Anda di halaman 1dari 15

“Tugas Individu Review Teori”

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pembimbing :

Dr. Tri Anjaswarni, SKep.M.Kes

Oleh :

Amelia Kusuma PurnamaSari

P17211191017

Sarjana Terapan Keperawatan Malang

Tingkat 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG

FEBRUARI 2021
1. Perkembangan ilmu keperawatan memiliki sejarah yang cukup panjang, hingga akhir diakui
sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri (berbeda dari ilmu kesehatan lainya). Tokoh perawat
paling dikenal oleh banyak kalangan adalah Florence Nightingale, tokoh pencetus dunia
keperawatan moderen. Selain Nightingale yang memiliki pengaruh penting dalam
memajukan dunia keperawatan, ada beberapa tokoh/pakar keperawatan lainya yang juga
wajib diketauhi perawat yang tentunya memiliki kontribusi besar dalam keperawatan dan
teori keperawatan yang dicetuskanya masih kita gunkaan saat ini.
 Berikut salah satu Pakar Teori Keperawatan:
Ida Jean (Orlando) Pelletier (Teori Proses Keperawatan)
Orlando merupakan seorang pemimpin keperawatan pertama yang mengidentifikasi dan
menekankan komponen-komponen dalam proses keperawatan, serta pentingnya partisipasi
pasien dalam proses keperawatan. Teori keperawatan Orlando menekankan hubungan timbal
balik antara perawat dan pasien. Yaitu tentang apa yang dikatakan perawat dan pasien dan
bagaiaman hal tersebut memengaruhi keduanya.
Menurut Orlando (1961), sesorang menjadi pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan
ketika mereka memiliki kebtuhan yang tidak dapat dipenuhi secara mandiri akibat keterbatasan
fisik, adanya respons negatif terhadap lingkungan, atau memiliki pengalaman yang
menghambatmereka dalam mengungkapkan kebutuhan tersebut.
1. Teori Keperawatan

Perkembangan ilmu keperawatan memiliki sejarah yang cukup panjang, hingga akhir diakui sebagai
suatu disiplin ilmu tersendiri (berbeda dari ilmu kesehatan lainya). Tokoh perawat paling dikenal oleh
banyak kalangan adalah Florence Nightingale, tokoh pencetus dunia keperawatan moderen. Selain
Nightingale yang memiliki pengaruh penting dalam memajukan dunia keperawatan, ada beberapa
tokoh/pakar keperawatan lainya yang juga wajib diketauhi perawat yang tentunya memiliki kontribusi
besar dalam keperawatan dan teori keperawatan yang dicetuskanya masih kita gunkaan saat ini.

Florence Nightingale dikenal sebagai perawat dan theorist pertama yang memiliki body of knowledge
keperawatan. Nightingale menekankan fokus intervensi keperawatan adalah membuat lingkungan yang
kondusif bagi manusia unntuk hidup sehat. Konsep Lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan
perhatian di mana perawat perlu memahami seluruh proses penyakitmerupakan upaya awal untuk
memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Sebagian besar dari pemikiran Nightingale
masih relevan dengan pendidikan keperawatan di Indonesia pada masa sekarang maupun yang akan
datang.

Florence Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibukdengan masalah
pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan
lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisiyang adekuat ( Nightingale, 1860; Torres, 1986 ).
Menurut Florence Nightingale, menyatakan bahwa tindakan dalam asuhan keperawatan harus selalu
terpisah dari tindakan medis. Tugas pokok Anda sebagai perawat adalah memenuhi kebutuhan dasar
manusia pada klien dan menata lingkungan keperawatan menjadi lingkungan yang adekuat untuk
pemulihan kondisi klien Walaupun Florence Nightingale menyatakan bahwa tindakan keperawatan
harus terpisah dari tindakan medis. Akan tetapi, menurut Hall dalam menentukan permasalahan
kesehatan klien harus selalu ada interaksi antara tim medis dan tim keperawatan. Tim medis menangani
permasalahan yang bersifat patologis (mengarah pada penyakit), sementara perawat menangani
respons yang timbul akibat dari penyakit yang diderita klien (mengarah kepada kebutuhan dasar
manusia).

Implementasi teori Florence Nightingale bahwa upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkanterciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan individu. Berikut salah satu Pakar Teori Keperawatan:

1. A. Teori keperawatan menurut beberapa ahli


1) Teori Nightingale (1860)

Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana
perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan upaya awal untuk memisahkan
antara profesi keperawatan dan kedokteran. Tujuan dari teori Nightingale adalah untuk memfasilitasi
proses penyembuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien. Lingkungan klien dimanipulasi
untuk mendapatkan ketenangan, nutrisi, kebersihan, cahaya, kenyamanan, sosialisasi dan harapan yang
sesuai.

2) Teori Peplau (1952)

Teori Hildegard Peplau berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif yang menghasilakn
hubungan antara perawat dengan klien. Klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Hubungan antara perawat dan klien bersama-
sama mendifinisikan masalah dan menyelesaikan masalah. Teori dan gagasan Peplau dikembangkan
untuk memberikan bentuk praktik keperawatan psikiatri.

3) Teori Henderson (1955)

Teori keperawatan ini mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson mendifinisikan
keperawatan sebagai “membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang
memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya, dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan”. Berikut 14 kebutuhan dasar Henderson yang memberikan kerangka kerja dalam
melakukan asuhan keperawatan

4) Teori Abdellah (1960)

Teori Faye Abdellah meliputi pemberian asuhan keperawatan bagi seluurh manusia untuk memenuhi
kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual baik klien maupun keluarga. Perawat adalah
pemberi jalan dalam menyelesaikan masalah dan juga sebagai pembuat keputusan. Abdellah
mengidentifikasi kebutuhan klien secara spesifik yang dikenal dengan 21 Masalah Keperawatan Abdellah

5) Teori Orlando (1961)

Teori keperawatan Orlando menekankan hubungan timbal balik antara perawat dan pasien. Yaitu
tentang apa yang dikatakan perawat dan pasien dan bagaiaman hal tersebut memengaruhi keduanya.
Menurut Orlando (1961), sesorang menjadi pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan ketika
mereka memiliki kebtuhan yang tidak dapat dipenuhi secara mandiri akibat keterbatasan fisik, adanya
respons negatif terhadap lingkungan, atau memiliki pengalaman yang menghambatmereka dalam
mengungkapkan kebutuhan tersebut. Klien adalah individu dengan suatu kebutuhan, dimana bila
kebutuhan tersebut dipenuhi maka stres akan berkurang, meningkatkan kepuasan atau mendorong
pencapaian kesehatan optimal. Tiga elemen yakni perilaku klien, reaksi perawatan dan tindakan
keperawatan membentuk siatuasi keperawatan.

6) Teori Levine (1966)


Menggambarkan klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang saling berinteraksi dan beradaptasi
terhadap lingkungannya. Levine percaya bahwa intervensi keperawatan merupakan aktivitas konservasi,
dengan konservasi energi sebagai pertimbangan utama. Empat prinsip konservasi dalam keperawatan
yakni energi klien, struktur integritas, integritas personal dan integritas sosial.

7) Teori Johnson (1968)

Teori Dorothy Johnson berfokus pada bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan
bagiamana stres aktual atau potensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuan
keperawatan dalam teori ini adalah menurunkan stres sehingga klien dapat bergerak lebih mudah
melewati masa penyembuhannya. Kerangka dari kebutuhan dasar ini berfokus pada tujuan kategori
perilaku. Tujuan individu adalah untuk mencapai keseimbangan perilaku dan kondisi yang stabil melalui
penyelarasan dan adaptasi terhadap tekanan tertentu.

8) Teori Rogers (1970)

Martha Rogers mempertimbangkan manusia (kesatuan manusia) sebagai sumber energi yang menyatu
dengan alam semesta. Tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu
dengan pendekatan humanistik keperawatan. Manusia utuh meliputi proses sepanjang hidup. Klien
secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.

