Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2007).

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007),

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta-fakta dan

teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan

masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari

pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja

maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak

atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok et al, 2007).

7
8

Berdasarkan pengertian menurut Notoatmodjo dan mubarok

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu”

atau mengingat kembali terhadap suatu objek tertentu melalui panca

indra manusia yang terdiri dari sejumlah fakta-fakta yang memungkinkan

seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang,

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu:

1) Tahu(Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Temasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, tahu ini merupakan pengetahuan tingkat yang paling

rendah kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya(Notoatmodjo, 2007).

2) Memahami(Comprehention)

sebagainya Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah

paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan,


9

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

tehadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007).

3) Aplikasi(Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari atau kondisi real (nyata/

sebenarnya). Dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus metode, dan sebagainya dalam konteks dan

situasi lain (Notoatmodjo, 2007).

4) Analisis (Analysis)

Analisisa dalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam

satu struktur organisasi dan masih ada ikatannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2007).

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah menunjukkan kemampuan untuk menjabarkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

ada (Notoatmodjo, 2007).


10

6) Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

jastifikation atau penilaian tehadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,

2007).

3. Proses perilaku “TAHU”

Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang

berurutan yakni :

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi objek.

2) Interst (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tersebut, Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya

stimulasi tersebut bagi dirinya, Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.


11

5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus,

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh kebenaran

pengetahuan dikelompokan menjadi dua, yakni:

1) Cara kuno memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (tial and error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba, Kemungkinan yang

lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-

pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang perintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji

terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahun dengan cara mengulang kembali


12

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

d. Cara akal sehat

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Cara menghukum anak ini

sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran,

bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan

yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan

hukuman (reward and punishment)merupakan cara yang masih

dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam

konteks pendidikan.

e. Melalui jalan pikiran

Dengan adanya perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berfikir manusiapun ikut berkembang. Manusia mampu

menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuan.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular

disebut metodologi penelitian (research methodology).Cara ini mula-

mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara

untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan

penelitian ilmiah.
13

5. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur melalui wawancaraatau angket yang

menanyakan tentang isi materi suatu objek yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden(Sugiyono, 2013).

1) Wawancara

Wawancara merupakan metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data. Peneliti mendapat keterangan secara lisan

maupun Face to face dengan responden.

2) Angket

Angket merupakan pengumpulan data atau suatu penelitian

mengenai suatu masalah yang berhubungan dengan kepentingan

umum.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal

a. Umur

Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan

berkembang sesuai dengan pengetahuan yang didapat oleh

pasien usia dalam tahun, dewasa 26-45 tahun, dan lansia 46-65

tahun.

b. Pendidikan

Pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan.

Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan


14

mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan

tingkatan pendidikan yang lebih rendah.

c. Pekerjaan

Dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak

waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap

penting.Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit

untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang

mereka miliki jadi berkurang.

2) Faktor Eksternal

a. Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar

manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan

dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam

hubungannya dalam hubungannya dengan orang lain dan

mengalami proses belajar memperoleh sesuatu pengetahuan.

7. Perilaku Kesehatan

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai lingkup yang sangat luas antara lain : berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik


15

yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2005).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini

terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut

teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan,

makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor

penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

a. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari

tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2

faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar

perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.
16

2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,

alat-alat steril dan sebagainya.

3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

b. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak

bahwa perilaku merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan

atau perawatan kesehatannya (behavior itention).

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau

fasilitas kesehatan (accesebility of information).

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil

tindakan atau keputusan (personal autonomy).

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation)

c. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu adalah :

1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian

seseorang terhadap objek (objek kesehatan).


17

2) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain.

3) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau

nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan

dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

4) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang

lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau

menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap

tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu

tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh

tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti

atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang.

5) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting

untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung

untuk dicontoh.

6) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang,

waktu, tenaga dan sebagainya.

7) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-

sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu

berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan

umat manusia (Notoatmodjo, 2005).


18

8. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Dewi dan Wawan (2010:18) bahwa

pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat–tingkat

tersebut diatas. Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1) Baik, hasil presentase 76% -100%.

