Anda di halaman 1dari 3

Peran Bidan Sebagai Ujung Tombak Peningkatan Kesehaatan di Indonesia

Bidan merupakan salah satu tenaga medis wanita yang memiliki peran sangat penting
dalam upaya peningkatan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk melakukan
pengawasan, pertolongan, pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu postpartum. Semua
bidan adalah wanita, karena terdapat aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia
yang memiliki adat dan budaya ketimuran yang memandang bahwa seorang perempuan akan
lebih baik jika ditangani oleh seorang perempuan apalagi dalam proses kehamilan, persalinan
dan nifas yang berfokus pada daerah genitalia wanita.
Selain peran bidan terhadap kesehatan ibu, bidan juga memiliki peran terhadap kesehatan
anak. Dalam hal kesehatan ibu dan anak, secara fakta Indonesia masih sangat tertinggal
bila dibandingkan dengan negera-negara tetangga seperti Malaysia, Brunai Darussalam
atau negara tetangga lainnya. Indonesia sebelumnya telah menjadi target
program Millenium Development Goals (MDGs),  namun target tersebut menjadi tidak
terpenuhi yang mana salah penyebabnya adalah tidak terpenuhinya target MGDs dalam
hal kesehatan ibu dan anak. 
Sebagai contoh Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tidak
mengalami perbaikan. Faktanya adalah kematian Ibu dan Anak di Indonesia masih jauh
lebih tinggi di bandingkan dengan negara tetangga hingga tahun 2015 lalu. Selain
itu, Angka Kematian Bayi (AKB) juga tercatat jalan ditempat ,bahkan untuk Angka
Kematian Ibu (AKI) justru meningkat yaitu yang sebelumnya tahun 2007 tercatat  228
kasus tiap 100.000 kelahiran  kemudian terus meningkat menjadi  359 kasus dari  tiap
100.000 kelahiran pada tahun  2012. Pada hal penurunan angka kematian tersebut
sebenarnya merupakan target yang harus terpenuhi dalam Millenium Development
Goals (MDGs).
Masalah lain yang termasuk target MDGs yang tidak terpenuhi yaitu masalah gizi buruk
pada anak. Hal utama penyebab gizi buruk pada anak ini  adalah karena minimnya
pemahaman para orang tua khususnya di pedesaan mengenai pentingnya pemenuhan
gizi bagi sang anak. Selain itu, adanya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat
sehingga memperparah Kondisi gizi buruk di Indonesia.
Disamping itu permasalahan lain yaitu pemberian Air Susu Ibu (ASI). Untuk bayi
berusia 0-6 bulan lebih baik diberikan ASI eksklusif karena hal itu dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh bayi. Tetapi, pada era sekarang banyak yang memberikan susu
formula kepada bayi dengan berbagai alasan yang diutarakan oleh ibu misalnya tidak
keluar ASI, puting yang tidak menonjol, terlalu sibuk dan tidak punya waktu, sampai
alasan yang tidak wajar yaitu tidak ingin payudara menjadi turun. Hal ini merupakan
permasalahan yang serius karena dapat menyebabkan bayi tidak sehat atau kurang
cerdas, mudah sakit, sampai akhirnya meninggal. Tidak sedikit hal ini menjadi
penyebab peningkatan AKB.
Banyak ditemui anak Iindonesia yang kekurangan yodium sehingga menderita
penyakit gondok. Seorang ibu yang pada saat hamil menderita penyakit pembengkakan
kelenjar gondok secara otomatis melahirkan bayi yang  kekurangan  yodium pula.
Yodium sangat penting untuk ibu hamil karena yodium berguna untuk pembentukan
jaringan otak dan pertumbuhan janin. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan anak
terhambat dan bisa tumbuh cebol, dapat mengganggu pola berpikir anak, anak dapat
kesulitan membaca, menulis dan kebanyakan anak dengan kekurangan yodium memiliki
IQ rendah.
Kekurangan zat besi ternyata juga masalah kesehatan yang dialami oleh anak-anak,
remaja, dan ibu hamil. Kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia. Hal ini dapat
mempengaruhi motorik normal pada bayi (aktifitas dan gerak tubuh) serta fungsi
kecerdasan. Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir premature dan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Pada orang dewasa yang kekurangan zat besi dapat
membuat cepat lelah menurunkan tenaga dan produktifitas kerja. Selain itu, pada anak
yang kekurangan zat besi dapat menurunkan daya ingat, fungsi mental dan kecerdasan.
Untuk itu, perlu diberikan zat besi pada bayi usia 4 bulan agar tidak mengganggu
pertumbuhan anak, tetapi tidak semua orang tua menyadari dan memahami masalah ini.
Perlu diwaspadai terkena anemia yaitu remaja putri, karena menstruasi. Apabila anemia
dapat menyebabkan 5L (lesu, letih, lelah, lemah, lunglai). Untuk itu harus meminum
suplemen penambah darah atau TTD (tablet tambah darah) pada saat menstruasi.
Permasalahan kekurangan vitamin A pada anak-anak Indonesia. Sering kita amati
anak usia SD kelas 1 sudah memakai kaca mata. Ini penyebab tidak lain karena pada
saat ibu hamil yang kekurangan vitamin A sehingga mengakibatkan gangguan mata
pada anak. Vitamin A sangat penting untuk perkembangan jantung, paru-paru, ginjal, mata,
dan tulang pada janin. Vitamin ini juga memengaruhi perkembangan sistem saraf pusat,
pernapasan, dan peredaran darah. Untuk itu harus terpenuhi kebutuhan vitamin A pada ibu
hamil. Kelebihan vitamin A juga berbahaya antara lain dapat menyebabkan keracunan pada
hati dan kelainan pada bayi.
Untuk menangani berbagai permasalahan kesehatan yang telah terjadi di Indonesia,
sebagai seorang tenaga medis, bidan yang memegang kendali dalam upaya menekan
adanya permasalahan pada Ibu dan anak. Karena anak merupakan generasi penerus
bangsa, apabila anak dilahirkan dengan keadaan sehat dan tidak kekurangan suatu
apapun maka hal inilah yang termasuk target bangsa. Suatu negara akan lebih baik jika
melahirkan generasi yang cerdas. Dalam hal ini, bidan dapat memberikan informasi
yang penting terhadap segala usia mengenai masalah kesehatan. Bahkan bidan dapat
memberikan informasi kepada para remaja putri mengenai apa saja yang harus disiapkan
mulai sekarang untuk nantinya agar siap dalam kehamilan mendatang.
Selain itu, bidan juga wajib memantau para ibu hamil agar mengerti apa yang
dibutuhkan dirinya dan janin bisa dengan memberikan penyuluhan atau kunjungan ke
rumah ibu hamil secara langsung, ini mungkin cocok diterapkan pada penduduk desa
yang masih sedikitnya informasi. Karena, pemerataan pelayanan kesehatan juga hal
terpenting dalam suatu negara agar penduduknya selalu berkecukupan dan terpantau
oleh negara. Untuk itu, seorang bidan harus memiliki keinginan tersendiri dalam
mengabdikan diri untuk bangsa, karena tidak sedikit pula seorang tenaga medis yang
menolak untuk ditempatkan di daerah terpencil dalam program pengabdian yang dibuat
oleh negara. Hal ini sungguh mengecewakan karena, tenaga medis yang diharapkan
mampu menekan masalah kesehatan di Indonesia tetapi malah menolak untuk diajak
bekerja sama. Dengan demikian, mari kita wujudkan program Sustainable
Devolopment Goals (SDGs) nomer 3 yaitu ‘good health and well-being’ yang agenda
global yang menggantikan MDGs.

Anda mungkin juga menyukai