Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................2
DESKRIPSI KASUS..............................................................................................3
DISKUSI.................................................................................................................4
KESIMPULAN....................................................................................................11
SARAN..................................................................................................................11
UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

i
ONLINE MASSAGE ENDED TRAGICALLY
Abstract
Introduction: In 2018 showed that there was an increase in reporting cases of violence against
women by 14% compared to the previous year. In order to report the case to the authorized
institution it takes courage, needs, and trust of the victims. Case Report: Tn. U (suspect) raped
Mrs. C (victim) who is an online masseuse, by force to have sex with the victim. Then the victim
reported the case to Polres Metro Jakarta Selatan. Discussion: Sexual intercourse that is carried
out by force in the presence of threats to violence not only by penetration but also other body parts
or objects also called rape. The regulation hasn’t been able to reduce the number of rapes in
Indonesia. Victims of sexual abuse usually experience PTSD due to the deep trauma. In Islam,
Allah SWT has forbid us to approach adultery based on Qs. Al-Isra:32. Conclusion: Rape is a
form of sexual violence and it’s common in Indonesia.

Keywords: Violence against women, Rape, PTSD.

PIJAT ONLINE BERUJUNG PETAKA

ABSTRAK
Pendahuluan: Pada tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dalam pelaporan kasus
kekerasan terhadap perempuan sebesar 14% dibanding tahun sebelumnya. Dalam pelaporan kasus
perkosaan ke lembaga yang berwenang dibutuhkan keberanian, kebutuhan dan kepercayaan
korban. Laporan Kasus: Tn. U (tersangka) melakukan perkosaan kepada Ny. C (korban) yang
merupakan tukang pijat online, dengan cara pemaksaan untuk berhubungan badan dengan korban.
Kemudian korban melaporkan kasus ini ke Polres Metro Jakarta Selatan. Diskusi: Hubungan
seksual secara paksa dengan adanya kekerasan dan ancaman tidak hanya sebatas penetrasi tetapi
juga dengan bagian tubuh lain atau benda lain disebut juga sebagai perkosaan. Peraturan yang
berjalan belum dapat mengurangi jumlah perkosaan di Indonesia. Korban kekerasan seksual
biasanya megalami PTSD karena adanya trauma yang mendalam. Dalam islam, Allah SWT telah
melarang kita untuk mendekati zina berdasarkan Qs. Al-Isra: 32. Kesimpulan: Perkosaan
merupakan salah satu bentuk dari kekerasan seksual dan sering terjadi di Indonesia.

Kata kunci: Kekerasan terhadap wanita, Perkosaan, PTSD.

1
PENDAHULUAN
Perkosaan merupakan salah satu bentuk dari kekerasan seksual. Kekerasan
seksual terbagi berdasarkan ruang lingkupnya yang dibagi menjagi tiga ranah
yaitu ranah KDRT/RP (kekerasan dalam rumah tangga / ranah personal), ranah
komunitas dan ranah negara. Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas
Perempuan tahun 2019, pada tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan dalam pelaporan kasus kekerasan terhadap perempuan sebesar 14%
dibanding tahun sebelumnya yaitu sebanyak 406.178. Dari angka tersebut,
terdapat kekerasan seksual sebanyak 2.988 kasus. Peningkatan dalam pelaporan
kasus tersebut tidak dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pada kasus
kekerasan terhadap perempuan. Akan tetapi, menunjukan bahwa adanya
peningkatan keberanian, kebutuhan dan kepercayaan korban dalam pelaporan
kepada lembaga-lembaga pengada layanan seperti DP3AKB, P2TP2A,
WCC/OMS, RS dan lain-lain. (Aryani A, dkk., 2019)
Hubungan seksual yang dilakukan secara paksa dengan adanya ancaman
hingga kekerasan tidak hanya penetrasi akan tetapi dapat juga dengan
menggunakan bagian tubuh lainnya atau benda yang dimasukkan ke dalam alat
kelamin atau anus orang lain disebut juga dengan perkosaan. Pengaturan tindak
pidana perkosaan diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum pidana Pasal 285
KUHP.

2
DESKRIPSI KASUS
Pada hari Selasa, 3 September 2019 Tn. U (tersangka) berbuat tindak
pidana kepada korban Ny. C dengan cara saat korban selesai memijat Tn. U. Tiba-
tiba tersangka mendorong korban ke kasur lalu korban ditindih oleh badan
tersangka hingga korban tidak bisa bergerak karena badan tersangka besar.
Selanjutnya tersangka menarik jaket, celana panjang dan celana dalam korban
hingga terlepas. Setelah itu rambut korban ditarik, lalu bibir dan leher korban
diciumi oleh tersangka. Kemudian tersangka melakukan hubungan seksual pada
korban kurang lebih selama 30 menit. Atas kejadian tersebut korban tidak terima
dan melaporkan masalah ini ke Polres Metro Jakarta Selatan guna penyidikan
lebih lanjut. Hasil tes psikologis korban menunjukan bahwa korban menderita
PTSD (post traumatic stress disorder).

3
DISKUSI
Kekerasan terhadap Wanita
Kekerasan terhadap perempuan didalam deklarasi PBB tentang
penghapusann kekerasan terhadap perempuan, PBB mendefinisikan kekerasan
terhadap perempuan sebagai tindakan berbasis gender yang menggunakan
kekerasan fisik, seksual ataupun psikologis atau penderitaan bagi wanita, dengan
ancaman, pemaksaan atau perampasan sewenang-wenang atas kebebasan, baik di
hadapan umum atau dalam kehidupan pribadi (Krantz and Gracia-Moreno, 2005).
Setiap hari, jutaan wanita dan anak perempuan mengalami kekerasan.
Bentuk kekerasan yang terjadi sangatlah beragam diantaranya adalah kekerasan
fisik, kekerasan seksual, mutilasi organ kewanitaan, pemaksaan pernikahan,
perdagangan wanita dan perkosaan. Kesehatan dan kesejahteraan wanita dapat
dipengaruhi oleh kekerasan yang pernah dialaminya. Seseorang yang pada saat
masa kecil sudah mengalami atau menyaksikan kekerasan dalam rumahnya akan
meningkatkan faktor resiko orang tersebut untuk menjadi liar saat bertumbuh
dewasa. Kekerasan terhadap wanita dan anak perempuan ini tersebar sangat luas
akan tetapi tersembunyi akan kebenarannya dan memiliki akar penyebab
kesetaraan gender yang terdapat didalam norma-norma sosial dan tatanan struktur
ekonomi. Penyedia layanan kesehatan berperan penting dalam mengobati korban
dan membantu korban untuk mengungkap kebenaran bahwa yang dia alami
adalah pelecehan. Maka seorang tenaga kesehatan tidak boleh menghakimi dan
harus menghormati serta melayani korban dengan penuh perhatian (Samarasekera
dan Horton, 2015).

Kekerasan Seksual
Menurut buku pedoman pencegahan pelecehan seksual di tempat kerja,
definisi pelecehan seksual adalah tindakan seksual secara fisik maupun lisan
maupun perilaku lainnya yang bersifat seksual, dengan cara paksa sehingga
membuat seseorang merasa terintimidasi sehingga membuat lingkungan kerja
yang tidak nyaman.

4
Kekerasan seksual berdasarkan ranah terjadinya dibagi ke dalam 3 ranah,
yaitu:
1. Ranah Kekerassan Dalam Rumah Tangga (KDRT) / Ranah Personal (RP)
Berdasarkan UU No. 23 tahun 2004 Pasal 1 KDRT adalah “setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara merlawan
hukum dalam lingkup rumah tangga”. Berdasarkan isi UU diatas KDRT
dapat berupa kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikis ataupun
verbal. Oleh karena itu dibentuklah undang-undang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga yang merupakan jaminan oleh negara
untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak
pelaku dan melindungi korban.
Lingkup rumah tangga dalam Undang-undang No. 23 tahun 2004 Pasal
2 yaitu:
 Suami, istri dan anak
 Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga
 Pembantu rumah tangga dan orang-orang yang menetap dalam
rumah tersebut

Berdasarkan data KOMNAS Perempuan, pelaku kekerasan seksual


tertinggi yang dilaporkan dalam ranah KDRT/RP yaitu dilakukan oleh
pacar sebanyak 1.670 kasus, lalu tertinggi kedua oleh ayah sebanyak 365
kasus, lalu disusul oleh paman sebanyak 306 kasus. Pada ranah komunitas
pelaku kekerasan seksual tertinggi yaitu oleh tetangga sebanyak 878 kasus,
terbanyak kedua yaitu oleh teman sebanyak 506 kasus. Usia pelaku
terbanyak pada ranah KDRT/RP dan ranah komunitas tertinggi pada
rentang usia 25-40 tahun. Usia korban pada ranah KDRT/RP tertinggi
pada usia 25-40 tahun. Sedangkan usia korban dalam ranah komunitas
tertinggi pada usia 13-18 tahun (Aryani dkk., 2019).

5
Bentuk-bentuk kekerasan seksual dalam ranah KDRT/RP yakni:
a. Pencabulan
b. Perkosaan
c. Percobaan perkosaan
d. Persetubuhan
e. Pelecehan seksual
f. Perkosaan dalam perkawinan (marital rape)
g. Inses
h. Kekerasan dunia maya (cyber crime)
i. Perbudakan seksual
j. Eksploitasi seksual
k. Pemaksaan Aborsi
l. Kekerasan seksual lain
(Aryani dkk., 2019)
2. Ranah Publik atau Komunitas
Ranah publik/komunitas yang dimaksud disini adalah lingkungan
kerja, bermasyarakat, bertetangga dan lembaga pendidikan atau sekolah.
Pelaku kekerasan seksual dalam ranah publik yaitu tetangga, teman, orang
lain, orang tak dikenal, guru, atasan kerja dan lain-lain. Pelaku tertinggi
oleh tetangga yaitu sebanyak 878 orang (Aryani dkk., 2019).
Bentuk-bentuk kekerasan seksual dalam ranah publik/komunitas:
a. Persetubuhan
b. Pelecehan seksual
c. Percobaan perkosaan
d. Perkosaan
e. Pencabulan
(Aryani dkk., 2019)
3. Ranah Negara
Kekerasan di ranah negara merupakan tanggung jawab negara yaitu berupa
kasus-kasus kriminalisasi dalam konflik sumberdaya alam dan kekerasan

6
yang berdampak pada perempuan dengan pelaku negara (Aryani dkk.,
2019).

Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa kekerasan seksual dapat
terjadi dimanapun. Contohnya yaitu ditempat kerja. Kekerasan seksual kerap
terjadi ditempat kerja dengan menyalahgunaan kekuasaan sehingga korban tidak
dapat membela dirinya dan menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi pekerja.

Perkosaan
Menurut Komnas Perempuan, Perkosaan adalah hubungan seksual yang
dilakukan secara paksa dengan tipu daya, kekerasan dan ancaman kekerasan.
Hubungan seksual yang dimaksud tidak hanya berupa penetrasi tetapi juga dapat
dengan penggunaan bagian tubuh lainnya maupun benda ke dalam alat kelamin
atau anus orang lain. Di dalam RUU Tentang Penghapusan Kekerasan Seksual
BAB V Pasal 16 “kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk kekerasan,
ancaman kekerasan, atau tipu muslihat, atau menggunakan kondisi seseorang
yang tidak mampu memberikan persetujuan melakukan hubungan seksual”
disebut juga sebagai perkosaan.
Hukum pidana yang mengatur tentang perkosaan tercantum dalam KUHP
Pasal 285 yang berbunyi “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan,
diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun”. Dari pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa terdapat pembatasan
definisi perkosaan yaitu ‘persetubuhan’. Sehingga belum sesuai untuk kasus-kasus
perkosaan yang tidak sampai dilakukannya penetrasi.
Korban perkosaan mendapatkan hak-hak yang wajib dilaksanakan karena
kondisi korban pasca kejadian perlu perhatian khusus. Hak atas perlindungan
tersebut diatur dalam UU No. 13 Pasal 5 ayat (1) Tahun 2006 yaitu:
a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta
bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian
yang akan, sedang, atau telah diberikannya

7
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
dukungan keamanan
c. Memberikan keterangan tanpa tekanan
d. Mendapat penerjemah
e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat
f. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus
g. Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan
h. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan
i. Mendapat identitas baru
j. Mendapatkan kediaman baru
k. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai kebutuhan
l. Mendapat nasihat hokum
m. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
perlindungan berakhir

Pada UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 45 mengatakan bahwa “Hak wanita


dalam undang-undang ini adalah hak asasi manusia”. HAM (Hak Asasi
Manusia) adalah seperangkat hak yang melekat pada tiap manusia dari lahir yang
harus dilindungi, dihormati dan ditegakkan demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia, kesejahteraan, kebahagiaan dan keadilan.
Pendidikan seksual pada remaja oleh keluarga berperan penting dalam
pencegahan kekerasan seksual dan akan menunjukan perubahan perilaku kearah
yang positif. Dimana remaja dapat menjadi pelaku atau korban kekerasan seksual
(Ahmad, 2017).

PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)


Menurut National Institute of Mental Health PTSD adalah gangguan yang
timbul pada beberapa orang setelah mengalami kejadian yang mengagetkan,
menakutkan, atau kejadian yang membahayakan dirinya. Kekerasan seksual
merupakan salah satu contoh kejadian yang dapat menimbulkan PTSD dalam diri
seseorang. Setelah seseorang mengalami kekerasan seksual secara fisik ataupun

8
psikis, peristiwa tersebut akan menimbulkan trauma yang mendalam dan
gangguan mental pada diri orang tersebut. Gangguan yang timbul dapat berbeda-
beda pada setiap orangnya. (Isro H. 2012)
Gejala yang dapat timbul dari PTSD yaitu serangan panik, menarik diri
dari orang-orang sekitar, merasa diasingkan, dikucilkan, penurunan percaya diri,
merasa dikhianati dan munculnya mimpi buruk mengenai kenangan-kenangan
sedih terkait dengan trauma yang dialami sebelumnya. Pasca trauma, korban akan
merasa tidak tertarik lagi dengan kegiatan-kegiatan yang dahulu disenanginya.
Korban kekerasan seksual akan membuat seseorang merasa bahwa peristiwa yang
menimpa dirinya adalah kesalahannya meskipun itu tidak benar (Isro H. 2012).
Psikoterapi yang diberikan serta diduga efektif pada penanganan korban
kekerasan seksual yaitu expose therapy, cognitive therapy dan axiety management
yang terdiri dari relaxation training, positive thinking, breathing dan asser-
tiveness) (Isro H. 2012). Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan
penanganan pertama yang dapat diberikan. Tujuan CBT ini adalah untuk
membantu seseorang dengan PTSD berfikir lebih realistis terhadap keadaan
hingga tercapainya emosi yang seimbang. Terapi farmakologi juga dapat
diberikan untuk mengurangi gejala-gejala dari PTSD dengan menstabilkan zat
kimia di otak.

Pandangan Islam Terhadap Kasus Perkosaan


Dalam islam tidak ada yang namanya perkosaan, akan tetapi disebut
dengan zina. Dalam bahasa arab, zina adalah berbuat fajir (nista). Pengertian
istilahnya adalah hubungan seksual (jima’) di kemaluan tanpa pernikahan yang
sah, kepemilika budak dan tidak juga karena syubhat. Menurut hukum islam zina
merupakan salah satu dosa besar. Allah SWT telah melarangnya dalam al-qur’an
pada Qs. Al-Isra: 32 yang berbunyi:

9
“Dan janganlah kamu dekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Jarimah zina termasuk dalam jarimah hudud, yaitu hukum yang telah ditetapkan
untuk melaksanakan hukum Allah SWT. Hukum adalah hak Allah SWT.
sebagaimana Qs. Yusuf: 39-40

“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-
macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?; Kamu tidak
menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang
kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah.
Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Hukum zina dalam islam dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Rajam
Rajam adalah hukuman yang diterapkan apabila zina yang dilakukan oleh
seseorang yang telah menikah (Al-muhsan) maka ia akan dilempari
dengan batu hingga meninggal dunia. Dengan syarat pelaku zina adalah
orang yang baligh dan berakal.
2. Seratus Kali Dera
Dera atau cambuk diberlakukan pada pelaku zina yang belum menikah
dengan cara mencambuk sebanyak 100 kali berdasarkan Qs. An-Nur:2

10
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”.

KESIMPULAN
Perkosaan merupakan salah satu bentuk dari kekerasan seksual dan tidak
jarang terjadi di Indonesia. Akan tetapi hanya beberapa kasus saja yang baru
dilaporkan kepada lembaga yang berwenang karena korban cenderung menutup
diri apabila terjadi perkosaan terhadap dirinya. Pasca peristiwa ini korban dapat
mengalami PTSD yaitu berupa gejala-gejala yang timbul akibat trauma yang
mendalam dalam dirinya. Hukum yang mengatur mengenai perkosaan terkandung
dalam KUHP Pasal 285. Perkosaan dalam islam termasuk kedalam jarimah
hudud. Di Indonesia, jarimah hudud belum bisa terlaksana dengan baik karena
adanya pertentangan hukum mengenai hukuman mati dengan Hak Asasi Manusia
dan tindak pidana KUHP. Hukum islam akan bisa diterapkan di Indonesia apabila
pemerintahan menerapkan hukum islam pada peraturan negara.

SARAN
1. Perlu adanya peraturan-peraturan lebih lanjut berdasarkan jenis kekerasan
seksual yang terjadi.
2. Perlu adanya pendidikan seks agar semua orang paham batasan-
batasannya.
3. Peningkatan dalam penerapan hukum islam di Indonesia.

11
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Unit PPA Polres Metro Jakarta Selatan khususnya
Ibu Nunu dan Ibu Mega yang sudah membimbing dan membantu dalam
pengumpulan data laporan kasus ini. Terima kasih kepada Dr. dr. Eko Poerwanto,
Mkes yang sudah bersedia menuangkan ide-idenya serta memberikan bimbingan
dan waktunya dalam penulisan laporan ini. Terimakasih kepada dr. Ferryal
Basbeth, SpF DFM sebagai dosen pengampu serta dr. Hj. RW. Susilowati, Mkes
dan DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun sebagai koordinator Blok Elektif. Kepada
semua anggota kelompok Domestic Violence 3, terima kasih atas dukungan dan
kerjasamanya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an.
Ahmad, D. 2017. Pengaruh Pendidikan Seksual Dalam Keluarga Terhadap
Perilaku Penyimpangan dan Pelecehan Seksual Pada Remaja. Jurnal
Pelangi, 9(20), pp.61-70.
Aryani, A., dkk. 2019. Korban Bersuara, Data Bicara, Sahkan RUU Penghapusan
Kekerasan Seksual Sebagai Wujud Komitmen Negara. Catatan
Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2018.
Gore, A.T. 2017. Post Traumatic Stress Disorder, Treatment, and Management.
Medscape.
Isro H. 2012. Gangguan Stres Pasca Trauma pada Korban Pelecehan Seksual di
Kalangan Pelajar. Prosiding Internasional Seminar & Worksjop Post
Traumatic Counseling. STAIN, Batusangkar.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
Pedoman Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja. 2011. Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
http://www.ilo.org/jakarta/whatwedo
/publications/WCMS_171328/lang--en/index.htm.
RUU Tentang Penghapusan Kekerasan Seksual BAB V Pasal 16Krantz, G. and
Gracia-Moreno, C. (2005). Violence Against Women. J Epidemiol
Community Health, (59), pp.818-821.
Samarasekera, U. and Horton, R. (2015). Prevention of violence against women
and girls: a new chapter. The Lancet, 385(9977), pp.1480-1482.
Saputro, Adery Ardhan. 2016. Tindak Pidana Perkosaan dalam Rancangan
KUHP. Aliansi Nasional Reformasi KUHP, Jakarta Selatan.
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004
Undang-undang No. 13 Tahun 2006 Pasal 5(1)
https://tafsirweb.com/4636-surat-al-isra-ayat-32.html
https://almanhaj.or.id/3383-fikih-hudud.html
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2006/uu13-2006.pdf

13
https://www.komnasham.go.id/files/1475231474-uu-nomor-39-tahun-1999-
tentang-$H9FVDS.pdf
https://tafsirweb.com/6130-surat-an-nur-ayat-2.html
https://www.dpr.go.id/doksileg/proses2/RJ2-20170201-043128-3029.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai