PENGANTAR PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA
DOSEN PEMBIMBING :
ANGGOTA KELOMPOK :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia – Nya
makalah “tentang pemindahan Ibu kota Negara Di pulau Kalimantan Timur ini dapat
terselesaikan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Pengantar perencanaan wilayah
dan Kota . Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah pengantar Perencanaan wilayah dan Kota
serta pihak-pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi perbaikan dan
kelancaran pembuatan makalah yang selanjutnya, mengingat makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dan kami masih dalam proses belajar. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Peristiwa pemindahan Ibu kota Negara telah banyak dilakukan oleh beberapa Negara,
dengan alasan yang beragam. Peristiwa tersebut dilaksanakan dengan tujuan
memecahkan permasalahan demi kebaikan maupun kemajuan bangsa dan negara.
Contohnya, pertama, Brasilia Ibu kotanya terletak di pedalaman, karena Ibu kota lama
Rio Jenairo sudah terlalu padat. Kedua, pemerintah Korea Selatan pada tahun 2004
Ibukotanya pindah dari Seoul ke Sejong, meskipun Seoul itu berarti ibu kota dalam
bahasa Korea. Ketiga, ibu kota tradisional yang secara ekonomi memudar akibat kota
pesaingnya, seperti Nanjing yang memudar oleh Shanghai. Keempat, akibat
menurunnya suatu dinasti atau budaya, akhirnya ibu kota yang ada menjadi pudar dan
kalah pamor seperti yang terjadi di Babilon dan Cahokia .
Sonny Harry B Harmandi mengungkapkan bahwa ada enam syarat dalam menentukan
wilayah ibu kota baru yaitu :
1. Wilayah tersebut memiliki jaringan yang baik dan terhubung dengan pusat
aktivitas politik.
2. Kepadatan penduduk yang rendah.
3. Resiko bencana yang rendah.
4. Daya dukung lingkungan yang baik.
5. Aman dalam perspektif pertahanan dan ketahanan nasional.
6. Memiliki potensi dikembangkan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru.
Kalimantan menjadi lokasi pemindahan Ibukota karena Lahan masih sangat luas,
sehingga dapat menyusun tata ruang ibukota negara yang sangat ideal dan ditinjau
dari beberapa aspek lainnya memungkinan untuk melakukan pemindahan Ibu kota
Negara yang berlokasi di Provinsi Kalimantan Tengah yang mempunyai luas wilayah
153.564 km2 atau Kotawaringin Timur (Kotim) dan Kotawaringin Barat (Kobar).
1.3 Tujuan/Sasaran
- Mengetahui Faktor apa saja yang menjadi Pertimbangan pemindahan Ibu Kota
Negara dari Jakarta Ke Palangkaraya .
- Mengetahui Dampak lokasi Pemindahan Ibu Kota Negara dari jakarta ke
palangkaraya
BAB II
Gambaran Umum
2.1 Sejarah
Sejarah mencatat, ibu kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada 1946
karena situasi Jakarta yang gawat. Raja kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat,
Sultan Hamengkubuwono IX, pada 2 Januari 1946 mengirimkan kurir ke Jakarta
untuk menyampaikan pesan kepada Presiden Sukarno. Sultan Hamengkubuwono IX
dan Sri Paku Alam VIII, pemimpin kerajaan lainnya di Yogyakarta yakni Kadipaten
Pakualaman, menawarkan Yogyakarta sebagai ibukota sementara Republik Indonesia.
Yogyakarta darurat perang, Agresi militer Belanda II pada 19 Desember 1948
membuat Yogyakarta terguncang. Soekarno, Hatta, dan sejumlah pejabat tinggi
Republik Indonesia lainnya ditangkap dan diasingkan ke luar Jawa. Republik
Indonesia pun dipindah lagi, dipindahkan ke Sumatra Barat tepatnya di kota
Bukittinggi, berkat peran Syafruddin Prawiranegara dan kawan-kawan yang
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Angkatan perang RI
membalas lewat serangan umum 1 Maret 1949 untuk merebut Yogyakarta demi
membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada. PBB dan beberapa negara
mendesak Belanda untuk berdamai. Atas desakan itu, Soekarno dan kawan-kawan
akhirnya dibebaskan dan dipulangkan ke Yogyakarta. Demikian pula PDRI yang
kemudian dibubarkan karena pusat pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta
sudah mulai pulih sejak 6 Juli 1949. Kedudukan ibu kota di Yogyakarta berlangsung
hingga penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia pada akhir 1949 sesuai
hasil kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). Setelah itu terhitung
tanggal 17 Agustus 1950, ibu kota Indonesia dikembalikan ke Jakarta hingga saat ini.
