Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH

PENGANTAR PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA

DOSEN PEMBIMBING :

Prananda Navitas ST., MSc.

ANGGOTA KELOMPOK :

Sallsa Billa Aulianti D.M 5015201106


NADA SHOFURA ARIFIN 5015201112
Maulana Rizki Ilahi 5015201130
AISYAH NUR RAKHMAH 5015201147
Nindya Assakina 5015201156
Angelin Gloria Kopeuw 08211840007001

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia – Nya
makalah “tentang pemindahan Ibu kota Negara Di pulau Kalimantan Timur ini dapat
terselesaikan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Pengantar perencanaan wilayah
dan Kota . Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah pengantar Perencanaan wilayah dan Kota
serta pihak-pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.

Kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi perbaikan dan
kelancaran pembuatan makalah yang selanjutnya, mengingat makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dan kami masih dalam proses belajar. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 18 Desember 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………


Daftar Isi……………………………………………………………………………………….
Bab I……………………………………………………………………………………………
1.1 latar belakang…………………………………………………………………………........
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………….......
1.3 tujuan …………………………………………………………………………………….....
1.4 sistematika penulisan……………………………………………………………………...
Bab II…………………………………………………………………………………………...
2.1 sejarah……………………………………………………………………………………...
2.2 Gambaran umum………………………………………………………………………….
Bab III………………………………………………………………………………………….
3.1 latar belakang masalah…………………………………………………………………....
3.2 Dampak…………………………………………………………………………………….
3.3 Pendekatan perencanaan………………………………………………………………….
Bab IV…………………………………………………………………………………………..
kesimpulan……………………………………………………………………………………..
Daftar pustaka………………………………………………………………………………....

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Rangka pemerataan pembangunan Nasional Negara Kesatuan Republik
Indonesia melakukan pemindahan Ibu kota guna menyelaraskan pembangunan
infrastruktur pada wilayah wilayah di indonesia yang belum berkembang secara
merata. Dimana pembangunan hanya terkonsentrasi di pulau jawa saja sedang
wilayah atau provinsi lain di indonesia mengalami ketimpangan hinterland sehingga
mengalami banyak ketertinggalan .

Pemindahan ibu kota di NKRI sangat dimungkinkan karena di dalam Undang-Undang


Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya tidak diatur secara tegas. Dalam Bab
II ayat (2) UUD NKRI tertulis: Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya
sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam UUD tersebut tidak ada pasal yang
menyebutkan dimana dan bagaimana ibu kota negara diatur. Dengan demikian
terdapat fleksibilitas yang tinggi dalam mengatur termasuk memindah ibu kota
negara. Dalam pemindahan ibu kota negara, tentu saja diperlukan alasan yang kuat
dan mendasar tentang efektifitas fungsinya.

Peristiwa pemindahan Ibu kota Negara telah banyak dilakukan oleh beberapa Negara,
dengan alasan yang beragam. Peristiwa tersebut dilaksanakan dengan tujuan
memecahkan permasalahan demi kebaikan maupun kemajuan bangsa dan negara.
Contohnya, pertama, Brasilia Ibu kotanya terletak di pedalaman, karena Ibu kota lama
Rio Jenairo sudah terlalu padat. Kedua, pemerintah Korea Selatan pada tahun 2004
Ibukotanya pindah dari Seoul ke Sejong, meskipun Seoul itu berarti ibu kota dalam
bahasa Korea. Ketiga, ibu kota tradisional yang secara ekonomi memudar akibat kota
pesaingnya, seperti Nanjing yang memudar oleh Shanghai. Keempat, akibat
menurunnya suatu dinasti atau budaya, akhirnya ibu kota yang ada menjadi pudar dan
kalah pamor seperti yang terjadi di Babilon dan Cahokia .

Sonny Harry B Harmandi mengungkapkan bahwa ada enam syarat dalam menentukan
wilayah ibu kota baru yaitu :
1. Wilayah tersebut memiliki jaringan yang baik dan terhubung dengan pusat
aktivitas politik.
2. Kepadatan penduduk yang rendah.
3. Resiko bencana yang rendah.
4. Daya dukung lingkungan yang baik.
5. Aman dalam perspektif pertahanan dan ketahanan nasional.
6. Memiliki potensi dikembangkan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru.

Kalimantan menjadi lokasi pemindahan Ibukota karena Lahan masih sangat luas,
sehingga dapat menyusun tata ruang ibukota negara yang sangat ideal dan ditinjau
dari beberapa aspek lainnya memungkinan untuk melakukan pemindahan Ibu kota
Negara yang berlokasi di Provinsi Kalimantan Tengah yang mempunyai luas wilayah
153.564 km2 atau Kotawaringin Timur (Kotim) dan Kotawaringin Barat (Kobar).

1.2 Rumusan Masalah


- Apa saja pertimbangan yang mendukung Pemindahan Ibu kota Negara dari
Jakarta ke Palangkaraya (pulau Kalimantan ) ?
- Bagaimana Dampak dari Pemindahan Ibu kota Negara dari Jakarta ke
palangkaraya ?

1.3 Tujuan/Sasaran
- Mengetahui Faktor apa saja yang menjadi Pertimbangan pemindahan Ibu Kota
Negara dari Jakarta Ke Palangkaraya .
- Mengetahui Dampak lokasi Pemindahan Ibu Kota Negara dari jakarta ke
palangkaraya

1.4 Sistematika Penulisan


- Bab I
pada sub bab ini berisi tentang latar belakang,Rumusan masalah ,Tujuan dan
sistematika Penulisan
- Bab II
pada sub bab ini berisi tentang sejarah dan gambaran umum wilayah .
- Bab II
pada sub bab ini berisi tentang pembahasan ,masalah dan dampak,serta
pendekatan perencanaan
- Bab IV
pada sub bab ini berisi tentang Kesimpulan ,saran dan dari laporan ini

BAB II
Gambaran Umum

2.1 Sejarah
Sejarah mencatat, ibu kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada 1946
karena situasi Jakarta yang gawat. Raja kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat,
Sultan Hamengkubuwono IX, pada 2 Januari 1946 mengirimkan kurir ke Jakarta
untuk menyampaikan pesan kepada Presiden Sukarno. Sultan Hamengkubuwono IX
dan Sri Paku Alam VIII, pemimpin kerajaan lainnya di Yogyakarta yakni Kadipaten
Pakualaman, menawarkan Yogyakarta sebagai ibukota sementara Republik Indonesia.
Yogyakarta darurat perang, Agresi militer Belanda II pada 19 Desember 1948
membuat Yogyakarta terguncang. Soekarno, Hatta, dan sejumlah pejabat tinggi
Republik Indonesia lainnya ditangkap dan diasingkan ke luar Jawa. Republik
Indonesia pun dipindah lagi, dipindahkan ke Sumatra Barat tepatnya di kota
Bukittinggi, berkat peran Syafruddin Prawiranegara dan kawan-kawan yang
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Angkatan perang RI
membalas lewat serangan umum 1 Maret 1949 untuk merebut Yogyakarta demi
membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada. PBB dan beberapa negara
mendesak Belanda untuk berdamai. Atas desakan itu, Soekarno dan kawan-kawan
akhirnya dibebaskan dan dipulangkan ke Yogyakarta. Demikian pula PDRI yang
kemudian dibubarkan karena pusat pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta
sudah mulai pulih sejak 6 Juli 1949. Kedudukan ibu kota di Yogyakarta berlangsung
hingga penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia pada akhir 1949 sesuai
hasil kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). Setelah itu terhitung
tanggal 17 Agustus 1950, ibu kota Indonesia dikembalikan ke Jakarta hingga saat ini.

2.2 Gambaran Umum Wilayah


Upaya pemindahan ibu kota Indonesia dimulai pada tahun 2019 pada masa
kepresidenan Joko Widodo. Melalui rapat terbatas pemerintah pada tanggal 29 April
2019, Joko Widodo memutuskan untuk memindahkan ibu kota negara ke luar pulau
jawa. Ibu kota baru akan dibangun di wilayah administratif di Kalimantan Timur,
tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang
Brodjonegoro menyatakan, kawasan induk ibu kota baru Indonesia membutuhkan
lahan seluas 40 ribu hektar. Nantinya, luas wilayah ini akan dikembangkan menjadi
180 ribu hektar dari tanah yang dimiliki pemerintah di sana.

A. Kabupaten Penajam Paser Utara

Kabupaten Penajam Paser Utara, adalah sebuah kabupaten di Provinsi


Kalimantan Utara. Ibu kotanya terletak di Penajam. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Selat
Makassar dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Paser serta sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki
luas wilayah 3.333,06 km² atau 333.306 hektar, meliputi wilayah daratan seluas
3.060,82 km² dan wilayah lautan seluas 272,24 km². Kabupaten Penajam Paser Utara
terdiri dari terdiri dari 4 kecamatan, 30 desa, dan 24 kelurahan. Jumlah penduduk
kabupaten ini pada tahun 2019 berjumlah 173.671 jiwa.

B. Kabupaten Kutai Kartanegara

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan sebuah kabupaten di Kalimantan


Timur. Ibu kotanya berada di Kecamatan Tenggarong. Kabupaten Kutai Kartanegara
memiliki luas 27.263,10 km² atau 2.726.310 hektar dan luas perairan sekitar 4.097
km² yang dibagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 225 desa/kelurahan dengan jumlah
penduduk mencapai 626.286 jiwa oleh sensus tahun 2010, dan pada tahun 2019
bertambah menjadi 696.784 jiwa. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Malinau di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur,
Kota Bontang, dan Selat Makassar. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan serta sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu.

C. Potensi SDA Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara

Saat ini potensi perekonomian di kedua lokasi ibu kota yang baru masih
didominasi oleh sektor sumber daya alam. Kutai Kartanegara masih didominasi dua
leading sektor, minyak dan gas bumi dengan pertambangan dan penggalian yang
mencapai lebih dari 77%. Perkebunan kelapa sawit juga cukup mendominasi karena
ada beberapa di wilayah Kutai pedalaman masih banyak perkebunan kelapa sawit.
Sementara di Penajam Paser Utara, potensi sumber daya alam berupa perikanan serta
kelapa sawit juga menjadi pemasukan yang dominan untuk daerah.

D. Peluang Ekonomi di Ibu Kota Baru dan Peluang Bisnis bagi Masyarakat

Aji Sofyan menegaskan bahwa setelah ibu kota resmi berpindah pasti kegiatan
pertambangan di lokasi tersebut akan terhenti. Selain itu, perkebunan kelapa sawit
pun hanya akan bertahan sementara waktu saja. Ia optimis, Penajam Paser Utara dan
Kutai Kartanegara dapat mengambil peluang dan menyediakan kebutuhan untuk ibu
kota baru.

Masyarakat dan pelaku bisnis dapat menangkap peluang di masa


pembangunan ibu kota negara yang baru. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi para
pendatang dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Ada kebutuhan sandang,
pangan, perumahan, jasa transportasi, dan kebutuhan tenaga kerja akan mendominasi
di 10 tahun yang akan datang.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Faktor latar belakang


Perubahan atau pemindahan Ibu kota Negara ke Daerah Kalimantan, di latar
belakangi oleh permasalahan-permasalahan di Jakarta yang sudah tidak mampu
menampung segala jenis kegiatan terkait aspek Lingkungan, Sosial dan Ekonomi.
Contohnya seperti masalah Urbanisasi dimana semakin banyak pendatang dari luar
daerah atau di sekitarnya serta pendatang dari luar negri, mengakibatkan tingginya
kepadatan (migrasi penduduk ) di jakarta yang menyebabkan penyediaan lahan
semakin berkurang dan mempengaruhi daya tampung lahan, serta memicu angka
kemiskinan karena banyaknya persaingan dan kurangnya penyediaan lapangan kerja .
Namun selain itu pemindahan Ibu kota ditujukan untuk mempercepat Pemerataan
Pembangunan Nasional agar Daerah-Daerah pelosok dapat Berkembang pesat serta
mensejahterakan penduduk di wilayah kalimantan dan sekitarnya. selain itu
Kemacetan dan banjir yang kian lama kian bertambah parah terjadi di Ibukota Jakarta
menjadi faktor- faktor terjadinya Pemindahan Ibu kota Negara ke Palangkaraya .
selain itu juga faktor yang memicu terjadinya pemindahan ibu kota disebabkan
beberapa Hal Yaitu :

- Kondisi Jakarta
Hampir setiap tahun terjadi banjir yang besarnya bervariasi. Banjir yang
terjadi tahun 2007 merupakan yang terbesar, hampir mencakup 70% wilayah
Jakarta.Masalah banjir Jakarta memang sulit diatasi tanpa ada suatu usaha
menyeluruh dan terpadu. Amblesan tanah akibat penurapan air tanah yang
berlebih menjadi salah satu penyebab daerah menjadi sasaran banjir. Secara
alami Jakarta memang rawan terhadap banjir, karena terletak pada kipas
aluvial yang berkembang dari Selatan (Bogor) dan dialiri oleh 13 sungai
dengan daerah hulunya bercurah hujan tinggi, yang sebagian lahan nya telah
terbangun. Faktor alami lainnya adalah di bagian Utara terdapat beting gisik
(beach ridges) yang dapat menghambat aliran ke laut Teluk Jakarta.
Sebenarnya pada beting gisik itupun terdapat cekungan antar beting yang
dapat berfungsi sebagai penampung air, namun itu pun sudah terbangun.
Demikian juga sebagian besar situ-situ yang berfungsi sebagai penampung dan
pengendali air hujan lokal itupun sudah menjadi lahan permukiman

- Pemeratan Pembangunan.
Dalam Upaya pemerataan pembangunan Palangkaraya berada di tengah –
tengah wilayah Indonesia, sehingga akan mudah dijangkau dari Sabang –
Merauke. Lokasi strategis tersebut memungkinkan adanya perkembangan
ekonomi baru. Melalui penempatan di Palangkaraya maka akan diupayakan
pembangunan infrastruktur di berbagai sektor.Pembangunan infrastruktur
yang baik ini akan menarik investor menuju Palangkaraya. Sehingga aktivitas
di sektor lain juga akan terbangkitkan,Sehingga dapat minimalisisasi
kesenjangan tidak dapat dilakukan dengan efektif
3.2 Dampak
Pemindahan ibu kota sekarang ini menjadi perbincangan yang sangat hangat, setelah
Presiden Jokowi mengumumkan pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan
Timur. Sesuai dengan persyaratan Kalimantan Timur terpilih, karena lokasinya yang
dinilai cukup strategis dan minim oleh resiko bencana. Namun, pemindahan ibu kota
ini harus dipikirkan secara matang, karena bisa memberikan dampak baik maupun
buruk untuk kedepannya. Tujuan pemindahan ibu kota sendiri adalah untuk
mengurangi ketimpangan perekonomian pada wilayah di luar Pulau Jawa. Jika
diproyeksikan pemindahan ibukota bisa menumbuhkan berbagai sektor di wilayah
Kalimantan Timur. Dengan melihat asumsi variabel dan menentukan wilayah yang
paling memberikan tarikan dan membawa dampak pertumbuhan pada wilayah
Kalimantan Timur, kita bisa mengetahui dampak pemekaran yang akan terjadi di
wilayah ibu kota baru, hal ini bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian nasional
dengan tingkat inflasi yang tetap rendah.
- Dampak Pemindahan Ibu Kota terhadap Perekonomian
Bappenas menyatakan bahwa pemindahan ibu kota akan memberikan dampak
positif terhadap perekonomian dengan memprediksi kenaikan PDRB 0,1%.
Bappenas menyatakan bahwa kenaikan PDRB bersumber dari pemanfaatan
sumberdaya daya potensial seperti pembukaan lahan untuk keperluan
infrastruktur produktif dan pembukaan lapangan kerja bagi sumber daya
manusia terampil yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal.
Selain itu pemindahan ibu kota juga akan meningkatkan inflasi secara
nasional. Bambang Brodjonegoro memperkirakan akan terdapat kenaikan
inflasi sebesar 0,2% selama proses perpindahan IKN. Kenaikan inflasi terjadi,
karena adanya perubahan pendapatan masyarakat. Namun, inflasi diperkirakan
tidak akan terlalu mempengaruhi daya beli secara nasional, karena kenaikan
harga hanya terjadi di daerah ibu kota baru dan sekitarnya.

Bambang Brodjonegoro memperkirakan secara nasional akan terjadi


peningkatan arus perdagangan sebesar 50% sebagai dampak pertumbuhan
kawasan industri di IKN yang terhubung dengan wilayah lain di Indonesia.
Tentunya dengan meningkatnya arus perdagangan akan membuka lapangan
pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus meningkatkan
PDRB lokal.

- Risiko Pemindahan Ibu Kota


Pemindahan ibu kota memiliki risiko yang harus diantisipasi. Bappenas
memperhitungkan bahwa ada dua skenario kebutuhan total pembiayaan
berdasar desain dari ibu kota, yaitu sebesar 466 Triliun dan 323 Triliun.
Skenario kebutuhan pembiayaan sangat bergantung kepada fungsi
pemerintahan dan jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang akan
dipindahkan. Kebutuhan pembiayaan meliputi pembangunan fungsi utama,
fungsi pendukung, fungsi penunjang, dan pengadaan lahan. Pembangunan ibu
kota baru menuntut penyediaan infrastruktur yang masif. Karakteristik proyek
infrastruktur sendiri adalah memiliki risiko jangka panjang terutama berasal
dari kinerja proyek yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Untuk mengantisipasi
pemerintah harus merencanakan lokasi dan tata ruang wilayah secara tepat.
Penggunaan lahan berasal dari lahan yang dikuasai oleh negara atau BUMN,
dengan pendayagunaan aset yang tidak membebani negara. Dengan demikian
risiko tingginya inflasi yang berasal dari kenaikan harga lahan dapat
diminimalisir.

Namun, dampak dari pemindahan ibu kota tidak hanya berasal dari kegiatan
perekonomian, tetapi juga berasal dari pembatasan alih fungsi lahan, karena
pembangunan ibu kota baru tentu saja membutuhkan lahan tanah. Tentunya peralihan
fungsi lahan seperti hutan, perkebunan, pertanian yang masih cukup luas di wilayah
Kalimantan akan dialihkan menjadi pembangunan ibu kota baru. Alih fungsi lahan
sendiri merupakan kegiatan perubahan penggunaan tanah dari suatu kegiatan menjadi
kegiatan lainnya. Menurut Lestari proses ahli fungsi lahan pertanian ke lahan non
pertanian yang disebabkan oleh beberapa faktor berikut (Lestari, 2005) :
1. Faktor eksternal, merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika
pertumbuhan perkotaan, demografi, dan ekonomi.
2. Faktor internal, merupakan faktor yang lebih melihat sisi yang disebabkan oleh
kondisi sosial ekonomi rumah tangga, pertanian penggunaan lahan.
3. Faktor kebijakan, merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat maupun daerah yang berkaitan dengan ahli fungsi lahan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagai
turunan dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagai aturan tertinggi untuk melindungi lahan
pertaniaan dan konversi.

- Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Pemindahan Ibu Kota


1. Berkurangnya lahan pertanian akan memberikan dampak negatif ke dalam
berbagai bidang.
2. Produksi pangan menurun akibat bertambahnya penduduk. Di mana jumlah
penduduk bertambah yang menyebabkan kebutuhan pangan meningkat, tetapi
lahan pertanian semakin berkurang.
3. Mengancam keseimbangan ekosistem, banyak hewan yang kehilangan tempat
tinggal akibat ahli fungsi lahan. Selain itu pertanian juga berfungsi sebagai
wadah penampung air hujan, sehingga mengurangi risiko banjir di kala musim
hujan.
4. Sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah untuk mendukung
kegiatan pertanian menjadi tidak terpakai.
5. Buruh tani akan kehilangan pekerjaan akibat dari alih fungsi lahan.
6. Harga pangan akan semakin meningkat akibat dari berkurangnya hasil olahan
pangan.
7. Tingginya angka urbanisasi, orang-orang di desa akan berbondong-bondong
berpindah ke perkotaan untuk mencari pekerjaan.

3.3 Pendekatan Perencanaan


Berdasarkan Pembahasan di atas diperlukan konsep pendekatan perencanaan yang
sesuai agar pembangunan ibu kota tidak memberikan dampak negatif. Kota-kota di
Indonesia sendiri kebanyakan menggunakan konsep perencanaan model Ribbon
Development. Ribbon Development sendiri merupakan pembangunan kawasan
perkotaan yang memanjang mengikuti jaringan jalan utama. Namun, model Ribbon
development memiliki dampak buruk yaitu urban sprawl yaitu mengalirnya
perkembangan lahan mengikuti jaringan utama. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, maka konsep pendekataan perencanaan yang paling efektif adalah berupa
pendekatan rasional komprehensif. Rasionalitas atau kondisi yang bersifat rasional di
dalam proses penganalisaan dan cara pemecahan masalah, dengan kata lain menuntut
dasar pertimbangan yang sistematik dan evaluasi yang tepat terhadap berbagai
alternatif cara untuk mencapai tujuan. Sedangkan, komprehensif adalah perencanaan
yang bersifat menyeluruh (holistik) bukan sebagian atau beberapa bagian yang
terpisah (parsial) dari suatu sistem perencanaan. Namun, bukan berarti memasukkan
semua elemen dan aspek yang dapat diidentifikasi, tetapi lebih mempertimbangkan
elemen-elemen pokok yang dapat ditangani pada proses analisis. Berbagai pakar
mengatakan Rasionalitas Komprehensif mempunyai keunggulan yang signifikan,
yaitu :
- Mencakupi berbagai elemen yang luas dan aspek perencanaan serta
menampilkan berbagai alternatif perencanaan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran dengan melihat potensi yang ada.
- Memiliki citra holistik atas kemungkinan yang yang paling optimal.
- Mengandung unsur penyederhanaan dari kesatuan yang bersifat kompleks dan
menyeluruh.
- Program yang disusun untuk evaluasi dengan pendekatan “scientific methods”
dapat dilakukan oleh pihak yang tidak terlibat dalam proses perencanaan.
- Proses perencanaan tidak berjalan linier, tetapi bersifat pengulangan dan
siklikal
- Terdapat keterlibatan publik sehingga mengurangi kekurangan dari model
perencanaan ini.

untuk itu diperlukan pendekatan yang komprehensif guna meminimalisir


dampak dan kesalahan-kesalahn yang terjadi pada ibu kota sebelumnya .
sebagai Berikut :

● Partisipasi Publik
Dalam konteks perencanaan kota, partisipasi publik juga memainkan
peran penting, dimana Adanya ruang-ruang diskusi bagi masyarakat
luas untuk berkontribusi dalam penentuan perencanaan tata ruang
menjadikan keputusan dan perencanaan kota lebih inklusif. Hal ini
menjadi indikator tercapainya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) Dietz dan Stern (2008) berpendapat bahwa partisipasi
publik berpotensi untuk meningkatkan kualitas dan legitimasi dari
suatu kebijakan. Hal tersebut dapat turut meningkatkan kualitas
lingkungan. Partisipasi publik ini juga merupakan bagian dari konsep
kota layak huni atau livable cities, yakni adanya ruang bagi pemenuhan
hak-hak warga negara untuk memberikan pendapat dan memiliki kuasa
atas ruang hidup mereka.

● Kesiapan Lahan Pemukiman dan Tata Ruang Wilayah dan kota


Menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Kota adalah
kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan ekonomi. UU RI No. 4 Tahun 1992
menyebutkan bahwa lahan permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup yang berada di luar kawasan hutan lindung. Kawasan-kawasan
tersebut dapat berupa perkotaan maupun kawasan perdesaan. Menurut
UU No. 26 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2007 tentang penataan ruang, Ruang
adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
makhluk hidup melakukan serta memelihara kehidupannya. Sedangkan
menurut UU No.26 Pasal 1 Ayat 17 Tahun 2007, Wilayah adalah
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif atau aspek fungsional. Kesiapan lahan pemukiman dan
tata ruang wilayah dan kota sendiri merupakan aspek yang sangat
penting, karena akan menjamin keberhasilan terbentuknya pola tata
ruang wilayah dan kota bagi keberlangsungan makhluk hidup
didalamnya.

● Dinamika Sosial dan Kebudayaan


Pemindahan Ibu kota tentu akan memberikan dampak perubahan sosial
maupun kebudayaan di kalangan masyarakat Kalimantan Tengah.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai sosial dalam
masyarakat ikut berubah. Sebagaimana menurut Selo Soemardjan,
mengemukakan tentang pengertian perubahan sosial sebagai perubahan
dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang akhirnya akan
berpengaruh terhadap sistem sosialnya. Sistem sosial yang dimaksud
terkait dengan nilai, sikap, dan pola dalam berperilaku di antara
kelompok yang hidup dalam masyarakat. Perubahan sosial ini akan
mencakup seluruh bidang kehidupan masyarakat yang tentunya akan
berdampak pada aspek kebudayaan, geografis, demografis, ekonomi
dan berbagai hal lainnya.
Karakteristik masyarakat Kalimantan Tengah sendiri adalah
masyarakat yang majemuk dan toleran. Hal ini merupakan modal
sosial, karena wilayah tersebut membentuk karakteristik masyarakat
yang majemuk dimana masyarakatnya berasal dari berbagai suku,
agama, kebudayaan, dan daerah. Perubahan sosial dan budaya
merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, karena akan
berpengaruh pada interaksi sosial masyarakat yang akan bertambah
jumlahnya sebagai konsekuensi dari kebijakan pemindahan ibu kota.

● Aspek Keamanan
Pemindahan ibu kota tentu akan memberikan dampak pada segi
keamanan, di mana tindakan kriminalitas akan meningkat. Tindakan
kriminalitas seringkali diakibatkan oleh ketimpangan ekonomi antar
masyarakat itu sendiri. Maka dari itu penataan tata ruang calon ibu
kota harus diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan antar
masyarakat. Jika hal tersebut tidak bisa teratasi, maka akan
mengganggu ruang publik dan mengurangi kelayakan wilayah tersebut
menjadi ibu kota baik dilihat dari sisi aspek sosial, ekonomi maupun
lingkungan hidup. Selain dari tindakan kriminalitas, konflik yang
sering kali muncul adalah konflik antar politisi, penguasa, maupun
pengusaha. Untuk menangani masalah keamanan ini pemerintah harus
bersikap tegas dalam melakukan tindakan hukum agar bisa
meminimalisir adanya kejadian tersebut. Dengan melakukan tindakan
tegas diharapkan bisa membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih
sejahtera.

● Daya Dukung Lingkungan Hidup


Untuk mendukung terbentuknya wilayah ibu kota daya dukung
lingkungan merupakan aspek yang penting untuk dipertimbangkan.
Maka dari itu penataan pembangunan perkotaan harus berorientasi
pada keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Namun, jika
melihat wilayah kalimantan yang memiliki hutan hujan tropis dan
tanahnya yang berstruktur gambut, maka diperlukan pengkajian
tentang tata ruang wilayah agar tidak ada resiko ekologis yang
mengganggu jalannya pemerintahan. Meskipun Kalimantan Tengah
terbebas dari bencana gunung berapi dan gempa bumi, tetapi bencana
ekologis dapat terjadi di sini. Apabila kita melihat hutan-hutan yang
banyak dibakar, penambangan besar-besaran, dan banyak hal lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa di sini daya dukung lingkungan diciptakan
untuk keseimbangan ekosistem, di mana bertujuan untuk menjaga
aspek pendukung lingkungan hidup seperti pendirian bangunan, alih
fungsi lahan, persoalan penebangan hutan dan lahan serta faktor lain
yang berhubungan dengan persoalan tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN /SARAN

● SOLUSI
Berdasarkan penjelasan di atas wilayah Kalimantan Tengah merupakan kawasan yang
ideal sebagai penempatan ibu kota baru. Namun, ada beberapa tantangan terkait
dengan pemindahan ibu kota baru seperti pada aspek sosial dan budaya, aspek
keamanan maupun tantangan di masa depan. Pemerintah daerah sangat berperan
dalam hal ini sebagai pemegang wewenang mengatur dan menyelenggarakan
kepentingan daerahnya agar mencapai kesejahteraan rakyat. Masyarakat lokal pun
menjadi kunci keberhasilan pembangunan ibu kota, maka dari itu peran masyarakat
lokal sangat penting. Dengan mempertimbangkan aspek sosial dan budaya pemerintah
harus mengakomodasi karakteristik terhadap sosial dan budaya masyarakat lokal
sebagai bentuk pengakuan atas keberadaan masyarakat lokal. Dengan adanya
penggabungan budaya baru dan lokal sebagai konsekuensi pembangunan ibu kota
diharapkan dapat menciptakan nilai budaya dan sosial yang mendukung
pembangunan ibu kota baru yang berbasis pada budaya lokal.

● SARAN
Melihat wilayah Kalimantan Tengah dengan karakteristik wilayahnya yang luas dan
aman dari potensi gempa bumi, hal ini dipandang menjadi kawasan yang ideal untuk
wilayah ibu kota baru. Wacana pemindahan ibu kota sendiri merupakan suatu
pembangunan Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan wilayah ibu kota yang
merepresentasikan Indonesia, tetapi juga mampu dalam mengakomodasi
pembangunan di masa depan dengan mewujudkan pemerintahan yang baik dan
menciptakan pembangunan negara yang adil serta merata. Menurut Sonny Harry B
Harmadi agar pemindahan ibu kota berhasil setidaknya ada enam syarat yang harus
dipersiapkan yaitu wilayah tersebut memiliki jaringan yang baik dan terhubung
dengan aktivitas politik, kepadatan penduduk yang rendah, resiko bencana yang
rendah, daya dukung lingkungan yang baik, aman dalam perspektif pertahanan dan
ketahanan nasional, dan memiliki potensi dikembangkan sebagai kawasan
pertumbuhan ekonomi baru. Dalam wacana pemindahan ibu kota ini diharapkan
pemerintah tidak gegabah dalam mengambil keputusan dengan setidaknya
memperhatikan keenam syarat tersebut agar pemindahan ibu kota berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/jsam/article/download/779/812
http://43.252.137.17/index.php/jurnal-academia-praja/article/view/45/34
https://dprexternal3.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/1382/861
https://tirto.id/sejarah-pindahnya-ibu-kota-ri-dari-jakarta-ke-yogyakarta-pada-1946-
efr4
http://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/view/370/359
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemindahan_ibu_kota_Indonesia_(2019%E2%80%93sek
arang)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Penajam_Paser_Utara
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kutai_Kartanegara
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/08/27/ibu-kota-baru-berapa-luas-
wilayah-kabupaten-kutai-kertanegara-dan-kabupaten-penajam-paser-utara
https://kaltim.idntimes.com/news/kaltim/melani-indra-hapsari/ini-potensi-ekonomi-
kutai-kartanegara-dan-penajam-paser-utara/4
http://jelitapunya.blogspot.com/2015/01/model-perencanaan-rational-
comprehensive.html#:~:text=Pengertian%20Komprehensif%20dalam%20term
%20perencanaan,dari%20suatu%20entitas%2Fkomunitas%20tetapi

Anda mungkin juga menyukai