PNEUMOTORAKS
Disusun oleh :
Joscelind Sunaryo
03.015.094
Pembimbing:
dr. Paralam Sinambela, Sp.Rad (K)RI, M.Kes
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di SMF Ilmu Radiologi Rumah
Sakit TNI AL dr. Mintohardjo atas segala waktu dan bimbingan yang telah diberikan
kepada kami. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan referat ini. Penulis menyadari bahwa
penulisan referat ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis
mengharapkan kritik dan masukan yang membangun dari segala pihak. Akhir kata,
penulis berharap semoga penulisan referat ini bermanfaat untuk berbagai pihak yang
telah membacanya.
Joscelind Sunaryo
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pleura terdiri atas membrane serosa viseralis dan parietalis. Pleura melingkupi
parenkim paru, mediastinum, diafragma serta tulang iga. rongga pleura terisi cairan
yang memisahkan kedua pleura, sehingga memungkinkan pergerakan kedua pelura
tanpa hambatan selama proses respirasi. Pleura viseral membatasi permukaan luar
parenkim paru termsuk bagian fisura interlobaris, sementara pleura parietal
membatasi dinding dada yang tersusun dari tulang iga, diafragma dan mediastinum.
Bagian terrendah pleura parietal berada pada sulcus kostofrenikus. Terdapat
rongga pleura antara pleura viseralis dan parietalis yang berisi cairan ataupun udara.
Dalam keadaan normal, terdapat sekitar 1 hingga 5 mL cairan pleura pada rongga
pleura. Besar rongga pleura adalah sekitar 0,2 hingga 0,4 mm.1
5
2.2 Definisi Pneumotoraks
6
Penyakit kronis fibrosis, seperti eosinofilik granuloma.9
D. Penyakit yang dapat membuat jaringan paru menjadi kaku
Contoh penyakit yang dapat membuat jaringan paru menjadi kaku
adalah penyakit membran hialin.9
E. Alveoli atau brokiolus ruptur
Contoh penyakitnya adalah asthma.9
2.5 Klasifikasi Pneumotoraks
Pneumotoraks dapat dibagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu
spontan dan traumatik. Spontan juga dibagi menjadi primer dan sekunder,
dimana primer terjadi pada keadaan paru normal dan sekunder terjadi akibat
penyakit paru yang telah mendasarinya.8-9
Berdasarkan ada tidaknya pergeseran struktur mediastinum, maka
pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis :
A. Simple Pneumotoraks
Biasanya tidak ditemukan adanya pergeseran pada organ hemitoraks.9
B. Tension Pneumotoraks
Tension pneumotoraks atau Pneumotoraks ventil adalah pneumotoraks
dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin
bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.
Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta
percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang
terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat
keluar. Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin
tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam
rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan
gagal napas. Akibat peningkatan tekanan udara, makan akan
mengakibatkan pergeseran stuktur mediastinum menjauh dari
pneumotoraks. Selain dari pergeseran struktur mediastinum, dapat juga
terjadi inversi pada hemidiafragma terutama pada sisi sebelah kiri, dan
dapat terjadi perubahan pada kontur jantung pada sisi pneumotoraks,
dimana kontur jantung akan menjadi datar. Bila tekanan intratorakal
terus meningkat, dapat menyebabkan kerusakan aliran darah balik vena
ke jantung. 8-10
7
2.6 Pemeriksaan Radiologi pada Pneumotoraks
2.6.1 Pemeriksaan Foto / X-Ray pada Pneumotoraks
Untuk mendiagnosis pneumotoraks pada foto toraks dapat ditegakkan
dengan melihat tanda-tanda sebagai berikut :
(i) Visceral pleural white line pada foto toraks PA
Gambar 2. Foto toraks PA. Visceral pleural white line ditunjukkan dengan panah
putih.9
(ii) Deep sulcus sign pada foto toraks supine
8
menembus lebih jauh ke bawah hingga daerah lateral dari hepar dan
lien. Jika terdapat udara pada rongga pleura, maka sudut
kostofrenikus menjadi lebih dalam daripada biasanya. Jika hal ini
terjadi maka pasien sebaiknya difoto ulang dengan posisi tegak.
Selain deep sulcus sign, terdapat tanda lain pneumotoraks berupa
tepi jantung yang terlihat lebih tajam. Keadaan ini biasanya terjadi
pada posisi supine di mana udara berkumpul di daerah anterior tubuh
utamanya daerah medial. Tetapi 30% pneumotoraks dengan foto
suping tidak terdeteksi.9-13
Gambar 3. Foto toraks supine. Deep sulcus sign (panah berwarna hitam) dan sinus
costofrenikus normal (panah putih)9
9
Gambar 4. Foto Toraks PA. Pasien dengan kondisi pneumotoraks spontaneous,
didapatkan paru kiri yang kolaps (panah solid putih), pergeseran trakea ke arah
kontralateral (panah hitam), dan depresi diafragma.9
10
viseralis dan parietalis, dimana akan tampak sebagai dua garis berbeda.
Pleura viseralis akan tampak sebagai garis yang lebih tebal daripada
pleura parietalis. Kedua lapisan tersebut dapat terlihat bergerak
berlawanan satu sama lainnya sesuai dengan gerak pernapasan.13-15
Pada gambaran USG pneumotoraks dengan M-mode didapatkan adanya
gambaran garis mendatar pada seluruh layar USG yang disebut juga
sebagai tanda barcode atau stratosphere, dimana pada keadaan normal
didapatkan adanya tanda seashore. Pada teknik M-mode, tidak
didapatkan tanda lung sliding, lung pulse, dan B lines, tetapi didapatkan
lung point.13-14
11
Gambar 6. USG toraks. Pneumotoraks dengan Barcode sign.6
Gambar 7. USG toraks. Gambaran garis vertikal, B lines (A) dan lung rocket (B)15
Lung point menunjukkan titik batas antara pleura normal yang saling
melekat dan pleura yang terpisah oleh udara di dalamnya. Gambaran
tanda ini berupa pleura normal dengan lung sliding dan B-lines di satu
sisi dan sisi lainnya berupa penumotoraks dengan tidak terlihatnya lung
12
sliding dan B-lines. Sensitivitas lung point adalah 79% dan
spesifisitasnya adalah 100%. Pemeriksaan di seluruh zona paru dapat
menggambarkan luasnya pneumotoraks. Tanda diagnostik lain adalah
lung pulse yakni gerakan ritmik pleura akibat kontraksi jantung. Bila
terlihat tanda ini, maka pneumotoraks bisa disingkirkan.15-17
Gambar 8. USG Pneumotoraks dengan gambaran barcode sign dan lung point.15
13
antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk
membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder. CT
scan dapat mendeteksi udara minimal pada rongga pleura. CT scan dapat
melihat udara pada rongga pleura yang berakumulasi di bagian ventral
atau dinding torakal medial. CT scan juga dapat mengidentifikasi cairan
pada hidropneumotoraks. CT scan juga dapat digunakan sebagai
pemeriksaan dini pneumotoraks pada pasien dengan trauma tumpul.
Sensitifitas dan spesifisitas CT scan adalah 100%. Pengukuran besarnya
pneumotoraks merupakan hal kontroversial dan tidak terdapat
konsensus internasional. Menurut British Thoracic Society (BTS)
guidelines 2010, pengukuran pneumotoraks diukur dari dinding toraks
hingga tepi paru setinggi hilum, dibagi menjadi besar (≥2cm) dan kecil
(<2cm). Namun, CT scan tidak dapat digunakan pada pasien
haemodinamik yang tidak stabil. Tidak semua fasilitas kesehatan
memiliki modalitas CT scan karena biaya yang mahal dan CT scan
menggunakan radiasi.5-6,9,22-23
Gambar 9. CT scan toraks potongan axial. Pneumotoraks bilateral (panah putih) dan
terdapat juga subcutaneous emfisema (panah hitam) yang disebabkan karena udara
bocor dari selang yang dimasukkan.9
14
terdiagnosa ketika dilakukan otopsi. Pada kasus pneumotoraks berulang
dengan pleural endometriosis yang akan menjalani pembedahan, MRI
dikatakan pemeriksaan penting yang dapat membantu dalam
mengevaluasi karena MRI memberikan resolusi dan kontras spasial
yang lebih baik dan lebih mampu untuk mengkarakterisasi lesi
hemoragik. MRI juga dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa
catamenial pneumotoraks ataupun mencari kemungkinan terjadinya
diafragma endometriosis.24-27
Gambar 10. MRI toraks potongan axial (A dan B) dan coronal (C dan D). Gambar
tersebut menunjukkan pneumotoraks kanan (panah putih).27
15
terdapat vaskular sehingga biasa disebut hiperlusen avaskular, sedangkan pada
bleb atau bulla terdapat garis-garis trabekula pada daerah paru yang mengalami
bleb atau bulla. Selain itu, pada bleb atau bulla yang besar, jaringan paru di
sekitar bulla akan mengalami pemadatan yang diakibatkan oleh pendesakan
bulla tersebut kepada jaringan paru. Pada foto toraks, garis pleura pada bulla
terlihat lebih konkaf, memperlihatkan tepi medial dari bulla. Sedangkan pada
pneumotoraks, garis pleura terlihat konveks terhadap dinding dada. Bila
diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan CT scan toraks untuk menegakkan
diagnosis.9,28
Gambar 11. Foto toraks PA. Gambaran pada bula paru pada lobus kanan atas,
terlihat dinding tipis bula (panah putih).9
Gambar 12. CT scan toraks potongan axial. Bula pada bagian paru kanan
(panah putih garis putus), pneumotoraks paru kiri (panah putih solid), dan
subcutaneous emfisema (panah hitam).9
16
o Emboli paru
Akibat terjadi emboli pada arteri pulmonalis yang akan menyebabkan terjadinya
penurunan perfusi jaringan. Ketika terjadi penurunan perfusi jaringan, jumlah
pembuluh darah yang akan terlihat pada pemeriksaan radiologi terutama foto
toraks akan menurun, tanda tersebut dinamakan sebagai Westermark sign of
oligemia.9
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
19. Kaya Ş, Çevik AA, Acar N, Döner E, Sivrikoz C, Özkan R. A study on the
evaluation of pneumothorax by imaging methods in patients presenting to the
emergency department for blunt thoracic trauma. Turkish Journal of Trauma and
Emergency Surgery. 2015 Sep 1;21(5):366-72.
20. Ebrahimi A, Yousefifard M, Kazem HM, Reza H, Rasouli, Asady H, dkk.
Diagnostic accuracy of chest ultrasonography versus chest radiography for
identification of pneumothorax: a systematic review and meta-analysis. NRITLD.
2014;13(4):29-40.
21. Chandra S. Peran Ultrasonografi dalam Diagnosis Pneumotoraks pada Kasus Henti
Jantung: Laporan Kasus. eJournal Kedokteran Indonesia. 2019 Sep 14.
22. MacDuff A, Arnold A, Harvey J. Management of spontaneous pneumothorax:
British Thoracic Society Pleural Disease Guideline 2010. (2010) Thorax. 65 Suppl
2: ii18-31
23. Omar HR, Mangar D, Khetarpal S, Shapiro DH, Kolla J, Rashad R, Helal E,
Camporesi EM. Anteroposterior chest radiograph vs. chest CT scan in early
detection of pneumothorax in trauma patients. International archives of medicine.
2011 Dec;4(1):1-5.
24. Ross S, Ebner L, Flach P, Brodhage R, Bolliger SA, Christe A, Thali MJ.
Postmortem whole-body MRI in traumatic causes of death. American Journal of
Roentgenology. 2012 Dec;199(6):1186-92.
25. Marchiori E, Zanetti G, Rafful PP, Hochhegger B. Pleural endometriosis and
recurrent pneumothorax: the role of magnetic resonance imaging. The Annals of
thoracic surgery. 2012 Feb 1;93(2):696-7.
26. Rousset P, Rousset-Jablonski C, Alifano M, Mansuet-Lupo A, Buy JN, Revel MP.
Thoracic endometriosis syndrome: CT and MRI features. Clinical radiology. 2014
Mar 1;69(3):323-30.
27. Ammendola RM, Barchetti G, Ceravolo I, Fiorelli A, Carbone I. Diagnosis of
pneumothorax without exposure to ionising radiation. Thorax. 2016 Nov
1;71(11):1068-9.
28. Amanda AP, Wijayanti O. Pneumotoraks pada Tuberkulosis Milier: Sebuah
Laporan Kasus. Ina J Chest Crit and Emerg Med. 2015:2(4); 191-4
20