Anda di halaman 1dari 90

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PENGARUH TEKNIK HYPNOBREASFEEDING TERHADAP


PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS DI
BPM HUSNIYATI DAN BPM YUHANA
KOTA PALEMBANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

Dianjurkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Kebidanan (STr.Keb)

NAMA : EKA MASRIFA


NIM : PO.71.24.2.14.013

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PENGARUH TEKNIK HYPNOBREASFEEDING TERHADAP


PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS DI
BPM HUSNIYATI DAN BPM YUHANA
KOTA PALEMBANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

NAMA : EKA MASRIFA


NIM : PO.71.24.2.14.013

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

LAPORAN PENELITIAN PENGARUH TEKNIK HYPNOBREASFEEDING


TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS
DI BPM HUSNIYATI DAN BPM YUHANA
KOTA PALEMBANG TAHUN2018

Nama : Eka Masrifa


NIM : PO.71.2.24.12.013
Judul Skripsi : Pengaruh Teknik Hypnobreasfeeding Terhadap pengeluaran
ASI Pada Ibu Nifas Di BPM Husniyati dan BPM Yuhana
Kota Palembang Tahun2018

Telah disetujui untuk diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi D.IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Palembang

Disetujui Pembimbing :

1. Suprida, SKM, M.Kes. (.............................................)


NIP.196210051988032002

2. A. Kadir, S.Pd. M.Kes. (.............................................)


NIP.196505181986032001

Mengetahui,
Ka. Prodi D-IV Kebidanan

Nesi Novita, S.Si.T, M.Kes


NIP. 197308121992032002

ii
ABSTRAK

Masrifa, Eka. 2018. prodi D.IV Kebidanan Poltekkes kemenkes Palembang.


Pengaruh teknik Hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI pada
ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM Yuhana Kota Palembang
Tahun2018. Pembimbing: suprida, SKM, M.Kes, dan H.A. Kadir, S.Pd,
M.Kes.

menyusui merupakan tugas utama ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi


bayinya, namun pencapaian keberhasilan pemberian ASI Ekslusif di Kota
Palembang masih tergolong rendah (72%) sebagian besar karena kegagalan
pemberian ASI pertama kepada bayi dan juga disebabkan oleh faktor-faktor
penghambat ibu tidak mau menyusui. Pertama, genjarnya kampanye produsen
susu dan makanan pengganti ASI. Kedua, kurangnya pengetahuan ibu terhadap
pemberian makanan kepada anak. Ketiga, ketiadaan perhatian yang sungguh-
sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan menyusui anak.
ke empat kurangnya program kesejahteraan sosial yang terarah, yang dijalankan
oleh beberapa instansi pemerintah. Salah satu solusi yang membantu mengatasi
hal tersebut adalah Hypnobreasfeeding.
Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen dengan pendekatan one group
pretest posttes. Teknik pengambilan samplel menggunakan perposive sampling
pada ibu nifas dengan jumlah sampel 30 orang. Penelitian ini dilakukan pada
bulan april-juni. Uji statistik menggunakan uji wilcoxon.
Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji wilcoxon terhadap pengeluaran
ASI pada ibu nifas sebelum dan sesudah intervensi yang didapatkan hasil
significancy ρ=0,000 (ρ<0,05) yang berarti terdapat pengaruh teknik
Hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas
Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat pengaruh teknik Hypnobreasfeeding
terhadappengeluaran ASI pada ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM Yuhana
Kota Palembang tahun 2018.

Kata kunci : Hypnosis, Hypnobreasfeeding, pengeluaran ASI

vi
ABSTRACT

Masrifa, Eka. 2018. Prodi D.IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang. The
Influence Of Technique Hypnobreasfeeding Againt Experditure ASI In
The Puereral Mother In BPM Huniyati and BPM Yuhana at Palembang
City 2018. Pembimbing: Suprida, Skm, M.Kes, dan H.A. Kadir, S.Pd,
M.Kes.

Breastfeeding is one of the main task of mother in meeting the nutritional needs of
her baby, but the success of exclusive breastfeeding in Palembang Regency was
low ( 72 % ) because the failure of first breastfeeding for the babies and also
because factors obstruct mother didn’t want to brasfeeding. First incessant
produser campaign for milk and food replace ASI. Second, lack of cognition
mother about giving food to child. Third, not care really from experts health to
promote habit breasfeeding child. Forth, lack of program social welfare evident,
which is conducted by several goverment agency.one of solution to help
overcome it is hypnobreasfeeding.
This research is study preexperiment with approach one group pretest posttes.
Technique taking sample use perposive sampling in the puerperal mother with the
number 30 person. This research conducted in april-june. statistic test use
wilcoxon test.
The results processing data with use wilcoxon test against expenditure ASI in the
puerperal mother before and after intervetion, the results obtained sicnificancy 
= 0,000 (< 0,05) which mean there is influence technique hypnobreasfeeding
against expenditure ASI in the puerpural mother.
The conclution from this research there is influence technique hypnobreasfeeding
against expenditure ASI in the puerperal mother in BPM Husniyati and BPM
Yuhana at palembang city 2018.

Keywords: Hypnosis, Hypnobreasfeeding, Expenditure ASI

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang memberikan rahmat
dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“pengaruh teknik Hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas di
BPM Husniyati dan BPM Yuhana Kota Palembang tahun 2018”. Tidak lupa
shalawat dan salam selaluh tercurah kepda junjungan kita nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis mengalami berbagai hambatan pada penelitian ini, namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan.
Sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada Suprida, SKM, M.Kes selaku
dosen pembimbing I dan pak A. Kadir, S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing II
yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan saran, baik yang diberikan secara
lisan maupun tertulis
Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Drg. Nur Adiba Hanum, M.kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Palembang.
2. Ibu Hj. Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Ibu Hj. Nesi Novita, SsiT, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Poltekkses Kemenkes Palembang.
4. Bagi BPM Husniyati dan BPM Yuhana Kota Palembang yang telah
memberikan kemudahan dalam proses pengambilan data ataupun sampel
5. Seluruh dosen dan staf pendidikan Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Kebidanan.
6. Kedua orang tua yang telah membesarkanku, serta adik-adikku yang telah
memberikan dukungannya
7. Sahabat rekan-rekan seperjuangan dan sealmamaterku serta semua pihak
yang telah telah membantu dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

viii
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga
skripsi ini membawa manfaat pengembangan ilmu.
Palembang, juli 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii
HALAMN PERNYATAAN ORSINALITAS ................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................xiii
DAFAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................


A. Masa Nifas .............................................................................................. 8
B. Air Susu Ibu (ASI) ................................................................................ 16
C. Hipnotis ................................................................................................. 34
D. Hipnosis kebidanan ............................................................................... 40
E. Hypnobreasfeeding ............................................................................... 42
F. Kerangka Teori...................................................................................... 46
G. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 47
H. Hipotesis / Pertanyaan Penelitian .......................................................... 47

BAB III: METODE PENELITIAN ...................................................................


A. Jenis penelitian dan desain penelitian ................................................... 48
B. Waktu dan tempat penelitian ................................................................. 48
C. Populasi dan sempel .............................................................................. 49
D. Variabel (cara pengukuran dan pengamatan) ........................................ 50
E. Definisi operasional .............................................................................. 52
F. Alat dan bahan penelitian ...................................................................... 52
G. Uji validitas dan reabilitas..................................................................... 54
H. Teknik dan analisis data ........................................................................ 54
I. Langkah-langkah penelitian .................................................................. 55
J. Etika penelitian...................................................................................... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 59


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76


LAMPIRAN .........................................................................................................

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Komposisi antara kolostrum ........................................... 17


Tabel 3.2 Definisi Operasional ....................................................................... 50
Tabel 4.1 Sarana & Prasarana yang ada di BPM Husniyati Palembang ......... 50
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Nifas ................................................ 63
Tabel 4.3 distribusi frekuensi pekerjaan ibu nifas ............................................ 64
Tabel 4.4 distribusi frekuensi pengeluaran ASI Sebelum Intervensi ................ 65
Tabel 4. 5 distribusi frekuensi pengeluaran ASI setelah intervensi .................. 65
Tabel 4.6 perbedaan sebelum dan sesudah diberikan intervensi....................... 66

xi
DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 fakta ukuran lambung....................................................................... 31

xii
DAFTAR BAGAN

BAGAN 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 45


BAGAN 2.2 kerangka Konsep ......................................................................... 46
BAGAN 3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 47

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Judul


Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Lembar Informed Consent
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Lembar Sop

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

ASI ekslusif menurut world Health Organization (WHO) tahun 2011

adalah hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa memberikan makanan

dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali

obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI Ekslusif

pemberian ASI di hentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai

berusia 2 tahun.

Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2013

Pemberian ASI Ekslusif yang berkelanjutan telah ditetapkan sebagai salah satu

intervensi yang paling efektif dan murah untuk mencegah kematian pada bayi

dan anak-anak. anak-anak yang mendapat ASI Ekslusif 14 kali lebih mungkin

untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama kehidupan dibandingkan anak

yang tidak diberikan ASI. mulai menyusui pada hari pertama setelah lahir

dapat mengurangi resiko kematian bayi baru lahir hingga 45%, namun hanya

39% bayi dibawah enam bulan di seluruh dunia mendapatkan ASI Ekslusif

pada tahun 2012.

Target Sustainable Development Goals (SDGS) 2015-2019 dalam

pemberian ASI Eksklusif kepada bayi kurang dari dari 6 bulan sebesar 50%.

Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes, RI), cakupan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi di tingkat nasional telah memenuhi target

akan tetapi terjadi penurunan yang signifikan dari 54,3% pada tahun 2013

turun menjadi 52,3% tahun 2014 sedangkan bayi yang tidak mendapatkan ASI

1
2

Eksklusif atau telah mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara

dini mengalami peningkatan sebesar 47,7% (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data dari Profil Kesehtan Republik Indonesia selama 3 tahun

berturut-turut yaitu tahun 2014, 2015 dan 2016 capaian ASI Ekslusif di

Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan. Capaian ASI Ekslusif

Indonesia pada tahun 2014 berada pada angka 52,3%, kemudian mengalami

peningkatan ditahun 2015 ialah 55,7%, Sedangkan pada tahun 2016 capaian

ASI Ekslusif di indonesia mengalami penurunan yaitu menjadi 54,0%.

Menurut prasetyono faktor-faktor yang menghambat ibu tidak mau

menyusui adalah pertama, gencarnya kampanye produsen susu dan makanan

pengganti ASI serta berhasilnya upaya para distributor dalam

mendistribusikannya sehingga para ibu tergerak untuk mempercayainya.

Kedua, kurangnya kesadaran ataupun pengetahuan para ibu terhadap

pemberian makanan kepada anak. Ketiga, ketiadaan perhatian yang sungguh-

sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan menyusui

anak. Keempat, kurangnya program kesejahteraan sosial terarah, yang

dijalankan oleh beberapa instansi pemerintahan di negara-negara berkembang.

Ibu di kota-kota besar yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja

di kantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan

penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang menyita banyak

waktu di luar rumah, memilih untuk menggunakan susu formula lantaran

dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka (wardianti,2016).

Upaya pemerintah dalam menggalakkan ASI Ekslusif di tunjukkan lewat

peraturan pemerinrah republik indonesia no 33 tahun 2012 tetang pemberian


3

ASI Ekslusif pasal 6 berbunyi setiap ibu yang melahirkan harus memberikan

ASI Ekslusif kepada bayi yang dilahirkannya. UU Nomor 36/2009 pasal 128

ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian AS, pihak keluarga,

pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh. Di

dalam pasal 200 menjelaskan bahwa sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang

yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI Ekslusif

sebagaiman dimaksud dalam pasa 128 ayat (2). Ancaman pidana yang

diberikan adalah pidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan denda paling

banyak Rp 100.000.000,00 (setratus juta rupiah) (INFODATIN 2014).

Keputusan mentri kesehatan nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang

pemberian ASI secara ekslusif di indonesia tanggal 7 april 2004 telah

menetapkan ASI Ekslusif di indonesia selama 6 bulan dan semua tenaga

kesehatan agar menginformasikan kepada smua ibu yang baru melahirkan

untuk memberikan ASI secara Ekslusif (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Menurut profil kesehatan palembang menganjurkan pemberian ASI

Ekslusif selama 6 bulan peratama didasarkan pada bukti ilmiah tetang

pemberian ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang

dibutuhkan bayi selama 6 bulsn pertama hidupnya. Pemberian ASI Ekslusif

mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang

umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat

pemuliahan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran. Cakupan ASI

Ekslusif untuk kota palembang tahun 2015 sebesar 72%. Cakupan ini masih di
4

bawah target pencapaian pemberian ASI Ekslusif indonesia yaitu 80% (Profil

Kesehatan Palembang 2015).

Menurut penelitian Endah, dkk, (2016) di yogyakarta menyatakan bahwa

pengaruh hypnobreasfeeding terhadap pemberian ASI Ekslusif menunjukkan

dari 27 responden yang mendapat perlakuan hypnobreasfeeding berhasil

memberikan ASI Ekslusif sebesar 70,4%. Sedangkan 30 responden pada

kelompok tanpa hypnobreasfeeding hanya 43% memberikan ASI Ekslusif.

Berdasarkan penelitian indriyani & asmuji(2016) menyatakan bahwa,

intervensi hypnobreasfeeding merupakan salah satu persiapan ibu dari segi

pikiran (mind) meliputi ketenangan pikiran, sehigga ibu percaya diri bahwa

dirinya mampu memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

tumbuh kembang bayi.persiapan dari segi jiwa (soul) meliputi niat yang tulus

ikhlas untuk memberikan yang terbaik bagi bayi. Hypnobreasfeeding dilakukan

dengan cara memasukkan kalimat kalimat afirmasi positif yang membantu

proses menyusui disaat si ibu dalam sangat rileks atau sangat berkonsentrasi

pada suatu hal (keadaan hipnosis). Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon

prolaktin dan hypnobreastfeeding ini mampu memberikan ketenangan pada ibu

menyusui. Semakin ibu tenag dan percaya diri, maka hormon prolaktin dan

oksitoksin semakin banyak diproduksi.

Berdasarkan hasil studi awal di BPM Husniyati dan BPM Yuhana kota

palembang bahwa bwlum pernah dilakukan teknik Hypnobreasfeeding

terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas.


5

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang adalah pengaruh hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran

ASI pada ibu nifas.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh hypnobreastfeeding terhadap pengeluaran ASI di

BPM Husniyati dan BPM Yuhana kota palembang tahun 2018 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya pengaruh teknik Hypnobreasfeeding terhadap

pengeluaran ASI pada ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM Yuhana Kota

Palembang tahun 2018

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi pengeluaran ASI pada ibu nifas

sebelum dilakukan penerapan teknik Hypnobreasfeeding di BPM

Husniyati dan BPM Yuhana Kota Palembang tahun 2018.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengeluaran ASI pada ibu nifas setelah

dilakukan penerapan teknik Hypnobreasfeeding di BPM Husniyati dan

BPM Yuhana Kota Palembang tahun 2018.

c. Diketahuinya pengaruh teknik Hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran

ASI pada ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM Yuhana Kota Palembang

tahun 2018.
6

D. Manfaat

1. Secara Teoritis

Diharapkan berguna mengembangkan dan menambah pengetahuan tentang

salah satu teknik hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI pada ibu

nifas serta dapat di jadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Secara aplikatif

a. Manfaat pada bidan di BPM

Diharapkan dapat menambah informasi dan masukan bagi tenaga

kesehatan atau bidan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan asuhan

kebidanan khususnya pada ibu nifas mengenai teknik

hypnobreasfeeding untuk meningkatkan pengeluaran ASI.

b. Bagi institusi

Dapat menjadi referensi perpustakaan yang dapat dijadikan bahan

bacaan bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan khususnya mengenai hypnobreasfeeding terhadap

pengeluaran ASI.

c. Manfaat bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan hasil dari penelitian ini menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya penelitian yang terkait dan menjadi data dasar bagi

penelitian yang dapat dikembangkan dalam pengeluaran ASI pada ibu

post partum dengan variabel yang lain.


7

d. Bagi penulis

Mendapat pengalaman langsung meneliti dan dapat menerapkan

teori yang merupakan teori unggulan D-IV kebidanan mengenai

pengaruh teknik hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI pada ibu

nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian masa nifas

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas

merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang

meliputi minggu minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali

ke keadaan tidak hamil yang normal. Masa nifas adalh masa setelah

seseorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan unutuk memulihkan

kesehataannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.

(Marmi, 2012)

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas

(peurperium)berasal dari bahasa latin. Peurperium berasal dari 2 dua suku

kata yakni peur dan parous. Peur berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa peurperium merupakan masa setelah melahirkan. (Yusari, Risneni,

2016)

2. Tujuan Asuhan masa nifas

Menurut Siti Nunung, dkk, (2013) Pada masa nifas ini terjadi

perubahan-perubahan fisik maupun psikis berupa organ reproduksi,

terjadinya proses laktasi, terbentuknya hubungan antara orangtua dan bayi

8
9

dengan memberi dukunagn. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu

pendekatan antara ibu dan kelurga dalam manajemen kebidanan. Adapun

tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikis

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu maupun

bayi

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatn kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan

bayi sehat.

d. Memeberikan pelayanan KB.

e. Untuk mendapatkan kesehatan emosi.

f. Mempelancar pembentukan air susu ibu (ASI).

g. Menganjarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri samapi masa

nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.(Siti Nunung,

dkk, 2013)

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Mansyur, Kasrida (2014) tahapan masa nifas terbagi menjadi tiga:

1) Peurperium dini(immediate post partum periode)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang

dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Masa ini

sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia uteri


10

oleh karena itu bidan dengan teraturharus melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lokhia, tekanan darah dan suhu.

2) Puerperium intermedial (Early post partum periode)

Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu).

Periode ini bidan memastikan bahwa involusi uterus berjalan normal,

tidak ada perdarahan abnormal dan lokhia tidak terlalu busuk, ibu tidak

demam, ibu mendapatkan cukup makanan dan cairan, menyusui dengan

baik, melakukan perawatan ibu dan bayinya sehari-hari

3) Remote puerperium (late post partum periode)

Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan periode ini

bidan tetap melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari serta

memberikan konseling KB.

4. Perubahan psikologi masa nifas

Menurut Maritalia (2012) mengatakan Perubahan psikologi

sebenarnya sudah terjadi oada saat kehamilan. Menjelang persalinan,

perasaan senag dan cemas bercampur menjadi satu. Perasaan senang timbul

karena akan berubah peran menjafi seorang ibu dan segera bertemu dengan

bayi yang telah lama dinanti-nantikan. Timbulnya persaan cemas karena

khawatir terhadap calon bayi akan dilahirkan apakah bayi akan lahir

sempurna atau tidak.

Minggu-minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan bagi

seorang ibu. Pada saat yang sama, ibu baru (primipara) mungkin frustasi

karena merasa tidak kompeten dalam merawat bayi dan tidak mampu

mengontrol situasi. Semua wanita akan mengalami perubahan ini, namun


11

penanganan atau mekanisme koping yang dilakukan dari setiap wanita

untuk mengatasinya pasti akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh

dalam keluarga dimana wanita tersebut dibesarkan, lingkungan, adat istiadat

setempat, suku bangsa, pendidikan serta pengalaman yang di dapat.

a. Adptasi psikologi ibu dalam masa nifas

Pada primipara, menjadi orang tua merupakakn pengalaman

tersendiri dan dapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani dengan

segera. Perubhan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu

memerlukan adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan

baik. Perubahan hormonal yang sangat cepat setelah proses melahirkan

juga ikut mempengaruhi keadaan emosi dan proses melahirkan juga ikut

mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas.

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain adalah

berikut:

1) Fase taking in

Merupakan fase ketergantungan yang berlangusng dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada

dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadfap lingkungannya.

Ketidaknyamannya yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses

persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada jlan lahir,

kurang tidur atau kelelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan

ibu. Pada fase ini, kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi

yang baik harus dapat terpenuhi. Bila kebutuhan tersebut tidak

terpenuhi, ibu dapat mengalami gangguan psikologis berupa:


12

kekecewean pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat

perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa

menyusui bayinya dan kritikan suami atau keluarga tentang perawatan

bayinya.

2) Fase taking hold

Merupakan fase yang berlangsung anatara 3-10 hari setelah

melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif

sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah

komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan atau

pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Penuhi

kebutuhan ibu tentang cara perawatan bayi, cara menyusui yang baik

dan benar, cara perawatan luka jalan lahir, mobilisasi pospartum,

senam nifas, nutrisi, istirahat, keberhasilan diri dan lain-lain.

3) Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah

melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuiakan diri dengan

ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi bayinya.

Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat. Rasa

percaya diri ibu akan peran barunya mulai tumbuh, lebih mandiri

dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami

dan keluarga dapt membantu ibu untuk lebih meningkatkan rasa

percaya diri dalam merawat bayinya. Kebutuhan akan istirahat dan


13

nutrisi yang cukup masih sangat diperlukan ibu untuk menjaga kondisi

fisiknya.

b. Postpartum blues (baby blues)

Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh

seorang ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari

sampai 2 minggu sejak kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh

perubhan persaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima

kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alamia

terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu juga karena perubahan fisik

dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Perubahan hormon

yang sangat cepat antara kehamilan dan setelah proses persalinan sangat

berpengaruh dalam hal bagaimana ibu beraksi terhadap situasi yang

berbeda.

c. Depresi post partum

Kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu pada masa nifas

merupakan hal normal. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan yang

terjadi dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan dan setelah bayi

lahir. Seorang ibu primipara lebih berisiko mengalami kesedihan atau

kemurungan postpartum karen ia belum mempunyai pengalaman dalam

merawt dan menyusui bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang erjadi

pada awal masa nifas merupakan hal yang umum dan akan hilang sendiri

dalam dua minggu sesudah melahirkan setelah ibu melewati proses

adaptasi.
14

d. Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan

1) Touch (sentuhan)

Sentuhan yang dilakukan ibu pada bayinya seperti membelai-

belai kepala bayi dengan lembut, mencium bayi, menyentuh wajah

dan ekstremitas, memeluk dan menggendong bayi, dapat membuat

bayi merasa aman dan nyaman. Biasanya bayi akan memeberikan

respon tehadap sentuhan ibu dengan cara menggemgam jari ibu atau

memegang seuntai rambut ibu. Gerakan lembut ibu ketika menyentuh

bayinya akan menenangkan bayi. Hal ini akan terus berlanjut seiring

dengan pertumbuhan da perkembangan bayi.

2) Aye to eye contact (kontak mata)

Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan

dimulai hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting

sebagai hubungan antar manusia pada uumnya. Bayi baru lahir dapat

memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran

pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik

orang dewasa pada usia sekitar 4 bulan. Kontak mata antara ibu dan

bayinya harus dilakukan sesegera mungkin setelah bayi lahir.

3) Odor (bau badan)

Begitu dilahirkan, indra penciuman bayi sudah berkembang

dengan baik dan sangat berperan dalam nalurinya untuk

mempertahankan hidup. Oleh karena itu, ketika dilakukan inisiasi

menyusui dini (IMD), kedua telapak tangan bayi tidak boleh

dibersihkan agar bau air ketuban yang ada di tangan tersebut tetap
15

terjaga dan menjadi panduan bagi bayi untuk menemukan pitting susu

ibunya.

4) Body warm (kehangatan tubuh)

Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hypothermi karena

tidak ada lagi air ketuban yang melindunginya dari perubahan suhu

yang terjadi secra ekstrim di luar uterus. Jika tidak ada komplikasi

yang serius pada ibu dan bayi selama proses persalian, bayi dapat

diletakkan di ata sperut ibu segera setelah dilakukan pemotongan tali

pusat. Kontak anatara ibu dan bayi yang dilakukan segera setelah lahir

ini dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini (IMD).

5) Voice (suara)

Sistem pendengaran jani n sudah mulai berfungsi pada usia

sekitar 30 minggu atau memasuki trimester ketiga kehamilan. Sejak

dilahirkan, bayi dapt mendengarkan suara-suara dan membedakan

nada, meskipun suara-suara tersebut terhalang selama beberapa hari

oleh cairan amnion dari rahim yang melekat pada telinga. Hasil

penelitian membuktikan bahwa bayi baru lahir bukan hanya

mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan (aktif) dan

mereka dapt membedakan serta menyesuaikan diri dengan suara-suar

tertentu.

6) Entertainment (gaya bahasa)

Bari baru lahir mulai membedakan dan menmukan perubahn

struktur bicara dan bahasa dari orang-orang yang berada di sekitarnya.

Perubahannada suara ibu ketika berkomunikasi dengan bayinya


16

seperti bercerita, mengajak bercanda atau sedang memarahi bayi,

secara perlahan mulai dapat dipahami dan dipelajari bayi. Bayi akan

berespon dengan mengeluarkan suara-suara tertentu dari mulut ketika

ibu sedang mengajaknya bercanda.

7) Biorhytmic (irama kehidupan)

Di dalam rahim janin belajar menyesuaikan diri dengan irama

alamiah ibunya, seperti detak jantung. Selama lebih kurang 40 minggu

di dalam rahim, janin terbiasa mendengar suara detak jantung ibu.

Dari suara etak jantung tersebut, janin mencoba mengenali boirhytmic

ibunya dan menyesuakikan dengan irama dirinya sendiri. Setelah

lahir, suara detak jantung ibu masih akan berpengaruh terhadap bayi.

Bayi yang sedang gelisah atau menangis akan merasa tenang dan diam

dalm pelukan ibunya.

B. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian Asi

Menurut soetjinigdih mengatakan ASI adalah suatu emulsi lemak

dalam larutan protein, lactose dan garam-garamorganik yang disekresikan

oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Nugroho, dkk)

2. Asi dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

a. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar.kolostrum ini

desekresikan oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke

empat pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan viskossitas

kental, lengket dan bewarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi


17

protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi

yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih

mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum

adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat

antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan

parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita,

tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas

lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volimue kolostrum antara 150-300

ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk

membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang

akan datang.

b. ASI transisi/peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai

sebelu ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama dua

minggu volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta

komposisinya, kadar imunoglobulun dan protein menurun, sedangkan

lemak dan laktosa menigkat.

c. ASI Matur

ASI matur disekrresikan pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI

matur tampak bewarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak

menggumpalkan bila di panaskan. Asi susu yang mengalir pertama kali

atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer.
18

Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula,

protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk.

Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akaan

lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan

keduanya, baik foremik maupun hindmilkasih( Asih dan Risneni,2016).

Tabel 2.1 perbedaan komposisi antara kolostrum

Kandungan Kolostrum Transisi ASI matur


Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin:
Ig A(mg/100ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
Sumber : Nugroho, dkk, 2014

3. Keunggulan ASI

Menurut Sunarti, (2012) mengatakan Air susu ibu memiliki banyak

keunggulan dibandingkan susu formula. Ke unggulan ASI dapat dilihat dari

beberapa aspek, seperti aspek gizi, imunologik, psikologik, kecerdasan,

neurologis, dan aspek ekonomis.

a. Aspek gizi

Berdasarkan aspek gizi keunggulan ASI dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) ASI mengandung vitamin A,B, dan C sesuai kebutuhan bayi. Vitamin

B dalam susu sapi jumlahnya melebihi kebutuhan bayi, sementara itu,

kandungan vitamin A dan C dalam susu sapi sangat kurang


19

2) ASI mudah dicerna dan di serap karena merupakan cairan hidup.

Selain mengandung zat-zat gizi, di dalam ASI sudah disertakan

enzim-enzim untuk mencernanya

3) ASI mengandung taurin yang berguan sebagai neurutranmiter dan

berperan dalam proses pematangan sel otak.

4) Kandunag decosahexanoic acid (DHA) dan arahidonik acid (AA)

dalam jumlah yang mencukupi untuk pembentuk sel-sel otak

(menjaminpertumbuhan dan kecerdasan)

5) ASI mengandung leptin yang merupakan hormon pengatur nafsu

makan dan metabolisme energi. Dengan demikian, bayi yang diberi

ASI dapt mengontrol asupan makanannya sendiri sehingga tidak

terjadi kegemiukan atau obesitas. Inilah salah satu penyebab bayiyang

minum ASI umumnya memiliki berat badan lebih ideal jika

dibandignkan dengan bayi yang minum susu formula obesitas sering

terjadi pada bayi yang minum susu formula.

6) Kandungan adiponektin dalam ASI berfungsi mencegah terjadinya

penebalan pembuluh darah (aterosklerosis) dan radang. Hormon ini

dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada

kemudian hari.

b. Aspek Imunologik

Bayi yang minum ASI lebih terlindung dari berbagai penyakit

infeksi terutama diare. Bayi yang minum ASI memiliki kesempatan

hidup lebih besar dari pada bayi yang diberi susu formula. Menurut para

pakar, ASI dapat mencegah penyakit kanker. Penyakit kanker 6-8 kali
20

lebih sering di derita anak yang diberi susu formula. Berdasarkan

penelitian, ASI jugo dapat mencegah timbulnya diabetes melitus

(penyakit gula) beberapa kandungan zat imunologik ASI sebagai berikut.

1) ASI bebas kontaminasi atau pencemaran sehingga steril

2) Imunologlobulin A (terutama dalam kolosterum) dpat melumpuhkan

bakteri E. Coli dan virus dalam saluran cerna

3) Laktoferin, yaitu sejenis protein pengikat zat besi dalm pencernssn

sehingga bakteri akan mati karena kekurangan zat besi

4) Lysosim, yaitu suatu enzim yang aktif mengatasi kuman E. Coli dan

salmonella, jumlahnya 300 kali lebih banyak dinadingakn susu sapi

5) Sel darah putih, yaitu sel darah yang berfungsi sebagai antibodi

melawan berbagai kuman. Pada dua minggu pertama, jumlahnya lebih

dari 400 sel per mil. Sel tersebut berfungsi aktif menghasilkan

antibodi untuk mencegah infeksi saluran pernapasan dan infeksi

saluran pencernaan serta menghambat aktivitas virus tertentu

6) Faktor bifidus, yaitu sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen.

Adanya faktor bifidus dapat menunjang bakteri laktobacilus bifidus di

usus bayi untuk menghambat bakteri merugikan.

c. Aspek psikologis

Asi memberi efek positif secara psikologis terhadap ibu dan bayi.

Aspek psikologis tersebut sebagai berikut.

1) Rasa percaya diri ibu karena kemampuan menyediakan kebutuhan

bayinya

2) Hubungan kasih sayang yang semakin erat.


21

3) Pengaruh kontak langsung antara kulit ibu dsn bayi terutama saat

insiasi menyusui dini dapat menurunkan hormon stres ibu dan bayi.

4) Faktor anti alergi, yaitu ASI mengandung laktalbulin yang befungsi

sebagai antialergi. Sementara itu, susu sapi mengandung laktoglobulin

sebagai pencetus alergi.

d. Aspek kecerdasan

ASI dapat mencerdaskan bayi. Hal ini karena ASI mengandung zat-

zat penting seperti karbohidrat, lemak esensial, protein, dan mineral.

1) Kandungan karbohidrat utama berupa laktosa yang akan di ubah

menjadi galaktosa. galaktosa penting untuk membentuk galaktilipid

yang berguna bagi perkembangan otak.

2) Lemak assensial terutama AA dan DHA penting untuk perkembangan

otak. ASI juga mengandung kolin dengan jumlah tinggi yang berperan

dalam pembentukan fosfolipid dinding sel saraf, metabolisme saraf,

dan kerja neurotransmiter.

3) Protein dalam ASI (laktosa, AA, DHA, kolin, taurun, tirosin, dan

triptofan) berguna dalam proses perkembangan otak bayi

4) Berbagai mineral dlam ASI antara lain zat besi dan yodium. Susu sapi

dan susu formula mengandung zat besi yang lebih tinggi daripada

ASI. Namun, penyerapan dalam usus bayi yang di beri ASI lima kali

tinggi jika dibandingkan bayi yang diberi susu sapi dan susu formula.

Zat besi sangat penting dalam produksi dan pemeliharaan mielin.

Yodium bermanfaat untuk pembentuk hormon tiroid yang berfungsi

dalam proses awal pertumbuhan dan perkembangan otak.


22

e. Aspek neurolgis

Bayi belum memiliki koordinasi saraf menelan, mengisap, dan

bernapas yang sempurna. Dengan mengisap payudara, kesempurnaan

tersebut akan tercapai

f. Aspek ekonomis

Menyusui ekslusif pada 6 bulan pertama akan menghemat

pengeluaran uang pemberian baik susu formula maupunmakanann bayi

akan mengakibatkan beberapa kerugian sebagai berikut.

1) Harga mahal susu formula dan makanan bayi mengakibatkan

pemborosan pengeluaran rumah tangga

2) Penyajian susu formula dan makanan untuk bayi memerlukan

tambahan biaya.

3) Resiko penyakit menjadi lebih besar sehingga mempertinggi biaya

pengobatan. Dengan demikian, pemberian ASI lebih ekonomis karena

menghemat pengeluaran.

4. Manfaat asi

Menurut Maritalia, (2012) mengatakan bahwa asi banyak memiliki

manfaat antara lain untuk bayi, untuk ibu, untuk keluarga, dan ini

penjelasannya

a. Manfaat pemberian ASI untuk bayi

Asi merupakan makanan pertama dan utama pada bayi. Nerbagai

keunggulan yang terdapat pada ASI memebrikan banyak manfaat pada

bayi.

1) Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi


23

Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak

karbohidrat, protein, garam dan mineral, serta vitamin. ASI

memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan

pertama, separuh atau lebih nutrisi dan energi selama 6 bulan kedua

dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua.

2) ASI mengandung zat protektif

Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka

bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebutantara lain

laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim, komplimen c3dan c4, faktor

anti streptokokus, antibodi, imunitas seluler, dan tidak menimbulkan

alergi.

3) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi

Pada saat bayi kontak kuliy dengan ibunya, maka akan timbul

rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk

menimbulkan rasa percaya (basic sense of trust).

4) Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik

Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang

yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi dan

kecerdasan otaknya

5) Mengurangi kejadian karies dentis

Insidensi karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu

formula jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapat

ASI. Kebiasaan menyusui dengan botol atau dot akan menyebabkan


24

gigi lebih lama kontak dengan susu formula sehingga gigi menjadi

lebih asam.

6) Mengurangi kejadian maloklusi

Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang

mendorong ke depan akibat menyusui dengan botol dan dot.

b. Manfaat ASI bagi ibu

1) Aspek kesehatan ibu

Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitoksin yang

membantu involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan pasca

persalinan, mengurangi prevelensi anemia dan mengurangi terjadinya

karsinoma osteoporosisi dan patah tulang panggul setelah menopause,

serta menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan.

2) Aspek keluarga berencana

Menyusui secara eksluisf dapat menjarangkan kehamilan.

Hormon yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga

dapat menunda terjadinya ovulasi. Menyusui secara ekslusif dapat

digunakan sebagai kontrasepsi alamiah yang sering dizebut metode

amenorhea laktasi (MAL).

3) Aspek psikologis

Perasaan bangga dan dibutuhkan membuat ibu senantiasa

memperhatikan bayi sehingga terciptanhubungan atau ikatan batin

anatara ibu dan bayi.


25

c. Mafaat ASI untuk keluarga

Mafaat asi dilihat dari aspek ekonomi adalah: ASI tidak perlu

dibeli, mudah dan praktis, mengurangi biaya berobat (bayi yang diberi

susu formula sering mengalami diare). Mafaat ASI ditinjau dari aspek

psikologis adalah dengan memberikan ASI, maka kebahagian keluarga

menjadi bertambah, kelahiran jarang, kejiwaan ibu baik dan tercipta

kedekatan antara ibu bayi dan anggota keluarga. Menyusui sangat

praktis, dapat diberikan kapan saja dan dimana saja.

5. Refleksi pada laktasi

Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi.

Refleks yang terjadi pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let

down reflex). Kedua refleks ini bersumber dari rangangan putting susu

akibat isapan bayi adapun reflesk pada pada bayi, yaitu refleks menangkap

(rooting refleks), refleks mengisap, dan refleks menelan. Refleks tersebut

adalah dasar dari laktasi

a. Refleks prolaktin

Sawaktu bayi menyusui, ujung syaraf peraba yang terdapat pada

puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut oleh serabut

afferent dibawah ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian

depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluran hormon prolaktin ke

dalam darah.

Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air

susu. Jadi, semakin sering bayi menyusui, semakin banyak prolaktin

yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin baynak air susu yang
26

diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat

kompleks dan belum dapat dibuat secara terbaik untuk mendapatkan air

susu yang banyak.

b. Refleks aliran

Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantara sampai

bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon

oksitoksin masuk ke dalam darah. Oksitoksin akan memacu otot-otot

polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga

memeras asi susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju puting susu.

Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong

sanagat penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara.

Pembedungan pada payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan

sakit. Tidak jarang, mengakibatkan payudara mudah terkena

infeksi.kadang-kadang, tekanan akibat kontraksi otot-otot polos tersebut

begitu kuat sehinggaa air susu menyebur keluar. Hal ini dapt

menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot

polos tersebut disebut refleks aliran.

c. Refleks menagkap (rooting reflex)

Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika

bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan

berusaha mencari putting unutuk menyusu. Keadaan tersebut dikenal

dengan istilah refleks menagkap.


27

d. Refleks mengisap

Refleks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang

langit-langit (platum) dlam mulutnya. Untuk dpat merangsang langit-

langit bagian belakan secara sempurna, sebagian besar areola harus

tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam mulut) bayi. Dengan demikian,

sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi,

lidah, serta langit-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke

dalam mulut bayi.

e. Refleks menelan

Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan di telan sebagai

pernyataan refleks menelan dari bayi menyusu,akan terjadi peregangan

puting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu,

sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi akan

menekan ASI kleuar dari sinus lakteferus yang berada di bawah areola.

Produksi ASI selalu berkasinambungan. Setelah payudara

disusukan, asi akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan

ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus

diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup makan dan minum.

Selain itu ibu mempunyai keyakinan mampu menyusui bayinay secara

ekslusisf murni selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak

berusia dua tahun untuk mendaptkan anak yang sehat dan cerdas(marmi,

2012,p21-23).
28

6. Hal hal mempengaruhi produksi asi

a. Makanan

Makanan yang di konsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap

produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan

pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan

lancar.

b. Ketenggan jiwa dan pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan piiran

harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang

akan menurunkan volume ASI.

c. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan agar

tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrapsepsi yang bisa

digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik

hormonal 3 bulanan.

d. Perwatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi

hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitoksin.

e. Anatomis payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga memepengaruhi produksi ASI. Selain

itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting susu ibu

f. Faktor fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang

menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.


29

g. Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila

kondisi ibu terlalu capek, kurang istrahat maka ASI juga berkurang.

h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan

pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan

pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa

pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI

lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.

Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 kali perhari

selam 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan

produksi ASI yang cukup.

i. Faktor obat-obatan

Tidak semua obat dapat dikonsumsi oleh ibu menyusui, sebaiknya ibu

menyusui hanya meminum obat atas instruksi dokter atau tenaga

kesehatan.

j. Berat lahit bayi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI

yang lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir normal

(BBL>2500 gr). Kemampuas menghisap ASI yang lebih rendah ini

meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih renadah dibanding

bayi berat lahir normal yang akan mmepengaruhi stimulasi hormon

prolaktin dan oksitiksin dalam memproduksi ASI.

k. Umur kehanilan saat melahirkan


30

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini

disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efktif

sehingga produksi ASI lebih rendah daripaa bayi yang lahir cukup bulan.

Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan

berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

l. Konsumsi rokok danalkohol

Merokok dapt mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormon

prolaktin dan oksitoksin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu

merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun

disisi lain etanol dapt menghambat produksi oksitoksin.(Maritalia,2012)

7. Tanda bayi cukup ASI

a. Bayi minum asi tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan

ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama

b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna menjadi

lebih muda pada hari kelima setelah lahir

c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari

d. Ibu dapat mendengarkan pada sat bayi menelan ASI

e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI tealh habis.

f. Warna bayi merah (tidak kuning ) dan kulit tersa kenyal

g. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi sesuai

dengan grafik pertumbuhan


31

h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan

rentang usianya)

i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan

cukup

j. Bayi menyusui dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur

pulas (Asih dan Risneni, 2016).

8. Volume produksi ASI

a. Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI

mulai menghasilkan ASI

b. Apabila tidak ada kelainan:

1) Hari pertama: sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100ml

sehari dari jumlah ini akan terus bertambah.

2) Bayi usia 2 minggu: mencapai sekitar 400-450ml, jumlah ini akan

tercapai bila bayi menyusu sampai 4-6 bulan pertama

3) Oleh karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi

kebutuhan gizi bayi

c. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang

dapat diperoleh adalah 5 menit.

d. Pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit

e. Selama beberapa bulan berikutnya, bayi yang sehat akan mengkonsumsi

sekitar 700-800ml/hari

f. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang

diproduksi (Maryunani, 2012).


32

Gambar. 2.1 fakta ukuran lambung


Sumber:Gunawan, dkk, 2012

9. Cara menyusui yang benar

Menurut Walyani & Endang ( 2015), Teknik menyusui adalah suatu

cara pemberian ASI yang dilakukna oleh seorang ibu kepada bayinya, demi

mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang tepat bagi ibu untuk

menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak atau sanati, pakailah kursi

yang afa sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal untuk mengganjal

bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu:

a. Cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi

Bila dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepdala bayi pada

siku bagian dalm lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan

ibu.lengan kiri bayi diletakkan di seputar pinggang ibu, tangan kanan ibu

memegang pantat/paha kanan bayi, sangga payudarakanan ibu dengan

empat jari tangan kiri, ibu jari diatats tetapi tidak menutupi bagian yang
33

bewarna hitam (aerola mamae), sentuhlah mulut bayi dengan puting

payudaraibu tunggu sampai bayi membuka mulut lebar, masukkan puting

payudara secepatnyake dalam mulut bayi sampai bagian yang berwarna

hitam.

b. Teknik melepaskan hisapan bayi

Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan

hisapan bayi dengan cara:

1) Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi

2) Menekan dagu bayi ke bawah

3) Dengan menutup lubang hidumg bayi agar mulutnya membuka

4) Jangan menarik putting susu untuk melepaskan

c. Cara menyendawakan bayi minum ASI

Setelah bayi melepaskan hisapannya sandawanya bayi sebelum

menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara:

1) Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan

sampai bayi bersendawa

2) Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok punggungnya

d. Tanda-tanda teknik menyusui sudah baik dan benar

1) Bayi dalam keadaan tenang

2) Mulut bayi terbuka lebar

3) Bayi menempel betul pada ibu

4) Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara

5) Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi

6) Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat


34

7) Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis

C. Hipnotis

1. Pengertian hipnosis

Menurut Evariny Andriani (2014) mengataka hypnosis adalah se buah

kata yang berasal dari bahas ayunani, yang artinya tidur. Memang, dalam

beberapa metode, hipnosis mirip dengan kondisi ytertidur—adanya

langkah-langkah untuk mengistirahatkan pikiran, berudaha menenangkan

pikiran, melemaskan otot, dan berusaha rileks. Sebenarnya, hipnosis atau

hipnotisme adalah seni komunikasi dan sugesti yang dapat mempengaruhi

akan bawah sadar orang secara efektif. Hipnosis itu sendiri hanya dapat

dilakukan jika orang berada dalam kondisi rileks yang dalam sehingga

komunikasi sugesti dapat dilakukan terhadap alam bawah sadar kita.

Dalam bentuk tradisionalnya, hipnosis telah dikenal orang sejak ribuan

tahunsilam dalam berbagai kebudayaan,

Menurut Hari Laksana (2017) Kata hipnotis pertama kali

diperkenalkan oleh james braid, seseorang dokter ternama di inggris yang

hidup anatara tahun 1795 samapai 1860. Sebelum masa james braid,

hipnotis dikenal dengan nama mesmerism atau magnestism.

Hipnotis berasal dari kata hypnos yang merupakan nama dewa tidur

orang yunani. namun, perlu dipahami bahwa kondisi hipnotis tidak sama

dengan tidur. Orang yang sedang tidur. Orang yang sedang tidurtidak

menyadari dan tidak bisa menfengar suara-suara di sekitarnya. Sedangkan

orang dalam kondisi hipnotis, meskipun tubuhnya beristirahat seperti tidur,


35

ia masih bisa mendengar dengan jelas dan merespons informasi yang

diterimanya.

Bebrapa definisi tentang hipnotis yang pernah diungkapkan antara lain

sebagai berikut:

a. Hipnotis adalah suatu kondisi menyerupai tidur yang dapat secara

sengaja dilakukan kepada seseorang, di mana seseorang yang dihipnotis

bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta bisa menjawab

pertanyaan yang di ajukan, serta menerima sugesti dengan tanpa

perlawanan.

b. Hipnotis adalah teknik atau praktik dalam memepengaruhi orang lain

untuk masuk ke dalam kondisi trance hipnotis

c. Hipnotis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat,

sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima saran) meningkat menjadi

sangat tinggi.

d. Hipnotis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang,

sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara

menurunkan gelombang otak dari beta menjadi alpa dan theta.

e. Hipnotis adalah seni komunikasi untuk mengekplorasi alam bawah sadar.

f. Hipnotis adalah kondisi kesadaran yang meningkat

2. Kekuatan pikiran bawah sadar

Menurut Andriani (2014) dasar hipnosis adalah pemanfaaran

kemampuan kita untuk mengakses alam bawah sadar secara langsung.

Biasanya kita hnaya menyadari pikiran yang ada pada alam sadar.

Pernahkah anda menyadari bahwa pernapasan kita berjalan setiap saat


36

secara otomatis, tanpa diperintah, karena alam bawah sadar telah terprogram

untuk melakukannya. Dari sini kita dapat menrik kesimpulan bahwa alam

bawah sadar kita adalah otak yang sesungguhnya. Ialah yang menjalankan

kehidupan, mengatur tindakan atau apa pun yang kita lakukan setiap hari.

Ketika kita tidur, alam sadar kita ikut tidur, tetapi alam bawah sadr kita tetap

terjaga.

Para ahli kejiwaaan berpendapat bahwa relaksasi yang mendalam,

pemusatan perhatikan (fokus), dan hipnosis berguna untuk lebih banyak

mengistirahatkan alam sadar sehingga tindakan sehari-hari lebih banyak

dipengaruhi oleh alam bawah sadar ketimbang alam sadar. Hal ini akan

menjadikan jiwa lebih tenang, terpusat dan tidak stress.

Semua ini sangat mungkin karena proses”penanaman ide” ini bekerja

secara langsung pada otak manusia. Dari sejumlah penelirtian ilmiah

diketahui bahwa gelombang yang dihasilkan oleh sarsf otak manusia

memiliki getarannya masing masing. Getaran otak dapat dirakam dengan

mesin EEG (Electroencephalograph). Dengan mesin ini, kita mengenal 4

kelompok gelombang otak manusia:

a. Gelombang beta

Gelombang ini memiliki frekuensi 14—30 hertz (Hz). Pada kodisi

ini, otak ita berada dalam kondisi sepenuhnya sadar, beraktivitas,

berfikir, berkonsentrasi, tertawa, berkelahi, dan lain-lain.

b. Gelombang alfa

Gelombang ini memiliki frekuensi 8—13,9 Hz. Pada kondisi ini,

otak kita rileks, santai, antara sadar dan tidak, dan nyaris tertidur, saat
37

tubuh mulai mengeluarkan hormon serotonin dan endorfin. Kondisi ini

juga merupakan saat awal untuk memasuki alam bawah sadar

c. Gelombang teta

Gelombang ini memiliki frekuensi 4—7,9 Hz. Pada kondisi ini,

otak berada dalam keadaan tidur aktif yang disebut sebgai rapid eye

movemrnt/ REM sleep. Tepat pada saat ini, otak yang tertidur sanagt

mudah untuk dihipnosis dan di dipengaruhi. Umumnya, pada gelombang

ini manusia mulai mengalmi mimpi

d. Gelombang delta

Gelombang ini memiliki frekuensi 0,1—3,9 Hz. Pada kondisi ini,

otak bekerja paling minimal, yaitu saat kita menglami mimpi. Periode ini

termasuk dalam katagori NREM (Non-REM). Dan, dibawah kondisi

inilah kita sama sekali tidak sadar, tubuh kita tidak bergerak, dan otak

kita beristirahat total.(Andriana, 2014)

3. Pengaruh pikiran sadar terhadap pikiran bawah sadar

Manusia tidak akan bisa lepas dari pikirannya dalam bertindak

ataupun bersikap. Selama pikiran masih aktif, manuisa akan terus hidup dan

beraktivitas. Untuk lebih memahami mekanisme pikiran, ada baiknya kita

mempelajari 3 lapisan dalam pikiran manusia, yaitu sebagai berikut:

a. Alam sadar

Alam sadar conscious mind merupakan lapisan pikirn yang paling

luar. Tugasnya adalah menerima informasi tentang mengamati warna,

merasakan tekstur sebuah benda, mendengar suara, dan informasi lainnya

yang melibatkan pancaindra manuisa.


38

Sifat alam sadar ini adalah menampung memori jangka pendek.

Pengaruh pikiran sadar terhadap perilaku manusia memang tidak begitu

banyak. Menurut beberapa pakar, pikiran sadar ini hanya berpengaruh

sebanyak 12% terhadap perilaku manusia

b. Alam kritis

Alam kritis atau critical faktor adalah bagian yang penting, karena

melindungi pikiran bawah sadar dari informasi-informasi yang

merugikan dan mengancam keselamatan manuisa. Karena sifat pikiran

kritis ini menganalisa dan membanding-bandingkan informasi yang

diterima oleh pokiran sadar. Seperti ketika seseorang melakukan tindakan

membantah, maka yang aktif adalah pikiran kritinya.

c. Alam bawah sadar

Alam bawah sadar atau sub-conscious mind adalah tempat yang

paling dominan untuk memengaruhi perilaku manusia, dan menerut

pakar, perilaku manuisa 88% dipengaruhi oleh pikiran bawah sadarnya.

Di dalam alam pikiran bawah sadar menyimpan beberapa faktor kunci

terhadap perilaku manusia, seperti persepsi, emosi, kebiasaan, instuisi,

memori jangka panjang, kreativitas, belief and self image.

Di balik pengaruh bawah sadar yang begitu besar, pikiran ini

memiliki keprcayaan yang begitu besar terhadap pikiran kritis, sehingga

apa pun yang diberikan oleh pikiran kritis akan selalu diterima oleh alam

bawah sadar(Laksana,2017).
39

4. Dimensi pada manuisa

Manusia terdiri tiga dimensi yang saling terkait, yaitu mind (jiwa),

body (tubuh/raga), dan spirit (roh.batin). saat ini ada berbagai disiplin ilmu

yang didasarkan pada konsep holistis tubuh, jiwa, dan roh. Ketiga diri

manusia ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena, secara otomatis,

dalam kehidupan sehari-hari manusia, ketiga diri manusia inilah yang aktif

bekerja dan saling memengaruhi

a. Body (raga)

Raga atau tubuh kita adalah hasil (outcome) atau wujud jiwa, yang

bentuknya adalah tindakan atau aksi kita sehari hari. Tubuh kita

dipengaruhi oleh IQ (intelligenci quotient) atau tindakan kita. Jika suatu

perubahanterjadi pada tubuh, secaraa otomatis hal itu akan berpengaruh

pada jiwa sehingga kondisi emosi dan mental kita juga ikut

berubah.contohnya, ketika kita jatuh sakit, walaupun Cuma flu, kita sulit

memusatkan pikiran atau menyelesaikan pekerjaan dengan baik. ini

karena kondisi tubuh yang tidak sehat mempengaruhi jiwa atau pikiran

kita. Dalam beberapa kasus, terkadang kita jadi lebih mudah emosi ketika

sakit.

b. Mind (jiwa)

Jiwa adalah kumpulan dari kehadiran perasaan, kemauan, dan

pikiran kita, yang bekerja sedemikian rupa sehingga jiwa memengaruhi

daya tahan tubuh maupun kesehatan secara menyeluruh. Banayak orang

berkata bahwa orang yang bahagia biasanya berumur panjang. Ini bukan

omong kosong belaka, melainkan sesuatu yang sangat wajar, karena


40

pikiran yang baik menghasilkan jiwa yang bahagia. Dan, pada gilirannya,

jiwa yang bahagia akan merangsang sistem kekebalan tubuh yang baik

sehingga tubuh tetap sehat. Lagi pula, tidak semua penyakit dapat

disembuhkan dengan obat-obatan, terutama penyakit yang berhubungan

dengan jiwa dan pikiran

c. Spirit (roh)

Roh adalah aspek dasar setiap manusia, yang akan tetap ada sampai

kapan pun. Roh adalah esensi kehidupan makhluk hidup (termasuk) yang

tingkaktnya berada jauh di atas tubuh maupun pikiran. Ketika tubuh

berhenti berfungsi, roh tidfak turut mati. Roh dapat didefinisikan sebagai

kekuatan dasar alam atau kekuatan tuhan(andriana,2014).

D. Hipnosis kebidanan

Hipnostetri merupakan suatu pengembangan dari ilmu hipnosis dalam

bidang keidanan yang dilakukan secara berkesinambungan, yaitu dimulai sejak

direncanakannya kehamilan, masa menyusui, bahkan sampai si anak mencapai

usia balita. Hipnostetri merupakan bagian dari ilmu hipnosis kedokteran

(clinical hypnoterapy) sehingga sangat aman dalam penggunaannya(christian,

2016, p222-223).

Pada awalnya banyak orang yang ragu dengan terapi hipnostetri. Apalagi

orang yang akan diterapi adalah ibu hamil yang mengandung seorang jabang

bayi. Terapi berfungsi untuk menghilangkan rasa khawatir dan cemas pada ibu

hamil. Bagi seorang wanita yang akan segera menghadapi proses persalinan

tertentu akan mengurangi kecemasan tersebut merupakan tugas bidan/ dokter.

Dalam hipnostetri, bidan dokter akan bertugas sebagai hipnoterapisnya.


41

1. Manfaat Hypnostetri

Hypnostetri punya banyak sekali manfaat. Beberapa manfaat hipnostetri, di

antaranya:

a. Menghindari rasa nyaman saat menjelang kelahiran

b. Meningkatkan ikatan batin antara calon ibu/ayah dengan janin

c. Menghilangkan rasa takut, tegang, dan panik saat persalinan

d. Membuat ibu bersalin tetap dalam kondisi terjaga dan sedar

e. Mampu mengurangi keluhan-keluhan saat hamil dll.

2. Macam-macam Hypnostetri

Hipnostetri bisa menjadi salah satu pilihan bagi anda para calon ibu

yang merasakan kenyamanan saat hamil sampai persalinan. Oleh karena itu,

akan lebih baik jika seorang bidan maupun dokter mempelajari teknik dari

hipnostetri yang bisa dipelajari. Misalnya saja seperti yang disebut dibawah

ini:

a. Hypnofertility—mengatasi kemandulan

b. Hypnopregnency—relaks selama kehamilan

c. Hypnonausea—mengatasi mual saat kehamilan

d. Hipnoterapi untuk kasus sungsang atau perdarahan

e. Hypno-analgesia dan hypno-anesthesia—menghilangkan rasa nyeri

f. Hypnobirthing—melancarkan proses perslinan

g. Hypnolactation/ hypnobreastfeeding— melancarkan ASI

h. Hypnoparenting—untuk mendidik buah hati (Christian, 2016).


42

E. Hypnobreasfeeding

1. Pengertian Hypnobreasfeeding

Menurut pakar hipnoterapi lanny kuswandy hypnobreasfeeding adalah

salah satu bagian dari hipnoterapi, yang dilakukan dengan teknik relaksasi

untuk menetralisir pikiran-pikiran negatif yang terlanjur terekam di alam

bawah sadar. Caranya, dengan memasukkan sugesti positif ketika sang ibu

berada dalam keadaan relaks (Evariny, 2009).

Hypnobreasfeeding adalah upaya menanamkan niat bawah sadar kita,

untuk mengjasilkan ASI yang cukup untuk kepentingan bayi. Caranya

adalah yakni bahwa anda bisa menyusui bayi secara ekslusif tanpa

tambahan susu formula. Hal ini bisa diperoleh dengan memikirkan hal-hal

positif yang dapat menimbulkan rasa kasih dan cinta kepada si bayi.

Hypnobreastfeeding adalah metode yang sanat baik untuk membangun niat

positif dan motivasi dalam menyusui (Aprillia, 2014)

Hypnobreastfeeding terdiri dari dua kata hypno =hipnosis yang

artinyaadalah suatu kondisi sadar yang terjadi secara alami, dimana

seseorang menjadi mampu menghayati pikiran dan sugesti tertentu untuk

mencapai perubahan psikologis, fisik maupun spritual yang diinginkan.

Untuk diketahui, pikiran bawah sadar (subconscius mind) berperan 82%

terhadap funggsi diri. Sedangkan breastfeeding artinya menyusui. Jadi,

proses menyusui dapat berlangsung nyaman karena ibu merekam pikiran

bawah sadar bahwa menyusui adalah proses alamiah dan nyaman. Dasar

hypnobreasfeeding adalah relaksasi yang dicapai bila jiwa raga berada

dalam kondisi tenang. Adapun timbulnya suasana relaksasi dapat didukung


43

oleh ruangan/suasana tenang, menggunakan musik untuk relaksasi, panduan

relaksasi otot, napas dan pikiran (Armini, 2016)

2. Manfaat dari Hypnobreasfeeding

Manfaat dari Hypnobreastfeeding yang utama tentunya adalah

meningkatkan produksi dan aliran ASI. Namun ada lagi manfaat lainnya

seperti meningkatkan ketenangan ayah dan ibu sehingga tercipta keluarga

yang senantiasa harmonis dan menciptakan lingkungan yang positif bagi

bayi. Adapun cara kerja hypnobreasfeeding adalah:

a. Mengurangi kecemasan dan stress pada ibu sehinga dapat menigkatkan

produksi ASI

b. Menghilangkan kecemasan dan ketakutan sehingga ibu, dapat

memfokuskan pikiran kepada hal-hal yang positif

c. Meningkatkan kepercayaan diri ibu, sehingga membuat ibu merasa lebih

baik dan percaya diri dalam perannya sebagai ibu (Sumawati,2016).

3. Syarat melakukan hypnobreasfeeding

Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan melakukan

hypnobreasfeeding adalah mempersiapkan secara menyeluruh tubuh, pikiran

dan jiwa agar proses pemberian ASI sukses, meniatkan yang tulus dari batin

untuk memberi ASI eklusif pada bayi yang kita sayangi dan yakini bahwa

semua ibu, bekerja atau di rumah, memliki kemampuan untuk menusui/

memberi ASI pada bayinya. Kegiatan dimulai dengan memberi sugesti

positif. Cotoh kalimat sugesti atau afirmasi, misalnya “ASI saya cukup

untuk bayi saya sesuai dengan kebutuhannya” atau “saya selalu merasa

tenang dan rileks saat mulai memerah”. Kalimat sugesti juga juga dapat
44

diberikan suami. Tujuan afirmasi positif tersebut adalah untuk menjadikan

aktifitas menyusui sebagai suatu kegiatan yang mudah, sederhana dan

menyenagkan. Kita harus menyiapkan suasana yang benar-benar nyaman.

Hypnobreastfeeding juga bisa dilakukan oleh ibu-ibu hamil untuk hamil

untuk mempersiapkan ASI ekslisif buat sang buah hati.(Armini, 2016).

4. Tahap relaksasi

Teknik hypnobreasfeeding sama dengan teknik hynobirthing karena

juga melibatkan pikiran bawah sadar dengan cara mengistirahtkan alam

sadar melalui teknik relaksasi.

a. Relaksasi otot

Relaksasi otot dari puncak kepala sampai telapak kaki, termasuk

wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan, daerah dada, perut, pinggul,

sampai kedua kaki

b. Relaksasi nafas

Untuk mecapai kondisi nafas panjang melaui hidung dan

hembuskan keluar pelan-pelan melalui hidung atau mulut (fokuskan

pernafasa di perut). Lakukan selama beberapa kali sampai ketegangan

mengendur dan hilang.

c. Relaksasi pikiran

Menurut lanny, pikiran orang sering kali berkelana jauh dari lokasi

tubuh fisiknya. Untuk itu, belajarlah memusatkan pikiran agar berada di

tempat yang sama dengan tubuh fisik kita. Untuk mendukung relaksasi,

perlu diciptakan suasana tenang, misalnya dengan memutar musik atau

menggunakan aroma terapi untuk memberikan atmosfer relaks.


45

Jika pikiran tenang dan sang ibu mengonsumsi cukup makanan

bergizi, maka aktivitas menyusui pun akan menjadi lebih mudah dan

lancar selain itu, peran suami dan keluarga juga sangat penting dalam

memberikan dukungan kepada ibu selam menyusui (armini, 2016).

5. Menyusui dan relaksasi

Relaksasi yang dalam dan teratur sistem endokrin, aliran darah,

persyaratan dan system lain di dalam tubuh ananda akan berfungsi lebih

baik. Sikap positif sangatlah penting seperti merasa tenang dan rileks selama

menyusui. Pada saat ibu rileks dikala menyusui maka hormone endorphin

yang diproduksi ibu pun akan mengalir ke bayi anada melalui ASI, dan ini

membuat bayi anda akan merasakan kenyamanan, ketenangan yang ibu

rasakan. Relaksasi hypnobreasfeeding mampu menghadirkan santai,

nyaman dan tenang selama menyusui dengan demikian maka seleruh system

di dalam tubuh akan berjalan jauh lebih sempurna sehingga proses

mengusui pun menjadi proses yang penuh arti dan menyenagkan baik bagi

ibu dan bayi. Bahkan hypnobreasfeeding mampu membantu ibu yang

mengalami kesulitan saat menyusui juga dapat membuat ibu mampu untuk

relaktasi. Dengan demikian produksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi

sampai usia 6 bulan. Kemudian bayi tetap menyusu sehingga berumur dua

tahun karena otak bayi mengalami perkembangan paling pesat usia tersebut

(Armini, 2016).
46

F. KERANGKA TEORI

Ibu Nifas

Menyusui bayi

Kondisi psikologi/ Relaksasi dan tingkat


pospartum bluse kenyamanan pada ibu

Teknik hipnobreastfeeding

Sugesti positif

Hormon oksitoksin Hormon endorphin

Pengeluaran asi

Asi keluar

Bagan. 2.1 kerangka teori


(Sumber:(maritalia,2012), (evariny,2009))
47

G. Kerangka konsep

Variabel independen variabel dependen


A.
B.HYPNOBREASTFEEDING PENGELUARAN ASI
C.

Bagan. 2.2 kerangka konsep

ket:

: variabel yang diteliti

H. Hipotesis

Ada pengaruh pada teknik hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI

pada ibu nifas


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian dan desain penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

rancangan penelitian Pre ekseperimen dengan pendekatan one group pretest

postest. Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi

paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan

menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen

(program) (notoatmojo, 2012).

Dalam penelitian ini, kelompok sudah dilakukan observasi pertama

pengukuran pengeluaran ASI sebelum diberi perlakuan (pretest) dan sesudah di

beri perlakuan (postest). Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai yaitu untuk mengetahui pengaruh teknik hypnobreasfeeding

terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas di BPM husniyati palembang.

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:

01 X 02

Keterangan:

01: Pengukuran pertama (pretest)

X: perlakuan atau eksperimen

02: pengukuran kedua (postest)

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan april-juni 2018 di BPM Husniyati dan BPM

Yuhana kota Palembang.

48
49

C. Populasi dan sempel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran

penelitian untuk dapat ditarik kesimpulan (Notoatmodjo, 2012). Populasi

penelitian ini adalah Semua ibu nifas <24 jam di BPM Husniyati dan BPM

Yuhana kota palembang tahun 2018.

2. Sampel

a. Pengertian sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih berdasarkan

teknik-teknik tertentu dan dapat mewakili populasinya

(Notoadmodjo,2012). Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu nifas

<24 jam di BPM Husniyati dan BPM Yuhana kota palembang tahun

2018.

b. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non

probability sampling dengan purposive sampling.

c. Besaran sampel

Menurut sugiyono, (2016) ukuran sampel yang layak dalam

penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Sehingga peneliti

mengambil sempel sebanyak 30 responden.

d. Kriteria inklusi dan ekslusi

Penelitian menentukan kriteria sampel yang meliputi kriteria

inklusi dan kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri

yang perluh dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
50

sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri anggota populasi

yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmojo, 2012)

1) kriteria inklusi

a) bersedia menjadi responden

b) ibu nifas <24 jam

c) bentuk payudara normal tidak ada kelainan

2) kriteria ekslusi

a) ibu yang melahirkan dengan komplikasi seperti: pre-eklamsi,

eklamsia, dan perdarahan.

D. Variabel (cara pengukuran dan cara pengamatan)

Kalau ada pernyataan tentang apa yang ada teliti, maka jawabannya

berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Menurut Sugiyono (2016) menyatakan macam-macam variabel dalam

penelitian dapat dipedakan menjadi:

1. Variabel independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulul, prediktor,

antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel indedependen dalam penelitian ini adalah teknik

hypnobreastfeeding.
51

2. Variabel dependen

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam

bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Jadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah

pengeluaran asi.

E. Definisi operasional

DEFINISI ALAT CARA HASIL UKUR SKLA

N VARIABEL OPERASIONAL UKUR UKUR DATA

Variabel dependen
1 Pengeluaran ASI Keluarnya ASI Lembar wawancara 1. Bayak (jika Ordinal
pada ibu nifas < 24 jam observasi hasil observasi
terjawab 7-9)
2. Cukup (jika
hasil observasi
terjawab 4-6)
3. Sedikit (jika
hasil observasi
tejrawab 1-3)

Variabel independen
2 Teknik Suatu cara yang SOP Mengguna- 1= Sebelum Nominal
hypnobreastfeeding dilakukan untuk kan SOP 2= Sesudah
menstimulasi atau daftar
pengeluarna ASI tilik teknik
hipnobreasf
eeding
52

F. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN

1. Pengertian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan

data dalam penelitian. Jenis instrumen yang digunakan adalah pengukuran

observasi tidak terstrutur. Dalam melakukan pengamatan penelitian tidak

menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu

pengamatan (Sugiyono, 2016).

Penelitian tidak hanya mengobservasi fakta-fakta yang ada pada

subjek tetapi lebih didasarkan pada perencanaan penelitian yang sudah

disusun sesuai pengelompokkannya, pencatatan, dan pemberian kode

terhadap hal-hal yang sudah ditetapkan.

2. Instrumen yang digunakan oleh peneliti antara lain:

a. Lembar identitas responden

Lembar identitas pasien di gunakan peneliti untuk mengetahui identitas

responden yaitu dengan menggunakan inisial responden (pengkodean)

dan nomor rekam medis serta untuk mengetahui jumlah responden

berdasarkan jenis usia, paritas dan cara persalinan pada kelompok

intervensi maupun kelompok kontrol.

b. Standar operating procedure (SOP)

SOP ini digunakan sebagai prosedur untuk melakukan

hypnobreastfeeding yang dilakukan oleh penelitian

c. Format observasi pengeluaran ASI

Format observasi pengeluaran ASI ini digunakan untuk mengobservasi

pasien sebelum dan setelah dilakukan intervensi hypnobreastfeeding


53

bagi kelompok intervensi dengan mengopservasi keluaran atau tidak

keluar ASI pada kelompok intervensi setelah dilakukan

hypnobreastfeeding, serta mengobservasi keluar atau tidak keluar ASI

dengan tidak di berikan hypnobreast feeding pada pasien kelompok

kontrol dan mencatat waktu pengeluaran ASI.

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Kualiatas data ditentukan oleh tingkat validitas dan reabilitas alat ukur,

validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan

atau kesahihan suatu intrumen (Arikunto, 2014). Validitas dalam penelitian ini

dicapai dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan apa yang akan di

ukur. Reabilitas merupakan suatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk

dugunakan sebagai alat pengumpulan data karena intrumen tersebut sudah baik

Uji validitas dan reabilitas tidak dilakukan lagi karena alat yang

digunakan dalam penelitian ini sudah terstandarisasi.

H. TEKNIK DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan data

Menurut notoatmodjo (2012), pengolahan data dilakukan dengan

komputer dengan program sistem pengolahan data komputer. Adapun

langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut:

a. Editing

Secara umum editing adalah merupakan kegiatan pengecekkan dan

perbaikan isisan formulir atau kusioner.


54

b. Coding

Setelah melakukan editing, selanjutnya dilakukan peng”kodean “ atau

“coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan.

c. Data Entry (Pemasukan Data)

Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau

“software” komputer program yang sering digunakan untuk “entri data”

penelitian adalah paket program SPSS for Window.

d. Cleaning Data (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode dan ketidak lengkapan,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis data

Analisis data dilakukan secara bertahap mulai dari analisis univariat dan

bivariat dengan menggunakan program komputer

a. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskrisikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

analisis univariat tergantung pada jenis datanya, untuk data numerik

digunakan nilai mean median atau rata-rata, median dan standar

devisiasi (notoatmodjo, 2012)


55

Pada penelitian ini analisis univariat digunakan untuk

mengetahui jumlah responden yang mengeluarkan ASI setelah

dilakukan teknik hipnobreasfeeding pada kelompok intervensi.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berpengaruh atau berkorelasi (notoatmodjo,

2012). Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan adanya pengaruh hipnobreasfeeding terhadap penegluaran

ASI dan perbedaan waktu pengeluaran ASI pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi.

Analisis bivariate dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh

antara dua variabel. Analisis bivariate pada penelitian ini adalah analisis

yang dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh antara variabel

independen (Hipnobreasfeeding) dengan variabel dependen

(pengeluaran ASI pada ibu nifas), dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0.05

dan CI 95%, maka terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel

independen (Hipnobreasfeeding) dengan variabel dependen

(pengeluaran asi pada ibu nifas) dan jika p value > α, maka tidak

terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel

dependen.

Uji statistik yang digunakan yaitu uji non parametrik dengan

hipotesis komparatif kategorik berpasangan karena dilakukan secara

berulang (pre-posttest), sedangkan pada variabel independen

(Hipnobreasfeeding) menggunakan skala ukur nominal, sedangkan


56

variabel dependen (pengeluaran ASI pada ibu nifas) menggunakan

skala ukur ordinal. Uji statistik menggunakan uji wilcoxon .

I. Langkah-langkah penelitian

Melakukan kajian pada Menentukan ACC judul


jurnal mengenai hal yang judul
J. penelitian penelitian
akan diteliti

Menentukan
Seminar proposal K.Menyusun
lokasi tempat
penelitian
L. proposal

Mengajukan
Revisi proposal M.
ACC proposal etical clirance

N. Mengajukan
Subjek penelitian Mendapatkan
memenuhi kriteria surat izin surat izin
O. penelitian
inklusi penelitian

Melakukan tes awal Memberikan


Memperkenalkan diri
dan melakukan (pretest)P. intervensi
hypnobreasfeeding
informed consent

Analisis
Q. data
Persentasi hasil 1. Editing Melakukan posttest
penelitian 2. Coding
3. Processing
4. Cleaning

Revisi laporan hasil Penyerahan hasil


penelitian
R. penelitian

Bagan 3.2. Alur Penelitian


57

J. Etika penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed consent

Penelitian memberikan lembar persetujuan kepada responden yang akan

diteliti yang di lengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian.

Peneliti juga memberikan hak kepada responden untuk menolak ikut

serta penelitian. Apabila responden telah mengetahui dan bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti meminta responden

untuk mendatangani lembar informed consent sebagai salah satu bukti

bahwa responden bersedia untuk ikut dalam penelitian ini.

2. Privacy

Untuk menjaga privacy responden, penelti tidak menampilkan

informasi mengenai identitas responden pada lembar identitas

responden, tetapi peneliti hanya memberikan kode nomer responden.

Pada saat melakukan intervensi hipnobreasfeeding, peneliti menutup

sampiran untuk menjaga privacy responden.

3. Justice

Prinsip justice atau keadilan menuntut peneliti tidak melakukan

diskriminasi saat memilih responden penelitian. Peda penelitian ini

sempel dipilih berdasarkan kriteria inklusi penelitian. Semua responden

berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti mendapatkan

penjelasan lengkap mengenai prosedur penelitian dan lembar identitas.


58

4. Blancing hams and benefits

Penelitian menimalisasi dampak yang merugikan bagi responden dan

responden memperoleh manfaat semaksimal mungkin dengan

dilakukan hipnobreasfeeding oleh peneliti


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian BPM Husniyati

1. Sejarah Tempat Penelitian

Bidan Husniyati lulusan D-1 Aisyah Djokyakarta 1999. BPM

Husniyati berdiri pada tanggal 3 juni 2003 dan sudah menjadi bidan Delima

pada tanggal 1 Juni 2006 dengan nomor 183/04/01/STFK/CPS-APN/VIII/06

(SK786/menkes/SK/VIII/I/1999) diselenggarakan pada tanggal 14 sampai

19 Agustus 2016 di Rumah Sakit Anak Bersalin, Tiara Patrin, RB Ananda,

RB Budi Indah, SIB diperpanjang dikeluarkan pada tanggal 28 Agustus

2005 dan perpanjangan SIPB 28 Agustus 2009. BPS Husniyati yang berada

diwilayah kerja Puskesmas Plaju.

2. Gambaran Demografis

Bidan Praktek Swasta Husniyati Palembang terletak di Jalan

Kapten Abdullah Rt 09 Kelurahan Talang Bubuh Plaju. Bidan Husniyati

memiliki luas tanah 320m dengan batas wilayah berdiri atas:

a) Sebelah utara : berbatasan dengan Rt 09

b) Sebelah selatan : berbatasan dengan jl Setia

c) Sebelah barat : berbatasan dengan Rt 08

d) Sebelah timur : berbatasan dengan jalan raya.

59
60

3. Sarana dan Prasarana yang ada di BPS Husniyati Palembang dapat


dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana yang ada di BPS Husniyati Palembang

NO Fasilitas-Fasilitas Jumlah Keterangan

1. Ruangan 6 1. Ruang tunggu


2. Ruang periksa
3. Ruang bersalin
4. Ruang nifas
5. Ruang VIP
6. Ruang bidan

2. Tempat tidur 10 Digunakan untuk bersalin (2


tempat tidur). Berobat dan ANC
(1 tempat tidur ), Ruang VIP (2
tempat tidur)

3. Tempat tidur bayi 5 Digunakan untuk bayi baru lahir


(1 tempat tidur), setelah bayi 2
jam lahir (4 tempat tidur).

4. Lemari 13 Digunakan untuk tempat berobat


(2), untuk USG (1), untuk infuse
set (1), untuk spuit, Betadine,
kassa, kapas (1), untuk pasien
nifas (4), ruang VIP (1), Untuk
alat partus set (1)
5. Meja 3 Untuk tempat pendaftaran (1),
untuk tempat timbangan (1),
untuk ruang tungga (1).
61

6. Alat Sterilisasi 1 Digunakan untuk


mensterilisasikan alat partus set
dan untuk menyimpan alat partus,
hetching,kuretase,implat, agar
tidak terkontaminasi
7. Alat bedah obstetri
a. Partus set 4
b. Hetching set 1 Dalam keadaan lengkap dan
c. Implant set 1 kondisi baik
d. IUD set 1
e. Kuretase set 1
8. Oksigen 2 Digunakan untuk pasien gawat
janin dan resusitasi pada bayi
yang asfiksia

9. Lampu sorot 2 Digunakan untuk partus,


hetching, dll
10. Wastafel 2 Digunakan untuk mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan
tindakan

11. Lemari es 1 Digunakan untuk menyimpan


vaksin dan obat obatan

12. Televisi,AC,Kipasdan Digunakan untuk sarana tambahn


dispenser untuk pasien, TV (4), AC (1),
Kipas Angin (1), dispenser (2)
USG 1 Berfungsi dengan baik
13.
62

4. Visi dan Misi BPS Husniyati

VISI : MASYARAKAT YANG MANDIRI

UNTUK HIDUP SEHAT

MISI : 1. Menyediakan pelayanan kesehatan yang

terjangkau oleh masyarakat sesuai

stantdar yang berlaku

2. Mendayagunakan sarana, prasarana,

sumber daya manusia secara efektif,

efisiens, dan relaven

3. Meningkatkan kemandirian masyarakat

untuk berprilaku hidup bersih

B. Gambaran Umum Daerah Penelitian BPM Yuhana

VISI : Mewujdkan BPM yang unggul dan berstandar nasional

MISI : 1. Memberikan Asuhan Kebidanan yang bermutu,

profesional, yang terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat

2. Meningkatkan SDM BPM yang berkualitas dan

kompoten

3. Mengembangkan sarana dan prasarana yang aman

4. Mewujudkan kerjasama dari jejaring kerja

MOTO : Kepuasan pasien adalah keutamaan kami

Alamat : Jl. KH, Azhari Lr. Indrawati No 72 Rt. 19 Rw. 01 11 Ulu


63

Palembang

Tahun berdiri : 24 - 11 – 2004

SIPB : 446/IPB /263/DPMPTSP-PPK/2017

No Telp : 0711-515219

C. HASIL

1. Karakteristik responden

a) Karakteristik Umur Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap 30 ibu nifas. Hasil analisis unuvariat

dapat di lihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Umur Ibu nifas
di BPM Kota Palembang Tahun 2018

Umur Frequency Percent


19 1 3,3%
21 3 10,0%
22 4 13,3%
23 2 6,7%
24 2 6,7%
25 4 13,3%
26 1 3,3%
28 2 6,7%
29 2 6,7%
30 2 6,7%
31 2 6,7%
32 3 10,0%
33 1 3,3%
36 1 3,3%
Total 30 100,0%

Dari tabel 4.2 dapat disimpilkan bahwa sebagian besar umur ibu nifas

terdapat pada umur 22 dan25 tahun dengan jumlah responden 4 (13,3 %),
64

sedangkan yang paling sedikit jumlah responden ada pada umur 19, 26,

33,dan 36 dengan jumlah responden 1 (3,3%).

b) Karakteristik pekerjaan responden


Dalam penelitian ini pekerjaan di kelompokkan menjadi dua katagori

yaitu bekerja dan tidak bekerja

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi pekerjaan Ibu nifas
di BPM Husniyati dan BPM Yuhana
Kota Palembang Tahun 2018

Pekerjaan Frequency Percent


BEKERJA 4 13,3 %
TIDAK BEKERJA 26 86,7 %
Total 30 100,0 %

Berdasrkan tabel 4.3 dapat di simpulkan bahwa sebagian besar

pekerjaan ibu nifas adalah tidak bekerja 26 (86,7%) responden dan

sebagian kecil ibu ibu bekerja sebanyak 4 (13,3%) responden.

2. Analisis Univariat
Informasi dalam analisis diperoleh dari data primer dengan cara

wawancara menggunakan kuesioner, data sekunder yang bersumber dari

buku KIA. Responden yang tercakup dalam penelitian ini adalah semua ibu

Nifas di BPM Husniyati dan BPM yuhana Kota Palembang Tahun 2018.

Kemudian dilakukan analisis terhadap variabel Independen (Teknik

Hypnobreasfeeding) dan variabel dependen (pengeluaran ASI). Data di

sajikan dalam bentuk tabel dan teks.

a) Distribusi frekuensi responden sebelum diberikan perlakuan (intervensi)

Dalam penelitian ini sebelum dilakukan teknik Hypnobreasfeeding

dikelompokkan menjadi 2 katagori yaitu sedikit, dan sedang.


65

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi pengeluaran ASI sebelum diberikan
intervensi pada Ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM Yuhana
Kota Palembang Tahun 2018

Pengeluaran ASI Frequency Percent


(pre-test)
SEDIKIT 7 23,3 %
SEDANG 23 76,7 %
Total 30 100,0 %

Dari tabel 4.4 dapat di simpulkan bahwa sebagian besar

pengeluaran ASI sebelum diberikan intervensi terdapat pada katagori

sedang yaitu 23 responden(76,7%). Sedangkan paling terkecil

pengeluaran ASI dengan katagori sedikit yaitu 7 responden (23,3%).

b) Distribusi frekuensi responden sesudah diberikan perlakuan (intervensi)

Dalam penelitian ini sesudah diberikan teknik Hypnobreasfeeding

dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu sedikit, sedang, dan banyak.

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi pengeluaran ASI sesudah diberikan
intervensi pada Ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM Yuhana
Kota Palembang Tahun 2018

Pengeluaran ASI Frequency Percent


(Post-test)
SEDIKIT 2 6,7 %
SEDANG 7 23,3 %
BANYAK 21 70,0 %
Total 30 100,0 %

Dari tabel tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pengeluara ASI setelah diberikan intervensi terdapat pada katagori

banyak yaitu 21 responden(70,0%). Sedangkan paling terkecil


66

pengeluaran asi dengan jumlah yang paling sedikit yaitu 2 responden

(6,7%).

3. Hasil Uji Bivariat


Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh antara

variabel independen (teknik Hypnobreasfeeding)) dengan variabel dependen

(pengeluaran ASI) pada ibu nifas melalui program komputerisasi dengan

menggunakan uji statistik Wilcoxon, dimana tingkat kemaknaan α = 0,05, df

= 1, bila P. Value ≤ α, artinya ada pengaruh yang bermakna diantara

variabel dan bila P.Value > α, tidak ada pengaruh diantara variabel, yang

dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.6
Perbedaan pengeluaran ASI Sebelum dan Sesudah deberikakn teknik
Hypnobreasfeeding pada Ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM
Yuhana Kota Palembag Tahun 2018

POST TEST Total P Value


SEDIKIT SEDANG BANYAK
n % n % n % n %
SEDIKIT 2 28,6 3 42,9 2 28,6 7 100,0%
Pre- % % %
test SEDANG 0 0,0% 4 17,4 19 82,6 23 100,0% 0.000
% %
TOTAL 2 6,7% 7 23,3 21 70,0 30 100,0%
% %

Berdasarkan tabel 4.6 dari 30 responden,setelah dilakukan

intervensi didapatkan peningkatan produksi ASI. Mayoritas responden

sebelum dilakukan intervensi sebanyak 23 (100,0%) responden dengan

peningkatan produksi ASI katagori sedang . Setelah dilakukan intervensi

didapatkan peningkatan produksi ASI menjadi banyak 19 (82,6%)

responden dan peningkatan produksi asi sedang 4 (17,4%) responden.


67

Sebelumnya produksi ASI sedikit ada 7 (100,0%) responden, dengan

peningkatan produksi ASI menjadi banyak 2 (28, 6%) responden,

peningkatan produksi asi sedang 3 (42,9) responden dan peningkatan asi

yang tetap sedikt ada 2 (28,6%) reponden setelah dilakukan intervensi.

Hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon diperoleh nilai significancy

ρ=0,000 (ρ<0,05) maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna

produksi ASI sebelum dan sesudah pemberian teknik Hypnobreasfeeding

pada ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM Yuhana kota Palembang

Tahun 2018.

D. PEMBAHASAN
1. Karakteristik responden
Dari hasil analis karakteristik usia,dari 30 responden didapatkan

mayoritas responden penelitian di BPM Husniyati dan BPM Yuhana Kota

Palembang tahun 2018 berusia 22, dan 25 tahun yaitu sebanyak 4 (13,3%)

orang, dan yang minoritas berusia 19,26, 33, dan 36 tahun yaitu sebanyak 1

(3,3%) orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur responden masuk

dalam kateori sehat. Responden telah siap memproduksi ASI. Karakteristik

umur pada responden dapat berpengaruh pengeluaran ASI, dimana umur ibu

nifas yang masih mudah lebih banyak memproduksi ASIdibandingkan ibu

yang sudah tua. Hal ini sesuai dengan penelitian mardiyaningsih (2010),

bahwa ibu ibu yang lebih mudah atau umurnya kurang dari 35 tahun lebih

bayak memproduksi ASI daripada ibu ibu yang lebih tua.

Bedasarkan hasil analisis karakteristik pekerjaan responden dari 30

responden penelitian di BPM Husniyati dan BPM Yuhana kota palembang


68

tahun 2018 didapatkan hampir seluruh responden (86,7 %) sebanyak 26 ibu

nifas yang tidak bekerja dan 4 (13,3%) responden bekerja.

Ibu yang bekerja merupakan salah satu kendala yang menghambat

pemberian ASI Ekslusif. Produksi ASI ibu yang bekerja memang kan

berkurang, hal ini antara lain karena tanpa disadari ibu mengalami stress

akibat berada jauh dari sang buah hati (mardiyaningsih, 2010).

2. Analisis univariat
Berdasarkan analisis univariat sebelum dilakukan intervensi teknik

Hypnobreasfeeding terhadap produksi ASI pada tabel 4.4 di dapatkan hasil

sebagian besar responden memiliki produksi ASI sedang berjumlah 23

responden (76,7). Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah

melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin

dan oksitoksin yang sangat berperan dalam kelancaran prouksi ASI

(purnama dalam setiowati, 2017).

pengeluaran air susu juga tidak terlepas dari kesiapan kelenjar-

kelenjar pembuat ASI didalam payudara ibu. Selama masa kehamilan,

payudara akan membesar yang merupakan bentuk adaptasi dari fisiologis

anatomis pada alat reproduksi sekunder pada masa kehami-lan. Adaptasi ini

membuat kelenjar salu-ran air susu melebar menjadi tempat penyimpangan

susu yang bermuara pada putting ibu sehingga ketika ada rangsan-gan pada

putting ibu maka ASI akan keluar sehingga dapat memberikan ASI dengan

optimal pada bayinya.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengeluaran ASI adalah

rangsangan berupa hisapan efektif pada puting susu ibu. Hal ini berarti

bahwa pengeluaran ASI tidak bergantung pada ukuran besar kecilnya


69

payudara ibu. Seorang ibu tetap akan bisa menyusui bayinya karena

payudara perempuan dirancang untuk memproduksi air susu. Hal ini yang

dapat mendorong timbulnya reflek mengeluarkan air susu adalah

ketenangan dan rasa percaya pada diri ibu. Oleh karena itu ibu tidak boleh

merasa stress dan gelisah secara berlebihan (Coad & Dunstal, 2007)

Berdasarkan analisis univariat sesudah dilakukan intervensi teknik

Hypnobreasfeeding terhadap produksi ASI pada tabel 4.5 didapat hasil

penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan produuksi asi setelah

diberikat terapi rantang teknik Hypnobreasfeeding teehadap produksi asi di

BPM Husniyati dan BPM Yuhana kota palembang tahun 2018 sebagian

besar responden memiliki produksi ASI banyak berjumlah 21 responden

(70,0%).

Upaya dalam menanamkan sikap yang positif pada ibu untuk

persiapan proses menyusui dapat dilakukan dengan mengelola fikiran ibu

tersebut. Salah satu upaya pengelolaan fikiran yang dapat dilakukan untuk

merubah sikap ibu terhadap pemberian ASI dapat diakukan melalui

hypnotis. Hypnotis yang dilakukan kepada ibu dalam persiapan pemberian

ASI pada bayinya disebut Hypnobreastfeeding.

Hypnobreastfeeding adalah seni komunikasi untuk mengelola

pikiran dan mempengaruhi seseorang dimana kondisi dalam alfa-theta yang

dapat secara sengaja dilakukan dalam kondisi terhipnotis.

Hypnobreastfeeding menjadi upaya alami dengan menggunakan energi

bawah sadar dengan memasukkan kalimat-kalimat afirmasi atau sugesti

positif disaat ibu dalam keadaan san-gat rileks atau sangat berkonsentrasi.
70

Sehingga ibu dapat menghasilkan ASI yang mencukupi untuk kebutuhan

tumbuh kembang bayi (Kuswandi, 2013).

Pada dasarnya bukan menyusui itu sendiri yang bermasalah, tapi

kondisi psikologis ibu yang fluktuatif, yang mem-beri imbas pada proses

menyusui tersebut. Perasaan sedih atau uring-uringan, kondisi ibu mudah

cemas dan stress yang melanda ibu pasca bersalin dapat mengganggu lak-

tasi sehingga dapat menghambat penge-luaran ASI. Produksi ASI sangat di-

pengaruhi oleh faktor kejiwaan semakin tinggi tingkat gangguan emosional,

semakin sedikit rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang diberikan

untuk memproduksi ASI (Prasetyono, 2009).