9) Teori Orem (1971)

Dorethea Orem mengembangkan definisi keperawatan yang menekankan pada kebutuhan klien tentang
perawatan diri sendiri. Perawat bertugas merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara
total. Menurut Orem asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan
biologis, psikologis, perkembangan dan sosial.

10) Teori King (1971)

Teori Imogene King berfokus pada interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem interpersonal, dan
sistem sosial. Ketiganya membentuk hubungan personal antara perawat dan klien. Tujuannya adalah
untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai kembali adaptasi positif terhadap
lingkungan.

11) Teori Neuman (1972)


Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik dan
pendekatan sistem terbuka. Tujuannya adalah untuk membantu individu, keluarga, dan kelompok untuk
mendapatkan dan mempertahankan tingkat kesehatan maksimal melalui intervensi tertentu. Tindakan
keperawatan meliputi tindakan preventif tingkat primer, sekunder atau tersier.

12) Teori Roy (1979)

Teori Adaptasi Suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Tujuan keperawatan
adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan hubungan interdependensi selam sehat dan sakit. Kebutuhan asuhan keperawtan
muncul, ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal.

13) Teori Watson (1979)

Filosofi Jean Watson tentang asuhan keperawatan berupaya untuk mendefinisikan hasil dari aktivitas
keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistik dari kehidupan. Perawat harus memberikan
kenyamanan dan perhatian serta empati pada klien dan keluarganya. Teori ini mencakup filosofi dan
ilmu tentang caring. Caring merupakan proses interpresonal yang terdiri dari intervensi yang
menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia.

2. Nilai – Nilai Keperawatan :

Pada tahun 1985, “The American Association  Colleges of Nursing”  melaksanakan suatu proyek
termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai keperawatan.mengidentifikasikan nilai-nilai
keperawatan, yaitu:

1. Aesthetics (keindahan)

Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan  termasuk penghargaan, 
kreatifitas, imajinasi, sensitifitas  dan kepedulian.

2. Altruism (mengutamakan orang lain)

Kesediaan memperhatikan  kesejahteraan orang lain  termasuk keperawatan atau kebidanan,


komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati  serta ketekunan.

3. Equality (kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan  dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri
dan toleransi

4. Freedom (Kebebasan)

Memiliki kapasitas untuk memilih  kegiatan termasuk percaya diri,  harapan, disiplin  serta kebebasan
dalam pengarahan diri sendiri.

Human dignity (Martabat manusia)

Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk
didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh  terhadap kepercayaan.

5. Justice (Keadilan)

Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas, integritas, dorongan
dan keadilan serta kewajaran.

6. Truth (Kebenaran)

Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang 
rasional.

2. Prinsip-Prinsip Etik

Otonomi (Autonomy)

Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah seorang yang mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat
keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah seorang perawat
apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip otonomi ini dilanggar
ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan dilakukannya, tidak
menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau
kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada orang yang lemah.

Berbuat Baik (Beneficience)

Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan kata lain doing good yaitu
melakukan yang terbaik . Beneficience adalah melakukan yang terbaik dan tidak merugikan orang lain ,
tidak membahayakan pasien . Apabila membahayakan, tetapi menurut pasien hal itu yang terbaik maka
perawat harus menghargai keputusan pasien tersebut, sehingga keputusan yang diambil perawatpun
yang terbaik bagi pasien dan keluarga. Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

Beberapa contoh prinsip tersebut dalam aplikasi praktik keperawatan adalah, seorang pasien mengalami
perdarahan setelah melahirkan, menurut program terapi pasien tersebut harus diberikan tranfusi darah,
tetapi pasien mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi bertentangan dengan keyakinanya,
dengan demikian perawat mengambil tindakan yang terbaik dalam rangka penerapan prinsip moral ini
yaitu tidak memberikan tranfusi setelah pasien memberikan pernyataan tertulis tentang penolakanya.
Perawat tidak memberikan tranfusi, padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini perawat
berusaha berbuat yang terbaik dan menghargai pasien.

Keadilan (Justice)

Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip dari justice (Perry and
Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini adalah dasar dari tindakan keperawatan
bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada setiap pasien, artinya setiap pasien berhak mendapatkan
tindakan yang sama. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan konstribusi yang relatif
sama untuk kebaikan kehidupannya. Prinsip Justice dilihat dari alokasi sumber-sumber yang tersedia,
tidak berarti harus sama dalam jumlah dan jenis, tetapi dapat diartikan bahwa setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan pasien. (Sitorus,
2000).

Sebagai contoh dari penerapan tindakan justice ini adalah dalam keperawatan di ruang penyakit bedah,
sebelum operasi pasien harus mendapatkan penjelasan tentang persiapan pembedahan baik pasien di
ruang VIP maupun kelas III, apabila perawat hanya memberikan kesempatan salah satunya maka
melanggar prinsip justice ini.

  Tidak Merugikan (Nonmaleficience) atau avoid killing

Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk menghargai kehidupan manusia (pasien), tidak
membunuh atau mengakhiri kehidupan. Thomhson ( 2000 : 113) menjelasakan tentang masalah
avoiding killing sama dengan Euthanasia yang kata lainya tindak menentukan hidup atau mati yaitu
istilah yang digunakan pada dua kondisi yaitu hidup dengan baik atau meninggal.

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. kewajiban perawat
untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. Prinsip : Jangan membunuh,
menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan
membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang lain.

Ketika menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus mempertahankan
kehidupan pasien dengan berbagai cara. Tetapi menurut Chiun dan Jacobs (1997 : 40) perawat harus
menerapkan etika atau prinsip moral terhadap pasien pada kondisi tertentu misalnya pada pasien koma
yang lama yaitu prinsip avoiding killing, Pasien dan keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup
atau mati. Sehingga perawat dalam mengambil keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip moral
yang lain yaitu beneficience, nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik, tidak
membahayakan dan menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk hidup atau mati. Mati disini bukan
berarti membunuh pasien tetapi menghentikan perawatan dan pengobatan dengan melihat kondisi
pasien dengan pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.
Kejujuran (Veracity)

Veracity menurut Chiun dan Jacobs (1997) sama dengan truth telling yaitu berkata benar atau
mengatakan yang sebenarnya. Veracity merupakan suatu kuajiban untuk mengatakan yang sebenarnya
atau untuk tidak membohongi orang lain atau pasien (Sitorus, 2000).

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi
harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat
beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best”
sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

Perawat dalam bekerja selalu berkomunikasi dengan pasien, kadang pasien menanyakan berbagai hal
tentang penyakitnya, tentang hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan fisik seperti, “berapa
tekanan darah saya suster?”, bagaimana hasil laboratorium saya suster?’ dan sebagainya. Hal-hal seperti
itu harusnya dijawab perawat dengan bener sebab berkata benar atau jujur adalah pangkal tolak dari
terbinanya hubungan saling percaya antar individu dimanapun berada.

Namun demikian untuk menjawab pertanyaan secara jujur diatas perlu juga dipikirkan apakah jawaban
perawat membahayakan pasien atau tidak, apabila memungkinkan maka harus dijawab dengan jawaban
yang jelas dan benar, misalnya pasien menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah maka harus
dijawab misalnya, 120/80 mmHg, hasil laboratorium Hb 13 Mg% dan sebagainya.

Prinsip ini dilanggar ketika kondisi pasien memungkinkan untuk menerima jawaban yang sebenarnya
tetapi perawat menjawab tidak benar misalnya dengan jawaban ; hasil ukur tekanan darahnya baik,
laboratoriumnya baik, kondisi bapak atau ibu baik-baik saja, padahal nilai hasil ukur tersebut baik
buruknya relatif bagi pasien.

