PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
NIM 16210026
FAKULTAS SYARIAH
2021
A. Latar Belakang
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, di bagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis. Perlindungan fisik, meliputi perlindungan dari ancaman
terhadap tubuh dari kehidupan, seperti kecelakaan, penyakit, bahaya lingkungan, dll.
Perlindungan psikologis, perlindungan dari ancaman peristiwa atau pengalaman baru
atau asing yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang.
3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, membei dan
menerima kasih sayang, kenhangatan persahabatan dan kekeluargaan.
4. Kebutuhan akan harga diri dari perasaan dihargai oleh orang lain serta pengakuan
dari orang lain.
Dalam hal ini bukan hanya untuk pemenuhan terhadap hak atau kebutuhan
dasar yang harus di dapatkan oleh narapidana, akan tetapi juga mencegah perbuatan
menyimpang yang menjadi effect dari tidak mendapatkan kebutuhan seksual tersebut,
seperti di lansir pada detiknews.com pada tanggal 11 Juli 2019, memberitakan dan
menguak segudang perbuatan seksual abnormal di lingkungan lapas kelas IIB Cianjur
yang di lakukan oleh sejumlah narapidana, dan tentu hal ini tidak menjadi sebuah
kegiatan yang tidak menjadi sebuah kerahasiaan di sebagian Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia.3
Narapidana juga manusia. Di balik jeruji besi, para napi menghadapi beragam
persoalan, termasuk urusan syahwat. Mereka terkungkung secara fisik, tapi juga
terkekang dalam pemenuhan kebutuhan seksual sebagai hak dasar yang manusiawi.
Dalam Pasal 10 ayat (1) UU No. 39/1999 tentang HAM ditegaskan bahwa setiap
orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunanya melalui
perkawinan. Ketentuan pasal ini termasuk di dalamnya hak untuk melakukan
hubungan seksual bagi suami isteri secara sah dan harus dilindungi. Hak ini,
2
Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2009), 71.
3
Mukhlis Dinillah, “Over Kapasitaspenjara di Jabar napi jadi Gay dan Lesbi”,
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4615454/over-kapasitas-penjara-di-jabar-napi-jadi-gay-
dan-lesbian, di akses pada tanggal 06 November 2019
berdasarkan pendekatan sistem, tergolong sebagai hak asasi manusia dan hak dasar
manusia yang harus dilindungi.
Dalam islam telah di jelaskan beberapa hak suami dan istri, salah satunya ialah
Bergaul dengan baik antara suami dan isteri sehingga tercipta kehidupan yang
harmonis dan damai. Dalam hubungan ini Q.S. An-Nisa:19 memerintahkan,
Salah seorang sahabat Nabi bernama Abdullah bin Amr yang terlalu banyak
menggunakan waktunya untuk menunaikan ibadah; siang untuk melakukan puasa dan
malam harinya untuk melakukan shalat, diperingatkan oleh Nabi yang antara lain.
“Isterimu mempunyai hak yang wajib kau penuhi.
4
QS. An-Nisa’ (4): 19
5
Pasal 33 UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
yang haram akan berdosa? Demikian sebaliknya, apabila ia memenuhinya dengan
cara yang halal akan mendapat pahala.”6
Berbagai instrumen hukum nasional seperti Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan serta instrumen hukum internasional seperti International Covenant on
Civil and Political Rights, Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or
Degrading Treatment or Punishment dan konvensi mengenai kepenjaraan
menempatkan hak biologis adalah bagian dari hak asasi manusia yang menuntut peran
aktif negara untuk melakukan pemenuhan terhadap hak tersebut.
6
K.H. Azhar Ahmad Basyir, MA., Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Uli Press, 2000), 53-54.
keluarga merupakan faktor yang menjanjikan dalam mengawetkan hubungan
pernikahan.
Pada tahun 2009 dan 2010 ada wacana yang sudah tersajikan di DPR
mengenai pembuatan fasilitas atau bilik asmara di dalam lembaga pemasyarakatan,
akan tetapi dalam perkembangan masalah yang di hadapi oleh Kementrian Hukum
dan HAM terkhusus pada Direktur Jendral Pemasyarakatan (PAS) lebih memfokskan
kepada over kapasitas yang terjadi pada lembaga pemasyarakatan di Indonesia.
Oleh sebab itu penulis ingin kembali mendorong sistem Conjugal Visit yang
tersalurkan pada program pembuatan bilik asmara dalam pemenuhan kebutuhan
biologis narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan. Oleh sebab itu penulis
mengambil sebuah judul “Conjugual Visit Bagi Narapidana Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Biologis Perspektif Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Dan Hak
Suami-Istri Dalam islam
(Studi Komparatif di Rutan Klas II B Tanjung Pura dan Lapas Pemuda Klas III
Langkat, Sumatera Utara)”
B. Rumusan Masalah
7
Bryan A. Garner, ed, Black’s Law Dictionary Ninth Edition, (St Paul: Thomson
Reuters, 2009), 343.
1. Mengapa Conjugal Visit sangat di butuhkan oleh para narapidana dalam
pemenuhan kebutuhan biologisnya sebagai kodratnya?
2. Bagaimana Penerapan Conjugal Visit yang efektif dan efesien pada Rutan Klas II
Tanjung Pura dan Lapas Klas III Langkat?
D. Metode Penelitian
Daftar Pustaka
Al-Qur’ân al-Karîm.
Departemen Agama RI. alQur’an dan Terjemahnya. Juz 1 –
Juz 30. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah alQur’an, 1982-1983.
Alimul Aziz, Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta: Salemba Medika, 2009.
Bryan A. Garner, ed, Black’s Law Dictionary Ninth Edition. St Paul: Thomson
Reuters, 2009.
Mukhlis Dinillah, “Over Kapasitaspenjara di Jabar napi jadi Gay dan Lesbi”,
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4615454/over-kapasitas-penjara-di-jabar-
napi-jadi-gay-dan-lesbian, di akses pada tanggal 06 November 2019