3. Analisis bivariat
Pengujian selanjutnya adalah analisis bivariat, tujuannya untuk

mengetahui pengaruh teknik Hypnobreasfeeding terhadap produksi ASI

padfa ibu nifas di BPM Husniyati dan BPM Yuhana kota Palembang

tahun2018 sebelum dan sesudah diberikan terapi teknik Hypnobreasfeeding.

Data analisis dengan menggunakan software SPSS versi 22.0 dengan uji

wilcoxon.

Hypnobreastfeeding memiliki beberapa manfaat pertama,

mengurangi kecemasan dan stress pada ibu baru (baby blues). Ibu jadi lebih

fokus pada hal-hal positif, sehingga produksi ASI bisa optimal. Kedua, bisa

meningkatkan percaya diri sebagai ibu baru, sehingga ibu lebih nyaman

dalam menjalankan perannya. Ketiga, bisa mengurangi kerewelan bayi. Jika

ibu tenang, otomatis bayi akan tenang dan lebih jarang menangis. Keempat,

membantu ibu agar ber-hasil pada masa menyusui. Kenyataan di lapangan

masih banyak ibu yang mengalami hambatan/kendala untuk menyusui


71

bayinya, padahal menyusui merupakan suatu kondisi yang alamiah/natural.

Mempersiapkan ibu hamil yang akan menyusui memengaruhi keberhasilan

menyusui (Pratiwi, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

putriningrum dkk, (2013) tentang pengaruh pengetahuan dan

Hypnobreasfeeding pada ibu hamil trimester III terhadap proses menyusui.

Hasil penelitiannya menunnjukkan bahwa teknik Hypnobreasfeeding

berpenngaruh pada proses menyusui dan hasil uji statistiknya diperoleh p

value=0,002 dimana anggka tersebut lebih kecil dari taraf signifikan 0,05

yang artinya teknik Hypnobreasfeeding berpengaruh pada proses menyusui.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

nabillah (2017). Tentang pengaruh Hypnobreasfeeding terhadap waktu

pengeluaran ASI pertama pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas

Lerep Kecamatan ungaran barat kabupaten semarang. Berdasarkan uji

independent-test, didapatkan nilai t hitung sebesar -4,355 dengan p-value

sebesar 0,000 < (0,05). Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan waktu

pengeluaran ASI pertama antara ibu postpartum yang diberikan

hypnobreastfeeding dan yang tidak diberikan hypnobreastfeeding pada masa

kehamilan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

hypnobreastfeeding pada ibu postpartum terhadap waktu pengeluaran ASI

pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Kecamatan ungaran barat

kabupaten semarang.

hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

nuratri (2015). Pengaruh hypnobreastfeeding terhadap keberhasilan


72

pemberian ASI Eksklusif menunjukkan dari 27 responden yang mendapat

perlakuan hypnobreastfeeding berhasil memberikan ASI Eksklusif (6 bulan)

sebesar 70,4%. Sedangkan 30 responden pada kelompok tanpa

hypnobreastfeeding hanya 43,3% memberikan ASI Eksklusif.

Hypnobreastfeeding secara statistik maupun secara klinik memiliki

pengaruh bermakna terhadap keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dengan

nilai p<0,05. Efek yang ditimbulkan sebesar 3,11 kali lebih besar

dibandingkan dengan tanpa hypnobreastfeeding. Koefisien determinan

sebesar 0,07 menunjukkan bahwa hypnobreastfeeding diprediksi

memengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif sebesar 7% (R2 = 0,

07).

Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan di BPM Husniyati dan

BPM Yuhana di peroleh hasil adanya peningkatan produksi ASI pada ibu

nifas. Berdasarkan tabel 4.6 dari 30 responden, didapat peningkatan

produksi ASI setelah dilakukan intervensi. Mayoritas responden sebelum

dilakukan intervensi sebanyak 23 (100,0%) responden dengan peningkatan

produksi ASI katagori sedang . Setelah dilakukan intervensi didapatkan

peningkatan produksi ASI menjadi banyak 19 (82,6%) responden dan

peningkatan produksi asi sedang 4 (17,4%) responden. Sebelumnya

produksi ASI sedikit ada 7 (100,0%) responden, dengan peningkatan

produksi ASI menjadi banyak 2 (28, 6%) responden, peningkatan produksi

asi sedang 3 (42,9) responden dan peningkatan asi yang tetap sedikt ada 2

(28,6%) reponden setelah dilakukan intervensi. Hasil analisis bivariat

dengan uji wilcoxon diperoleh nilai significancy ρ=0,000 (ρ<0,05) maka


73

dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna produksi ASI sebelum dan

sesudah pemberian teknik Hypnobreasfeeding pada ibu nifas di BPM

Husniyati dan BPM Yuhana kota Palembang Tahun 2018.

Berdasarkan asumsi peneliti teknik Hypnobreasfeeding sangat

bermanfaat dalam meningkatkan produksi ASI karena akan memberikan

rasa rileks sehingga kelelahan setelah melahirkan akan berkurang atau

hilang sehingga membantu merangsang pengeluaran hormon oksitoksin

yang dapat meningkatnya produksi ASI.

E. Ketrbatasan peneliti

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak memiliki

keterbatasan, khususnya dalam hal waktu penelitian. Peneliti tidak dapat

melakukan pengawasan dengan periode yang lama terhadap setiap pengeluaran

ASI responden karena pengeluaran ASI setiap responden tidak sama.

Peneliti juga tidak bisa selalu mengobservasi perawatan payudaraibu,

isapan bayi, dan status gizi ibu yang sangat mempengaruhi pengeluaran

kolostrum di karenakan keterbatasan waktu untuk peneliti.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh teknik

Hypnobreasfeeding terhadp produksi ASI pada ibu nifas di BPM Husniyati

dan BPM Yuhana kota Palembang tahun 2018, penulis dapat menari

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebelum diberikan teknik Hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran asi pada

ibu nifas didapat hasil 23 responden (76,7%) memproduksi ASI dengan

katagori sedang, sedangkan 7 responden (23,3%) memproduksi ASI dengan

katagori sedikit.

2. Sesudah diberikan teknik Hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran asi pada

ibu nifas didapat hasil 21 responden ( 70,0%) memproduksi ASI dengan

katagori banyak, 7 responden(23,3%) memproduksi ASI dengan katagori

sedang, dan 2 respoonden (2,67%) memproduksi asi dengan katagori

sedikit.

3. Berdasrkan uji wilcoxon diperoleh nilai significancy ρ=0,000 (ρ<0,05)

maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna produksi ASI

sebelum dan sesudah pemberian teknik Hypnobreasfeeding pada ibu nifas

di BPM Husniyati dan BPM Yuhana kota Palembang Tahun 2018.

74
75

B. Saran

1. Secara Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan

tentang salah satu teknik Hypnobreasfeeding terhadap pengeluaran ASI

pada ibu nifas serta dapat di jadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Secara Aplikatif

a. Manfaat pada bidan di BPM

Diharapkan dapat di aplikasikan dan diterapakn oleh tenaga kesehatan

atau bidan unuk meningkatkan pelayanan kebidanan asuhan kebidanan

khususnya pada ibu nifas mengenai teknik Hypnobreasfeeding untuk

meningkatkan pengeluaran ASI

b. Bagi Institusi

Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswi dan menjadi bahan ajar

khususnya mengenai teknik Hypnobreasfeeding tehadap pengeluaran

ASI.

c. Manfaat bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan hasil dari penelitian ini menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya penelitian yang terkait dan menjadi data dasar bagi penelitian

yang dapat dikembangkan dalam pengeluaran ASI pada ibu nifas dengan

variabel yang lain.

d. Bagi penulis

Mendapatkan pengalaman langsung meneliti dan dapat menerapkan teori

yang merupakan teknik Hypnobreasfeeding terhaap pengeluaran ASI

pada ibu nifas.


76

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Evariny, 2014. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Aprilia,2014. Hypnobreasfeeding, solusi cerdas meningkatkan produksi ASI.


http://www.bidankita.com/?s=Hypnobreastfeeding%2C+Solusi+Cerdas+Meningkatkan
+Produksi+ASI Di akses 24 oktober 2017.

A
rikunto S. 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Armini, N. W, 2016.Hypnobreasfeeding awali suksesnya ASI Ekslusif.


https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&u
act=8&ved=0ahUKEwi77LCVxNnYAhVGG5QKHVxcD6sQFggkMAA&url=http%3
A%2F%2Fejournal.poltekkes-
denpasar.ac.id%2Findex.php%2FJSH%2Farticle%2Fdownload%2F10%2F32&usg=A
OvVaw2RDih_2sf2maFId4xjP5qY. Di akses tanggal 26 oktober.

Asih, Y & Risneni, 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. CV Trans Info
Media: 2016.

Chritian, Aditya, 2016. Hipnosis For Self-Healing. Yokyakarta: Psikopedia.

Evariny, 2009. Lancar menyusui dengan hipnobreasfeeding. http://www.hypno-


birthing.web.id/?p=559 diakses tangggal 26 oktober 2017.

Gunawan, P., 2012. Catatan ayah asi. Buah hati: tanggerang.


https://books.google.co.id/books?id=rtWYBgAAQBAJ&pg=PA94&dq=fakta+ukuran+
lambung+bayi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj__K-
9p9rYAhXEwLwKHZLnB5wQ6AEIKDAA#v=onepage&q=fakta%20ukuran%20lamb
ung%20bayi&f=false. Diakses tanggal 20 desember 2017.

Indriyani, D. & Asmuji. 2016. Efektifitas kombinasi hypnobreasfeeding dan konsumsi blustru
terhadap optimalisasi produksi kolostrum pada ibu postpartum di rumah sakit Dr.
Soebandi jember.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/download/141/77. Di akses
tanggal 27 oktober 2017.
77

Infodatin, 2014.
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
asi.pdf. di akses tanggal 25 oktober 2017.

Laksana, Hari, 2017. Hipnotic Power Rahasia Membaca Dan Memengaruhi Isi Hati Dan
Pikiran Orang Lain Dengan Hipnotis. Yogyakarta: Araska.

Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012

Kementrian Kesehatan. 2015. Dukung Ibu Bekerja Beri ASI Eksklusif.


http://www.depkes.go.id/article/print/15091400003/dukung-ibu-bekerja-beri-asi-
eksklusif.html diakses 26 oktober 2017.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta

Mansyur, N &Dahlan, K, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Selaksa Media:
Malang.

Marliandiani,Y & Ningrum,N, 2015. Buku Asuhahn Kebidanan Pada Masa Nifas Dan
Menyusui. Salemba Medika: Jakarta.

Maritalia, Dewi, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Marmi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Peurperium Care. Pustaka
Pelajar:Yogyakarta.

Maryunani, Anik, 2012. Inisiasi Menyusui Dini Asi Ekslusif Dan Manajemen Laktasi. CV
Trans Info Media: Jakarta.

Nugroho, dkk, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Nuha Medika: Yogyakarta.

Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman
skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan edisi 2. Salemba medika: jakarta.
https://books.google.co.id/books?id=62jmbdySq2cC&pg=PA208&dq=lembar+observa
si+pengeluaran+asi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjkzurAqdrYAhUCxbwKHf26AaUQ
6AEIKDAA#v=onepage&q=lembar%20observasi%20pengeluaran%20asi&f=false. Di
akses tanggal 20 desember 2017.

Profil kesehatan palembang, 2015.


http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-122-166.pdf. di akses
tanggal 25 oktober 2017.
78

Profil kesehatan republik indonesia, 2014.


http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/15060500001/profil-kesehatan-
indonesia-tahun-2014.html. di akses 25 oktober 2017.

------2015. http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/16091600001/profil-kesehatan-
indonesia-tahun-2015.html di akses tanggal 25 oktober 2017.

------2016. http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/17092000001/profil-kesehatan-
indonesia-2016.html. di akses tanggal 25 oktober 2017.

Sunarti,Sri, 2012. Panduan Menyusui Praktis Dan Lengkap. PT Sunda Kelapa Pustaka:
jakarta.

UNICEF. ASI adalah Penyelamat Hidup Paling Murah dan Efektif di Dunia Jakarta:
UNICEF; 2013 [cited 2016 18 Februari]. Available from:
http://www.unicef.org/indonesia/id/media_21270.htm

Walyani,E. S, Endang, P, 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui. Pustaka Baru
Press: Yogyakarta.

Wardianti,D.A.D. H, 2016. Pengaruh Hypnobreasfeeding terhadap motivasi ibu menyusui


dalam pemberian ASI Ekslusif di kelurahan ngampin, kecamatan ambarawa, kabupaten
semarang. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/5669.pdf. di akses tanggal
26 oktober 2017.

WHO. Exclusive breastfeeding [internet] ; 2013 [cited : 2013 Nov 23]. Available from :
http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/e/n

Anda mungkin juga menyukai