Menepati Janji (Fidelity)


Sebuah profesi mempunyai sumpah dan janji, saat seorang menjadi perawat berarti siap memikul
sumpah dan janji. Hudak dan Gallo (1997 : 108), menjelaskan bahwa membuat suatu janji atau sumpah
merupakan prinsip dari fidelity atau kesetiaan. Dengan demikian fidelity bisa diartikan dengan setia pada
sumpah dan janji. Chiun dan Jacobs (1997 : 40) menuliskan tentang fidelity sama dengan keeping
promises, yaitu perawat selama bekerja mempunyai niat yang baik untuk memegang sumpah dan setia
pada janji.

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar
dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.

Prinsip fidelity menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban
memperatankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien yang meliputi menepati janji dan
menyimpan rahasia serta caring (Sitorus, 2000 : 3). Prinsip fidelity ini dilanggar ketika seorang perawat
tidak bisa menyimpan rahasia pasien kecuali dibutuhkan, misalnya sebagai bukti di pengadilan,
dibutuhkan untuk menegakan kebenaran seperti penyidikan dan sebagainya.

Penerapan prinsip fidelity dalam praktik keperawatan misalnya, seorang perawat tidak menceritakan
penyakit pasien pada orang yang tidak berkepentingan, atau media lain baik diagnosa medisnya
(Carsinoma, Diabetes Militus) maupun diagnosa keperawatanya (Gangguan pertukaran gas, Defisit
nutrisi). Selain contoh tersebut yang merupakan rahasia pasien adalah pemeriksaan hasil laboratorium,
kondisi ketika mau meninggal dan sebagainya.

  Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

3. Perawat profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwenang memberikan
pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengankewenangannya. Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu
metode pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilai-nilai yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Penerapan MPKP menjadi salah satu daya
ungkit pelayanan yang berkualitas. Metode ini sangat menekankan kualitas kinerja tenaga
keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penerapan
standar asuhan keperawatan. adanya standar asuhan keperawatan dimungkinkan dapat
memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidenfikasi ukuran dan penilaian akhir. Standar
asuhan keperawatan dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas
asuhan keperawatan
 Kelompok kerja Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia di tahun 2001 merumuskan kompetensi yang harus dicapai oleh
perawat profesional adalah sebagai berikut (Nurachmah, 2002):
a. Menunjukkan landasan pengetahuan yang memadai untuk praktek
yang aman.
b. Berfungsi sesuai dengan peraturan / undang – undang ketentuan lain
yang mempengaruhi praktek keperawatan.
c. Memelihara lingkungan fisik dan psichososial untuk meningkatkan
keamanan, kenyamanan dan kesehatan yang optimal.
d. Mengenal kemampuan diri sendiri dan tingkat kompetensi profesional.
e. Melaksanakan pengkajian keperawatan secara komprehensif dan
akurat pada individu dan kelompok di berbagai tatanan.
f. Merumuskan kewenangan keperawatan melalui konsultasi dengan
individu / kelompok dengan memperhitungkan regiman therapeutic
anggota lainnya dari tim kesehatan.
g. Melaksanakan asuhan yang direncanakan.
h. Mengevaluasi perkembangan terhadap hasil yang diharapkan dan
meninjau kembali sesuai data evaluasi
i. Bertindak untuk meningkatkan martabat dan integritas individu dan
kelompok
j. Melindungi hak –hak individu dan kelompok
k. Membantu individu atau kelompok membuat keputusan berdasarkan
informasi yang dimilik

4. Profil lulusan pendidikan profesi Ners ditetapkan sesuai dengan standar, dari kurikulum AIPNI 2016.
Profil merupakan peran yang diharapkan dapat dilakukan oleh lulusan program studi di masyarakat atau
dunia kerja. Adapun profil lulusan program studi profesi Ners adalah sebagai:

1. Care Provider (Pemberi asuhan keperawatan)


Perawat memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada klien
baik individu, keluarga maupun komunitas sesuai dengan kewenangannya. Dalam perannya
sebagai care provider, perawat bertugas untuk :
 Memberi kenyamanan dan rasa aman bagi klien
 Melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan seimbang
 Memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya
 Berusaha mengembalikan kesehatan klien

