(Sri) LP KMB Iii (Pak Arif)
(Sri) LP KMB Iii (Pak Arif)
“LAPORAN PENDAHULUAN”
Disusun Oleh :
NIM : 1814201220
Prodi : S1 Keperawatan
Dosen Pembimbing :
T.A 2020/2021
“RANGE OF MOTION (ROM)”
A. Definisi
Range of Motion merupakan prosedur dan usaha untuk memenuhi kebutuhan fisik
terutama aktivitas gerak (mobilisasi) untuk pasien dengan keterbatasan gerak (Suratun,
2008). Latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan
1. Memelihara dan mempertahankan kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Menstimulasi persendian
4. Mencegah kontraktur dan kekakuan sendi
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan massa otot
7. Memperlancar sirkulasi darah
C. Jenis – Jenis
1. ROM Pasif
ROM pasif : latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-
setiap gerakan. Kekuatan otot 50 %. Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di
lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif
adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
2. ROM Aktif
ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal (klien aktif). (Potter and Perry, 2006). Latihan ROM aktif adalah Perawat
memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi
secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya
secara aktif.
D. Indikasi
1. Pasien tirah baring lama
2. Pasien yang mengalami penurunan tingkat kesadaran
3. Pasien dengan kasus fraktur, stroke
4. Pasien dengan kelemahan otot, kekakuan sendi
5. Nyeri otot, persendian atau tulang, nyeri pinggang, tenggkuk, lutut, bahu
E. Kontra Indikasi
1. Hypermobilitas
2. Inflamasi
3. Kelainan sendi atau tulang
4. Nyeri hebat
5. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak
6. Trauma baru yang kemungkinan ada fraktur yang tersembunyi
2. Latihan Pasif
a. Latihan ROM aktif pada leher: fleksi, ekstensi, hiperkestensi, fleksi kanan kiiri, serta
rotasi kanan kiri
b. Latihan ROM aktif pada bahu: fleksi ke atas, ekstensi, hiperkestensi, fleksi depan
menyilang, ke belakng, sirkumduksi, abduksi, adduksi, rotasi
c. Latihan ROM aktif pada siku; fleksi, ekstensi, supinasi, dan pronasi
d. Latihan ROM aktif pada pergelangan tangan: fleksi, ekstensi, hiperektensi, abduksi,
adduksi.
e. Latihan ROM aktif pada jari-jari tangan: fleksi, ekstensi, hiperektensi, abduksi,
adduksi
f. Latihan ROM pada kaki: fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, eversi dan inverse
DAFTAR PUSTAKA
Perry, Peterson dan Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar ;
Alihbahasa, Didah Rosidah, Monica Ester ; Editor bahasa Indonesia, Monica Ester –
Edisi 5. Jakarta, EGC
Suratun, SKM, Heryati, S.Kp, M.Kes, Santa Manurung, SKM, M.Kep & Dra. Een Raenah, SMIP. Klien
gangguan system musculoskeletal: seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC. 2008.
“AMBULASI MOBILISASI”
1. Pengertian
Menurut Potter dan Perry (2003) mobilitas adalah kemampuan seseorang untuk
berpindah secara bebas. Sedangkan menurut Wahit Iqbal Mubarak (2007) mobilitas
adalah kemampuan untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan
untuk memenuhi hidup sehat.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mobilisasi adalah
kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dan
mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat, hal ini penting
untuk kemandirian.
2. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh adalh kemampuan individu untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi social dan peran sehari-hari.
b. Mobilitas sebagian adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik.
1) Mobilitas sebagian temporer adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara, kemungkinan disebabkan oleh trauma
pada muskuloskeletal. Contohnya : adanya dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem
saraf yang reversibel. Contohnya hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang.
3. Prinsip Ambulasi
a. Gravitasi
Memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
1) Pusat gravitasi, titik yang ada di pertengahan tubuh
2) Garis gravitasi, merupakan garis imajiner vertical melalui pusat gravitasi
3) Dasar tumpuan, merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk
menopang atau menahan tubuh
b. Keseimbangan
Keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi diantara
pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
1. Definisi Traksi
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan
untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan
mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan
diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan
besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang
mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 ).
2. Tujuan Traksi
1. Tujuan dari pemasangan traksi pada klien yang mengalami gangguan muskuloskeletal
adalah mobilisasi tulang belakang servikal, reduksi dislokasi / subluksasi, distraksi
interforamina vertebrae, mengurangi deformitas, dan mengurangi rasa nyeri.
2. Untuk meminimalkan spasme otot
3. Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat
4. Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang
5. Tujuan lain dari pemasangan traksi adalah untuk dapat mempertahankan panjang
ekstermitas kegarisan (aligment) maupun keseimbangan (stability) pada patah tulang,
memungkinkan pergerakan sendi dan mempertahankan kesegarisan fragmen- fragmen
patah tulang.
6. Mencegah cedera pada jaringan lunak
7. Untuk merawat kondisi inflamasi dengan imobilisasi sendi (mis. Arthritis atau
tuberkulosis
3. Klasifikasi Traksi
a. Menurut jenisnya traksi meliputi :
1. Traksi lurus atau langsung, memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus
dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi Buck dan traksi
pelvis merupakan contoh traksi lurus.
2. Traksi suspensi seimbang memberi dukungan pada ekstrimitas yang sakit di atas
tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi klien sampai batas tertentu tanpa
terputusnya garis tarikan. Traksi ini memberi dukungan pada ekstremitas yang
sakit di atas tempat tidur, sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas
tertentu tanpa terputusnya gaya tarikan.
b. Menurut cara pemasangan traksi, sebagai berikut:
Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke skelet tubuh
(traksi skelet). Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual), dan merupakan
traksi sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan gips.
1. Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan
imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan dalam waktu yang lama,
sebaiknya gunakan traksi skelet. Traksi kulit terjadi akibat beban menarik tali, spon
karet atau bahan kanvas yang diletakkan ke kulit. Traksi pada kulit meneruskan
traksi ke struktur musculoskeletal. Beratnya beban yang dipasang sangat terbatas,
tidak boleh melebihi toleransi kulit, tidak lebih dari 2-3 kg. traksi pelvis umumnya
4,5-9 kg, tergantung berat badan klien (Smeltzer, 2001).
Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi 5 kg, karena bila beban
berlebih kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan yang terjadi karena iskemia
kulit. Pada kulit yang tipis, beban yang diberikan lebih kecil lagi dan pada orang tua
tidak boleh dilakukan traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak
karena traksi skelet pada anak dapat merusak cakram epifisis. Jadi beratnya beban
traksi kulit antara 2-5 kg. dikarenakan traksi kulit diaplikasikan ke kulit kurang
aman , batasi kekuatan tahanan traksi.
Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung pada tujuan
traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya beberapa hari, sedangkan
traksi untuk reposisi beserta imobilisasi lamanya sesuai dengan lama terjadinya kalus
fibrosa. Setelah terjadi kalus fibrosa, ekstremitas diimobilisasi dengan gips.
Traksi kulit yang berperekat digunakan untuk traksi continue, sementara yang
tidak berperekat digunakan secara intermitten, traksi tersebut dapat dengan
mudahdilepaskan dan dipasang kembali. Hal ini bisa dilakukan dengan cara yang
bervariasi : ekstensi adhesive dan non adhesive kulit, splint, sling, sling pelvis, dan
halter cervical.
Traksi kulit apendikuler (hanya pada ekstremitas) digunakan pada orang
dewasa, termasuk traksi ekstensi Buck, traksi Russel, dan traksi Dunlop.
A. Traksi Buck, ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk traksi kulit di
mana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer
yang diinginkan (Smeltzer, 2001). Traksi Buck digunakan untuk memberikan rasa
nyaman setelah cedera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah. Sebelumnya inspeksi
kulit dari adanya abrasi dan gangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran darah
harus salam keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan
kering sebelum boot spon atau pita traksi dipasang. Traksi buck merupakan traksi
kulit yang paling sederhana, dan paling tepat bila dipasang untuk anak muda dalam
jangka waktu yang pendek.
B. Traksi Russel, traksi Russel dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia,
menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarikan
horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis ke tungkai bawah. Bila perlu, tungkai
dapat disangga dengan bantal agar lutut benar-benar fleksi dan menghindari tekanan
pada tumit. Walaupun traksi rangka seimbang dapat digunakan untuk menangani
hampir semua fraktur femur, reduksi untuk fraktur panggul mungkin lebih sering
diperoleh dengan memakai traksi Russell dalam keadaan ini paha disokong oleh
beban. Traksi ini diperuntukan 3-12 tahun. Traksi longitudinal diberikan dengan
menempatkan pin dengan posisi tranversal melalui tibia dan fibula diatas lutut. Efek
dari rancangan ini adalah memberikan kekuatan traksi ( berasal dari gaya tarik
vertikal beban paha dan gaya tarik horizontal dari kedua tali pada kaki ) yang segaris
dengan tulang yang cidera dengan kekuatan yang sesuai. Jenis traksi paling sering
digunakan untuk memberi rasa nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul
selama evaluasi sebelum operasi dan selama persiapan pembedahan. Meskipun traksi
Russell dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan yang utama dan penting untuk
patah tulang panggul pada penderita tertentu tetapi pada penderita usia lanjut dan
lemah biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan timbul karena berbaring
terlalu lama ditempat tidur seperti dekubitus, pneumonia, dan tromboplebitis
(Smeltzer, 2001).
C. Traksi Dunlop adalah traksi yang digunakan pada ekstremitas atas. Traksi horizontal
diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertikal diberikan pada
lengan bawah dalam posisi fleksi. Untuk menjamin traksi kulit tetap efektif, harus
dihindari adanya lipatan dan lepasnya balutan traksi dan kontraksi harus tetap terjaga.
Posisi yang benar harus dipertahankan agar tungkai atau lengan tetap dalam posisi
netral. Untuk mencegah pergerakan fragmen tulang satu sama lain, klien dilarang
memiringkan badannya namun hanya boleh bergeser sedikit. Traksi kulit dapat
menimbulkan masalah risiko, seperti kerusakan kulit, tekanan saraf, dan kerusakan
sirkulasi.
D. Traksi Kulit Bryant
Disebut juga Gallow’s traction. Traksi bryan merupakan adaptasi dari Buck ekstention
untuk menstabilkan fraktur femur atau memperbaiki dislokasi pinggul congenital pada
anak yang masih muda dengan berat dibawah 1,7 kg. Traksi ini sering digunakan
untuk merawat anak kecil yang umurnya < 1 tahun yang mengalami patah tulang paha
(dislokasi sendi panggul). Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak
yang berat badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat
mengalami kerusakan berat.
2. Traksi Skelet
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus,
dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang dengan menggunakan pin metal
atau kawat (missal Steinman’s pin, Kirchner wire) yang dimasukkan ke dalam tulang
di sebelah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon, dan
sendi. Tong yang dipasang di kepala (missal Gardner-Wells tong) difiksasi di kepala
untuk memberikan traksi yang mengimobilisasi fraktur leher (Smeltzer, 2001).
a. Proksimal tibia.
b. Kondilus femur.
c. Olekranon.
d. Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya).
e. Traksi pada tengkorak.
f. Trokanter mayor.
g. Bagian distal metakarpal.
- Traksi tulang dengan menggunakan kerangka dari Bohler Braun pada fraktur orang
dewasa
- Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi dari Pearson.
- Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak misalnya Gradner Well Skull Calipers
E. Jenis- Jenis Traksi dalam Oterpedi
1. Weber Extensionsapparat
2. Cotrel traction
3.Ducroquet extension
•Pada skoliosis
4. Cervical traction
5. Halo-Femoral traction
6. Well-Leg traction
7. Fisk traction
•Digunakan pada fraktur supracondylair femur
•Traksi skeletal
4. Indikasi
a. Nyeri dan spasme otot
b. Hipermobilitas yang reversible : keterbatasan gerak yang progresif
c. Imobilitas yang fungsional : traksi yang digunakan pada berbagai macam fraktur,
indikasi traksi antara lain adalah:
• Traksi rusell : digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
• Traksi buck : indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan
diperbaiki lebih lanjut
• Traksi Dunlop : merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada
humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalm
posisi flexsi.
• Traksi kulit Bryani : sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah
tulang paha
• Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus
pemoralis orang dewasa
• Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa
muda.
1. Indikasi Traksi Kulit
a. Anak-anak
b. Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
c. Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
d. Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
e. Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur
suprakondiler humeri anak-anak.
f. Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak.
2. Indikasi Traksi Skeletal
a. Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
b. Kerusakan kulit membutuhkan dressings
c. Jangka panjang
3. Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus pulposus
(HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.
4. Indikasi Traksi Tulang
Indikasi penggunaan traksi tulang :
§ Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg pada orang dewasa.
§ Traksi pada anak-anak yang lebih besar.
§ Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif.
§ Fraktur-faktur tertentu pada daerah sendi.
§ Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak dapat
dilakukan.
§ Jangka panjang desinfeksi kulit, penutup steril, anastesi lokal
§ Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat misalnya dislokasi
panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.
5. Kontraindikasi
1) Hipermobilitas
2) Efusi Sendi
3) Inflamasi
4) Fraktur humeri dan osteoporosis
- nekrosis kulit,
- obstruksi vaskuler,
- oedem distal,
- serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
b.Kontraindikasi pada traksi tulang : anak
6. Komplikasi Traksi
Komplikasi Traksi secara umum:
1. Dekubitus
6. Pressure Ulcer
7. Konstipasi
9. Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin mengenai saraf.
7. Persiapan alat
Persiapan alat:
8. Persiapan pasien
Pre Interaksi
Mencuci tangan
Memakai handschoen
Mengatur posisi tidur pasien supinasi
Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
Bila banyak rambut k/p di cukur
Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
k/p beri balsam perekat
Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral kaki secara
simetris dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur
Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
Masukkan tali pada pulley katrol
Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk manggil perawat bila
ada keluhan
Buka tirai/ pintu
Alat dikembalikan, dibersihkan dan dirapikan
Sarung tangan dilepas
Mencuci tangan
A. TRAKSI KULIT
Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
Lepas sarung tangan
Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang traksi
Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu anjurkan klien
latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi
PERAWATAN TRAKSI
Ekstremitas Bawah
Batang Tubuh
Penekanan pada sendi siku, telapak tangan, lutut dan tumit dapat
diminimalkan dengan pemasangan balutan yang cukup banyak mengguanakan bahan
yang lembut dan lebar untuk mendistribusikan berat dari ekstremitas ke area yang
luas.Elevasi ankle mungkin dibutuhkan untuk mengangkat ujung tungkai dari tempat
tidur.Mencegah luka akibat tekanan lebih mudah daripada mengobatinya.
b. Memberikan pijatan pada area yang berpotensi mengalami luka tekanan setiap 2
sampai 4 jam
c. Gunakan alat untuk mengurangi tekanan atau kasur dengan tekanan yang rendah
(kasur udara). Jika terjadi luka pada kulit, maka pemijatan harus dihentikan untuk
mencegah kerusakan kulit yang lebih lanjut. Adhesive straps yang digunakan pada
traksi kulit dapat meningkatkan resiko terhadap kulit, sehingga pemilihan bahan
penggunannya harus dimonitor secara berhati – hati
8) Pertahankan Sistem Muskuloskeletal
Imobilitas dapat mengurangi kekuatan otot, merusak kekuatan otot dan menghambat
mobilitas sendi. Masalah ini dapat diminimalkan dengan
a. Ajarkan pasien melakukan latihan isomerikm dan atau isotonic pada ekstremitas yang
tidak cedera dan pada ekstremitas yang cedera sebagaimana disarankan dokter.
b. Secara periodic posisikan pasien ke posisi fully extended
c. Anjurkan pasien melakukan aktivitas harian sebanyak yang ia mampu.
Jika pasien akan menggunakan cruthes setelah traksi selesai digunakan maka ia harus
melakukan latihan untuk menguatkan quadricepsnya dengan cara :
a. Menarik jari kakinya ke arah hidung sambil menekan lututnya kea rah tempat tidur
b. Duduk di tempat tidur dan menekan tangannya melawan tempat tidur untuk
mengangkat pantatnya menjauhi tempat tidur
9) Jika pasien harus dipindahkan ketika menggunakan traksi, dokter atau tenaga kesehatan
yang berwenang mengatur traksi harus menyertai. Kegagalan dalam menyetel ulang traksi
ke konfigurasi yang tepat setelah pemindahan dapat mengakibatkan ketidaksejajaran
tulang yang berakibat serius.
10) Jangan pernah mengabaikan complain pasien
11) Setelah selesai penggunaan, seluruh alat traksi harus dibersihkan dengan beberapa tipe
larutan sterilisasi (seperti 10% larutan pemutih)
C. TRAKSI SKELETAL
Cuci tangan
Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan tarikan traksi
yang optimal
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan teknik
menjauh dari pin (dari dalam ke luar)
Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
Tutup kassa di lokasi penusukan pin
Lepas sarung tangan
Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
Cuci tangan
Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di tempat tidur
selama ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong
Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
11. Evaluasi
Evaluasi Traksi
Hasil yang diharapkan dari pasien yang terpasang traksi buck adalah pasien dapat
mempertahankan posisi tubuh yang baik dengan terpasang traksi dan mempertahankan
tarikan yang optimal. Parameter lain yang dapat digali adalah pasien secara verbal
menyatakan nyeri berkurang dan pasien bebas dari cidera.
Pertimbangan khusus
Kecuali kontraindikasi, ajarkan pasien untuk melakukan latihan fleksi dan ekstensi
ankle dan pemompaan betis secara teratur untuk menghindari statis vena.
Hati – hati penekanan pada nervus perifer yang terpasang traksi. Hati – hati dengan
pasien terpasang buck traksi terhadap penekanan pada penekanan nervus peroneal.
Kaji pasien yang terpasang traksi buck dalam periode lama terhadap ketergantung,
isolasi, dan hilang control
Hati – hati pada lansia yang dipasang traksi busk .lansia beresiko terhadap perubahan
integrias kulit karena penurunan ketebalan lemak subcutan dan lebih tipis, kering, dan
mudah rusak.
1. Definisi Gips
1.1 Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris
, dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di
alam berupa batu putih yang mengandung unsur kalsium sulfat dan air.
1.2 Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat
gips dipasang ( Brunner & Suddart, 2001 )
1.3 Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang
terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
2. Tujuan Pemasangan Gips
Untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak
sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi
tulang yang patah tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang
merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya.
a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran
permukaan anggota gerak.
b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga
merupakan gips yang hampir melingkar.
c. Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak dan biasanya
pada keadaan dimana memerlukan imobilisasi atau fiksasi yang lebih stabil.
d. Gips plaster : gips ini dapat kering setelah 12-48 jam tergantung ukuran
e. Gips plastic : kering 8-10 jam . dalam udara kering (tidak lembab) akan lebih cepat
dan efesien dalam proses pengeringan gips
f. Gips silinder : kering dalam waktu 12-24 jam , tetapi badan gips biasanya ,mencapai
48 jam baru kering.
4. Indikasi
Pasien dislokasi sendi
Fraktur
Penyakit tulang spondilitis TBC
Pasca operasi
Skliosis
CTEV ( Conginetal Talipes Equino Varus)
6. Komplikasi
Menurut Suzzanne C. Smeltzer (2001)
Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen dapat terjadi apabila terjadi peningkatan tekanan jaringan dalam
rongga yang terbatas (missal: gips, kompartemen otot) yang akan memperburuk
peredaran darah dan fungsi jaringan dalam rongga yang tertutup tadi.
Luka tekan (dekubitus)
Tekanan gips pada jaringan lunak mengakobatkan anoksia jaringan dan ulkus. Ekstrimitas
bawah yang merupakan tempat paling rentan terhadap tekanan adalah tumit,
punggung kaki, kaput fibula, dan permukaan anterior patella.
Pada ekstrimitas atas, tempat tekanan utama terletak pada epikondilus medialis humeri
dan prosesus stiloideus ulnae.
Umumnya pasien dengan luka tekan mengeluh nyeri dan rasa kencang di tempat itu. Bila
tekanan tidak dihilangkan, daerah yang nekrotik akan meleleh, menodai gips, dan
mengeluarkan bau. Ketidaknyamanan mungkin tidak dirasakan ketika ulkus sedang
terjadi. Kehilangan jaringan yang ekstensif dapat terjadi bila tanda dan gejala ulkus
tekanan tidak terpantau dan tidak dilaporkan.
Sindrom disuse
Selama digips, pasien diajari untuk menegangkan atau melakuakan kontraksi otot (missal
kontraksi otot isometric) tanpa menggerakan bgian itu, ini dapat membantu
mengurangi atrofi otot dan memeperatahankan kkuatan otot. Pasien dengan gips di
tungkai, diminta “meluruskan” lutut. Pasien dengan gips di lengan didorong untuk
“mengepalkan” tangan. Latihan penegangan otot (missal: latihan penegangan otot
kuadrisep dan gluteus) penting untuk menjaga otot yang penting untuk untuk berjalan.
7. Persiapan alat
Persiapan alat –alat untuk pemasangan gips:
1. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
2. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)
3. Baskom berisi air hangat
4. Gunting perban
5. Bengkok
6. Perlak dan alasnya
7. Waslap
8. Pemotong gips
9. Kasa dalam tempatnya
10. Alat cukur
11. Sabun dalam tempatnya
12. Handuk
13. Krim kulit
14. Spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
15. Padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)
8. Persiapan pasien
1. Siapkan pasien dan jelaskan kepada pasien tentang perencanaan pemasangan gips,
prosedur yang akan dikerjakan, guna, serta tujuan dari pemasangan gips.
2. Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips
3. Daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun,
kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit
4. Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.
5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan
dokter selama prosedur
9. Persiapan lingkungan
o Pastikan lingkungan dalam keadaan nyaman bagi pasien
o Berikan ruangan yang menjaga privasi pasien
o Rapikan pasien
o Rapikan alat
o Cuci tangan
o Dokumentasi
10.2 Pelepasan Gips
a. Pengertian
Adalah tindakan yang bertujuan melepaskan gips yang bertujuan untuk benar-benar
melepaskan gips adalah untuk gips yang baru (setalah pemasangan 6 minggu).
b. Tujuan
- Melepaskan gips untuk mengkaji kulit yang mengalami iritasi atau dalam proses
penyembuhan luka
- Melepaskan gips ketika sudah tidak diperlukan lagi
- Melepaskan gips yang lama dalam mengganti gips yang baru
c. Indikasi
1. Meringankan kerusakan neurovascular yang diakibatkan disekitar dari tekanan
oleh gips
2. Merawat area yang tertutup gips sehingga tekanan disekitar luka dapat dikurangi
3. Melepaskan gips ketika sudah tidak lagi di perlukan
d. Kontraindikasi
1. Harus indari tindakan pemotongan langsung pada area yang terdapat penonjolan
tulang
2. Waspada terhadap terjadi abrasi atau laserasi pada permukaan kulit pasien ketika
dilakukan tindakan pelepasan
3. Bahan gips yang terbuat dari fiberglass memiliki tingkat kesulitan yang tinggi
untuk dilakukan pelepasan
4. Saat melonggarkan gips, potong juga lapisan dalam gips yang bertekstur lembut.
e. Komplikasi
- Lasserasi atau abrasi pada kulit akibat dari pemotongan yang terlalu dalam
- Pergeseran fragmen fraktur yang belum tersambung secara sempurna
Prosedur Rasional
Cuci tangan o Meningkatkan kerja sama dan
Perkenalan diri pada pasien mengurangi kecemasan akan prosedur.
Kaji neurovaskuler o Mengurangi ansietas (pisau berosilasi
Terminasi
o Rapikan pasien
o Rapikan alat
o Cuci tangan
o Dokumentasi
11. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan peruubahan keadaan
pasien (Hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.