Sumpah Pemuda yang dicetuskan oleh para pemuda di tahun 1928 telah
melahirkan sumpah suci yang memberikan landasan bagi kesadaran kita untuk
bersatu dalam bertanah air dan berbangsa dengan satu sikap sama dalam
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Pernyataan yang terkandung
dalam sumpah ketiaga itu telah menempatkan bahasa Indonesia pada kedudukan
yang terhormat yaitu sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional berlatar rasa psikologis yang sama, maksudnya, bahasa nasional ini
terlahir dari perasaan sama-sama pernah terjajah, sama-sama penderitaannya,
sehingga menjadikan bahasa Indonesia menjadi alat pemersatu bangsa, pada
waktu itu. Lalu kini? Semangat juang itu laksana padam. Kini bahasa Indonesia
hanya dilandaskan sebagai “alat komunikasi” bagi kebanyakan orang. Menyadari
hal tersebut, maka penting bagi kita, bagi pecinta bangsa ini, bagi seluruh rakyat
Indonesia, untuk bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional akan tetap terhormat bila kita
mampu bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Bukan tak mungkin sikap
positif tersebut membawa serta negara ini menuju bangsa yang lebih bermartabat
karena negara yang bermartabat adalah negara yang warga masyarakatnya mampu
menjunjung tinggi bahasa persatuan.
Berteguh pada hal yang telah dipaparkan di atas, pentingnya sikap positif
terhadap bahasa nasional kita, bahasa Indonesia, mudah-mudahan cukup
tergambarkan. Dengan penuh kesadaran, pahamilah bahwa bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional memiliki kedudukan dan fungsi yang menjadi pilar-pilar
penopang persatuan bangsa ini. Maka dari itu, merasa membanggai, merasa
mencintai, merasa memiliki, serta merasa harus bertanggung jawab dalam
mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
agar berjalan sebagaimana mestinya merupakan sikap positif terhadap bahasa
nasional kita. Dengan kata lain, penumbuhan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia merupakan salah satu upaya mewujudkan negara yang sejatinya
nasionalis dan negara yang bersatu dalam kemajemukan. Perlu ditekankan bahwa
sikap positif ini sama sekali bukanlah sikap merendahkan bahasa lain untuk
menumbuhkan jiwa nasionalisme tersebut pada diri Anda.