2. Communicator (Interaksi dan transaksi dengan klien, keluarga, dan tim kesehatan)
Dalam perannya, perawat mengomunikasikan informasi yang sebelumnya diproses melalui
identifikasi kepada klien atau pasien, baik secara tertulis atau lisan. Kemampuan perawat dalam
berkomunikasi dapat menunjang tersampaikannya informasi secara jelas dan akurat

3. Educator dan health promoter (Pendidikan dan promosi kesehatan bagi klien, keluarga dan
masyarakat)
Perawat berperan mendidik individu, keluarga dan masyarakat serta tenaga keperawatan dan
tenaga kesehatan lainnya. Perawat bertugas untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
klien sebagai upaya menciptakan perilaku individu atau masyarakat yang kondusif bagi
kesehatan. Untuk dapat melaksanakan perannya sebagai pendidik, ada beberapa kemampuan
yang harus dimiliki seorang perawat antara lain wawasan ilmu pengetahuan yang luas,
kemampuan berkomunikasi, pemahaman psikologis dan kemampuan menjadi model atau
contoh dalam perilaku profesional. 

4. Manager dan leader (Manajemen praktik/ruangan pada tatanan rumah sakit maupun
masyarakat)
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan
disemua tatanan layanan kesehatan baik dirumah sakit, puskesmas dan sebagainya maupun
tatanan pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen
keperawatan. Dalam fungsi perawat sebagai manager berarti perawat melakukan fungsi
manajemen keperawtan yaitu planning, organizing, actuating, staffing, directing dan controlling. 

5. Researcher (Peneliti )
Mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta
memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan
pendidikan keperawatan (Asmadi, 2008).

6. Community leader (pemimpin dalam kegiatan dalam promosi kesehatan di masyarakat)


Peran perawat ini berhubungan dengan lingkungan kerjanya. Kadang kala, perawat juga
berperan sebagai pemimpin dalam sebuah komunitas maupun menjadi kepala manajemen
keperawatan dalam menangani pasien dengan keluhan tertentu

7. Educator (pembela)
Perawat bukan hanya bertugas untuk membantu kesehatan pasien, tapi juga memberi
pendidikan kepada pasien maupun keluarga dan lingkungannya. Peran perawat ini diharapkan
mampu mengubah gaya hidup pasien atau keluarganya menjadi lebih sehat, agar gangguan
kesehatan tidak sering terjadi di masa depan.

8. Planning (perencanaan)
Seorang manajer keperawatan harus mampu menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanaka
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi perencana meliputi, mengenali masalah,
menetapkan dan mengkhususkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek, mengembangkan
tujuan dan terakhir menguraikan bagaimana tujuan dan sasaran tersebut dapat dicapai.
 Perencana (planning). Seorang manajer keperawatan harus mampu menetapkan pekerjaan
yang akan dilaksanaka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi perencana
meliputi, mengenali masalah, menetapkan dan mengkhususkan tujuan jangka panjang dan
jangka pendek, mengembangkan tujuan dan terakhir menguraikan bagaimana tujuan dan
sasaran tersebut dapat dicapai.
 Pengorganisasian (Organizing). Fungsi ini meliputi proses mengatur dan mengalokasikan
suatu pekerjaan, wewenang serta sumber daya keperawatan sehingga tujuan keperawatan
dapat tercapai
 Gerak aksi (actuating). Mencakup kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
keperawatan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang telah ditetapkan dalam
unsur perencanaan dan pengorganisasian agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-masniarg2a-6121-3-babii.pdf

https://gustinerz.com/pakar-pakar-teori-keperawatan-yang-tercatat-dalam-sejarah/

https://fkep.unpad.ac.id/ners/page/detail/profil-lulusan

https://hendrapriyatnanto.wordpress.com/2012/11/23/etika-dan-nilai-keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai