ABSTRAK
Islam agama rahmatalilalamin menjelaskan antara
laki laki dan perempuan memiliki posisi yang setara,
lebih khusus dalam pernikahan baik laki laki dan
perempuan memiliki hak yang sama dalam memilih
pasangan dan menikmati hubungan seksual, hal ini
sebagai kunci terjalinya hubungan harmonis antar
pasangan dan terwujudnya tujuan pernikahan yang
sakinah mawadah warohmah. Namun realitanya saat
ini perempuan masih dijadikan objek dalam hal
pemilihan pasangan dan seksualitas kaum laki-laki.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan metode kepustakaan, dimana sumber data
yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dari
dokumen berupa buku, jurnal. Metode analisis
menggunakan deskriptif analisis. Dari penulisan ini
rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana
Hak Perempuan dalam memilih pasangan dalam
pernikahan? (2) Bagaimana Hak menikmati hubungan
seksual dalam pernikahan?. Hasil penulis ini adalah (1)
Hak perempuan dalam memilih pasangan dalam islam
sangatlah dianjurkan, islam melarang wali yang
secara otoriter menjodohkan anak perempuannya, hal
ini sebagai bentuk perubahan yang akan membawa
perempuan pada posisi ketidakadilan (2) Hak
Menikmati hubungan seksual dalam pernikahan baik
suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang sama,
istri bukan objek seksual suami namun keduanya
[2]
Pendahuluan
Pernikahan merupakan suatu ketetapan yang berlaku pada
makhluk ciptaan Allah swt. Melalui pernikahan, maka makhluk
hidup dapat berkembang biak untuk mengembangkan
keturunannya sehingga dapat mempertahankan ekosistem dan
eksistensi kehidupannya. Pernikahan merupakan sebuah
kontrak antara dua orang pasangan yang terdiri dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dalam posisi yang setara.
Seorang perempuan sebagai pihak yang setara dengan laki-laki
dapat menetapkan syarat-syarat yang diinginkan sebagaimana
juga laki-laki dan perempuan juga diberikan hak untuk memilih
pasangan hidupnya sendiri.
Selain hak memilih pasangan, dalam islam seksualitas juga
di bahas di dalam Al-Qur’an, Hadist, maupun dalam pemahaman
fiqih. Salah satu kunci terjaganya keharmonisan hubungan
pasangan suami istri adalah dengan terpenuhinya kebutuhan
seksual, baik dari sisi suami maupun istri. Namun, dalam
kenyataannya definisi seks terutama bagi masyarakat hanya
didefinisikan sebagai aktivitas biologis yang berhubungan
dengan alat kelamin saja. Padahal, sejatinya makna seks tidak
sebagai jenis kelamin dan berhubungan seksual saja, tetapi
meliputi keseluruhan kompleksitas emosi, perasaan,
kepribadian, dan sikap seseorang yang berkaitan dengan
perilaku serta orientasi seksualnya.
[3]
2 Https://Peraturan.Bpk.Go.Id/Details/46978/Uu-No-7-Tahun-1984.
[6]
3 Https://Tafsirweb.Com/7647-Surat-Al-Ahzab-Ayat-35.Html.
4Dewi Murni dan Muhammad Hariyadi, Pendidikan Gender: Kajian Atas Hak
Seksual Dalam Perspektif Al-Qur’an, Andragogi 3 (01), 2021, hal. 141
5 Ibid.
[7]
istri dan suami tetap memiliki hak penuh atas tubuhnya masing-
masing namun dihalalkan untuk melakukan seksualitas dan
dinilai sebagai ibadah.
Dasar hukum yang dijadikan legitimasi dalam hubungan
seksual oleh suami terhadap istri dijelaskan dalam firman Allah
surat Al-Baqoroh ayat 223: 12
ۤ
ّٰ ث ﻟﱠ ُﻜ ْۖﻢ ﻓَﺄْﺗـُ ْﻮا َﺣ ْﺮﺛَ ُﻜ ْﻢ اَ ّٰﱏ ِﺷْﺌـﺘُ ْۖﻢ َوﻗَ ِّﺪ ُﻣ ْﻮا ِﻻَﻧْـ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْۗﻢ َواﺗـﱠ ُﻘﻮا
اﻪﻠﻟَ َو ْاﻋﻠَ ُﻤْٓﻮا اَﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ٌ ﻧِ َﺴﺎ ُؤُﻛ ْﻢ َﺣ ْﺮ
ﲔ ِﱡﻣ ٰﻠ ُﻘﻮ ۗﻩ وﺑ ِّﺸ ِﺮ اﻟْﻤ ْﺆِﻣﻨ
َ ْ ُ ََ ُْ
Istrimu adalah ladang bagimu. Maka, datangilah ladangmu itu
(bercampurlah dengan benar dan wajar) kapan dan bagaimana
yang kamu sukai. Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dirimu.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak)
akan menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang mukmin.
“Diceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Abu
Kuraib, keduanya berkata diceritakan kepada kami Abu
Muawiyah dan diceritakan kepadaku Abu Sa‟id al-Asyji
Oleh Suami Terhadap Istri, Minhaj: Jurnal Ilmu Syariah Volume 1, Nomor 1,
Januari 2020 ; P-Issn 2745-4282; E-Issn 2745-5246; 01-17, hal. 14
[13]
Perempuan Dalam Islam, Jsga: Journal Studi Gender Dan Anak Vol.09, No.01,
Januari-Juni 2022, hal. 1dew
[14]
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Islam sangatlah menganjurkan perempuan untuk memilih
pasangan hidupnya, karena tujuan dari pernikahan untuk
membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah
maka perempuan berhak memilih pasangan yang akan
menjadi teman hidupnya dalam susah dan senang, mencapai
kegagalan dan kesuksesan. Islam melarang orang tua atau
wali untuk memaksakan kehendak mereka secara otoriter
kepada anak perempuannya dalam memilih calon suami. Hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk membawa perubahan
melalui humanisasi perempuan, dimulai dari keluarga salah
satunya memilih pasangan yang tepat.
2. Hak menikmati hubungan seksual dalam pernikahan baik
suami ataupun istri sama-sama memiliki hak untuk
menikmati hubungan seksual, istri bukan objek seksual
suami seperti pemahaman masyarakat sampai saat ini,
namun suami dan istri sama-sama menjadi subjek dalam
menikmati hubungan seksual. Karena jika istri menjadi objek
seksual suami akan menimbulkan diskriminasi terhadap
pperempuan hilangnya muasyaraoh bil ma’ruf dalam
pernikahan, serta tidak terwujudnya tujuan pernikahan.
[17]
DAFTAR PUSTAKA
Https://Tafsirweb.Com/7647-Surat-Al-Ahzab-Ayat-35.Html.
Https://Peraturan.Bpk.Go.Id/Details/46978/Uu-No-7-Tahun-
1984.