terapeutik. a.Sapa
berhubungan menyebutkan nama,
klien dengan ramah
sosial dengan mau menjawab
baik verbal maupun
orang lain secara salam, klien mau
non verbal
optimal duduk berdampingan
d.Jelaskan tujuan
pertemuan
f.Tunjukkan sikap
30
empati dan menerima
klien apa adanya
g.Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
Tujuan Khusus 2 2.Klien mau bercerita 2.Eksplorasi perasaan
semua masalahnya cemas klien,
Klien dapat
kepada perawat tanpa perlihatkan diri
percaya kepada
adanya tanda-tanda sebagai orang yang
perawat dank lien
kecemasan dan hangat, ,menjadi
dapat mampu
menarik diri pendengar yang baik
menceritakan
semua
masalahnya
Tujuan Khusus 3 3. Klien memahami 3.Bantu klien
dan mengerti mengenali perasaan
Klien dapat
penyebab cemas dan menyadari
menilai
kecemasannya nilainya
kemampuan yang
digunakan dan
kecemasan yang
dihadapi
Tujuan Khusus 4 4. Klien mampu 4.Melakukan
menjawab semua komunikasi dengan
Klien mampu
pertanyaan yang teknik yang tepat dan
menceritakan
diberikan oleh dimulai dari topik
semua
perawat yang ringan.
masalahnya
Tujuan Khusus 5 5. Stres klien hilang 5.Bantu kilen
berkurang atau hilang mengidentifikasi
Klien dapat
respon terhadap stres.
melakukan
kegiatan sesuai
31
kondisi sakit dan
kemampuannya
tanpa stres
32
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Ruang : 27
No. RM : 04511
Tgl/ No
Implementasi Keperawatan Evaluasi TTD
jam Dx
13/04/ 1 TUK 1 S:
11
Membina hubungan saling -“Wa’alaikum salam…”
11.15 percaya
“nama saya Ny. I , saya
a. Menyapa dan memberi berasal dari Bululawang, saya
salam tidak bekerja ”
b. Memperkenalkan diri
-Klien menjawab pertanyaan
dengan menyebut nama
perawat tapi tidak mau
lengkap, nama panggilan,
berjabat tangan “Hobi saya
alamat dan berjabat tangan
memasak”
c. Menanyakan nama
lengkap klien, nama panggilan
serta asal
d. Menjelaskan tujuan
pertemuan yaitu ingin
membantu menyelesaikan
masalah klien
TUK 2 O:
33
b. Menanyakan pada klien duduk berdampingan dengan
tentang kemampuan dan aspek perawat, nada bicara rendah/
positif yang dimiliki klien pelan, klien sedikit
c. Memberikan menceritakan tentang
reinforcement positif atas masalahnya
keberhasilan klien
-Klien kurang kooperatif saat
mengungkapkan segala
bicara dengan perawat
kemampuan klien
d. Menyampaikan kontrak
waktu untuk pertemuan
berikutnya
A:
-TUK 1 tercapai
P : optimalkan TUK 2
34
mengingat nama perawat
14/04/ TUK 3 S:
11
Klien dapat menilai kemampuan -Klien mengatakan
09.10 yang digunakan dan kecemasan “wa’alaikum salam
yang dihadapi
-Klien mengatakan tadi malam
a. Mengucapkan salam tidak bisa tidur, makannya
tidak habis, obatnya sudah
b. Mengajak klien untuk
diminum
berbincang-bincang sesuai
kontrak sebelumnya -Klien mengatakan
perasaannya lebih baik dari
c. Mengingatkan kembali
kemarin
(identitas / nama perawat)
-Klien masih memilih untuk
d. Bertanya pada klien tentang
diam di dalam ruangan
kontrak hari ini
e. Mendiskusikan
kemampuan klien yang dapat
dilakukan selama di rumah
sakit atau di rumah
TUK 4 O:
35
dipilih -Klien melakukan kegiatan
kurang baik
TUK 3 tercapai
P : optimalkan TUK 4
Lanjutkan TUK 5
36
berbincang-bincang sesuai setelah makan siang
kontrak sebelumnya dengan
O:
klien
-Klien duduk, disamping
c.Mengingatkan kembali
perawat
identitas perawat
-Klien mau berjabat tangan
d.Bertanya kepada klien tentang
kontrak hari ini -Klien ingat nama perawat
37
1. Proses Keperawatan
a. Orientasi
1). Salam Terapeutik
3). Kontrak
b. Kerja
- Apa yang biasa Ibu I kerjakan dirumah?
- Sekarang yang biasa dilakukan di rumah?
- Apa yang ibu I senangi dari keluarga? Bagaimana dengan suami dan
anak-anak?
- Bagaimana pula dengan tempat tinggalnya? Apa ada yang disenangi
disana?
38
c. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan Ibu I setelah kita bercakap-
cakap?
b. Evaluasi Obyektif :
- Apa saja tadi kemampuan Ibu I ? (bagus sekali)
- Apa saja tadi yang disenangi dirumah? (bagus sekali)
c. Rencana Tindak Lanjut : Baiklah, waktu kita sudah habis, nanti coba Ibu
I ingat lagi kemampuan yang belum disampaikan.
d. Kontrak
Topik : Besok kita akan melihat kemampuan Ibu I yang masih dapat
dilakukan di rumah sakit.
Waktu : Kira-kira besok jam 08.30 ya! Berapa lama kita akan
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak
menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan
terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah
yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung
berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau
buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan
gelisah.
4.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
hawari, D,. 2008, Manajemen stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
41