Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

REVIEW JURNAL
TEORI PERILAKU TERENCANA PADA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TETANUS PENYERAPAN IMUNISASI TOKSOID DIANTARA HAMIL WANITA DI
BOYOLALI, JAWA TENGAH

‘’Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bakteriologi ‘’

OLEH
KELOMPOK 1

Grice Amida Rumbiak 5220008


Widisari Eka Putri 5220012
Fitriah Emnur 5220023
Juriah 5220024

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “ Riview Jurnal Teori Perilaku Terencana Pada
Faktor Yang Mempengaruhi Tetanus Penyerapan Imunisasi Toksoid Diantara Hamil Wanita
Di Boyolali, Jawa Tengah ”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Bakterilogi”, untuk D4 Teknologi Laboratorium
Medik.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini

Bandung, 03 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
2.1 Latar Belakang Pemilihan Jurnal.............................................................
2.2 Penggolongan Beserta Metode Penelitan.................................................
2.3 Hasil Pemenelitian ...................................................................................
2.4 Permbahasan ............................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................
3.1 Kesimpulan ..................................................................................
3.2 Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri memiliki nilai ekonomi penting dalam kehidupan manusia dan demikian pula
bakteriologi. Pengetahuan dalam cabang ilmu ini bermanfaat dalam pengobatan, higiene, ilmu
pangan dan gizi, pertanian, dan industri (terutama industri fermentasi).
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari
organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel
tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut
dalam artikel mengenai prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan
mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukariota. Istilah
"bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar mereka,
tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar
(berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak
patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5
μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka
umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan komposisi
sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda
dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.
Penyakit ini biasanya berupa cedera akut yang menghasilkan lesi di kulit. Kebanyakan
kasus hasil dari tusukan luka, laserasi (terpotong), atau abrasi (terkikis).
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.
Imunisasi TT pada ibu hamil dapat mencegah kematian neonatal. Tetanus Ibu dan Bayi
(MNT) telah menjadi salah satu konsekuensi paling umum yang mengancam nyawa dari
persalinan yang tidak bersih dan praktik perawatan tali pusat, dan merupakan indikator
ketidaksetaraan dalam akses ke imunisasi dan layanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak

1
lainnya. Angka kematian neonatal masih tinggi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Tujuan
penelitian ini

2
adalah untuk mengetahui faktor-faktor serapan imunisasi TT pada ibu hamil di
Kabupaten Boyolali Jawa Tengah dengan menggunakan Theory of Planned Behavior.
( JURNAL)

Gejala tetanus akan semakin berat jika tanpa ada penatalaksanaan bagi penderita.
Tetanus bisa terjadi pada orang yang tidak diimunisasi atau pada orang yang telah gagal untuk
mempertahankan kekebalan tubuh.
Penyebab Tetanus oleh Bakteri yang dikenal dengan nama Clostridium tetani, hidup
dan berkembang pada tanah, debu, kotoran hewan, dsb. Luka yang terkontaminasi adalah
mata rantai di mana bakteri tetanus berkembang biak. Luka tusuk seperti yang disebabkan
oleh paku, pecahan, atau gigitan serangga adalah kasus klasik penyebab tetanus yang banyak
menginfeksi. Bakteri juga dapat tertular melalui luka bakar, luka injeksi, dll.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah sebenarnya clostridium tetani ?

2. Bagaiaman faktor-faktor serapan imunisasi TT pada ibu hamil di Kabupaten Boyolali


Jawa Tengah dengan menggunakan Theory of Planned Behavior ?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui faktor-faktor serapan imunisasi TT pada ibu hamil di Kabupaten


Boyolali Jawa Tengah dengan menggunakan Theory of Planned Behavior.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pemilihan Jurnal

Tetanus merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dimana tetanus
bukan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani (C. Tetani). Hingga
saat ini kematian neonatal paling banyak di dunia hampir 14% disebabkan oleh tetanus
neonatorum (UNICEF, UNFPA, dan WHO, 2010). Di 1988, ada 780 ribu kematian di seluruh
dunia akibat tetanus neonatal (UNICEF Indonesia, 2016). Namun, pada 2013, WHO
memperkirakan bahwa tetanus neonatal membunuh sekitar 49.000 bayi baru lahir, penurunan
94% dari situasi pada tahun 1988 (WHO, 2017).
Meskipun telah terjadi penurunan kematian neonatal akibat tetanus neonatorum,
namun hal ini masih menjadi kendala dalam program MDG yaitu terkait kesehatan ibu dan
bayi. Ini juga merupakan tantangan dengan program SDGs yang akan memastikan kehidupan
yang sehat dan mempromosikan kemakmuran bagi semua orang dari segala usia pada tahun
2030, yaitu mencegah kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan mengurangi
angka kematian neonatal menjadi 12 per 1.000 KH dan angka kematian balita 25 per 1.000
KH (Ermalena, 2017). Indonesia saat ini masih mengalami kematian ibu dan bayi akibat
tetanus neonatorum (WHO, 2017). Berdasarkan Direktorat Jenderal P2P per 15 Januari 2017
(Data Januari-Desember 2016) Indonesia, masih terdapat kasus tetanus neonatorum yaitu 14
kasus dan 6 diantaranya meninggal dunia. (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Di Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2015 angka kematian neonatal mencapai 7,2 per
1.000 kelahiran hidup. Salah satu kematian neonatal di Jawa Tengah disebabkan oleh kasus
tetanus neonatorum selama lima tahun terakhir. Meskipun Kabupaten Boyolali tidak termasuk
dalam tiga besar kematian neonatal tertinggi, Kabupaten Boyolali juga masih memiliki angka
kematian neonatal yang tinggi yaitu 85,37% per 1000 KH (Dinkes Jawa Tengah, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Boyolali, hampir
seluruh puskesmas di Boyolali mendonasikan kematian bayi yaitu 21 puskesmas di
Kabupaten Boyolali Tahun 2017 adalah 112. Cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur
dan ibu hamil

4
di Kabupaten Boyolali pada tahun 2017 dilaporkan TT1 (99,1%), TT2 (51,5%), TT3
(20,3%), TT4 (10,9%), TT5 (8,5%) , TT2 + (91.0%) (Dinkes Bo-yolali, 2017).

2.2  Penggolongan Beserta Metode Penelitan

1. Desain Studi
Jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Itu dilakukan di
Boyolali, Jawa Tengah.
2. Populasi dan Sampel Populasi sumber
Yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu hamil di Puskesmas Boyolali Jawa
Tengah. Sampel sebanyak 200 ibu hamil dipilih dengan menggunakan simple random
sampling.
3. Variabel Studi
Variabel terikat adalah serapan imunisasi TT. Variabel bebas adalah pengetahuan,
pendidikan, paritas, pendapatan, niat, sikap, persepsi pengendalian perilaku, norma
sosial, dan strata puskesmas.
4. Definisi Operasional Variabel
Pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT. Skala
pengukurannya kontinu dan ditransformasikan menjadi dikotomis, diberi kode 0
untuk rendah dan 1 untuk tinggi. Pendidikan didefinisikan sebagai pendidikan formal
terakhir yang diperoleh ibu hamil. Skala pengukuran dikategorikan, 0 untuk < SMA
dan 1 untuk ≥ senior SMA . praktik swasta bidan diartikan sebagia upaya bidan dalam
mempengaruhi klien untuk memberikan penyuluhan / penyuluhan kesehatan tentang
imunisasi TT. Pengukuran Skala rement disambung menjadi dikotomis, diberi kode 0
untuk pengaruh negatif dan 1 untuk pengaruh positif. Paritas didefinisikan sebagai
jumlah kelahiran anak yang dimiliki oleh ibu yang masih hidup dan yang sudah
meninggal. Skala pengukuran dikotomis, 0 untuk 1 anak dan 1 untuk anak ≥2.
Penghasilan keluarga diartikan sebagai penghasilan yang diperoleh suami atau istri
sebagai sumber ekonomi keluarga. Skala pengukurannya kontinyu dan
ditransformasikan menjadi dikotomis, diberi kode 0 untuk Imunisasi TT diartikan
sebagai pemberian kekebalan terhadap tetanus pada ibu hamil dan bayi dalam
kandungan. Skala pengukurannya kategoris, 0 untuk imunisasi TT tidak lengkap dan
1 untuk imunisasi TT lengkap. Akreditasi puskesmas diartikan sebagai pengakuan

5
komisi akreditasi atau Kementerian Kesehatan mengenai sistem penyelenggaraan
pelayanan dan kualitas manajemen puskesmas sesuai dengan standar yang ditetapkan.
5. Analisis Data Analisis data univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi
dan persentase karakteristik subjek penelitian. Analisis bivariat dilakukan untuk
mempelajari hubungan antara penggunaan imunisasi TT dan variabel bebas
menggunakan uji Chi square. Analisis regresi logistik multivariat dilakukan dengan
menggunakan analisis multilevel. 6. Etika Penelitian Etika penelitian meliputi
persetujuan persetujuan berdasarkan informasi penelitian, anonimitas, kerahasiaan,
dan izin etis. Penelitian etik diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret dengan nomor 371 / UN27.6 / KEPK / 2018

2.3 Hasil Pemenelitian

1. Analisis univariat
Tabel 1 menunjukkan hasil analisis univariat. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
besar subjek penelitian memiliki pengetahuan tinggi (71,0%), berpendidikan tinggi
(75,5%), memiliki 2 orang anak (73,5%), memiliki pendapatan keluarga ≥ upah
daerah minimum (74,5%), memiliki niat positif (73,0 %), memiliki sikap positif
(71,0%), memiliki kontrol perilaku yang dipersepsikan kuat (84,5%), dan memiliki
norma subjektif positif (78,0%).

Tabel 1 . Hasil analisis univariat

6
Analisis bivariat Tabel 2 menunjukkan hasil analisis bivariat. Tabel 2 menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan serapan imunisasi TT. Pengetahuan
yang tinggi meningkatkan kemungkinan serapan imunisasi TT (OR = 7,37; CI 95% =
3,50 15,5; p <0,001). Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dan serapan
imunisasi TT. Pendidikan tinggi meningkatkan kemungkinan serapan imunisasi TT
(OR = 11,1; CI 95% = 5,12 menjadi 24,1; p <0,001). Ada hubungan yang signifikan
antara bidan praktik swasta dengan imunisasi TT serapan. Baik bidan praktik pribadi
meningkatkan kemungkinan Serapan imunisasi TT (OR = 4,39; 95% CI = 2,09 hingga
9,23; p <0,001). Ada hubungan yang signifikan antara paritas dan serapan imunisasi
TT. Paritas tinggi meningkatkan kemungkinan serapan imunisasi TT (OR = 4,50; 95%
CI = 2,19 hingga 9,27; p <0,001). Ada hubungan yang bermakna antara sikap
meningkatkan kemungkinan serapan imunisasi TT (OR = 4,25; CI 95% = 2,08 hingga
8,69; p <0,001). Ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol perilaku dan
serapan imunisasi TT. Kontrol perilaku yang dirasakan yang kuat meningkatkan
kemungkinan terjadinya Serapan imunisasi TT (OR = 6,99; 95% CI = 3,06 hingga
15,9; p <0,001).

Tabel 2. Hasil Uji Chi Square

7
2. Analisis bertingkat
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis bertingkat. Tabel 3 menunjukkan bahwa
pengetahuan dan penggunaan imunisasi TT berpengaruh positif pada ibu hamil. Ibu
hamil dengan pengetahuan tinggi memiliki logodd untuk menggunakan imunisasi TT
sebesar 1,47 unit lebih tinggi dibandingkan ibu hamil dengan pengetahuan rendah (b =
1,47; CI 95% = 0,02 hingga 2,92; p = 0,047) Ada pengaruh positif pendidikan dan
serapan imunisasi TT pada ibu hamil. Ibu hamil berpendidikan tinggi memiliki logodd
untuk melaksanakan imunisasi TT 2,19 satuan lebih tinggi dibandingkan ibu hamil
berpendidikan rendah (b = 2.19; 95% CI = 0,64 hingga 3,75; p = 0,006). Ada
pengaruh positif antara praktek swasta bidan dan serapan imunisasi TT pada ibu
hamil. Praktik swasta bidan yang baik memiliki logodd ke melakukan imunisasi TT
sebesar 2,07 unit lebih tinggi dari pada bidan praktik swasta miskin (b = 2,07; CI 95%
= 0,41 s / d 3,72; p = 0,014). Ada pengaruh positif paritas dan penggunaan imunisasi
TT pada ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas ≥ 2 memiliki logodd untuk melakukan
imunisasi TT sebesar 1,81 satuan lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang memiliki
paritas 1 (b = 1,81; 95% CI = 0,13 hingga 3,5; p = 0,034). Ada pengaruh positif
pendapatan dan penggunaan imunisasi TT pada ibu hamil. Ibu hamil berpenghasilan
tinggi memiliki logodd untuk melakukan imunisasi TT 1,95 unit lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu hamil berpenghasilan rendah (b = 1,95; CI 95% = 0,39
hingga 3,50; p = 0,014). Ada pengaruh positif niat dan penggunaan imunisasi TT pada
ibu hamil. Ibu hamil niat positif memiliki logodd untuk melakukan imunisasi TT 1,73
unit lebih tinggi dibandingkan ibu hamil niat negatif (b = 1,73; CI 95% = 0,11 hingga

8
3,34; p = 0,035). Ada pengaruh positif antara sikap dan penggunaan imunisasi TT
wanita hamil. Ibu hamil dengan sikap positif memiliki logodd untuk melakukan
imunisasi TT sebesar 2,11 satuan lebih tinggi dibandingkan ibu hamil dengan sikap
negatif (b = 2.11; 95% CI = 0,17 hingga 4,05; p = 0,033). Ada pengaruh positif
persepsi kontrol perilaku dan penggunaan imunisasi TT pada ibu hamil. Ibu hamil
dengan persepsi kontrol perilaku positif memiliki logodd untuk melakukan imunisasi
TT sebesar 3,84 unit lebih tinggi dibandingkan ibu hamil dengan kontrol perilaku
dipersepsikan negatif (b = 3,84; CI 95% = 1,47 hingga 6,20; p = 0,024). Puskesmas
memiliki pengaruh kontekstual yang kuat terhadap serapan imunisasi TT dengan ICC
= 35,86%.

Tabel 3 Hasil Analisis Bertingkat

2.4 Permbahasan

1. Pengaruh pengetahuan tentang penggunaan imunisasi TT


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
pengetahuan terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 1,47; CI 95% = 0,02 hingga
2,92; p = 0,047). Ibu hamil berpengetahuan tinggi memiliki logodd untuk melakukan
imunisasi TT lebih tinggi 1,47 unit dibandingkan ibu hamil berpengetahuan rendah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ayuningrum dan Murdiyati (2013) yang
menyatakan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan tinggi akan memiliki

9
pemahaman yang baik sehingga memiliki status imunisasi lengkap. Pengetahuan ibu
yang tinggi meningkatkan penggunaan imunisasi TT sebesar 1,47 satuan, artinya ibu
hamil yang memiliki pengetahuan tinggi akan melakukan imunisasi TT dengan 1,47
kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang berpengetahuan rendah. Menurut
Triratnasari (2013), pengetahuan merupakan hal penting yang harus dilihat untuk
menentukan status imunisasi TT pada ibu hamil dimana pengetahuan meningkatkan
kesadaran diri dalam imunisasi TT. Ibu yang melakukan imunisasi TT lengkap adalah
ibu yang berpengetahuan tinggi. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang
manfaat vaksin mempengaruhi kesediaan ibu untuk melakukan imunisasi. Ibu hamil
yang berpengetahuan baik akan bersedia melakukan imunisasi TT karena menganggap
manfaat imunisasi TT adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu dan bayi
(William et al)
2. Pengaruh pendidikan ibu terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pendidikan
ibu terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 2,19; 95% CI = 0,64 hingga 3,75; p =
0,006). Ibu hamil berpendidikan tinggi memiliki logodd untuk melakukan imunisasi
TT lebih tinggi 2,19 unit dibandingkan ibu hamil berpendidikan rendah. Triatnasari
(2017 menyatakan bahwa ibu hamil yang melakukan imunisasi TT adalah ibu hamil
yang berpendidikan tinggi, karena ibu hamil lebih banyak memiliki pengalaman dari
sekolah sehingga mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan ibu hamil,
oleh karena itu ibu hamil akan melakukan imunisasi TT. Ibu hamil yang
berpendidikan tinggi dapat meningkatkan penggunaan imunisasi TT sebanyak 2,19
satuan, artinya ibu hamil yang berpendidikan tinggi akan menggunakan imunisasi TT
dengan cara 2,19 kali lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang memiliki tingkat
pendidikan rendah.

10
3. Pengaruh praktik kebidanan swasta ibu terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan BPM
terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 2.07; CI 95% = 0.41 = hingga 3.72; p =
0.014). Ibu hamil yang memiliki pengaruh praktik bidan baik memiliki logodd untuk
melakukan imunisasi TT sebesar 2,07 unit lebih tinggi dibandingkan ibu hamil dengan
bidan praktik swasta miskin. Hasil penelitian ini terkait dengan penelitian Kriss et al.,
(2017) yang menyatakan bahwa wanita yang tidak mau divaksinasi adalah wanita
yang kurang mendapat rekomendasi dari dokter. Dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini bidan
bermanfaat untuk meningkatkan penggunaan imunisasi selama kehamilan. Wanita
hamil yang memiliki efek BPM yang baik meningkatkan penggunaan imunisasi TT
sebesar 2.07 unit. Artinya ibu hamil yang memiliki pengaruh baik terhadap BPM akan
melakukan imunisasi TT sebanyak 2,07 unit lebih tinggi dari wanita hamil yang
memiliki efek BPM yang kurang
4. Pengaruh tingkat paritas terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan paritas
terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 1.81; CI 95% = 0.13 hingga 3.5; p = 0.034).
Ibu hamil dengan paritas ≥ 2 memiliki logodd untuk melakukan imunisasi TT sebesar
1,81 unit lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang memiliki paritas 1. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Triratnasari (2017) yang menyatakan
bahwa ibu yang memiliki anak lebih dari satu memiliki pengalaman yang lebih baik
dari kehamilan sebelumnya, sehingga pengetahuannya lebih luas dan mentalitasnya
lebih baik. Oleh karena itu, ibu hamil akan mempersiapkan kehamilannya dan
menjaga kehamilannya dengan baik, salah satunya dengan melakukan imunisasi TT
selama hamil. Ibu hamil dengan paritas ≥ 2 dapat meningkatkan penggunaan imunisasi
TT sebesar 1,81 unit, artinya ibu hamil yang memiliki paritas ≥ 2 akan melakukan
imunisasi TT lengkap dibandingkan ibu hamil yang memiliki paritas <1. status sosial
ekonomi rendah yang memberikan imunisasi lengkap kepada anaknya.
5. Pengaruh pendapatan terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
pendapatan terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 1.95; CI 95% = 0.39 sampai 3.50;
p = 0.014). Ibu hamil berpenghasilan ≥ MW memiliki logodd untuk melakukan

11
imunisasi TT lebih tinggi 1,95 unit dibandingkan ibu hamil yang berpenghasilan
status sosial ekonomi rendah yang memberikan imunisasi lengkap kepada anaknya.
6. Pengaruh niat terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan niat ibu
terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 1,73; 95% CI = 0,11 hingga 3,34; p = 0,035).
Ibu hamil yang beritikad positif memiliki logodd untuk melakukan imunisasi TT lebih
tinggi 1,73 unit dibandingkan ibu hamil yang beritikad negatif. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian William et al., (2018) yang menyatakan bahwa ibu hamil yang
memiliki inisiatif kesadaran sangat membantu untuk menambah pengetahuan dan
mengurangi keraguan untuk melakukan imunisasi. Wanita hamil yang memiliki
inisiasi atau niat tinggi cenderung melakukan imunisasi.
7. Pengaruh sikap terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan sikap ibu
terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 2.11; CI 95% = 0.17 - 4.05; p = 0.033). Ibu
hamil yang memiliki sikap baik memiliki logodd untuk melakukan imunisasi TT
sebesar 2,11 unit lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang berperilaku buruk.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian wirda (2012) yang menyatakan bahwa sikap
menentukan seseorang menjadi lebih baik. Sikap positif akan memicu perilaku ibu
hamil untuk melakukan imunisasi tetanus toksoid (Wirda dalam Triratnasari, 2017).
Ibu hamil yang memiliki sikap baik akan meningkatkan penggunaan imunisasi TT
sebesar 2,11 unit, artinya ibu hamil yang memiliki sikap baik akan melakukan
imunisasi TT sebesar 2,11 kali lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang memiliki
sikap buruk. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Macdougal
et al., (2015) yang menyatakan bahwa sikap ibu hamil terhadap vaksin selama
kehamilan menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil sangat setuju bahwa sebaiknya
dilakukan imunisasi selama hamil untuk menghindari risiko penyakit yang akan terjadi
pada bayinya.
8. Pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan persepsi
kontrol perilaku terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 3.84; CI 95% = 1.47 hingga
6.20; p<0.001). Ibu hamil yang memiliki kontrol perilaku dipersepsikan positif
memiliki logodd untuk melakukan imunisasi TT sebesar 3,84 unit lebih tinggi
dibandingkan ibu hamil yang memiliki kontrol perilaku dipersepsikan negatif.

12
Penelitian ini sejalan dengan penelitian William et al., (2018) yang menyatakan bahwa
mayoritas ibu menggambarkan vaksin sebagai obat yang mampu melindungi anaknya

13
dari penyakit, oleh karena itu ibu mendukung dan melakukan imunisasi. Ibu hamil
yang memiliki kontrol perilaku yang dipersepsikan positif meningkatkan penggunaan
imunisasi TT sebesar 3,84 satuan, artinya ibu hamil yang memiliki kontrol perilaku
dipersepsikan positif akan melakukan imunisasi sebesar 3,84 satuan lebih tinggi
daripada ibu hamil yang memiliki kontrol perilaku dipersepsikan negatif.
9. Pengaruh norma sosial terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
norma sosial ibu terhadap penggunaan imunisasi TT (b = 2.26; 95% CI = 0,29 hingga
4,23; p = 0,024). Ibu hamil yang memiliki norma sosial positif memiliki logodd untuk
melakukan imunisasi TT sebesar 2,26 satuan lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang
memiliki norma sosial negatif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian William et al.
(2018) yang menyatakan bahwa Ibu hamil yang melakukan imunisasi TT dipengaruhi
oleh mitos masyarakat. Dimana budaya masyarakat terhadap imunisasi meningkatkan
penerimaan imunisasi. Ibu hamil yang mempunyai pengaruh sosial yang positif
meningkatkan penggunaan imunisasi TT sebesar 2,26 satuan, artinya ibu hamil yang
mempunyai pengaruh sosial positif akan melakukan imunisasi TT sebesar 2,26 satuan
lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang mempunyai pengaruh sosial negatif. Di
Zambia, kampanye vaksinasi secara kultur telah menjadi standar alat promosi
kesehatan, hal ini dapat mendorong ibu untuk melakukan imunisasi (William et al.,
2018)
10. Pengaruh kontekstual puskesmas terhadap penggunaan imunisasi TT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kontekstual tingkat
puskesmas terhadap penggunaan imunisasi TT dengan skor ICC = 35,86%. Variasi
penggunaan imunisasi TT sebesar 35,86% ditentukan oleh variabel di tingkat
puskesmas. Skor ICC dalam penelitian ini lebih besar dari rule of thumb sebesar 8-
10% Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014,
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan yang prima, dengan
mengedepankan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat setinggi-
tingginya. kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Visi pembangunan kesehatan
yang diemban Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya
Indonesia sehat. Indikator kesehatan meliputi: lingkungan sehat, perilaku sehat,
kualitas pelayanan kesehatan, dan status kesehatan warga kecamatan. Agar CHC dapat

14
menjalankan fungsinya secara optimal, perlu dikelola dengan baik, baik itu kinerja
pelayanan, proses

15
pelayanan, dan sumber daya yang digunakan (Kemenkes, 2014). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Widayati et al., (2018) yang menyatakan bahwa puskesmas
yang terakreditasi mampu memberikan pelayanan sesuai standar. Kaitannya dengan
penelitian ini adalah bahwa sebagian besar puskesmas yang terakreditasi akan
membantu ibu hamil untuk mendapatkan status imunisasi lengkap dibandingkan
dengan yang tidak terakreditasi sehingga sebagian besar status imunisasi cenderung
tidak lengkap. Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali meningkatkan dan
mengoptimalkan program terkait imunisasi TT, sehingga kematian neonatal dapat
dicegah dan dicegah. meningkat itu cakupan dari TT imunisasi

16
BAB III
PENUTUP

3.1 . Kesimpulan

Penggunaan imunisasi TT meningkat seiring dengan pengetahuan ibu yang lebih


baik, pendidikan ibu yang tinggi, pengaruh bidan praktik swasta, paritas ≥2,
pendapatan ≥ upah minimum regional, niat kuat, sikap positif, kontrol perilaku yang
dipersepsikan kuat, norma sosial yang mendukung. Puskesmas memiliki pengaruh
kontekstual terhadap serapan imunisasi TT.

2.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna Adapun saran yang dapat
disampaikan oleh penulis yakni :
1. Kepada penulis lain agar lebih menyempurnakan isi dari makalah hasil review
sebuah jurnal agar nantinya dapat dijadikan referensi yang lebih lengkap.
2.  Kepada para pembaca diharapkan agar dapat memahami seluruh isi dari makalah ini
agar mendapatkan manfaat yang maksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Yumafita, Tiara, Setyo Sri Rahardjo, and Rita Benya Adriani. "Theory of Planned
Behavior on Factors Affecting Tetanus Toksoid Immunization Uptake Among Pregnant
Women in Boyolali, Central Java." Journal of Maternal and Child Health 4.3 (2019): 190-
200.

18

Anda mungkin juga menyukai