Anda di halaman 1dari 9

BENTUK HUKUM BANK

Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Bentuk Hukum Bank yaitu :

(1) Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa:


a. Perseroan Terbatas;

Bedasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan


Terbatas.Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa :

‘’Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum


yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya’’.

b. Koperasi; atau

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992


Tentang Perkoperasian. Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa :

‘’Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan


hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan’’.

c. Perusahaan Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Undonesia Nomor 5 Tahun 1962


Tentang Perusahaan Daerah. Pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa :

‘’Perusahaan Daerah termaksud pada ajat (1) adalah badan hukum jang
kedudukannja sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunja Peraturan
Daerah tersebut’’

(2) Bentuk hukum suatu Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa salah satu dari:
a. Perusahaan Daerah;

Berdasarkan Undang-Undang Republik Undonesia Nomor 5 Tahun 1962


Tentang Perusahaan Daerah. Pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa :
‘’Perusahaan Daerah termaksud pada ajat (1) adalah badan hukum jang
kedudukannja sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunja Peraturan
Daerah tersebut’’

b. Koperasi;

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992


Tentang Perkoperasian. Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa :

‘’Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan


hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan’’.

c. Perseroan Terbatas;

Bedasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan


Terbatas.Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa :

‘’Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum


yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya’’.

d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Dimaksudkan dalam rangka memberikan wadah bagi penyelenggaraan lembaga


perbankan yang lebih kecil dari BPR, seperti bank desa, lumbung desa, badan
kredit desa, dan lembaga-lembaga lainya.

(3) Bentuk hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang bank yang berkedudukan di
luar negeri mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya.
PENDIRIAN BANK
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Ketentuan mengenai Pendirian Bank yaitu :
Pasal 22
(1) Bank Umum hanya dapat didirikan oleh:
a. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia; atau
b. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara
asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan pendirian yang wajib dipenuhi pihak-pihak
sebagaimana dimaksud dalam ayat 11 ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pasal 23
‘’Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia,
badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah,
atau dapat dimiliki bersama diantara ketiganya’’.
Pasal 24
‘’Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya
diatur berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku’’.
Pasal 25
‘’Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang berbentuk hukum perseroan terbatas,
sahamnya hanya dapat diterbitkan dalam bentuk saham atas nama’’.
Pasal 26
(1) Bank Umum dapat melakukan emisi saham melalui bursa efek.
(2) Warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia dan atau badan
hukum asing dapat membeli saham Bank Umum, baik secara langsung dan atau melalui
bursa efek.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.”
Pasal 27
Perubahan kepemilikan bank wajib:
a. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3), Pasal 22,
Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 26; dan
b. dilaporkan kepada Bank Indonesia."
Pasal 28
(1) Merger, konsolidasi, dan akuisisi wajib terlebih dahulu mendapat izin Pimpinan Bank
Indonesia.”
(2) Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, dan akuisisi ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Merger adalah penggabungan dua bank atau lebih, dengan cara tetap mempertahankan
berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya dengan oleh tanpa
melikuidasi;

Konsolidasi adalah penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan cara mendirikan bank baru
dan membubarkan bank-bank tersebut. dengan atau tanpa melikuidasi;

Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank; 28. Rahasia Bank adalah segala
sesuatu yang dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.”

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan oleh likuidator dan sekaligus pemberesan dengan
cara melakukan penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, dan
penyelesaian sisa harta atau utang di antara para pemilik.

Jenis-jenis Merger

Berdasarkan aktivitas ekonomik, merger dan akuisisi dapat


diklasifikasikan dalam lima tipe.
1) Merger Horisontal
Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih
perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum
terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain
dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger
dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau
untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas
produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan
fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah
semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut.
Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar
dapat mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah
pada monopoli.
2) Merger Vertikal
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan
proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini
dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu
memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi
vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud
untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau
pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna.
Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap
mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin
bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan
tersebut dapat mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger
dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke
belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan
integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).
3) Merger Konglomerat
Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih
perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang
tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerat terjadi apabila
sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya
dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan
bisnis semula. Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini
dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka
terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki
bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.
4) Merger Ekstensi Pasar
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh
dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas
area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk
memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing
perusahaan. Merger dan akuisisi ekstensi pasar sering dilakukan
oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan
penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar
negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari
awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi
pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena
kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap
konsumen luar negeri.
5) Merger Ekstensi Produk
Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk
memperluas lini produk masing- masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan
menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau
konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan
departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui
efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.
Prinsip Perbankan Syariah

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah)


Mudharabah merupakan perjanjian kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola modal,
dimana keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan, dan kerugian
ditanggung oleh pemilik modal selama bukan merupakan kelalaian dari pihak pengelola modal.
Ada dua jenis akad mudharabah, yaitu
 Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dengan pengelola
dana dengan cakupan yang luas dan tidak memiliki batas baik jenis usaha, waktu dan
daerah bisnis yang digeluti yang tetap sesuai dengan syariah islam.
 Mudharabah Muqayyah adalah kerjasama antara pemilik dana dan pengelola dana yang
terdapat batasan jenis dan daerah bisnis usaha sesuai yang telah disepakati.

2. Pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (Musyarakah)


Musyarakah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu usaha, dimana masing-
masing pihak berhak atas keuntungan yang didapat sesuai dengan porsi modal yang dikeluarkan.
Akad musyakarah sendiri ada beberapa jenis, yaitu:
 Musyarakah Muwafadah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih pada suatu objek
dengan syarat jumlah modal dan porsi kerja yang sama diantara pihak-pihak yang
bekerjasama.
 Musyarakah Al-Inan, yaitu kerjasama dalam bentuk modal suatu perdagangan antara
pihak-pihak tertentu, dimana besar modal yang dikeluarkan dan keuntungan yang
didapatkan tidak harus sama.
 Musyarakah Al-Wujuh, adalah bentuk kerjasama usaha yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih. Dimana mereka tidak memiliki modal, lalu membeli barang dengan cara kredit
dan menjualnya dengan cara tunai, sedangkan untuk keuntungan dibagi
 Musyarakah Al-Abdan adalah kerjasama anatara dua orang atau lebih yang hanya
melibatkan tenaga atau keahlian tanpa mengikutsertakan kerjasama modal. Contohnya
dalam suatu usaha perumahan terjalin kerjasama antara Fulan A sebagai tukang bangunan
dengan Fulan B sebagai tukang jendela dan pintu.
 Musyarakah Al Milk memiliki pengertian kepemilikan bersama atas suatu aset, dimana
salah seorang mitra tidak dapat menggunakan atau menjual aset sebelum mendapatkan
persetujuan dari pihak lainnya.. contohnya dalam hal ahli waris.

3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah)


Murabahah adalah perjanjian jual beli anatara pihak bank dan pihak nasabah, dimana pihak bank
membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah lalu menjualnya ke nasabah dengan adanaya
penambahan keuntungan sebesar yang telah disepakati oleh kedua belah pihak diawal perjanjian.
Pada laman fileperbankansyariah.blogspot, didapatka ada dua jenis akad Murabahah, yaitu:
 Murabahah berdasarkan pesanan
Murabahah ini dapat bersifat mengikat ataupun tidak bersifat mengikat. Bersifat mengikat
apabila barang yang dipesan harus dibeli oleh pembeli., dan bersifat tidak mengikat apaila
barang yang sudah dibeli dapat tidak jadi dibeli atau dibatalkan dikarenakan alasan tertentu.
 Murabahah tanpa pesanan
Penjualan yang besifat tidak menikat. Penjualan ini dilakukan tidak melihat ada atau tidak barang
dipesan, sehingga dalam pemasokan barang dilakukan sendiri menurut prediksi penjual.

4. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (Ijarah)
Ijarah adalah perjanjian pemindahan hak guna atas ojek atau jasa dengan adanya biaya sewa
tanpa adanyapemindahan kepemilikan dari ojek tersebut.

5. Pembiayaan dengan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
kita (Ijarah Wa Iqtina)
Ijarah Wa iqtina adalah perjanjian pemindahan hak guna atas objek atau jasa dengan adanya
pembayaran upah sewa beli, yang diikuti dengan pemindahan kepemilikan pada waktu yang
telah disepakati di awal perjanjian
BENTUK BADAN HUKUM BANK SYARIAH
Pasal 7
‘’Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas’’.

PENDIRIAN BANK SYARIAH


Pasal 9
(1) Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;
b. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara
asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan; atau

Penjelasan :
Dalam hal salah satu pihak yang akan mendirikan Bank Umum Syariah adalah
badan hukum asing, yang bersangkutan terlebih dahulu harus memperoleh
rekomendasi dari otoritas perbankan negara asal. Rekomendasi dimaksud
sekurang-kurangnya memuat keterangan bahwa badan hukum asing yang
bersangkutan mempunyai reputasi yang baik dan tidak pernah melakukan
perbuatan tercela di bidang perbankan.

c. pemerintah daerah.
(2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang seluruh
pemiliknya warga negara Indonesia;
b. pemerintah daerah; atau
c. dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b.
(3) Maksimum kepemilikan Bank Umum Syariah oleh warga negara asing dan/atau badan
hukum asing diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, bentuk badan hukum, anggaran dasar, serta
pendirian dan kepemilikan Bank Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan
Pasal 9 diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 11
Besarnya modal disetor minimum untuk mendirikan Bank Syariah ditetapkan dalam Peraturan
Bank Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai