Anda di halaman 1dari 31

1

A. Latar Belakang

Menurut kodratnya, penciptaan manusia dilengkapi dengan akal pikiran

dan juga nafsu birahi. Nafsu birahi diantaranya untuk menyalurkan kebutuhan

biologis, yang penyalurannya tidak boleh melanggar batas yang telah ditentukan,

untuk itu agama Islam mengatur batas-batas yang boleh dilakukan dengan

memberikan jalan untuk menyalurkan hasrat tersebut melalui jalan yang diridhai-

Nya, yaitu melalui pernikahan yang sah. Pernikahan pada dasarnya adalah sesuatu

yang sakral dimana tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk memperoleh

ketenangan hidup yang penuh cinta dan kasih sayang, sekaligus memenuhi

kebutuhan biologis. Selain itu, tujuan pernikahan adalah untuk mencegah

perzinaan agar tercipta ketenangan dan ketentraman bagi individu, keluarga dan

masyarakat. Tujuan yang lebih utama adalah menjaga keturunan manusia agar

terhindar dari keturunan yang rusak, sebab dengan perkawinan akan jelas

nasabnya.

Dasar hukum Islam sendiri sudah menganjurkan umatnya untuk melakukan

pernikahan sebab ada banyak hikmah yang terkandung dalam pernikahan itu

sendiri dan pernikahan adalah fitrah manusia. Manusia sudah diciptakan Allah

SWT menjadi makhluk yang berpasang pasangan, dimana seorang laki-laki

membutuhkan wanita dan begitupun sebaliknya, wanita membutuhkan laki-laki.

Pernikahan mempunyai beberapa tujuan, untuk memperoleh ketenangan hidup

yang penuh cinta dan kasih sayang, sekaligus memenuhi kebutuhan biologis yang

merupakan sarana untuk meneruskan dan memelihara keturunan, menjaga

kehormatan dan juga tujuan ibadah.


Seiring dengan berkembangnya zaman banyak sekali kasus-kasus yang

diluar ajaran Islam contahnya yaitu melakukan perbuatan zina sebelum adanya

akad nikah. Zina sendiri merupakan persetubuhan yang dilakukan oleh seorang

lelaki dan perempuan diluar nikah dan hanya mengikuti hukum syarak atau

bukan pasangan suami istri serta keduanya adalah orang yang mukallaf serta

persetubuhan yang tidak termasuk kedalam persetubuhan meragukan atau

adanya kehendak untuk melakukan.1 Hal itu terjadi dengan berbagai alasan

seperti awalnya yang tidak berniat untuk berzina namun karena khilaf dan tidak

mengindahkan larangan untuk berkhalawat dan sebagainya, maka akhirnya

masuk dalam jerat setan dan terjerumus dalam zina yang diharamkan.

Semua konsekuensi di atas merupakan permasalahan yang harus

ditanggung oleh pasangan pelaku perkawinan wanita hamil akibat zina. Tentu

saja hal tersebut akan membawa dampak psikologis dan tekanan mental bagi

pasangan kawin hamil akibat zina, karena rumah tangga yang mereka bangun

tidak didasarkan pada persiapan yang matang, dan mungkin saja mereka kaget,

semua angan dan cita-cita mereka terhambat karena kekhilafan mereka sendiri.

Dalam hukum Islam sendiri adanya pro dan kontra akan hukum

pernikahan setelah melakukan perbuatan zina. Ada yang membolehkan apabila

yang bersangkutan telah bertaubat. Aturan kebolehan dalam nikah hamil

dikhawatirkan akan menyebabkan semakin maraknya praktik perzinaan.2 Para

wanita dan laki-

1
Mareesa, Hukum Menikah Dengan Pasangan Zina, https://dalamislam.com/hukum-
islam/pernikahan/hukum-menikah-dengan-pasangan-zina, diakses tanggal 01 Agustus 2019
2
Jamhari Makruf dan Tim Lindsey (eds), Hukum Keluarga, Pidana, & Bisnis (Jakarta: Kencana,
2013), 53.
laki yang sedang melakukan penjajagan (berpacaran) dikhawatirkan tidak

mampu menahan gejolak nafsunya, dan karena hamil nikah diperbolehkan,

mereka akan mudah berlindung dari aturan tersebut jika kehamilan terjadi pada

pasangan belum nikah tersebut. Jika hal ini betul-betul dipikirkan oleh kaum

muda, kalangan tersebut merasa bahwa aturan tersebut memberikan kesempatan

terhadap maraknya praktik perzinaan. Terlebih lagi, aturan tentang status anak

sah mendukung terjadinya praktik tersebut. Kaum muda merasa bahwa apa yang

mereka lakukan akan dapat terselesaikan oleh kedua aturan tersebut, mereka

dapat menikah dalam keadaan hamil dan melegalkan anak yang lahir dari

hubungan yang tidak sah.

Didalam Pasal 32 KUH Perdata yang berbunyi “seseorang yang dengan

keputusan pengadilan telah dinyatakan melakukan zina, sekali-kali tidak

diperkenankan kawin dengan pasangan zinanya itu”. Dalam pasal tersebut jelas

tidak boleh melakukan pernikahan dengan pasangan zinanya. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini peneliti ingin melihat persepsi atau anggapan penghulu

tentang pelaksanaan nikah karena hamil diluar nikah yang dilakukan dengan

pasangan zina di KUA Kecamatan Dau dan Kecamatan Kepanjen.

Selain itu, dalam penelitian ini juga mengidentifikasi dan menganalisis

relevansi pasal 32 KUH Perdata tersebut diterapkan di Indonesia untuk

mengurangi angka pernikahan karena hamil diluar nikah.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendapat penghulu terhadap Pasal 32 KUH Perdata tentang

larangan pernikahan dengan pasangan zina ?

2. Apa faktor-faktor yang melatar belakangi dikabulkannya permohonan

pernikahan terhadap pasangan zinanya ?

3. Bagaimana relevansi pasal 32 KUH Perdata dalam mengurangi angka

pernikahan karena hamil diluar nikah ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisa pendapat penghulu terhadap Pasal 32

KUH Perdata tentang larangan pernikahan dengan pasangan zina

2. Untuk mengungkap faktor-faktor yang melatar belakangi dikabulkannya

permohonan pernikahan oleh pasangan yang telah melakukan zina

3. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pasal 32 KUH Perdata dalam

mengurangi angka pernikahan karena hamil diluar nikah.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini kiranya dapat diambil guna dan manfaat antara lain

adalah :

1. Secara teoritis :

a. Jika dilihat secara teoritik penelitian ini bermanfaat untuk melihat

sejauh mana penerapan pasal 32 KUH Perdata dalam putusan

penghulu pada pasangan zina


b. Melengkapi khazanah keilmuan atas penelitian-penelitian terdahulu

mengenai permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian, dan

menjadi rujukan bagi penelitian mendatang atas objek yang hampir

mirip atau berdekatan.

2. Secara praktis :

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan wacana bagi

penulis dan pada kaum akademik pada umumnya terkait dengan

penikahan dengan pasangan zinanya.

b. Selain itu dapat menambah wawasan kepada masyarakat sebagai

tambahan ilmu yang bisa dikatakan penting bagi masyarakat

E. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai proposal

skripsi ini, maka penulis akan memaparkan istilah yang dirasa kurang

dipahami, yaitu:

1. Penghulu

Penghulu adalah petugas representasi dari pemerintah yang

bertugas untuk menikahkan kedua mempelai untuk menggantikan wali

dari pihak keluarga sekaligus mencatat pernikahan tersebut tersebut

kedalam catatan pemerintah.


2. Pasal 32 KUH Perdata

Didalam pasal ini berbunyi “Seseorang yang dengan keputusan

pengadilan telah dinyatakan melakukan zina, sekali-kali tak

diperkenankan kawin dengan pasangan zinanya itu”3

3. Pasangan Zina

Zina menurut bahasa dan istilah syara’ mempunyai pengertian yang

sama, yaitu persetubuhan yang dilakukan seorang laki-laki dan

perempuan pada kemaluan depannya tanpa didasari dengan tali

kepemilikan atau pernikahan.4

4. Kantor Urusan Agama (KUA)

KUA adalah kantor yang melaksanakan sebagian tugas kantor

Kementerian Agama Indonesia di kabupaten dan kotamadya di bidang

urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan5

F. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang telah membahas tentang

pernikahan dengan pasangan zinanya, namun dipenelitian ini peneliti lebih

spesifik terhadap analisis pasal 32 KUH Perdata tentang pandangan penghulu

3
Soedaryo Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Per), Cet, Ke 15 (Jakarta: Sinar
Grafika, 2016), 9.
4
Arif Muhajir, Fiqih Islam 7 / Wahbah az-Zuhaili, terj. Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Cet. 1
(Jakarta: Gema Insani, 2011), 303.
5
Junadi, “Pengertian, Tugas, dan Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA)”,
https://junaidikua.blogspot.com/2017/09/pengertian-tugas-dan-fungsi-kantor.html, diakses tanggal
22 September 2019
dalam menikahkan pasangan zinanya. Oleh karena itu, untuk melihat

persamaan dan perbedaan dalam penelitian sebelumnya maka penulis akan

memaparkan beberapa penelitian terkait pernikahn dengan pasangan zinanya

yaitu :

1. Peneliti pertama, skripsi yang ditulis oleh Aidatus Silvia, mahasiswa Al-

Ahwal Al-Syakhsiyyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang telah

menulis penelitian yang berjudul “Pandangan Penghulu Kantor Urusan

Agama Kecamatan Mojowarno Jombang terhadap Keabsahan Wali Ayah

Biologis Bagi Anak Hasil Luar Nikah”. Hasil dari penelitian ini adalah:

(1) Pengulu KUA Mojowarno Kabupaten Jombang berpendapat bahwa

pernikahan menggunakan ayah biologis hukumnya tidak sah karena ayah

biologis itu adalah ayah sedarah, dan ayah tersebut tidak diakui dalam

pernikahan yang sah. Namun, jika ayah biologis menikahi sang wanita

sebelum melahirkan meskipun kurang dari batas minimal kehamilan,

maka sebutannya bukan lagi ayah biologis, tetapi ayah nasab. (2)

Mekanisme penentuan yang dipakai oleh penghulu KUA Kecamatan

Mojowaru Jombang para calon pengantin datang ke KUA Kecamatan

Mojowarno untuk mendaftarkan diri dengan kedua orang tuanya, baik itu

dengan modin atau tidak. Merka datang membwa berkas-berkas sesuai

dengan dengan perintah KUA dengan mempertanyakan hal-hal yang

harus dipertanyakan.6

6
Aidatus Silvia, Pandangan Penghulu Kantor Urusan Agama Kecamatan Mojowarno Jombang
terhadap Keabsahan Wali Ayah Biologis Bagi Anak Hasil Luar Nikah, Skripsi (Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016), 85-86.
Dalam hal persamaan yaitu menggunakan subjek dan objek yang

sama yaitu penghulu dan pasangan hamil diluar nikah. Sedangkan, dalam

hal perbedaan penelitian tersebut mengkaji hal keabsahan wali ayah

biologis anak diluar nikah. Sedangkan, penulis mengkaji tentang Pasal 32

KUH Perdata tentang larangan pernikahan dengan pasangan zina.

2. Peneliti yang kedua, thesis yang ditulis oleh Farrial Husna, mahasiswa

Pascasarjana Studi hukum Islam Universitas Hasim As-‘Ary Tebuireng

yang menulis penelitian yang berjudul “Pandangan Penghulu dalam

Menentukan Wali Nikah Anak Hasil Nikah Hamil”. Penelitian ini

bertujuan untuk menentukan wali nikah anak hasil nikah hamil. Adapun

hasil dari penelitian ini yaitu: (1) proses pemeriksaan berkas nikah pada

surat keterangan wali dan proses ketika sebelum terjadinya akad nikah,

(2) pandangan penghulu dalam menentukan wali nikah anak hasil nikah

hamil berbeda-beda, dalam hal ini peneliti di 3 KUA yaitu KUA

Kecamatan Jombang, KUA Kecamatan Diwek, dan KUA Kecamatan

Peterongan, (3) mengemukakan metode yang digunakan oleh masing-

masing penghulu dalam menentukan wali nikahnya.7

Persamaan dalam penelitian ini yaitu menggunakan subjek dan

objek yang sama yaitu penghulu dan pasangan hamil diluar nikah.

Sedangkan, perbedaannya terletak pada penelitian ini yaitu metode yang

digunakan untuk menentukan wali anak hasil nikah hamil. Sedangkan,

7
Farrial Husna, Pandangan Penghulu dalam Menentukan Wali Nikah Anak Hasil Nikah Hamil,
Thesis (Jombang: Universitas Hasyim As-‘Ary, 2016), 159-160.
penulis membahas Pasal 32 KUH Perdata tentang larangan pernikahan

dengan pasangan zina.

3. Peneliti selanjutnya, skripsi yang ditulis oleh Abdul Hadi Siddik,

mahasiswa Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung

telah menulis penelitian yang berjudul “Pendapat Tokoh Agama terhadap

Perkawinan Wanita Hamil akibat Zina di Desa Margahayu Selatan

Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung”. Dalam penelitian, peneliti

mengungkapkan beberapa pendapat dari tokoh agama mengenai

Perkawinan Wanita Hamil akibat Zina di Desa Margahayu Selatan

Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung.8

Adapun persamaan dari penelitian ini yaitu membahas wanita

hamil akibat zina. Sedangkan, perbedaannya yaitu subjek penelitian yang

digunakan disini para tokoh agama dan penulis menggunakan penghulu

dan pembahasan terhadap Pasal 32 KUH Perdata.

Tabel I

Penelitian Terdahulu

Nama/ Instansi/
No. Judul Skripsi Persamaan Perbedaan
Tahun
1. Aidatus Silvia/ Pandangan Menggunakan Penelitian
UIN Maulana Penghulu subjek dan tersebut
Malik Ibrahim Kantor Urusan objek yang mengkaji
Malang/ 2016 Agama sama yaitu hal
Kecamatan penghulu dan keabsahan
Mojowarno pasangan hamil wali ayah
Jombang diluar nikah biologis
8
Abdul Hadi Siddik, Pendapat Tokoh Agama terhadap Perkawinan Wanita Hamil akibat Zina di
Desa Margahayu Selatan Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung, Skripsi (Bandung: UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 2013), 76.
terhadap anak diluar
Keabsahan nikah.
Wali Ayah Sedangkan,
Biologis Bagi penulis
Anak Hasil mengkaji
Luar Nikah tentang
Pasal 32
KUH
Perdata
tentang
larangan
pernikahan
dengan
pasangan
zina.
2. Farrial Husan/ Pandangan Menggunakan Pada
Universitas Penghulu subjek dan penelitian
Hasyim As- dalam objek yang ini yaitu
‘Ary Jombang/ Menentukan sama yaitu metode
2016 Wali Nikah penghulu dan yang
Anak Hasil pasangan hamil digunakan
Nikah Hamil diluar nikah untuk
menentukan
wali anak
hasil nikah
hamil.
Sedangkan,
penulis
membahas
Pasal 32
KUH
Perdata
tentang
larangan
pernikahan
dengan
pasangan
zina.
3. Abdul Hadi Pendapat Sama-sama subjek
Siddik/ UIN Tokoh Agama membahas penelitian
Sunan Gunung terhadap wanita hamil yang
Djati Bandung/ Perkawinan akibat zina. digunakan
2013 Wanita Hamil disini para
akibat Zina di tokoh
Desa agama dan
Margahayu penulis
Selatan menggunak
Kecamatan an penghulu
Margahayu dan
Kabupaten pembahasan
Bandung terhadap
Pasal 32
KUH
Perdata.

G. Kerangka Teori

1. Pengertian Zina

Dalam penelitian ini pandangan yang dimaksud adalah persepsi atau

anggapan penghulu terhadap penikahan wanita hamil akibat zina. Pengertian

penghulu adalah petugas representasi dari pemerintah yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan Undang-undang perkawinan, seta mencatat

perkawinan menurut perundang-undangan yang berlaku, mempunyai

tanggung jawab dan peranan khususnya dalam pelayanan kepada masyarakat

dibidang munakahat.9

Penghulu memiliki perananan penting dalam proses pernikahan yang

terjadi di masyarakat, khususnya terhadap kasus menikahkan pasangan yang

hamil diluar nikah akibat zina, dimana kasus yang terjadi di Kecamatan Dau

dan umumnya di Kabupaten Malang agar segera diatasi supaya tidak

berkepanjangan.

Islam menutup segala kemungkinan perbuatan haram termasuk salah

satunya zina dan karenanya memerintahkan kaum muslimin agar menjauhkan

9
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/62/M.PAN/6/2005 tentang Jabatan
Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya.
diri dari semua godaan setan yang akan menjerumuskan seseorang untuk

berbuat zina. Zina berarti hubungan kelamin antara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan tanpa ikatan perkawinan. Kata “zina” ini berlaku terhadap

seorang atau keduanya yang telah menikah atau belum.10 Perbuatan zina

bukan hanya sebagai perbuatan dosa besar melainkan juga sebagai tindakan

yang akan memberi peluang bagi berbagai perbuatan memalukan lainnya

yang akan menghancurkan landasan keluarga yang sangat mendasar. Padahal

keluarga harus memberikan manfaat seluas-luasnya pada masyarakat, baik

perilaku, materi, maupun melalui keturunan yang baik (dzurriyah thoyyibah)

atau generasi yang berkualitas.11

2. Hukum Zina

Oleh karena itu al-Qur’an menjelaskan kepada manusia dalam surat al-Isra’

ayat 32 yaitu :

‫و ََل َت ْق ال ِّ ز نَ ا ۖ إنَ َفاح كان ش وساء س ِّبي ًل‬


‫ة‬ ‫رُبوا ه‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”12.

Selain itu, Nabi Muhammad SAW telah menyatakan bahwa zina

merupakan dosa paling besar kedua setelah syirik (menyekutukan Allah).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

10
A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), 308.
11
Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Fondasi Keluarga Sakinah (Jakarta: Subdit Bina
Keluarga Sakinah, 2017), 4.
12
QS. al-Isra’ (17): 32
‫ْم ِّرو‬ ‫َأ ِّبي و ل‬ ‫ا َْْل‬ ‫َنا قُ َت ْي َب ُة بن ِّع حدَّثَ ِّري‬
‫بن ع‬ ‫عن ا عن‬ ‫عن َمش‬
‫نَ ا ر ج‬ ‫حدََّث ي ٍد‬
‫ِّئ‬ ‫ع‬ ‫س‬

َّ ‫الذَّ أ ب ْند ل‬
ِّ ‫ا‬ ‫ِّ رجل رس‬ ُ‫ل ْبد‬ ‫ُشر ح ل‬
َ َ
‫بر ا ع ل‬ َِّّ ‫َيا و ل‬ ‫ال ا ع ل ال‬ ‫ِّبي قَا‬
‫ْن ي‬
‫ك‬ ‫ل أَ ل‬

‫ولَد خش َيةَ أَ ن‬ ُ ً‫قَا ل َت ْدع َ ند‬


‫وه خ ك ثُ َّم أ قَا ثُ َّم أ َت ْقتُ ل‬
‫ك‬ ‫ن‬ ‫أ َو ن ّ ا َو لَق َقا ل ي ل‬
َِّّ
‫ل‬

‫عز وجل‬ ‫ِّر أَ ل‬ ‫ط َم َ ثُ َّم أَ قَا ُث َّم أ ُت َزا نِّ ي ِّليلَة‬


‫ا‬ ‫ك ْنز‬ ‫بح‬ ‫ن‬ ‫ال ي ل‬ ‫عك‬
‫ل‬ ‫جا‬ ‫م‬

‫اَّل تي حر َم‬ َّ‫د مع ِ إ ها و ْقتُ ل الن‬ ‫ت َص ِّدي { وا َّل ن‬


ِّ
‫س‬ ‫ون ا َّّ ل آخر ََل و ْف ن‬ ‫َق ها ِّذي َل‬
‫ل‬

َ‫ز ُنو و ن َي ذَ ِّلك ْل ق أَ ثَا ًما } ا ْْل َية‬ ‫ِو‬ ‫ْل‬ ََّ ‫ا‬
‫ن َم ْفع ل‬ ‫ّ ََل‬ ‫ح‬ ‫لل‬
‫ق‬ ‫با‬ ‫إ‬

“Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan

kepada kami [Jarir] dari [Al A'masy] dari [Abu Wa`il] dari ['Amru bin

Syurahbil] mengatakan, [Abdullah] Mengatakan; Seorang laki-laki

bertanya; 'Ya Rasulullah, dosa apa yang paling besar disisi Allah? ' Nabi

menjawab: "Kamu jadikan tandingan bagi Allah padahal Dia yang

menciptamu." 'selanjutnya apa? ' lanjutnya. Jawab Nabi; "Kau membunuh

anakmu karena kuatir ia makan bersamamu." 'kemudian apa lagi? '

Lanjutnya. Nabi menjawab: "kamu berzina dengan istri tetanggamu."


Allah menurunkan ayat yang membenarkan masalah ini: 'Dan orang-orang

yang tidak menyeru kepada tuhan lain selain menyembah Allah, dan tidak

membunuh jiwa yang Allah haramkan selain karena alasan yang benar,

tidak berzina, dan barangsiapa melakukannya ia akan memperoleh dosa”13.

(H.R. Bukhari).

13
H.R Al-Bukhari, Kitab al-Hudud, No. 6354
Anjuran di atas merupakan ajaran Islam untuk membimbing manusia

melalui perkawinan sebagai jalan satu-satunya yang bertanggung jawab

terhadap keturunan, sedangkan perzinaan merupakan perbuatan melanggar

hukum dan sebab jatuhnya hukum itu karena melanggar peraturan hidup,

susunan masyarakat, melanggar kesopanan dan merampas hak orang lain

yang sah dimilikinya, sedangkan hukuman bagi orang yang melakukan

perzinaan dalam agama Islam sudah jelas, yaitu diancam hukuman pidana had

bagi laki- laki maupun perempuan yang berzina. Fuad Moch Fahruddin

(1991: 33).

Kejadian hamil di luar nikah merupakan masalah penyimpangan kaidah sosial

dan norma Agama, hal tersebut dikarenakan ketidakmampuan yang bersangkutan

menahan diri dari perbuatan zina, sehingga norma apapun dilanggarnya. Ini terjadi

dikalangan anak muda karena mereka dibawa hanyut oleh jiwa yang tak terkendali

untuk bertindak dulu, lalu berfikir kemudian, maka akibat dari ketidakmampuan

menahan diri, banyak remaja melakukan hubungan badan sebelum nikah yang

berujung kepada kehamilan. Kehamilan diluar nikah adalah aib bagi keluarga, oleh

karena itu orang tua akan segera menutupi aib tersebut dengan menikahkan putrinya

jika putrinya diketahui hamil sebelum menikah. Kasus perkawinan wanita hamil

akibat zina dalam masyarakat mengunggah ahli-ahli hukum untuk mengkaji hal

tersebut dan membuat aturan yang digunakan sebagai jalan keluar atau pemecahan

solusi. Seperti ditetapkannya aturan kawin hamil di luar nikah, maka dapat

dikawinkan dengan pria yang menghamilinya ataupun dengan laki-laki yang bukan

menghamilinya.

Berkenaan dengan penetapan aturan perkawinan wanita hamil yang disebabkan

zina ini, sudah menjadi perdebatan di kalangan ulama dari dahulu sampai sekarang,
khususnya dari para ulama madzhab terutama mengenai masalah kebolehan dan

larangan dari perkawinan wanita hamil akibat zina tersebut. Dengan adanya

perbedaan pendapat tersebut timbulah kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi,

yaitu: pertama, wanita hamil akibat zina kawin dengan laki-laki kawan berzinanya

sebelum nampak hamil akibat zina yang dilakukan. Kedua, wanita zina kawin

dengan laki-laki kawan berzinanya dalam keadaan hamil akibat zina yang dilakukan.

Dalam hal tersebut, kebanyakan fuqaha membolehkan dengan alasan yang dikaitkan

dengan tidak adanya masa iddah. Ketiga wanita zina kawin dengan laki-laki lain

bukan kawan berzinanya padahal ia dalam keadaan hamil akibat zina, dalam hal ini

fuqaha berselisih pendapat, ada yang membolehkan tetapi dengan persyaratan dan

ada yang menganggap tidak sah dengan alasan adanya masa iddah. Dan keempat

wanita zina kawin dengan laki-laki bukan kawan berzinanya, tetapi tidak dalam

keadaan hamil. Dalam hal ini kebanyakan membolehkan baik dengan syarat tertentu

ataupun tidak.

3. Larangan Pernikahan Pasangan Zina dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUH Perdata)

Sudah kita ketahui bahwasanya di Indonesia ada sebuah aturan-aturan hukum

yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan

dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun

pergaulan keluarga yaitu hukum perdata.14 Hukum perdata dibedakan menjadi

dua, yaitu hukum perdata material dan hukum perdata formal. Hukum perdata

Syaifudin
14
Zuhri, “Sejarah Hukum Perdata di Indonesia”,
https://www.kompasiana.com/syaifudinzuhri/54f95224a33311ac048b4cda/sejarah-hukum-perdata-
di-indonesia, diakses tanggal 29 September 2019.
material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subjek hukum.

Sedangkan, hukum perdata formal mengatur bagaimana cara seseorang

mempertahankan haknya apabila dilanggar oleh orang lain. Hukum perdata

Indonesia yang dimaksud adalah hukum perdata yang berlaku di Indonesia,

yaitu hukum perdata barat yang berinduk pada Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUH Per), yang dalam bahasa aslinya disebut Burgerlijk Wetboek

(BW).15

Didalam KUH Perdata ada syarat materiil relatif, ketentuan yang

merupakan larangan bagi seseorang untuk nikah dengan orang tertentu.16

Salah satunya dalam pasal KUH Perdata yakni di pasal 32 yang berbunyi:

“Seseorang yang dengan keputusan pengadilan telah dinyatakan melakukan

zina, sekali- kali tak diperkenankan kawin dengan pasangan zinanya itu”.

Dalam pasal ini jelas diterangkan bahwasanya tidak boleh nikah dengan

pasangan zinanya.

Alasan adanya pasal ini diharapkan dapat mengurangi angka kehamilan

diluar nikah. Walaupun banyak pro dan kontra dalam pelaksanaannya, jika

pasal ini diterapkan dan adanya sanksi apabila melangarnya kemungkinan

besar akan mengurangi angka kehamilan tersebut. Selain adanya sanksi yang

diberikan sepatutnya pihak yang berwenang atau khususnya KUA setempat

memberikan wawasan sex edukasional terhadap pasangan muda tersebut dan

diharapkan berbagai pihak ikut serta menanggulanginya.

15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), 7.
16
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 63.
H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris dengan kata lain

adalah jenis penelitian hukum sosiologis atau disebut pula dengan

penelitian lapangan, yakni mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta

apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat.17

Penelitian ini dilakukan secara empiris, karena ingin mengetahui

dan menganalisis Pandangan Penghulu KUA Kecamatan Dau dan

Kecamtan Kepanjen terhadap Pasal 32 KUH Perdata tentang larangan

pernikahan dengan pasangan zina. Data dan hasil wawancara yang

diperoleh di lapangan, kemudian dipaparkan dan dianalisis untuk

menemukan jawaban yang pada akhirnya untuk menyelesaikan masalah.

2. Pendekatan Penelitian

Di penelitian ini, pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah

dengan menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam proses

penelitiannya menggunakan metode yang menjelaskan fenomena beserta

permasalahan yang akan membentuk data deskriptif. Pada pendekatan ini,

peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial di

masyarakat.18

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), 15.
17

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
18

Kencana, 2011), 34.


3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di KUA Kecamatan Dau

dan Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Alasan dipilihnya KUA

Kecamatan Dau dan Kecamatan Kepanjen ini yaitu berada di wilayah

Kabupaten Malang yang merupakan salah satu wilayah terbanyak

terjadinya hamil diluar nikah di Indonesia. Sesuai perkara yang diputus di

Pengadilan Agama Kabupaten Malang tahun 2018 di wilayah KUA

Kecamatan Dau merupakan terbanyak meminta permohonan Dispensasi

Nikah sebanyak 12 dan 5 diantaranya karena hamil diluar nikah dan

terbanyak kedu KUA Kecamatan Kepanjen sebanyak 7 dan 5 diantaranya

karena hamil diluar nikah.

4. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenis data pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti

dari responden di lokasi penelitian. Adapun data primer yang dicari

dalam penelitian ini adalah pandangan penghulu KUA Kecamatan

Dau dan Kecamatan Kepanjen terhadap pasal 32 KUH Perdata tentang

larangan pernikahan dengan pasangan zina.

b. Data sekunder yaitu data pendukung data primer yang berasal dari

buku atau literatur, makalah, jurnal, hasil penelitian terdahulu dan

website yang berkaitan dengan pernikahan dengan pasangan zinanya.

Sedangkan, sumber data dalam penelitian ini yaitu :


a. Data primer, data ini diperoleh langsung dari lapangan yaitu hasil

wawancara dari KUA Kecamatan Dau dan Kecamatan Kepanjen

b. Data sekunder diperoleh dari:

1. Arsip/data dari Pengadilan Agama Kabupaten Malang dan KUA

Kecamatan Dau dan Kecamatan Kepanjen.

2. Buku/literatur, makalah, jurnal, hasil penelitian terdahulu dan

website yang berkaitan dengan pernikahan dengan pasangan

zinanya.

5. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa teknik pengumpulan

data diantaranya sebagai berikut:

a. Teknik pengumpulan data primer dapat diperoleh melalui:

1. Wawancara langsung dengan pihak informan dalam hal ini

penghulu KUA Kecamatan Dau dan Kecamatan Kepanjen. Teknik

wawancara yang digunakan oleh peneliti ialah wawancara semi

terstruktur dan terbuka, dimana peneliti terlebih dahulu

menjelaskan maksud dan tujuan wawancara tersebut, hal ini

dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan mengenai

masalah yang diteliti dengan merumuskan beberapa pertanyaan

yang telah disepakati.

2. Observasi. Sesuai dengan tema penelitian yang diambil, peneliti

akan melakukan observasi langsung ke lapangan yaitu di KUA

Kecamatan Dau dan Kecamatan Kepanjen. Adapun observasi yang


dilakukan adalah observasi partisipasi yang merupakan model

observasi/pengamatan terlibat, dimana peneliti berusaha

menyesuaikan dengan situasi lapangan.

b. Teknik pengumpulan data sekunder diperoleh melalui data tertulis

dengan melakukan pencarian kepustakaan, informasi, dan mempelajari

buku-buku atau literatur, makalah, jurnal, hasil penelitian terdahulu

dan website yang berkaitan dengan pernikahan dengan pasangan

zinanya.

6. Metode Penentuan Subyek

Menurut Ismiyanto, populasi adalah totalitas atau seluruh subjek

penelitian bisa berupa benda, orang atau hal lain yang di dalamnya bisa

dijadikan informasi penting berupa data penelitian.

Sedangkan sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari

populasi.19 Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara

purposive sampling yaitu penarikan sampel dilakukan dengan cara

mengambil subyek yang didasarkan pda tujuan yang telah direncanakan. 20

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian unit yang berwenang

menikahkan kedua mempelai di KUA Kecamatan Dau dan Kecamatan

Kepanjen.

Penentuan sampel dengan cara purposive sampling adalah untuk

memudahan peneliti dengan langsung mencari data dan wawancara

kepada

19
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 19.
20
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, 38.
pihak yang kompeten dan sudah menjadi tugasnya sehari-hari. Sampel

yang dipilih berdasarkan pertimbangan atau penelitian subyektif dari

penelitian.21

Informan adalah orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh peneliti untu tujuan penelitian. Adapun yang menjadi responden pada

penelitian ini adalah :

Penghulu KUA Kecamatan Dau yang bernama :

Nama Jabatan NIP

Kepala dan Penghulu


Ahmad Imam
KUA Kecamatan 197510202005011003
Muttaqin, M.Ag
Dau Malang

7. Metode Pengolahan Data

a. Pemeriksaan data (editing)

Proses pemeriksaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

memeriksa kembali catatan dari hasil wawancara dengan hasil rekaman

wawancara, kemudian catatan tersebut dilengkapi sesuai dengan yang

ada di rekaman. Lalu jika dirasa sudah cukup, hasil akhir data yang sudah

diedit dituliskan di dalam penelitian. Fokus penelitian ini pandangan

penghulu KUA Kecamatan Dau dan Kecamatan Kepanjen terhadap pasal

32 KUH Perdata mengenai larangan menikah dengan pasangan zina.

b. Klasifikasi data (classifying)

21
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 91.
Pada penelitian ini proses klasifikasi dilakukan dengan

mengelompokkan semua data yang berasal dari hasil wawancara dengan

subyek penelitian. Jawaban yang serupa dikelompokkan menjadi satu

dengan sangat teliti dan teratur. Seluruh data yang diperoleh ditelaah

kembali kemudian digolongkan sesuai kebutuhan.

c. Verifikasi data (verifying)

Pada proses ini merupakan pengecekan kebenaran data dan hasil

penelitian yang berupa wawancara. Data atau bahan dicek kebenarannya,

siapa penulisnya, tahun ditulis untuk dilihat kemutakhirannya. Sedangkan

hasil wawancara dicek ulang melalui rekaman, dan selanjutnya ditulis

dalam penelitian.

d. Analisis data (analyzing)

Inti dari analisis data, baik dalam penelitian kualitatif maupun

kuantitatif adalah mengurangi dan mengolah data mentah menjadi data

yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui

dalam suatu prespekstif ilmiah yang sama, sehingga hasil dari analisis

data yang baik adalah data olah yang tepat dan dimaknai sama dan tidak

bisa atau menimbulkan prespektif yang berbeda-beda.22 Analisis data yang

didapatkan baik dari hasil wawancara, observasi di lapangan, maupun

data dari studi kepustakaan akan diuraikan dan dijelaskan mengenai

keadaan yang sebenarnya dan apa yang terjadi didalamnya.

22
Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Salemba Humaika, 2010), 158.
Adapun analisis data yang digunakan pada penelitian ini bersifat

deskriptif analisis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan

untuk menyusun gambaran atau potret suatu permasalahan tentang pola

dan problematika.23 Peneliti memaparkan data yang telah didapat dari

penelitian di lapangan melalui wawancara, observasi di lapangan dan

studi kepustakaan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam

menyelesaikan masalah.

e. Kesimpulan (concluding)

Pada tahap ini, peneliti menyimpulkan hasil analisis dan

menemukan kesimpulan yang berkaitan dengan pandangan penghulu

Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Dau dan Kecamatan Kepanjen

terhadap pasal 32 KUH Perdata tentang larangan nikah dengan pasangan

zina.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan mempertajam pemahaman terkait dengan

penelitian ini, maka peneliti akan memaparkan sistematika penulisan yang

mana sebagai berikut:

Bab I, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Dalam

latar belakang peneliti memaparkan alasan dan sebab memilih judul tentang

23
Endang Poerwanti, Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah (Malang: UMM Press, 1998), 26.
“Pandangan Penghulu terhadap Pasal 32 KUH Perdata tentang Larangan

Pernikahan dengan Pasangan Zina”. Kemudian selanjutnya menghasilkan

rumusan masalah yang berupa pertanyaan penelitian selanjutnya dijawab

pada tujuan penelitian yang menjelaskan tentang jawaban rumusan masalah.

Selanjunya dari manfaat penelitian dibagi menjadi dua macam yang meliputi

manfaat teoritis dan manfaat praktis untuk mengetahui pengaruh penelitian ini

dilakukan untuk orang-orang dan keadaan sekitar. Definisi operasional, pada

penelitian ini menjelaskan definisi dari tiap koasa kata penting pada judul

penelitian proposal ini. Sistematika penulisan, pada sub bab ini menguraikan

tentang “Pandangan Penghulu terhadap Pasal 32 KUH Perdata tentang

Larangan Pernikahan dengan Pasangan Zina” dimulai dari pemaparan latar

belakng sampai outline skripsi yang akan dibuat.

Bab II, pada bab ini berisi sub bab yaitu penelitian terdahulu dan kerangka

teori atau landasan teori. Penelitian terdahulu, berisi informasi tentang

penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya

mengenai pernikahan dengan pasangan zina, baik dalam bentuk buku atau

artikel jurnal yang sudah diterbitkan maupun masih berupa tesis, disertasi

yang belum diterbitkan, baik secara subtansial maupun metode-

metode,mempunyai keterkaitan dengan permasalahan penelitian untuk

menghindari duplikasi dan selanjutnya harus dijelaskan atau ditunjukkan

keaslian penelitian ini serta perbedaannya dengan penelitian-penelitian

sebelumnya, untuk mempermudah menganalisa persamaan dan perbedaan

tersebut dilengkapi dengan sebuah table. Sedangkan, kerangka teori atau

landasan teori digunakan untuk


menganalisis setiap permasalahan yang dibahas dalam penelitian mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan zina, baik dasar hukum, akibat, dan

pandangan dari perbuatan zina tersebut.

Bab III, berisi metode penelitian. Dalam metode penelitian ini terdiri dari:

1) Jenis Penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis penelitian

empiris dimana langsung terjun ke lapangan untuk melihat fenomena yang

terjadi; 2) Penedekatan Penelitian. Disesuaikan dengan jenis penelitian,

rumusan masalah dan tujuan penelitian dan berfungsi untuk menjelaskan

pentingnya penggunaan jenis pendekatan dalam menguji dan menganalisis

data penelitian yang sesuai dengan judul, dipendekatan ini penulis

menggunakan pendekatan kualitatif yang menguraikan data yang berbentuk

deskriptif; 3) Lokasi Penelitian. Untuk menjelaskan dimana peneliti

melakukan penelitian dalam hal ini di KUA Kecamatan Dau dan Kecamatan

Kepanjen; 4) Jenis dan Sumber Data. Yang digunakan untuk menjelaskan

jenis data yang dipakai, data primer diperoleh dari wawancara responden

yaitu penghulu KUA Kecamatan Dau. Sedangkan, data sekunder diperoleh

dari buku atau literatur, makalah, jurnal, hasil penelitian terdahulu dan

website yang berkaitan dengan pernikahan dengan pasangan zinanya; 5)

Metode Pengumoulan Data. Untuk memperoleh data, urutan kerja, serta cara

pengumpulan data baik secara primer maupun sekunder yang sesuai dengan

pendekatan penelitian; 6) Metode Penentuan Subyek. Digunakan untuk

menentukan subyek yang menjadi jawaban atas penelitian ini; 7) Metode

Pengolahan Data. Untuk menjelaskan


langkah yang dilakukan peneliti untuk mengolah dan menganalisis data yang

telah diperoleh sehingga jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.

Bab IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Berisi tentang uraian

hasil dari pernelitian dan analisis data baik secara primer maupun sekunder

mengenai “Pandangan Penghulu terhadap Pasal 32 KUH Perdata tentang

Larangan Pernikahan dengan Pasangan Zina”.

Bab V, merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari

pemaparan yang telah duraikan dalam bab-bab sebelumnya. Bab ini

dimaksudkan untuk memberikan atau menunjukan bahwa problem yang

diajukan dalam penelitian ini bisa dijelaskan secara komprehensif dan

diakhiri dengan saran- saran untuk pembangunan studi lebih lanjut.


J. Daftar Pustaka

Buku-buku

Ashshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.

Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah. Fondasi Keluarga Sakinah .


Jakarta: Subdit Bina Keluarga Sakinah, 2017.

Doi, A. Rahman I. Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2002.

Hardiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba


Humaika, 2010.

HS, Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika,
2006.

Makruf, Jamhari dan Tim Lindsey (eds). Hukum Keluarga, Pidana, & Bisnis.
Jakarta: Kencana, 2013.

Muhajir, Arif. Fiqih Islam 7 / Wahbah az-Zuhaili. terj. Abdul Hayyie al-
Kattani dkk, Cet. 1. Jakarta: Gema Insani, 2011.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT Citra


Aditya Bakti, 2014.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan


Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, 2011.

Poerwanti, Endang. Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah (Malang: UMM Press,

1998 Soimin, Soedaryo. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Per).

Cet, Ke
15. Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2003.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika,


2002.
Website

Junadi. “Pengertian, Tugas, dan Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA)”,


https://junaidikua.blogspot.com/2017/09/pengertian-tugas-dan-
fungsi-kantor.html.

Zuhri, Syaifudin. “Sejarah Hukum Perdata di Indonesia”,


https://www.kompasiana.com/syaifudinzuhri/54f95224a33311ac048
b4cda/sejarah-hukum-perdata-di-indonesia

“Hukum Menikah Dengan Pasangan Zina”,


https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/hukum-
islam/pernikahan/hukum-menikah-dengan-pasangan-zina/amp.

Undang-undang

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.


PER/62/M.PAN/6/2005 tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan
Angka Kreditnya.

K. Lampiran

1) Outline Skripsi

HALAMAN SAMPUL (COVER LUAR)

HALAMAN JUDUL (COVER DALAM)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

PEDOMAN TRANSLITERASI

DAFTAR ISI
ABSTRAK

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Sistematika Pembahasan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

B. Kerangka Teori

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

C. Lokasi Penelitian

D. Metode Penentuan Subyek

E. Jenis dan Sumber Data

F. Metode Pengumpulan Data

G. Metode Pengolahan Data


BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

2) Foto-foto Peristiwa

Anda mungkin juga menyukai