2) Cukup, hasil persentase 56%-75%.

3) Kurang, hasil persentase < 56%.

B. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau Penyakit darah tinggi adalah suatu ke adaan

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang ditunjukan oleh angka systolik (bagian atas) dan angka

diastolik (bagian bawah) pada alat pemeriksaan tensi darah.untuk

mendeteksi adanya hipertensi di dalam diri kita, sejauh ini digunakan

alat ukur tensimeter atau alat ukur tekanan darah. Biasanya, anda akan

dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah systolik/diastolik nya

melebihi 140/90 mmHg tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.

Systolic adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah


19

kedalam pembuluh nadi (jantung mengerut). Diastolic adalah tekanan

darah pada saat jantung mengembang dan menyedot kembali

(pembuluh nadi mengempis kosong).(Aizid 2011,191).

Hipertensi adalah sebagai tekanan darah persistem dimana

tekanan sistoliknya diatas 140mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90

mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensididefenisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Hipertensiatau tekanan darah tinggi adalah bahaya diam-diam karena

tidak ada gejala khas yangmengirimkan tanda-tanda peringatan dini.

Sebaliknya, banyak orang merasa dan energikwalaupun memiliki

tekanan darah tinggi. (Nughroho 2013).

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah

suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi sering disebut

sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang

mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai

peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul gejala tersebut sering kali

dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat

menyadari akan datangnya penyakit. (Martuti, A 2009).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran darah

yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik ≥

140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg yang dapat


20

menghambat suplai oksigen yang dibawa oleh darah terhambat sampai

ke jaringan tubuh yang dibutuhkan.

2. Mekanisme Terjadinya Hipertensi

Hipertensi terjadi melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensi I oleh Angiotensin –Converting Enzyme (ACE). ACE

memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung angiotensin yang diproduksi hati, selanjutnya oleh

hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.

ACE yang terdapat di paru-paru, mengubah angiotensin I menjadi

angiotensi II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.(Martuti, A 2009, 10).

Pertama. Dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan

bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume

urine.meningkatnya ADH,menyebabkan urine yang dieksresikan ke luar

tubuh sangat sedikit (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya.

Kedua . dengan menstimulasi sekresi aldosteron (hormon steroid

yang memiliki peranan penting pada ginjal) dari korteks adrenal.

Terjadinya peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh hal-hal

berikut :

1) Meningkatnya kerja jantung yang memompa lebih kuat sehingga

volume cairan yang mengalir setiap detik bertambah besar.

2) Arteri besar kaku, tidak lentur sehingga pada saat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut ia tidak dapat


21

mengembang. Darah kemudian akan mengalir melalui pembuluh

yang lebih sempit sehingga tekanan naik.

3) Pada penderita kelainan fungsi ginjal terjadi ketidakmampuan

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah

dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga naik.

3. Patofisiologi Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah didalam saluran arteri bisa terjadi

melalui beberapa cara yaitu: jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar

kehilangan kelenturannya dan setiap detiknya. Arteri besar kehilangan

kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa dengan melalui arteri

tersebut, karena nya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk

melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang biasa terjadi pada usia

lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat

pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon

didalam darah (Martuti, A 2009, 10).


26

4. Pathway Hipertensi

Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas

Elastisitasarterisklorosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vaskontriksi

Otak ginjal pembuluh darah retina

Resistensi pembuluh suplai O2 vasokontriksi sistemik koroner spasme arteri


Darah otak otak menurun pembuluh darah ginjal

Sinkop blood flow menurunVasokontruksi iskemik miokard diplopia


NyeriRespon RAA
Gangguan after load meningkat nyeri dada
kepala pola tidur Gangguan
Resti Injuri
Perfusi
Rangsang aldosteron
jaringan
fatique Penurunan
retensi Na curah jantung
Intoleransi
Edema
aktivitas

Gambar 2.1 pathway,


(Sumber : soeparman dkk,2007).
27

5. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan tekanan darah

Tabel 2.1
klasifikasi Hipertensi
sumber : Suhardjo, 2008, 95

Klasifikasi Tekanan Tekanan Keterangan


tekanan darah Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal >120 Dan < 80 Tekanan darah normal,
teruskan pola hidup yang
sehat dan cek lagi dalam 2
tahun
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89 Beresiko menderita
hipertensi, sebaiknya
mengubah pola hidup
menjadi lebih sehat dan
memeriksa tekanan darah
dalam 1 tahun.
Hipertensi 140-159 Atau 90-99 Pada tahap ini memerlukan
Tahap I perbaikan pada hidup yang
Hipertensi >160 Atau > 100 lebih sehat dan pengobatan
Tahap II yang teratur dari dokter

Tekanan darah dalam sehari secara alami akan naik dan turun

sesuai dengan kondisi tubuh dan aktivitas setiap orang. Bila dalam

rentang waktu lebih panjang tekanannya tetap tinggi, maka disebut

tekanan darah tinggi. Untuk menyatakan seseorang menderita tekanan

darah tinggi, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan sebelum dokter

mendiagnosis hasilnya. Pemeriksaan tersebut mencakup pemeriksaan

fisik (termasuk pengukuran tekanan darah), pemeriksaan laboratorium,

dan beberapa pemeriksaan diagnostik lainnya. Klasifikasi penderita

hipertensi berdasarkan pada tekanan darah disajikan pada Tabel 2.1.

Hipertensi dapat dibagi atas :


28

1) Hipertensi primer (esensial).

Mencakup sekitar 95% kasus hipertensi (Lumbantobing, 2008).

Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang sampai

saai ini masih belum diketahui secara pasti penyebabnya, seperti

bertambahnya umur, stres psikologis, dan faktor keturunan. Sekitar

90% pasien hipertensi masuk dalam kategori ini.

Penyebab hipertensi primer:

a. Gaya hidup

Gaya hidup sering merupakan faktor resiko penting bagi

timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya hidup modern dengan

pola makan dan gaya hidup tertentu, cenderung mengakibatkan

terjadinya hipertensi. Beberapa diantaranya adalah konsumsi

lemak, konsumsi natrium, merokok, stres emosional, konsumsi

alkohol dan obesitas (Anies, 2006).

2) Hipertensi sekunder.

Pada sekitar 5% kasus hipertensi yang dapat diduga

penyebabnya (Lumbantobing,2008).Hipertensi sekunder adalah

hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti kerusakan

ginjal, diabetes, kerusakan vaskuler dan lain-lain (Rudianto,2013)

3) Hipertensi Maligna

adalah hipertensi yang sangat parah, yang apabila tidak diobati

akan menimbulkan kematian dalam 3-6 bulan, hipertensi ini jarang

terjadi, hanya 1 dari 200 orang yang menderita hipertensi (Rudianto,

2013). Berdasar klasifikasi dari JNC-VI dalam Darmojo (2004) maka

hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan :


29

a. Hipertensi sistolik saja (Isolated Systolic Hypertension), terdapat

pada 6-12% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada wanita,

insiden meningkat dengan bertambahnya umur.

b. Hipertensi diastolik (Diastolic hypertension), terdapat antara 12

-14% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insiden

menurun dengan bertambahnya umur.

c. Hipertensi sistolik-diastolik : Terdapat pada 6 – 8% penderita usia

> 60 tahun, lebih banyak pada wanita dan meningkat dengan

bertambahnya umur.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Comunitte

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure ( JNC 7) dalam Sudoyo et al (2006) klasifikasi tekanan

darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1, hipertensi derajat.

6. Tanda dan gejala Hipertensi

Menurut Aizid (2011, 192) tanda dan gejala hipertensi antara lain:

1) Sakit kepala ‘

2) Jantung berdebar-debar

3) Sulit bernafas setelah bekerja keras

4) Mudah lelah

5) Penglihatan kabur

6) Wajah memerah

7) Hidung berdarah

8) Tengkuk terasa pegal dan kencang

9) Telinga berdenging(tinnius)
30

10) Dunia terasa berputar (vertigo).

Kebanyakan penderita, sebelumnya nyaris tidak menyadari bahwa

dirinya mengidap hipertensi. Itulah sebabnya hipertensi disebut juga

sebagai silent disesase atau penyakit yang nyaris tidak didahului oleh

gejala –gejalannya. Hipertensi dapat muncul saat sudah terjadi

komplikasi. Ketika terjadi lonjakan kenaikan tekanan darah, penderita

terkadang merasa gemetar, cepat letih, sulit tidur, hingga penglihatan

menjadi kabur. Jika hal iti tidak segera diobati, maka bisa berujung pada

kelumpuhan (stroke), kejang-kejang, koma hingga merusak jantung.

Maka dari itu, penderita hipertensi rentan terserang penyakit jantung.

7. Penyebab Hipertensi.

Adapun penyebab hipertensi menurut (Aizid 2011,193) adalah :

1) Banyak mengosumsi makana cepat saji, padahal, makan cepat saji

mengandung lemak, protein, dan garam yang tinggi, namaun

rendah serta pangan;

2) Stres akibat tekanan pekerjaan dan tekenan hidup lainnya;

3) Jarang berolahraga dan hanya duduk di meja kerja;

4) Gemar meminum minuman beralkhol dan mengandung kafein;

5) Senang rokok

6) Kurang tidur

7) Faktor keturunan

8) Gangguan pada ginjal seperti adanya tumor ginjal;

9) Tergantungnya keseimbangan hormon yang merupakan faktor

pengaturanh tekanan darah


31

10) Pemakaian kontrasepsi

11) Penggunaan obat-obatan jenis kortikosteroid.

8. Faktor Pemicu terjadinya Hipertensi.

1) Faktor keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial didapatkan riwayat

hipertensi di dalam keluarga.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan seperti stres, kegemukan (obesitas) dan

kurang olahraga juga berpengaruh memicu hipertensi esensial.

Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui

aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja saat kita beraktivitas).

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan

darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stres

berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap

tinggi.

3) Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi.

Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan

hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan

hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang

mempunyai berat badan normal (Rudianto, 2013).


32

9. Pencegahan Hipertensi

Untuk mencegah munculnya hipertensi, anda sebaiknya

melakukan dua hal penting berikut :

1) Menjaga berat tubuh ideal,yaitu dengan sebaiknya dua hal penting

berikut:

a. Jalan kaki secara rutin. Rutin melakukan jalan cepat ternyata

efektrif untuk menurunkan tekana darah pada pasien hiprtensi

hingga 8 mmHg.

b. Mengosumsi makanan berpotasium. Makanan yang banyak

mengandung potasium, seperti buah sayur, sangat baik untuk

menurunkan tekanan darah. Sumber potasium terbaik antara lain

kentang, tomat, jus jeruk, pisang, kacang – kacangan, blewah,

melon, serta buah yang dikeringkan, seperti kismis. Konsumsi

potasium minimal 2.000-4.000 mg per hari.

2) Mengontrol pola atau gaya hidup, seperti:

a. Diet rendah lemak dan garam

b. Berhenti meroko dan minum minuman beralkhol

c. Kurang atau berhenti minum kopi

d. Hindari mengosumsi daging kambing dan buah durian

e. Hidup dengan tenang, lakukan segala sesuatu dengan santai, dan

hindari stres

f. Olahrga secara teratur, disesuaikan dengan kondisi tubuh

g. Menurunkan berat badan seperti penderita obesitas


33

10. Komplikasi Pada Hipertensi

Resiko yang paling banyak terjadi akibat komplikasi dari penyakit

hipertensi ialah stroke sehingga peneliti membatasi untuk membahas

hanya tentang penyakit stroke.Komplikasi yang sering timbul ialah

stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal (Gunawan, Lany, 2007).

11. Pengobatan Hipertensi

Untuk mengatasi hipertensi, sebagaimana dijelaskan dalam

mengenai pengobatan hipertensi, ada dua cara yang dapat dilakukan,

yakni pengobatan nonobat atau nonfarmakologis dan pengobatan

dengan obat-obatan atau farmakologis. Selain dua cara ini, tentunya

penderitadianjurkan untuk berolahraga secara teratur dan menjauhi

faktor pemicu terjadinya hipertensi.

1) Pengobatan Non obat

Pengobatan nonfarmakologis kadang-kadang dapat mengontrol

tekanann darah, sehingga pengobatan farmakologis menjdi tidak

diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada

keadaan di mana obat antihipertensi diperlukan,pengobatan

nonfarmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk

mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik, Adapun langkah –

langkah dalam pengobatan nonfarmakologis ,di antaranya adalah:

a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh.

Mengurangi asupan garam kedalam tubuh. Nasihat

penguranagn garam ini harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita. Penguranagn asupan garam secara drastis akan sulit


34

dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai

sebagai pelengkapan pada pengobatan digunakan sebagai

pelengkapan pada pengobatan farmakologis.

b. Ciptakan keadaan keadaan rileks. Berbagi cara relaksasi seperti

meditasi, yogya atau hiposis dapat mengontrol sistem saraf yang

akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

c. Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat

selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

d. Berhenti meroko dan mengurangi konsumsi alkohol

2) Pengobatan dengan obat

Dalam cara yang kedua ini, obat-obatan antihipertensi

sangatlah diperlukan. Ada banyak jenis dari obat-obatan ini. Untuk

pemilihan obatnya, sebaiknya atas saran dokter. Adapun jenis –jenis

obat anthipertensi adalah sebagai berikut.

a. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara

mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni), sehingga volume

cairan di tubuh berkurang. Hal ini akan mengakibatkan daya

pompa jantung menjadi lebih ringan. Salah satu contoh obat jenis

ini adalah hidroklorotazid.

b. Penghambat simpatetik

Golongan obat ini berkerja dengan menghambat aktivitas

saraf simpatis (sarafyang bekerja pada saat kita beraktivitas).

Contoh obat jenis ini adalah metildopa, klonidin, dan reserpin.

c. Betabloker
35

Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan

bagi penderita yang telah di ketahui mengidap gangguan

pernapasan seperti asma bronkial.contoh obat jenis ini adalah

metoprolol, propranolo,dan atenolol. Bagi penderita diabetes

militus, sebaiknya berhati-hati karna dapat menutupi gejalan

hipoglikemia (kondisi di mana kadar gula dalam darah turun

sangat rendah yang membahayakan penderitanya). Pada orang

tua terdapat bronkospasme ( penyimpanan saluran pernfasan)

sehingga obat harus hati-hati.

d. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah

dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Obat yang

termasuk dalam golongan ini adalah prasosin dan hidralasi. Efek

samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini

adalah muculnya sakit kepala dan pusing.

e. Penghambat enzim konversi angiotensi

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat

pembentukan zat angiotensi II ( zat yang dapat menyebabkan

peningkatan tekanan darah ). Contoh obat yang termasuk

golongan ini adalah kaptropil. Efek samping yang mungkin timbul

adalah batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.

f. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan

cara menghambat kontraksi jantung ( kontraktilitas). Obat yang


36

termasuk golongan ini adalah nifedipin, dilitasem, dan verapamil.

Efek samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit

kepala, dan muntah.

g. Penghambat resptor angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah menghalangi penempelan zat

angiotensi II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya

daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam

golonganini adalah vaqlsartaqn (diovan). Efek samping yang

mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas, dan mual.

C. Kerangka Teori
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku seseorang

dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi (Predisposing

Factor), faktor pemungkin (Enabling Factor) dan faktor penguat

(Reinforcing Factor). Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap,

tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap suatu objek. Pengetahuan

akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak, perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Rendahnya kesadaran penderita tentang

mengenai Hipertensi disebabkan oleh rendahnya pengetahuan pasien

tentang Hipertensi. Maka gambaran secara umum kerangka konsep

penelitian ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :


37

kerangka Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seperti dalam gambar berikut ini :

faktor Perilaku
Kesehatan

1. Predisposisi 2. Enabling 3. Reinforcing


Pengetahuan a. Rumah Sakit a. Sikap dan
b. Obat-obatan perilaku petugas
Pasien
c. Alat-alat steril kesehatan
diet
d. Dll
diet
hipertensi

Gambar 2.2
Kerangka Teori Pengetahuan Hipertensi
(Sumber : Modifikasi dari Wawan dan Dewi, 2011 dalam bukuNotoatmodjo, 2005).

Keterangan :
38

: Di teliti

: Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai