01 GDL Nurwahyuut 843 1 Kti - Nur 4
01 GDL Nurwahyuut 843 1 Kti - Nur 4
DI SUSUN OLEH :
i
PEMBERIAN DIAFRAGMATIC BREATHING EXERCISE
TERHADAP PENURUNAN SESAK NAFAS PADA
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. D DENGAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK
DIRUANG ANGGREK I RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA
DI SUSUN OLEH :
NUR WAHYU UTAMI
NIM. P11 044
i
ii
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapan dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta,
Yang Membuat Pernyataan
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Ditetapkan di :
Hari/Tanggal :
NIK.201289111
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan : Surakarta
Hari/Tanggal : Senin, 19 mei 2014
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Amalia Agustin, Skep., Ns. ( )
NIK.201289111
penguji I :Atiek Murharyati, Kep. Ns., M.Kep ( )
NIK. 200680021
Penguji II :Alfyana Nadya R, S,Kep.,Ns., M.Kep ( )
NIK. 201086057
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII
2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program studi
v
5. perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempuranya
7. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang selalu menjadi inspirasi, motivasi dan
STIKES Kusuma Husada dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu per satu, yang telah memberi kandukungan moril dan spiritual.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... iv
KATA PENGANTAR.............................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................. 5
C. Manfaat Penulisan........................................................................... 6
B. Asuhan Keperawatan...................................................................... 24
C. Sesak Nafas.................................................................................... 33
D. Pernapasan Diafragma.................................................................... 37
vii
B. Pengkajian..................................................................................... 43
C. Masalah keperawatan................................................................... 52
D. Perencanaan keperawatan............................................................. 54
E. Implementasi................................................................................ 56
F. Evaluasi keperawatan.................................................................... 60
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian..................................................................................... 64
B. Diagnosa Keperawatan................................................................. 71
C. Intervensi Keperawatan................................................................ 75
D. Implementasi Keperawatan........................................................... 80
A. Kesimpulan............................................................................. 92
B. Saran....................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 2.1 ......................................................................... 14
2. Tabel 2.2 ......................................................................... 22
3. Tabel 2.3 ......................................................................... 34
4. Tabel 2.4 ......................................................................... 41
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 3.1 Genogram ....................................................................... 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
emfisema paru, dan asma bronkial membentuk suatu kesatuan yang disebut
Wilson, 2006:783).
seorang manusia setiap sepuluh detik. PPOK juga merupakan salah satu
sebanyak 210 juta manusia mengalami PPOK dan hampir 3 juta manusia
meninggal akibat PPOK pada tahun 2005, diperkirakan pada tahun 2030,
dengan merokok. WHO menyatakan hampir 75% kasus bronkitis kronik dan
1
2
lebih berisiko untuk terkena PPOK dibanding yang bukan perokok, tetapi
risiko PPOK pada orang dewasa sebanyak 10 - 43% (Brashers, 2007 : 85).
adalah tiga kali lipat jumlah kasus di negara-negara lain di dunia. Di negara-
sekitar 3.4% setiap tahun. Menurut WHO, bagian Pasifik Barat, yang meliputi
Asia Timur dan Pasifik, adalah bagian yang tercatat dengan angka merokok
setiap hari dan hampir sebagiannya adalah dari Asia. Data di dapatkan dari
2007:66).
diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%).
kematian akibat penyakit paru kronik dan emfisema. Dari data RSUD Dr.
608 dan presentasi yang paling banyak adalah pada usia 65 keatas yaitu
3
dengan jumlah 404, sedang pasien dengan rawat jalan berjumlah 514 dan
Masalah yang sering muncul pada kasus PPOK antara lain batuk
beraktivitas pada pasien PPOK terjadi bukan hanya akibat dari adanya
kelainan obstruksi saluran nafas pada parunya saja akan tetapi juga akibat
pengaruh beberapa faktor. Salah satunya sesak nafas yang dialami oleh pasien
:39).
berupa rasa tidak nyaman di dada yang serius (severe air hunger) sampai
yang fatal. Tanda dan gejala meliputi adanya gangguan fisiologis akut, seperti
Gejala yang menyertai yaitu nyeri dada yang di sertai dengan sesak, batuk
yang disertai sesak, demam yang menggigil mendukung adanya suatu infeksi,
dari keadaan lingkungan adalah alergen seperti serbuk, debu, asap, bahan
kimia yang menimbulkan iritasi jalan nafas, dan obat-obat yang dimakan dan
rasa sesak. Rasa sesak itu sendiri dapat di kurangi salah satunya dengan
keluarkan dari mulut yang dilakukan dengan posisi nyaman dan berbaring
dengan relaks dan menutup mata, serta melonggarkan pakaian disekitar leher
pasien asma yang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk-
kronik ( PPOK ) yang terjadi pada Ny. D dengan tanda dan gejala sesak
5
nafas, batuk, sesak nafas saat posisi terlentang, ekspirasi memanjang, tampak
Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Surakarta”.
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
keperawatan.
3. Bagi pembaca
4. Bagi Penulis
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
terhadap partikel atau gas yang berbahaya, dua gangguan yang terjadi
pada PPOK yaitu bronkitis kronis dan emfisema paru (Ikawati, 2007:65).
udara pernafasan dapat berasal dari tempat mana pun dalam percabangan
8
9
(FEV1) yang menurun secara nyata, kapasitas vital paksa (FVC) yang
normal atau menurun, dan dengan demikian rasio FEV1 : FVC akan
(Kendall, 2013:96).
2. Etiologi
lain:
a. Merokok
dan merupakan penyebab dari 85-90 % kasus dan kurang lebih 15-
b. Pekerjaan
brokus, dan umunya para pekerja di batu bara atau tambang emas,
10
c. Polusi udara
a. Usia
b. Jenis kelamin
aktif dan prevenlasi PPOK pada laki-laki 10-15% dan pada wanita 1-
paru lebih besar sejalan dengan waktu dari pada yang fungsinya
normal.
PPOK:
1) Batuk produktif
sepanjang tahun.
saluran pernafasan.
gejala.
b. Pemeriksaan fisik
b) Uji bronkodilator
dua yaitu:
pink puffer.
bloaters.
5. Pemeriksaan Diagnostik
antara lain:
a) PaO2< 8,0 kPa (60 mmHg) dan atau SaO2< 90% dengan atau
tanpa PaCO2< 6,7 kPa (50 mmHg), saat bernafas dalam udara
b) PaO2< 6,7 kPa (50 mmHg), PaCO2> 9,3 kPa (70 mmHg) dan
3) Elektrokardiografi (EKG)
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Leukosit
merokok sigaret.
16
b) Eritrosit
c) Hemoglobin
khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel
17
2) Foto thoraks
1) Bayangan lobus
6. Patofisologi
a. Bronkitis Kronis
yang terjadi terus menerus seperti asap rokok atau polutan dapat
adanya mukus dan kurangnya jumlah sillia dan gerakan sillia untuk
b. Emfisema
2007:68).
bronkitis kronik, oleh karena itu pada pasien emfisema lebih banyak
2007 :69).
7. Komplikasi
a. Hipoksemia
b. Asidosis Respiratori
d. Gagal Jantung
e. Disritmia jantung
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan farmakologi
1) Bronkodilator
2) Antibiotik
1) Indikasi oksigen
dengan gagal nafas akut, gagal nafas akut pada gagal nafas
Terapi yang
Karakteristik pasien Patogen penyebab yang mungkin
direkomendasikan
adalah
1) Aktivitas olahraga
2) Konseling nutrisi
lebih dari 50% pasien PPOK yang masuk rumah sakit. Insiden
pertukaran gas.
3) Penyuluhan
dapat lancar.
2010:24).
posisi ini tempat tidur ditinggikan 45-600 dan lutut pasien agak
B. Asuhan keperawan
yaitu
pernafasan lain-nya.
4. Pola perkembangan gejala, PPOK biasanya terjadi pada orang dewasa dan
medis.
pernafasan.
7. Ketetapan terapi medis saat ini, seperti penyekat beta yang biasanya
merokok.
1. Pengkajian
b) Sianosis?
e) Edema perifer?
g) Tingkat kegelisahan ?
2. Diagnosa keperawatan
ventilasi-perfusi.
oksigen.
3. Intervensi keperawatan
ventilasi-perfusi.
Intervensi keperawatan:
diharuskan.
keadekuatan oksigenasi.
Intervensi keperawatan:
1) Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan per hari kecuali terapat kor
pulmonal.
kedalam paru-paru.
mengatasi infeksi.
Intevensi keperawatan:
dirapatkan.
Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
30
toleransinya.
jika diharuskan.
pernafasan.
oksigenasi.
Intervensi keperawatan:
membungkuk).
selama aktivitas.
penghematan energi.
31
Intervensi keperaawatan:
Intevensi keperawatan:
32
bagi pasien.
Intervensi keperawatan:
hidup.
33
C. Sesak Nafas
1. Pengertian
berupa rasa tidak nyaman di dada yang serius (severe air hunger) sampai
Menurut Sudoyo (2007: 2189), tanda dan gejala sesak nafas adalah:
a. Keluhan awalnya
sensitif.
3. Patofisologi
seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan
orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu
2006:736).
ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama (Prince dan
wilson, 2006:736).
4. Pemeriksaan umum
adalah:
36
a. Tampilan umum
Pasien terlihat sesak nafas dan nafas pendek, dan terlihat gelisah.
d. Palpasi
berulang-ulang.
e. Perkusi
f. Auskultasi
berisi cairan.
a. Saluran nafas
b. Oksigen
c. Ventilasi mekanik
kelanjutannya.
d. Latihan diafragma
D. Pernafasan diafragma
1. Pengertian
yang dilakukan dengan posisi nyaman dan berbaring dengan relaks dan
karena ketika terjadi sesak nafas pasien cenderung tegang yang membuat
2. PemberianTerapi
terasa berat dan batuk-batuk terutama di malam hari atau dini hari.
Dalam penelitian ini hasil pre dan post test kualitas hidup dengan
penderita asma.
dari 15 kriteria pertanyaan yang terdiri dari penilaian terdiri dari fisik,
merasa sesak nafas dan dada berat, sering menghindari asap rokok atau
saluran hidung.
Pada Bebera
Sebagia Hampir
Setiap waktu pa Sedikit Tidak
No n besar tidak
saat yang waktu waktu pernah
waktu terjadi
khusus
Merasa sesak
napas sebagai
1 ü
akibat dari
penyakit asma?
Merasa terganggu
oleh atau harus
2 menghindari debu ü
di lingkungan?
Merasa frustrasi
3 akibat penyakit
asma?
Merasa terganggu
4 ü
karena batuk?
Merasa takut
tidak memiliki
5 ü
obat untuk
penyakit asma?
Merasa sesak
6 nafas atau dada ü
berat?
Merasa harus
menghindari asap
7 ü
rokok di
lingkungan?
Memiliki
kesulitan untuk
tidur malam yang
8
baik sebagai
akibat penyakit
asma?
Merasa prihatin
9 karena menderita ü
asma?
Pengalaman
10 ü
mengi di dada?
Merasa terganggu
harus
menghindari pergi
11 keluar karena ü
cuaca atau
pencemaran
udara?
42
13 Kegiatan yang ü
biasa (seperti
berjalan,
pekerjaan rumah
tangga, berkebun,
belanja, naik
tangga)
14 Kegiatan sosial ü
(seperti berbicara,
bermain dengan
hewan
peliharaan/anak-
anak,
mengunjungi
teman/kerabat)
15 Kegiatan kerja ü
terkait (tugas yang
harus lakukan di
tempat kerja)
Tabel 2.4 Mini AQLQ
BAB III
LAPORAN KASUS
pada tanggal 11 April 2014 jam 10.30 WIB, pada kasus ini dilakukan dengan
A. Identitas Pasien
berumur 77 tahun, beragama islam, pasien tidak tamat sekolah dasar, Ny. D
medis penyakit paru obstruksi kronik dengan nomor rekam medis 01249843.
B. Pengkajian
43
44
rumah sakit mengeluh sesak nafas yang memberat ±4 bulan sesak terus
umum lemah, tekanan darah 160/120 mmHg, nadi 92 kali per menit, respirasi
29 kali per menit, suhu tubuh 36,7˚C. Di rumah sakit pasien juga
mendapatkan obat aminophilin 240mg dan ceftriason 2gr, dengan infus NaCl
merasakan sesak nafas, dan berobat ke rumah sakit. Namun pasien belum
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, dan juga belum pernah operasi.
obat-obatan tertentu, selain itu pasien mengatakan bahwa saat masih kecil
Ny. D
Keterangan
: Laki-laki
: perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Ikatan pernikahan
: Keturunan
: Tinggal serumah
Pola pengkajian primer, Airway mulut pasien simetris, tidak ada luka,
ada sumbatan sekret, sesak nafas, dahak sulit dikeluarkan, batuk tidak efektif.
Breathing, respirasi 29 kali per menit, sesak saat posisi terlentang, ekspirasi
Palpasi fokal fremitus sama kanan dan kiri. Perkusi sonor, auskultasi
composmentis, GCS 15. Exposure suhu 36,8˚c, tidak ada jejas pada tubuhnya.
menjaga kesehatannya, akan tetapi ± 6 bulan pasien merasa sesak nafas saat
beraktivitas, mudah lelah dan lemas. Pasien sudah mencoba berobat ke mantri
45 kg, tinggi badan 150 cm, indeks masa tubuh (IMT) Berat badan
tidak diketahui, Clinical Sign pasien mengatakan bahwa pasien sehat dan
tanpa ada gangguan, Dietary data pasien mengatakan makan makanan yang
disukai meliputi nasi, lauk, sayuran dan pasien makan 3 kali sehari, dengan
satu kali makan pasien menghabiskan 1 porsi makanan, dan meminum air
putih 6-7 gelas. Selama sakit antropometri didapatkan data berat badan 41 kg,
tinggi badan 150 cm, indeks masa tubuh didapatkan data 18,2 (tidak normal),
hemoglobin 10 g/dl, clinical sign didaptkan data mukosa bibir kering, turgor
kali sehari dengan diit TKTP, nasi, sayur, dan buah pisang, porsi habis 3 atau
4 sendok makan dan air putih dan teh hangat 3 sampai 4 gelas.
47
sampai 6 kali sehari dengan warna kencing jernih dan bau khas, sedangkan
buang air besar pasien satu kali sehari konsistensi lunak dan bau khas. Saat
buang air besar dan buang air kecil pasien tidak mengalami keluhan dan
gangguan apapun, sedangkan selama sakit pasien mengatakan buang air kecil
3 sampai 4 kali sehari dengan warna kencing jernih dan bau khas, sedangkan
buang air besar belim keluar. Saat buang air kecil pasien dibantu oleh
anaknya.
berpakaian, mobilisasi di tempat tidur dan juga berpindah harus dibantu oleh
orang lain (skor penilaian 2), sedangkan untuk ambulasi/ ROM, pasien dapat
Pola istirahat dan tidur, sebelum sakit pasien mengatakan dapat tidur
dengan nyenyak ±9 jam pada malam hari yaitu dari pukul 22.00-06.00WIB
dan tidur siang tidur siang ±2 jam bila memiliki waktu luang. Selama sakit
Dalam satu hari pasien hanya tidur selama ±6 jam yaitu jam 22.00 WIB-
05.00WIB dan sering terbangun karena sesak nafas. Saat siang hari pasien
jelas dan masih bisa melihat, sedangkan selama sakit pasien masih dapat
Pola konsep diri, body image pasien mengatakan merasa senang dan
bangga atas apa yang ada pada tubuh pasien. Ideal diri, pasien mengatakan
berharap cepat sembuh dari sakitnya, dan berharap bisa sembuh seperti
sebagai ibu dari 4 orang anak dengan baik. Harga diri, pasien mengatakan
bahwa sangat percaya diri dengan apa yang dimiliki pasien saat ini.
pasien dalam kehidupan bermasyarakat juga terjalin dengan baik dan tidak
pasien seorang janda karena suaminya telah meninggal sekitar sepuluh tahun
yang lalu. Pola mekanisme koping pasien ingin cepat sembuh dan ingin cepat
lemah, dengan kesadaran composmentis (CM) GCS E=4, V=5, M=6. Tanda-
tanda vital tekanan darah 160/120 mmHg, Nadi 92 kali per menit, respirasi 29
49
kali per menit, suhu 36,8oc. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih,
palpebra tidak oedema, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, reflek cahaya
positif. Pada pemeriksaan hidung didapatkan data tidak ada polip, ada sedikit
sekret, terpasang nasal kanul O2 3 liter per menit, pada pemeriksaan mulut
didapatkan data mukosa bibir kering, tidak ada siaonis. Pada pemeriksaan
gigi didapatka bahwa tidak ada gigi. Pada pemeriksaan telinga didapatkan
hasil telinga simetris kanan kiri, bersih, tidak menggunakan alat bantu
respirasi 29 kali per menit dengan ekspirasi memanjang, pola nafas takipnea,
saat dilakukan palpasi vokal fremitus kanan kiri sama. Saat dilakukan perkusi
tampak, saat dilakukan palpasi didapatkan hasil ictus cordis teraba antara
ictus cordis 4 dan 5, saat dilakukan perkusi didapatkan hasil pekak. Saat
abdomen didapatkan hasil inspeksi perut datar, tidak ada bekas luka, saat
auskultasi didapatkan hasil bising usus 16 kali/ menit, saat perkusi didapatkan
hasil suara redup di kuadran 1, dan tympani pada kuadran 2, 3, 4. Saat palpasi
rektum bersih dan tidak ada hemoroid. Pada pemeriksaan ekstremitas atas
didapatkan hasil terpasang infus NaCl di tangan kiri, akral hangat, tidak ada
oedema. Ekstremitas bawah, di bagian kaki kiri terdapat luka bekas jatuh dari
tanggal 11 april 2014, yaitu hemoglobin 10 g/dl (11,6 – 16,1 g/dl), hematokrit
30 % (33 -45 %), leukosit 10,8 ribu/dl (4,5 – 11,0 ribu/dl), trombosit 27,8
ribu/ul (150 – 450 ribu/ul), eritrosit 4,68 juta/ul (4,10 – 5,10 juta/ul),
golongan darah B, gula darah sewaktu 110 mg/dl (60-140mg/dl), SGOT 3,4
u/l (0-35u/l), SGPT 26 u/l(0-45u/l), albumin 3.0 g/l (3,2-4,5 g/l), creatinin 0,6
mg/dl (0,6 – 1,2), ureum 30 mg/dl (<50 mg/dl), natrium darah 129 mg/dl (132
– 146 mg/dl), kalium darah 4,3 mmol ( 3,7 – 5,4 mmol), klorida darah 97
mmol (98 – 106 mmol). Data analisa gas darah pH 7,266 ( 7,310-7,420), BE -
2,4 mmol/l (-2+3 mmol/l), PCO2 40,6 mmHg (27,0-100,0 mmHg), PO2 128,5
28,0 mmol/l), total CO2 20,5 mmol/l (19,0-24,0), O2 saturasi 98,7 % (94,0-
Dari hasil rontgen terlihat cardiomegali dengan besar dan bentuk normal,
lung.
51
Aminophillin 360 mg, ceftriaxone 1gr, Dexamethasone 5mg, infus Nacl 0,9%
20 tetes per menit. Pasien mendapatkan obat oral aspilet 80 mg, captopril
11 april 2014 pukul 12.00 WIB, diantaranya pasien mengatakan merasa sesak
nafas setiap saat, pasien mengatakan pada waktu khusus atau tertentu merasa
pada waktu khusus atau tertentu merasa frustasi akibat penyakitnya, pasien
mengatakan pada waktu khusus atau tertentu merasa takut bila tidak memiliki
obat untuk penyakitnya, pasien mengatakan sering merasa sesak nafas dan
dada berat, pasien mengatakan pada waktu tertentu merasa harus menghindari
kesulitan untuk tidur malam, pasien mengatakan pada waktu tertentu pasien
terganggu dan harus menghindari cuaca dan pencemaran udara yang ada
C. Masalah Keperawatan
WIB pada Ny. D ditemukan data fokus yaitu data subyektif, pasien
mengatakan sesak nafas dan batuk tidak efektif, sedangkan data objektifnya
di tandai dengan respirasi 29 kali per menit, tekanan darah 160/120 mmHg,
suhu 36,8o c, nadi 92 kali per menit, bunyi tambahan ronkhi di lobus 2
Pada tanggal 11 April 2014 pukul 10.35 WIB hasil dari pengkajian
didapatkan data subjektif pasien mengatakan sesak nafas dan bertambah sesak
nafas saat posisi terlentang sedangkan data objektif ditandai dengan respirasi
sinestra, vokal fremitus kanan kiri sama. Maka penulis merumuskan prioritas
hiperventilasi.
sedangkan data objektif tampak lemah, konjungtiva anemis, turgor kulit jelek,
hanya makan 3-4 sendok, pasien hanya makan menu dari rumah sakit dengan
diit TKTP, berat badan sebelum sakit 45 kg sedang waktu sakit menjadi 41
beraktivitas, mudah lelah, dan badan terasa lemas data objektif tekanan darah
160/120 mmHg, nadi 92 kali per menit, respirasi 29 kali per menit, pasien
tampak lemah, pasien berbaring lemas, dari data aktivitas latihan didapatkan
dibantu orang lain (nilai skore 2), toileting dibantu orang lain (nilai skore 2),
oksigen.
D. Rencana Keperawatan
jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih dengan tujuan
setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 2x24 jam bersihan jalan nafas
dapat efektif dengan kriteria hasil pasien dapat bernafas dengan mudah, jalan
vital sign dan pola nafas dengan rasional untuk mengetahui suara nafas
tambahan dan adanya suara tambahan, ajarkan batuk efektif dan nafas dalam
dengan rasional untuk mengeluarkan sekret dan mengurangi sesak nafas, beri
batuk efektif dan nafas dalam dengan rasional untuk mengurangi rasa cemas
dan menambah ilmu pengetahuan, beri posisi semi fowler dengan rasional
keperawatan 2x24 jam pola nafas menjadi efektif dengan kriteria hasil tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan tidak ada,
55
pernafasan teratur dengan respirasi 18-24 kali per menit, dispnea tidak ada,
observasi vital sign, bunyi nafas dan letak sekret, ajarkan teknik latihan
kriteria hasil adanya peningkatan berat badan yang sesuai dengan tujuan (1
pasien, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dengan rasional
yang kaya akan karbonhidrat, vitamin, mineral, dan protein yang adekuat
yang mengatur proses metabolisme tubuh, kolaborasi dengan tim ahli gizi/
56
nutrisi dalam pemberian diit TKTP dengan rasional menentukan metode diit
dengan kriteria hasil tanda-tanda vital dalam batas normal, dapat beraktivitas
observasi vital sign dan kemampuan aktivitas pasien dengan rasional untuk
yang dimiliki pasien, bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala
untuk memenuhi ADL pasien dengan rasional untuk memenuhi ADL pasien,
E. Implementasi
april 2014 jam 11.30 WIB mengobservasi keadaan umum dan vital sign
objektif Ny. D tampak lemah, terpasang O2 nasal kanul 3 liter, Tekanan darah
160/120 mmHg, respirasi 29 kali per menit, suhu 36 o C dan nadi 92 kali per
menit.
57
anterior . pada jam 11.37 WIB memberikan penjelasan kepada Ny. D sebelum
Pada jam 11.45 WIB mengajarkan tarik nafas dalam dan batuk efektif dengan
mengatakan tidak nafsu makan, data objektif Ny. D hanya makan 3 sendok.
Pada jam 12.05 WIB menganjurkan Ny. D untuk makan sedikit tapi sering,
respon subjektif dari Ny. D mengatakan bahwa nafsu makan menurun, respon
objektif Ny. D tampak mengerti anjuran dari perawat. Pada jam 12.10 WIB
mengobservasi vital sign dan pola nafas dengan respon subjektif pasien
mengatakan sesak nafas dan respon objektif tekanan darah 140/90 mmHg,
respirasi 28 kali permeni, suhu tubuh 36,7oc, dan denyut nadi 87 kali per
menit, serta suara ronkhi di lobus 2 anterior sinestra. Pada jam 12.13 WIB
mengatakan ADLnya dibantu oleh anaknya dan data obyektif pasien tampak
Ny. D mengatakan bersedia dan respon objektif Ny. D terlihat rileks. Pada
subjektif Ny. D mengatakan sesak nafas dan respon objektif Ny. D nampak
rileks di tempat tidurnya. Pada pukul 13.10 WIB menganjurkan pasien untuk
masih lemah sedang data obyektifnya pasien tampak tiduran ditempat tidur.
April 2014 jam 08.30 WIB mengobservasi vital sign/ mengauskultasi bunyi
paru dengan respon subjektif Ny. D mengatakan bahwa masih sesak nafas
dengan respon objektif tekanan darah Ny. D 130/90 mmHg, respirasi 28 kali
permenit, suhu tubuh 36,8o C, denyut nadi 89 kali per menit, terpasang O2 3
bersedia diinjeksi dan data objektif Ny. D obat masuk lewat intravena. Pada
jam 09.15 WIB mengajarkan tarik nafas dalam dan batuk efektif dengan
tampak mengikuti, respirasi 28 kali per menit, sekret keluar. Pada jam 09.15
data objektif Ny. D terlihat rileks. Pada jam 10.00WIB mengisi humidifer
dengan air oksigen dan mengecek O2 apakah sudah benar atau belum dengan
mengajarkan kepada Ny. D makanan apa saja yang boleh dimakan (sesuai diit
mengajarkan Ny. D untuk makan sedikit tapi sering dengan respon subjektif
5 sendok. Pada jam 10.25 WIB mengobservasi vital sign dan auskultasi bunyi
paru dengan respon subjektif pasien mengatakan masih sesak nafas dan
darah 120/80 mmHg, suhu 36,1 o C, respirasi 25 kali per menit, nadi 84 kali
per menit.
Pada pukul 10.30 WIB mengajarkan tarik nafas dalan dan batuk
efektif dengan respon subjektif Ny. D mengatakan masih sesak nafas dan
respon objektif Ny. D mengikuti, sekret keluar, respirasi 26 kali per menit.
pada jam 10.40 WIB memberikan posisi semi fowler dengan respon subjektif
pasien mengatakan ADLnya masih di bantu oleh anaknya dan respon objektif
Pada tanggal 12 april 2014 pada jam 10.10 WIB menganjurkan pasien
mengatakan sesak posisi terlentang dan respon objektif pasien tampak miring
tampak rileks, respirasi 25 kali per menit. Pada tanggal 12 April 2014 jam
bunyi paru dengan respon subjektif Ny. D mengatakan bahwa sesak nafas
sinestra, tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 26 kali per menit, suhu tubuh
36,1oc, denyut nadi 89 kali per menit. Pada jam 12.30 WIB menganjurkan
pasien untuk makan makanan dari rumah sakit yaitu diit tktp dengan respon
subjektif pasien mengatakan bersedia dan data objektif pasien tampak makan,
makan 1 porsi habis. Pada pukul 13.00 WIB memposisikan semi fowler
F. Evaluasi
berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih pada hari jum’at tanggal
11 April 2014 jam 13.45 WIB adalah Subjektif: pasien mengatakan sesak
61
nafas dan batuk tidak efektif. Ojektif: teterdapat suara ronkhi di lobus 2
WIB adalah subjektif: pasien mengatakan sesak nafas dan bertambah sesak
nafas belum teratasi. Planing: observasi vital sign, ajarkan latihan pernafasan
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis pada jam
13.15 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan tidak nafsu makan, cepat
merasa kenyang, dan hanya makan 3 sendok. Objektif: pasien tampak lemah,
pada jam 14.04 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan badannya masih
lemah dan ADLnya di bantu anaknya. Objektif: pasien tampak lemas dan
dimiliki pasien, bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, anjurkan
berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih pada hari sabtu 12 April
2014 jam 13.48 WIB, subjektif: pasien mengatakan masih sesak nafas dan
batuk tidak efektif. Objektif: terdapat suara ronkhi di lobus 2 anterior sinestra,
taik nafas dalam, mengajarkan batuk efektif, memberi posisi semi fowler.
WIB adalah subjektif: pasien mengatakan masih sesak nafas dan bertambah
sesak saat posisi terlentang. Ojektif: terdapar suara ronkhi di lobus 2 anterior
sinestra, respirasi 25 kali per menit, terdapat penggunaan alat bantu nafas, dan
nafas belum teratasi. Planing: observasi vital sign, kaji bunyi paru, ajarkan
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis pada jam
13.15 WIB dengan subjektif: pasien mengatakan sudah mau makan, makan 5
nadi, respirasi, bantu pasien untuk mngubah posisi dan selanjutnya anjurkan
pada jam 13.45 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan badannya masih
pasien, bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, anjurkan keluarga
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan tentang Ny. D
pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara
teori dengan kasus. Terkait dengan hal tesebut pada bab ini penulis akan
terhadap penurunan sesak nafas pada Asuhan keperawatan Ny. D dengan Penyakit
A. Pengkajian
sumbatan aliran udara ini umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan
64
65
berbahaya, dua gangguan yang terjadi pada PPOK yaitu bronkitis kronis dan
sesak nafas. Sesak nafas adalah suatu yang dirasakan oleh pasien secara
(Muttaqin, 2008:45). Sesak nafas pada pasien PPOK terjadi karena adanya
otot ekstremitas oleh karena efek sistemik, deconditioning dan nutrisi yang
memberat ± 4 bulan, sesak terus menerus meningkat jika beraktivitas. Hal ini
sesuai dengan teori, dimana tanda dan gejala dari PPOK yaitu adanya sesak
nafas, batuk-batuk kronis, sputum yang produktif dan faktor resiko, namun
PPOK ringan biasanya tanpa keluhan dan gejala (Aziz dkk, 2006:05).
Riwayat dahulu pasien ± 6 tahun yang lalu pernah mengalami sesak nafas
seperti ini hanya berobat ke mantri dan belum pernah dirawat sebelumnya di
paling utama adanya perokok pasif adalah asap rokok, baik yang di hisap
maupun terhisap dari asap rokok orang lain, apabila ini terus menerus akan
66
2013:211).
sekret, sesak nafas, dahak sulit di keluarkan dan batuk tidak efektif.
sekret, sekret bronkus merupakan perbenihan yang ideal bagi berbagai jenis
kuman yang berhasil masuk dalam saluran nafas bawah, apabila terjadi
infeksi sekunder, maka dahak akan menjadi semakin pekat, kental dan
fokal fremitus sama anatara kanan dan kiri, perkusi: sonor, auskultasi:
terdengar suara ronkhi di lobus anterior sinestra. Hal ini sesuai teori pada
takipnea, dada emfisematous atau barrel chest, dengan tampilan fisik pink
puffer atau blue bloater, bunyi nafas vesikuler melemah, eksirasi memanjang,
ronkhi kering atau wheezing, bunyi jantung jauh, menggunakan otot bantu
badan 41kg, tinggi badan 150 cm, indeks masa tubuh didapatkan data 18,2
30% normal, hemoglobin 10 g/dl turun, clinical sign didapatkan data mukosa
bibir kering, turgor kulit kering, konjungtiva anemis, dietary data pasien
mengatakan makan 3 kali sehari dengan diit TKTP, nasi, lauk dan buah, porsi
atau jaringan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor hemodinamik berupa
oksigen antara darah arteri dan vena, oleh karena itu kapasitas penghantar
oksigen akan menurun jika kadar Hb < 7 g/dl dan akan memperburuk kondisi
mobilitas ditempat tidur, berpindah, dan toileting dengan dibantu orang lain
(score penilaian 2), pada ambulasi atau ROM dengan mandiri (score penilain
0). Pada kasus PPOK, pasien sering mengalami penurunan toleransi terhadap
olah raga pada periode yang pasti dalamsehari, hal ini tampak saat ketika
bangun tidur, karena sekresi bronkial dan edema menumpuk dalam paru-paru
lainnya terjadi segera setelah makan, terutama saat makan dimalam hari.
Keletihan akibat aktivitas siang hari disertai dengan distensi abdomen yang
membatasi toleransi (Smeltzer, 2002:596). Hal ini sesuai dengan data pada
pasien Ny. D yang kebutuhan ADL nya perlu bantuan dan pasien mengeluh
sesak nafas.
darah 160/1200 mmHg, Nadi 92 kali per menit, respirasi 29 kali menit, suhu
peningkatan respirasi yaitu 29 kali per menit, dimana nilai normal pernapasan
berkisar 16-24 kali per menit, terlihat otot bantu pernafasan, beberapa data
sesuai dengan teori PPOK, dimana dalam teori ditemukan adanya pernafasan
takipnea, dada emfisematous atau barrel chest, dengan tampilan fisik pink
bentuk dada simetris, saat dilakukan palpasi vokal fremitus kanan kiri sama,
saat dilakukan perkusi sonor, saat dilakukan auskultasi terdengar suara ronkhi
di lobus 2 anterior sinestra. Hal ini dalam teori didapatkan hasil inspeksi pada
bentuk dada barrel chest akibat udara yang terperangkap, penipisan massa
otot, bernafas dengan bibir yang dirapatkan, dan pernafasan abnormal yang
tidak efektif. Pada palpasi, ekpansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
terpasang infus NaCl, akral hangat, tidak ada edema, kekuatan otot penuh
(didapatkan nilai 5), capilery refil kurang dari 2 detik. Ekstremitas bawah
kekuatan otot 4, karena ada bekas luka habis jatuh dari kamar mandi.
tanggal 11 april 2014, yaitu Pada Ny. D pemeriksan yang dilakukan sesuai
penurunan (11,6 – 16,1 g/dl), hematokrit 30 % normal (33 -45 %), leukosit
10,8 ribu/dl normal (4,5 – 11,0 ribu/dl), trombosit 27,8 ribu/ul penurunan
dengan rentang penurunan (150 – 450 ribu/ul), eritrosit 4,68 juta/ul normal
(4,10 – 5,10 juta/ul), golongan darah B, gula darah sewaktu 110 mg/dl normal
(60-140mg/dl), SGOT 3,4 u/l normal (0-35u/l), SGPT 26 u/l normal (0-45u/l),
albumin 3.0 g/l penurunan dengan rentang penurunan (3,2-4,5 g/l), creatinin
0,6 mg/dl normal (0,6 – 1,2), ureum 30 mg/dl normal (<50 mg/dl), natrium
darah 129 mg/dl normal (132 – 146 mg/dl), kalium darah 4,3 mmol normal (
70
3,7 – 5,4 mmol), klorida darah 97 mmol normal (98 – 106 mmol). Data
7,420), BE -2,4 mmol/l normal (-2+3 mmol/l), PCO2 40,6 mmHg normal
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor hemodinamik berupa cardiac output
darah arteri dan vena, oleh karena itu kapasitas penghantar oksigen akan
pernafasan, terdiri dari furosemid 360 mg, yang diberikan pada pasien asma
Obat oral N. Aseptil sistein 200mg golongan N. Acetyne 200 mg obat untuk
yang terdiri dari seftriakson 1 gr, diberikan pada pasien dengan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri patogen pada saluran napas, sepsis, jaringan lunak,
intra abdominal, dan infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh
analgesik non narkotik yang terdiri dari asetosal 80 m, diberikan pada pasien
diberikan pada pasien dengan demam, sakit kepala, rasa nyeri pada otot dan
sendi, sakit gigi (ISO, 2011:04). Captopril 3 x 12,5 mg. Captopril merupakan
golongan antihipertensi yang terdiri dari kaptopril tab 12,5 mg. Captopril
B. Diagnosa masalah
2013: 450). Mukus dalam jumlah berlebih selain karena infeksi, keadaan
subjektif pasien mengatakan sesak nafas dan batu-batuk, respirasi 29 kali per
kanan kiri sama, terdengar sonor, dari hasil auskultasi terdengar suara ronkhi
di lobus 2 anterior sinestra, data pada Ny. D sesuai dengan teori, dimana
wheezing), kesulitan berbicara, batuk tidak efektif atau tidak ada, mata
berlebih.
peningkatan denyut nadi, nafas pendek, dada nyeri dan penurunan konsentrasi
subjektif pasien mengatakan sesak nafas dan bertambah sesak saat posisi
terlentang, data objektif, respirasi 29 kali per menit, tampak penggunaan otot
bantu pernafasanter, vokal fremitus kanan kiri sama, terdengar sonor, dari
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk
pasien mengalami sesak nafas, batuk dan produksi sputum tak berarti, maka
semakin lama semakin berat dan kehabisan nafas sehingga tidak napsu makan
dan tubuhnya keliatan kurus tak berotot (Price dan Wilson, 2006:739).
selama sakit 41 kg, tinggi badan 150 cm, indeks masa tubuh didapatkan data
74
data mukosa bibir kering, turgor kulit kering, konjungtiva anemis, dietary
data pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan diit TKTP, nasi, lauk dan
buah, porsi habis 3 atau 4 sendok makan karena rasanya cepat kenyang. data
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan faktor biologis adalah berat badan
dengan pasien gagal jantung akan cepat merasa lelah hal ini terjadi akibat
curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat sirkulasi normal dan
subjektif pasien mengatakan sesak nafas saat beraktivitas, mudah lelah dan
lemas sedangkan data objektif tekanan darah 160/120 mmHg, nadi 92 kali per
menit, respirasi 29 kali per menit, pasien tampak lemah, pasien berbaring
lemas, dari data aktivitas latihan didapatkan data makan atau minum,
lain (nilai skore 2), ambulasi/ROM mandiri (nilai skore 0). Dari data yang
C. Intervensi
selama 2x24 jam bersihan jalan nafas efektif pola nafas menjadi efektif
dengan kriteria hasil tidak ada sesak, jalan nafas paten, dahak dapat keluar,
pernafasan teratur dengan respirasi 18-24 kali per menit. Hal ini sesuai
dengan teori dimana kriteria hasil yang ingin dicapai pada diagnosa
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea (mampu
nafas yang paten, mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
adalah observasi tanda-tanda vital dan pola nafas dengan rasional untuk
dengan rasional untuk mengurangi sesak nafas dan mengencerkan dahak dan
melakukan nafas dalam dan batuk efektif dengan rasional untuk mengurangi
tingkat kecemasan dan menambah pengetahuan selain itu berguna bagi pasien
(Smeltzer, 2002).
77
dilakukan tindakan keperwatan selama 2x24 jam pola nafas menjadi efektif
dengan kriteria hasil tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, bunyi nafas
tambahan tidak ada, pernafasan teratur dengan respirasi 18-24 kali per menit.
Hal ini sesuai dengan teori dimana kriteria hasil yang ingin dicapai pada
adalah mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak ada
dispnea, menunjukkan jalan paten, tanda tanda vital dalam rentang (tekanan
dilakukan adalah observasi pola nafas, irama dan usaha inspirasi, sesuai
dengan teori tindakan ini dilakukan untuk mengetahui respirasi, bunyi nafas
Dalam teori latihan ini dilakukan untuk memperbaiki fungsi alat pernafasan
responden dengan pre post test, penelitian ini di lakukan selama 1 bulan
dan terasa berat, dan batuk-batuk terutama malam dan dini hari. Pemberian
Intervensi keempat beri posisi semi fowler dalam teori pemberian posisi semi
kurang dari kebutuhan tubuh dapat tertasi dengan kriteria hasil adanya
79
peningkatan berat badan pasien (BB) mencapai 2-3 kg, nafsu makan
meningkat, mukosa lembab, asupan nutrisi adekuat Hal ini sesuai dengan
biologis adalah adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat
albumin dan hemoglobin (Hb) dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda mal
nutrisi.
vitamin, dan mineral dan karbonhidrat yang adekuaat, dalam teori nutrisi
sesuai indikasi, anjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah yang
disukai oleh pasien jika tidak ada kontra indikasi, kolaborasi dengan ahli gizi
vital dalam batas normal. Dalam teori bantu untuk memilih aktivitas
adalah observasi vital sign dan kemampuan aktivitas pasien dengan rasional
ADL, untuk memenuhi ADL pasien, anjurkan pasien untuk bedtrest dengan
D. Implementasi
sebelum dan sesudah melakukan nafas dalam dan batuk efektif dan
memposisikan posisi semi fowler. Dalam teori pemberian nafas dalam dan
81
batuk efektif berguna untuk mengurangi sesak nafas dan mengencerkan dahak
pada hari pertama tanggal 11 april pada jam 11.30 wib penulis melakukan
observasi pola nafas, irama dan usaha respirasi, dari hasil implementasi yang
sesak nafas, respon objektifnya pasien tampak lemah, terpasang O2, tekananan
darah 160/120 mmHg, respirasi 29 kali per menit, suhu 36,8 oC dan nadi 92
kali per menit. Dalam teori pemeriksaan pola nafas berfungsi untuk
mengetahui pola nafas dan letak adanya bunyi tambahan yang ada gangguan
mengatakan sesak nafas dan data objektifnya terdapat bunyi ronkhi di lobus 2
terlentang dan respon objektifnya pasien terlihat lebih rileks dan respirasi 29
kali per menit. Dalam teori tindakan menurut Nursalam (2003) dalam jurnal
hidung kedalam tubuh kemudian keluarkan dari mulut yang dilakukan dengan
posisi nyaman dan berbaring dengan rileks dan menutup mata, serta
dengan pernafasan.
responden dengan pre post test, penelitian ini di lakukan selama 1 bulan
menarik udara masuk ke dalam baru melalui saluran hidung, kemudian fase 2:
beri sedikit jeda sebelum mengeluarkan udara dari paru, selama 3 detik
kemudian fase 4: beri jeda kembali selam 2 detik setelah mengeluarkan udara
dilakukan selama 5 atau 15 menit setiap kali, satu atau dua sehari selam dua
masih sesak nafas dengan respirasi 25 kali per menit, karena pengelolaan
respon subjektif pasien mengatakan masih sesak nafas dan respon objektif
mmHg, respirasi 28 kali per menit, suhu 36,8 oC , nadi 89 kali per menit.
Dalam teori pemeriksaan pola nafas berfungsi untuk mengetahui pola nafas
dan letak adanya bunyi tambahan yang ada gangguan (Smeltzer, 2002:607),
sedang implementasi pada auskultasi dapatkan adanya bunyi nafas paru yang
injeksi dan respon objektif obat sudah masuk melalui intra vena. Dalam teori
bernafas karena ketika terjadi sesak nafas pasien cenderung tegang yang
per menit.
sign dan mengauskultasi bunyi paru dengan respon subjektif pasien masih
merasa sesak nafas, respon objektif terdapat suara ronkhi di lobus 2 anterior
sinestra, tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 26 kali per menit, nadi 84
kali per menit, suhu 36, 1o C. Dalam teori pemeriksaan pola nafas berfungsi
untuk mengetahui pola nafas dan letak adanya bunyi tambahan yang ada
dapatkan adanya bunyi nafas paru yang berupa ronkhi dan wheezing sesuai
yang sama pada jam 11.30 penulis kembali mengajarkan latihan pernafasan
berkurang, respon pasien tampak rileks, respirasi 25 kali per menit dan
semi fowler data objektif pasien tampak rileks. Dalam teori membantu
(Andriyani, 2011:05).
makanan apa yang boleh di makan sesuai dengan diit TKTP, menganjurkan
pasien untuk sedikit makan tapi sering, berikan vitamin sesuai indikasi,
anjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah yang disukai oleh
pasien jika tidak ada kontra indikasi. Dalam teori mengatasi masalah nutrisi
dilakukan agar pasien mengkonsumsi kalori dan karbohidrat dan protein yang
adekuat dan mengetahui kebiasan pasien makan dan jenis makan (wilkinson,
pasien dan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan aktivitas yang di miliki
E. Evaluasi
dengan mukus dalam jumlah yang berlebih adalah pasien mengatakan sesak
nafas dan batuk tidak efektif, objektif terdapat suara ronkhi di lobus 2 anterior
sinestra, terpasang oksigen 3 liter per menit, untuk menindak lanjuti hal
observasi vital sign, ajarkan teknik nafas dalam, ajarkan batuk efektif,
bersihan jalan nafas belum teratasi karena pasien mengatakan masih sesak
nafas dan batuk tidak efektif, objektif terdapat suara ronkhi di lobus 2 anterior
sinestra, sekret sudah keluar, respirasi 25 kali per menit, untuk menindak
ajarkan tarik nafas dalam, beri posisi semi fowler dan ajarkan batuk efektif.
April 2014 pada pukul 14.45 wib untuk diagnosa ketidaefektifan pola nafas
bertambah sesak saat posisi terlentang, obyektif terdapat suara ronkhi di lobus
memanjang, respirasi 29 kali per menit, untuk menindak lanjuti hal tersebut,
lakukan baru sekali dan pasien belum mengerti bagaimana melakukan latihan
pernafasan diafragma.
Evaluasi pada tanggal 12 april 2014 pada jam 14.15 wib untuk
sesak nafas dan bertambah sesak saat posisi terlentang dengan objektif
terdapat bunyi ronkhi di lobus 2 anterior sinestra, respirasi 25 kali per menit,
hari dan pasien belum terlalu mengerti tentang pernafasan diafragma, namun
faktor biologis adalah pasien mengatakan tidak nafsu makan, cepat merasa
sedikit tapi sering, timbang berat badan. Tindakan keperawatan yang telah
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hal ini disebabkan karena keterbatasan
penulis dimana pasien sesak nafas jadi untuk makan pasien tidak mau, hanya
mengatakan sudah sudah mau makan 5 sendok, untuk menindak lanjuti hal
kebutuhan tubuh Ny. D hal ini disebabkan karena keterbatasan penulis yang
ADLnya di bantu oleh anaknya. Objektif pasien tampak lemah dan hanya
buang air kecil di abntu olehanaknya, untuk menindak lanjuti hal tersebut,
90
tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 25 kali per menit, suhu 36,2 oC, nadi
89 kali per menit, untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil keputusan
terhadap penurunan sesak nafas pada asuhan keperawatan Ny. D dengan Penyakit
paru Obstruksi Kronik di ruang Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta secara
A. KESIMPULAN
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny. D diperoleh data pasien mengeluh sesak nafas saat
2. Diagnosa Keperawatan
92
93
3. Intervensi
observasi vital sign dan pola nafas, ajarkan nafas dalam dan batuk efektif,
beri penjelasan pada pasien tentang manfaat melakukan nafas dalam dan
batuk efektif, beri posisi semi fowler, kolaborasi dengan dokter dalam
pada Ny. D yaitu observasi pola nafas, irama, dan usaha, ajarkan latihan
kebutuhan tubuh pada Ny. D yaitu kaji pola makan, anjurkan pasien
untuk sedikit makan tapi sering, beri penjelasan kepada pasien tentang
diit TKTP.
4. Implementasi
5. Evaluasi
kepada perawat ruangan dengan observasi vital sign, ajarkan teknik nafas
6. Analisa
pasien mengatakan sesak nafas dan bertambah sesak saat posisi terlentang
pasien asma yang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk-
batuk terutama malam atau dini hari. Pada asuhan keperawatan Ny. D
sinestra
B. SARAN
berikut :
3. Bagi pembaca
obstruksi kronik.
secara optimal.
97
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, dkk .2011. Keefektifian Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan
Sesak Nafas Pasien Asma Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr.
Moewardi
Surakarta.Jurnal.http://www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id/index.php/gaster/articl
e/view/29/26.Diakses tanggal 8 April 2014.
Aziz, dkk. 2006. Panduan Pelayanan Medik : Perhimpunan Dokter Spesialis Dalam
Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Danusantoso, Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Edisi 2. EGC: Jakarta
Dermawan, Deden .2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja.
Gosyen Publising. Yogyakata.
Holland, dkk. 2012. Breathing exercises for chronic obstructive pulmonary disease
(Review). Jurnal.
onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.../pd..Diakses pada tanggal 27
maret 2014
ISO. 2010. Iso_Informasi Spesialis Obat Indonesia, Penerbit ikatan Apoteker Indonesia :
Jakarta.
Jamilah, andi siti. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia, Binarupa Aksara
Publisher :Jakarta
Kendall. 2013. Sinopsis Organ System Pulmonologi, Karisma Pubishing Group : Jakarta
Morton, dkk. 2011. Critical CarevNursing: A Holistic Approach Keperawatan Kritis.
Volume 1. EGC: Jakarta.
Perry, AnneGriffin. 2005. Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar. EGC : Jakarta
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit, EGC: Jakarta
Priyanto. 2010. Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Pengaruh Fungsi Ventilasi
Oksigenasi Paru Pada Klien Post Ventilasi
Mekanik.Tesis.http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20284827-
T520PRIYANTO.pdf. Diakses tanggal 3 April 2014
Smeltzer. 2002. Keperawatan medikal Bedah Brunner dan Suddart. Volume 1. EGC.
Jakarta
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan, Salemba Medika : Jakarta
Sudoyo, Aru W dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing : Jakarta
Suradi. 2007. Pengaruh rokok pada penyakit paru obstruksi konik. Jurnal keperawatan.
si.uns.ac.id/profil/.../pengukuhan_suradi.pdf. Diakses 5 april 2014
Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Salemba
Medika: Jakarta
Williams dan Wilkins. 2011. Nursing The Series For Clinical Exellence: Memahami
Berbagai Macam Penyakit, Indeks: Jakarta