Saat ini potensi perekonomian di kedua lokasi ibu kota yang baru masih
didominasi oleh sektor sumber daya alam. Kutai Kartanegara masih didominasi dua
leading sektor, minyak dan gas bumi dengan pertambangan dan penggalian yang
mencapai lebih dari 77%. Perkebunan kelapa sawit juga cukup mendominasi karena
ada beberapa di wilayah Kutai pedalaman masih banyak perkebunan kelapa sawit.
Sementara di Penajam Paser Utara, potensi sumber daya alam berupa perikanan serta
kelapa sawit juga menjadi pemasukan yang dominan untuk daerah.
D. Peluang Ekonomi di Ibu Kota Baru dan Peluang Bisnis bagi Masyarakat
Aji Sofyan menegaskan bahwa setelah ibu kota resmi berpindah pasti kegiatan
pertambangan di lokasi tersebut akan terhenti. Selain itu, perkebunan kelapa sawit
pun hanya akan bertahan sementara waktu saja. Ia optimis, Penajam Paser Utara dan
Kutai Kartanegara dapat mengambil peluang dan menyediakan kebutuhan untuk ibu
kota baru.
BAB III
PEMBAHASAN
- Kondisi Jakarta
Hampir setiap tahun terjadi banjir yang besarnya bervariasi. Banjir yang
terjadi tahun 2007 merupakan yang terbesar, hampir mencakup 70% wilayah
Jakarta.Masalah banjir Jakarta memang sulit diatasi tanpa ada suatu usaha
menyeluruh dan terpadu. Amblesan tanah akibat penurapan air tanah yang
berlebih menjadi salah satu penyebab daerah menjadi sasaran banjir. Secara
alami Jakarta memang rawan terhadap banjir, karena terletak pada kipas
aluvial yang berkembang dari Selatan (Bogor) dan dialiri oleh 13 sungai
dengan daerah hulunya bercurah hujan tinggi, yang sebagian lahan nya telah
terbangun. Faktor alami lainnya adalah di bagian Utara terdapat beting gisik
(beach ridges) yang dapat menghambat aliran ke laut Teluk Jakarta.
Sebenarnya pada beting gisik itupun terdapat cekungan antar beting yang
dapat berfungsi sebagai penampung air, namun itu pun sudah terbangun.
Demikian juga sebagian besar situ-situ yang berfungsi sebagai penampung dan
pengendali air hujan lokal itupun sudah menjadi lahan permukiman
- Pemeratan Pembangunan.
Dalam Upaya pemerataan pembangunan Palangkaraya berada di tengah –
tengah wilayah Indonesia, sehingga akan mudah dijangkau dari Sabang –
Merauke. Lokasi strategis tersebut memungkinkan adanya perkembangan
ekonomi baru. Melalui penempatan di Palangkaraya maka akan diupayakan
pembangunan infrastruktur di berbagai sektor.Pembangunan infrastruktur
yang baik ini akan menarik investor menuju Palangkaraya. Sehingga aktivitas
di sektor lain juga akan terbangkitkan,Sehingga dapat minimalisisasi
kesenjangan tidak dapat dilakukan dengan efektif
3.2 Dampak
Pemindahan ibu kota sekarang ini menjadi perbincangan yang sangat hangat, setelah
Presiden Jokowi mengumumkan pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan
Timur. Sesuai dengan persyaratan Kalimantan Timur terpilih, karena lokasinya yang
dinilai cukup strategis dan minim oleh resiko bencana. Namun, pemindahan ibu kota
ini harus dipikirkan secara matang, karena bisa memberikan dampak baik maupun
buruk untuk kedepannya. Tujuan pemindahan ibu kota sendiri adalah untuk
mengurangi ketimpangan perekonomian pada wilayah di luar Pulau Jawa. Jika
diproyeksikan pemindahan ibukota bisa menumbuhkan berbagai sektor di wilayah
Kalimantan Timur. Dengan melihat asumsi variabel dan menentukan wilayah yang
paling memberikan tarikan dan membawa dampak pertumbuhan pada wilayah
Kalimantan Timur, kita bisa mengetahui dampak pemekaran yang akan terjadi di
wilayah ibu kota baru, hal ini bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian nasional
dengan tingkat inflasi yang tetap rendah.
- Dampak Pemindahan Ibu Kota terhadap Perekonomian
Bappenas menyatakan bahwa pemindahan ibu kota akan memberikan dampak
positif terhadap perekonomian dengan memprediksi kenaikan PDRB 0,1%.
Bappenas menyatakan bahwa kenaikan PDRB bersumber dari pemanfaatan
sumberdaya daya potensial seperti pembukaan lahan untuk keperluan
infrastruktur produktif dan pembukaan lapangan kerja bagi sumber daya
manusia terampil yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal.
Selain itu pemindahan ibu kota juga akan meningkatkan inflasi secara
nasional. Bambang Brodjonegoro memperkirakan akan terdapat kenaikan
inflasi sebesar 0,2% selama proses perpindahan IKN. Kenaikan inflasi terjadi,
karena adanya perubahan pendapatan masyarakat. Namun, inflasi diperkirakan
tidak akan terlalu mempengaruhi daya beli secara nasional, karena kenaikan
harga hanya terjadi di daerah ibu kota baru dan sekitarnya.
Namun, dampak dari pemindahan ibu kota tidak hanya berasal dari kegiatan
perekonomian, tetapi juga berasal dari pembatasan alih fungsi lahan, karena
pembangunan ibu kota baru tentu saja membutuhkan lahan tanah. Tentunya peralihan
fungsi lahan seperti hutan, perkebunan, pertanian yang masih cukup luas di wilayah
Kalimantan akan dialihkan menjadi pembangunan ibu kota baru. Alih fungsi lahan
sendiri merupakan kegiatan perubahan penggunaan tanah dari suatu kegiatan menjadi
kegiatan lainnya. Menurut Lestari proses ahli fungsi lahan pertanian ke lahan non
pertanian yang disebabkan oleh beberapa faktor berikut (Lestari, 2005) :
1. Faktor eksternal, merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika
pertumbuhan perkotaan, demografi, dan ekonomi.
2. Faktor internal, merupakan faktor yang lebih melihat sisi yang disebabkan oleh
kondisi sosial ekonomi rumah tangga, pertanian penggunaan lahan.
3. Faktor kebijakan, merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat maupun daerah yang berkaitan dengan ahli fungsi lahan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagai
turunan dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagai aturan tertinggi untuk melindungi lahan
pertaniaan dan konversi.
● Partisipasi Publik
Dalam konteks perencanaan kota, partisipasi publik juga memainkan
peran penting, dimana Adanya ruang-ruang diskusi bagi masyarakat
luas untuk berkontribusi dalam penentuan perencanaan tata ruang
menjadikan keputusan dan perencanaan kota lebih inklusif. Hal ini
menjadi indikator tercapainya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) Dietz dan Stern (2008) berpendapat bahwa partisipasi
publik berpotensi untuk meningkatkan kualitas dan legitimasi dari
suatu kebijakan. Hal tersebut dapat turut meningkatkan kualitas
lingkungan. Partisipasi publik ini juga merupakan bagian dari konsep
kota layak huni atau livable cities, yakni adanya ruang bagi pemenuhan
hak-hak warga negara untuk memberikan pendapat dan memiliki kuasa
atas ruang hidup mereka.
● Aspek Keamanan
Pemindahan ibu kota tentu akan memberikan dampak pada segi
keamanan, di mana tindakan kriminalitas akan meningkat. Tindakan
kriminalitas seringkali diakibatkan oleh ketimpangan ekonomi antar
masyarakat itu sendiri. Maka dari itu penataan tata ruang calon ibu
kota harus diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan antar
masyarakat. Jika hal tersebut tidak bisa teratasi, maka akan
mengganggu ruang publik dan mengurangi kelayakan wilayah tersebut
menjadi ibu kota baik dilihat dari sisi aspek sosial, ekonomi maupun
lingkungan hidup. Selain dari tindakan kriminalitas, konflik yang
sering kali muncul adalah konflik antar politisi, penguasa, maupun
pengusaha. Untuk menangani masalah keamanan ini pemerintah harus
bersikap tegas dalam melakukan tindakan hukum agar bisa
meminimalisir adanya kejadian tersebut. Dengan melakukan tindakan
tegas diharapkan bisa membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih
sejahtera.
● SOLUSI
Berdasarkan penjelasan di atas wilayah Kalimantan Tengah merupakan kawasan yang
ideal sebagai penempatan ibu kota baru. Namun, ada beberapa tantangan terkait
dengan pemindahan ibu kota baru seperti pada aspek sosial dan budaya, aspek
keamanan maupun tantangan di masa depan. Pemerintah daerah sangat berperan
dalam hal ini sebagai pemegang wewenang mengatur dan menyelenggarakan
kepentingan daerahnya agar mencapai kesejahteraan rakyat. Masyarakat lokal pun
menjadi kunci keberhasilan pembangunan ibu kota, maka dari itu peran masyarakat
lokal sangat penting. Dengan mempertimbangkan aspek sosial dan budaya pemerintah
harus mengakomodasi karakteristik terhadap sosial dan budaya masyarakat lokal
sebagai bentuk pengakuan atas keberadaan masyarakat lokal. Dengan adanya
penggabungan budaya baru dan lokal sebagai konsekuensi pembangunan ibu kota
diharapkan dapat menciptakan nilai budaya dan sosial yang mendukung
pembangunan ibu kota baru yang berbasis pada budaya lokal.
● SARAN
Melihat wilayah Kalimantan Tengah dengan karakteristik wilayahnya yang luas dan
aman dari potensi gempa bumi, hal ini dipandang menjadi kawasan yang ideal untuk
wilayah ibu kota baru. Wacana pemindahan ibu kota sendiri merupakan suatu
pembangunan Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan wilayah ibu kota yang
merepresentasikan Indonesia, tetapi juga mampu dalam mengakomodasi
pembangunan di masa depan dengan mewujudkan pemerintahan yang baik dan
menciptakan pembangunan negara yang adil serta merata. Menurut Sonny Harry B
Harmadi agar pemindahan ibu kota berhasil setidaknya ada enam syarat yang harus
dipersiapkan yaitu wilayah tersebut memiliki jaringan yang baik dan terhubung
dengan aktivitas politik, kepadatan penduduk yang rendah, resiko bencana yang
rendah, daya dukung lingkungan yang baik, aman dalam perspektif pertahanan dan
ketahanan nasional, dan memiliki potensi dikembangkan sebagai kawasan
pertumbuhan ekonomi baru. Dalam wacana pemindahan ibu kota ini diharapkan
pemerintah tidak gegabah dalam mengambil keputusan dengan setidaknya
memperhatikan keenam syarat tersebut agar pemindahan ibu kota berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://e-journal.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/jsam/article/download/779/812
http://43.252.137.17/index.php/jurnal-academia-praja/article/view/45/34
https://dprexternal3.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/1382/861
https://tirto.id/sejarah-pindahnya-ibu-kota-ri-dari-jakarta-ke-yogyakarta-pada-1946-
efr4
http://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/view/370/359
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemindahan_ibu_kota_Indonesia_(2019%E2%80%93sek
arang)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Penajam_Paser_Utara
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kutai_Kartanegara
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/08/27/ibu-kota-baru-berapa-luas-
wilayah-kabupaten-kutai-kertanegara-dan-kabupaten-penajam-paser-utara
https://kaltim.idntimes.com/news/kaltim/melani-indra-hapsari/ini-potensi-ekonomi-
kutai-kartanegara-dan-penajam-paser-utara/4
http://jelitapunya.blogspot.com/2015/01/model-perencanaan-rational-
comprehensive.html#:~:text=Pengertian%20Komprehensif%20dalam%20term
%20perencanaan,dari%20suatu%20entitas%2Fkomunitas%20tetapi