Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN PROGRAM

Adapun dalam tahapan perencanaan program ini ada 3 tahap, diantaranya :

 PENYULUHAN
“Pada Lansia, Infeksi Virus Corona COVID-19 Bisa Picu Perubahan Perilaku”

Infeksi virus Corona COVID-19 bisa berbeda pada kelompok lansia. Selain tingkat kematian yang
lebih tinggi dari kelompok usia lain, infeksi Corona pada lansia juga sering tidak menunjukkan gejala-
gejala yang umum. Dr dr C. H. Soejono, SpPD, KGer, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
menjelaskan gejalaCorona yang lebih sering muncul pada lansia adalah hilangnya nafsu makan, hingga
perubahan perilaku dan kesadaran. Tidak ada gejala yang spesifik sehingga ini bisa jadi tantangan
tersendiri bagi tenaga medis."Kalau kita kenal selama ini gejala COVID itu ada sakit tenggorokan,
demam, batuk, kemudian kalau berat bisa sesak. Nah pada kelompok usia lanjut ini sayangnya gejala itu
sering kali tidak muncul," kata dr Soejono.

Perubahan perilaku ini kadang terjadi pada lansia yang disertai kondisi pikun. Ini kemungkinan
terjadi karena infeksi virus mempengaruhi proses pikir. "Yang tadinya pasien tenang bisa menjadi agresif
misalnya. Yang tadinya bisa dengan mudah diikutkan dalam rutinitas keseharian tiba-tiba sering
menolak, mondar-mandir ke sana ke mari tidak mau mengikuti rutinitas yang sudah ia kerjakan selama
ini," kata dr soejono. "Jadi adanya perubahan-perubahan seperti itu harus menjadikan kita yang di
sekitarnya menjadi lebih sensitif. Jangan-jangan ada sesuatu kondisi penyakit berat akut di belakang
perubahan perilaku itu. Apapun perubahan perilaku itu,"

Kemudian, saat ini kasus baru COVID-19 di Tanah Air masih belum menunjukkan penurunan.
Oleh karena itu, peran serta masyarakat menjadi faktor penentu di dalam pengendalian COVID-19 saat
ini. Apabila pengendalian di tengah masyarakat bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya seperti
perubahan perilaku untuk mematuhi protokol kesehatan secara disiplin, terus-menerus dan bersama-
sama maka beban layanan rumah sakit akan menurun dan meringankan beban para tenaga kesehatan. 

Kita pahami bersama bahwa pandemi COVID-19 belum selesai. Oleh karena itu kita harus mulai
menata kembali kehidupan kita. Tidak lagi kita berasumsi untuk menyerah pada kondisi," ujar Direktur
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan. Namun kita harus bangkit
bersama-sama bergotong-royong untuk kemudian bisa produktif kembali di tengah situasi pandemi
Covid-19 ini. Karena ini lah yang paling bijak yang harus kita lakukan di tengah-tengah pandemi COVID-
19 ini. Mau tidak mau, masyarakat saat ini harus melakukan perubahan pada perilaku keseharian.
Karena disadari sepenuhnya bahwa pandemi COVID-19 ini masih belum berakhir. Apalagi hingga saat ini
vaksin COVID-19 masih dalam proses. "Oleh karena itu sepanjang proses ini masih belum bisa
diselesaikan, maka kita tidak akan duduk diam, untuk kemudian tidak produktif di dalam kondisi
pandemi ini.

Sehingga, masyarakat harus melakukan adaptasi agar tidak tertular COVID-19. "Kita pahami
bersama bahwa COVID-19 ini penyakit yang disebabkan oleh virus dan menularkan dari yang membawa
virus ini kepada orang lain yang rentan. Dengan merubah perilaku maka mencegah terjadinya
penularan.
Dengan disiplin menjalankan perubahan perilaku artinya juga akan mengurangi beban tenaga
kesehatan. Bahkan, beberapa tenaga kesehatan juga terdampak COVID-19 dan kemudian gugur dalam
menjalankan tugasnya. Dengan demikian, Ini kesedihan kita bersama, ini duka kita yang mendalam.
Karena dengan demikian pasti akan mengurangi kapasitas rawatan yang ada di rumah sakit. Ini yang
harus menjadi perhatian kita bersama.

Oleh karena itu, mengajak seluruh masyarakat yang menjadi tulang punggung pengendalian
COVID-19 ini jalankan protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya. Kita yang bisa menghentikan sebaran
ini. Tetap gunakan masker dengan cara yang benar, jaga jarak setidak-tidaknya lebih dari satu meter dan
rajin mencuci tangan. Ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan peran saudara-saudara sekalian
menjadi penentu di dalam memutuskan rantai penularan COVID-19 ini.

Sehingga mungkin nanti tenaga kesehatan selain di pelayanan, kami akan bertemu untuk
melakukan kampanye bersama masyarakat itu supaya penularan di masyarakat bisa ditekan. Tentunya
dengan kampanye untuk disiplin melakukan protokol kesehatan, minimal disiplin memakai masker.

 PENINDAKLANJUTAN

BAGAIMANA JIKA LANSIA MEMILIKI GEJALA MIRIP COVID-19?

Bila lansia mengalami gejala yang mirip dengan flu, tidak berarti lansia terkena Covid-19. Kelompok
lansia (lanjut usia) dan mereka yang memiliki masalah kesehatan memiliki risiko yang lebih besar, segera
kontak sarana kesehatan untuk konsultasikan lebih lanjut dan perhatikan langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Kelompok lansia (lanjut usia) dan orang dengan masalah kesehatan menahun (kronis) seperti
penyakit jantung, diabetes dan penyakit paru berisiko mengalami sakit yang serius. Jika lansia
merasa tidak sehat, demam, lelah dan batuk kering, istirahatlah yang cukup di rumah dan makan
yang bergizi dan cukup minum.
2. Bila keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernapas (sesak atau napas cepat), segera
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Jaga jarak setidaknya 1 meter dari anggota rumah tangga lainnya.
4. Pada saat berobat ke fasilitas layanan kesehatan gunakan masker. Apabila tidak memiliki
masker, ikuti etika batuk/bersin yang benar dengan menutup mulut dan hidung dengan siku
terlipat atau tisu yang langsung dibuang ke tempat sampah tertutup.

Dengan menghindarkan kelompok lansia terhadap COVID-19 ini, Dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (Kepala
BKKBN) menganjurkan agar setiap keluarga membangun Keluarga Berkualitas dengan merajut kasih
sayang dan perhatian kepada lansia. Lansia akan merasa lebih bahagia bila hidup dalam lingkungan
keluarga yang saling melayani, merawat dan melindungi. Dari lingkungan seperti itulah, hadir LANSIA
TANGGUH, yaitu seseorang atau kelompok lanjut usia yang sehat fisik, sosial dan mental, disamping
aktif, produktif dan mandiri. Kini bakti kita dituntut memberi perhatian, perlindungan dan kasih sayang
kepada Ayah/Ibu, Aki, Kakek, Nenek, Eyang, Opa, Oma, Ompung, Mbah tersayang. Kesibukan telah
menyita semua waktu dan energi kita, sehingga perhatian kepada orang tua nyaris tidak ada, bahkan
kita lupa kapan terakhir kita menyapa ayah dan ibu, juga kakek dan nenek, yaitu ayah dan ibu dari ayah
dan ibu kita.  Saatnya Keluarga menjadi “The best caregiver in the world”  (Tuti Aswani).
 PENCEGAHAN

Hindari Lansia dari Covid-19

Jumlah penderita dan kasus kematian akibat infeksi virus Corona setiap harinya terus meningkat.
Sejauh ini, virus Corona terlihat lebih sering menyebabkan infeksi berat dan kematian pada orang lanjut
usia (lansia) dibandingkan orang dewasa atau anak-anak. Mengapa demikian? Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, kelompok lanjut usia sering dikaitkan dengan kelompok yang rentan terhadap berbagai
penyakit oleh karena fungsi fisiologisnya berangsur-angsur akan berkurang termasuk sistem imum
tubuh.  Hingga saat ini, virus Corona telah menginfeksi lebih dari 100.000 penduduk dunia dan sekitar
4.000 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Kematian paling banyak terjadi pada penderita
COVID-19 yang berusia 80 tahun. WHO dan CDC melaporkan bahwa pada usia pra-lansia (50-59 tahun)
angka kematian hampir 2 %, usia 60-69 tahun 4 ?n terus naik menjadi 8 sampai 15 % pada usia diatas 70
tahun. Kematian paling banyak terjadi pada penderita COVID-19 yang berusia 80 tahun ke atas, dengan
persentase mencapai 21,9%.

Saat ini COVID-19 sudah menjadi pandemi, artinya terjadi penambahan kasus penyakit yang cukup
cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan
RI, kasus COVID-19 di Indonesia per 31 Maret 2020 yang positif sebanyak 1528 orang, yang meninggal
dunia sebanyak 136 orang dan sembuh sebanyak 81 orang. Risiko kematian yang tinggi secara global
terjadi diatas 50 tahun, di Indonesia diatas 40 tahun. Karenanya, dalam pertarungan yang diperkirakan
akan berlangsung hingga Juli 2020, dengan jumlah terpapar sangat amat banyak dan kematian yang
sangat banyak, diperhitungkan 80?ri kematian berada pada kelompok usia pra-lansia dan lansia. Hal ini
terbukti dari Konperensi Pers di BNPB 19 Maret 2020, dimana juru bicara Tim Gugus Tugas Percepatan
Penanggulangan Virus Covid-19 Dr. Achmad Yurianto melaporkan 24 dari 25 kematian berusia 40 tahun
keatas (96%).

Meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar
masyarakat melakukan social/physical distancing guna mencegah penularan COVID-19. Kegiatan yang
biasa dilakukan di luar, seperti bekerja, belajar dan beribadah bisa dilaksanakan di dalam rumah. Masa-
masa diberlakukannya pembatasan sosial dan pembatasan jarak fisik (social distancing/ physical
distancing) akibat pandemi COVID-19 ini tentunya menimbulkan ketidaknyamanan bagi semua orang,
termasuk kaum lansia. Lansia terpaksa berada di dalam tempat tinggalnya masing-masing yang
menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik. dr. Anastasia Asylia Dinakrisma, SpPD (Divisi Geriatri,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI – RSUPN Cipto Mangunkusumo), menganjurkan beberapa cara
dapat melakukan aktivitas fisik yang rutin untuk mempertahankan daya tahan tubuh, rasa
ketidaknyamanan, cemas dan bosan juga dapat dialihkan dengan melakukan aktivitas yang
menyenangkan di dalam rumah, yaitu:

1. Tetap aktif menjalin komunikasi secara rutin / lebih sering dengan orang-orang terdekat.
Pembatasan sosial bukan berarti isolasi sosial, keluarga dan orang terdekat sebaiknya lebih
sering dan rutin menjalin komunikasi dengan lansia, dengan memanfaatkan berbagai media
telekomunikasi dan teknologi, misalnya telpon, video call, media sosial, atau bertemu langsung
dengan memperhatikan kaidah physical distancing. Pilihlah topik yang menyenangkan,
menenangkan dan membuat lansia lebih bersemangat, hindari membahas mengenai berita-
berita yang belum pasti kebenarannya atau hoax.
2. Melakukan aktivitas yang mendukung pola hidup bersih dan sehat. Lakukan kegiatan yang
mendukung pola hidup bersih dan sehat.  Misalnya, makan makanan bergizi seimbang, sering
cuci tangan secara berkala, terutama setelah menyentuh barang-barang, jika sakit menggunakan
masker, menutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk,  melakukan relaksasi, menghirup
udara segar di pekarangan, berjemur rutin setiap pagi (misalnya jam 10 pagi selama 15 menit), 
melakukan aktivitas rumah tangga, misal memasak, menata rumah, berkebun.
3. Melakukan aktivitas religi atau beribadah di dalam rumah. Lakukan aktivitas keagamaan di
dalam rumah, seperti berdoa, mengaji, membaca Kitab Suci.
4. Melakukan olahraga rutin di rumah. Olahraga yang dapat dilakukan adalah latihan aerobik
seperti jalan kaki keliling rumah atau pekarangan/ jalan di tempat, sepeda statis, dan senam.
Berbagai senam lansia dapat dilakukan dengan panduan video atau media audiovisual lain,
antara lain seperti senam jantung, senam vitalisasi otak, tai-chi, senam osteopososis, senam
tera, poco-poco. Latihan aerobik dikombinasikan dengan latihan resistensi seperti angkat beban
(contohnya  menggunakan rubber band), gerakan stretching atau peregangan dengan  menahan
gerakan selama 10-15 detik,  gerakan repetisi duduk-berdiri, dan latihan keseimbangan  seperti
berdiri dengan satu kaki. Durasi latihan bervariasi antara 10-30 menit, 3-5 kali seminggu,
disesuaikan dengan kondisi kesehatan lansia.  Yang perlu diperhatikan untuk lansia selama
berolahraga adalah pastikan badan dalam kondisi fit atau bugar, tidak dalam keadaan sakit,
seperti batuk, sesak atau demam, jangan lupa minum air putih yang cukup sebelum dan sesudah
olahraga untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, dan selama berolahraga hendaknya lansia
didampingi atau diawasi.
5. Melakukan hobi dan kegemaran di dalam rumah. Lakukan hobi, minat atau kegemaran di dalam
rumah, seperti bermain game (misalnya catur, ular tangga, teka teki silang, Sudoku), membaca
buku, bermain atau mendengarkan musik, menonton film, menulis dan lain-lain.

Kewaspadaan pada kelompok rentan lansia ini juga menjadi perhatian dalam penanganan Covid-19
seperti yang termuat dalam Surat Edaran Mentri Dalam Negeri nomor 440/2622/SJ tentang
Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus (Covid-19) pada 29 Maret 2020, yang
berisi antara lain :

 Pemerintah Daerah harus memastikan bahwa kelompok lanjut usia (lansia) memperoleh
sosialisasi dan perlindungan pribadi, memahami langkah-langkah perawatan, persyaratan
kebersihan tangan, misalnya: hindari berbagi barang pribadi; memperhatikan ventilasi;
dan menerapkan langkah-langkah disinfektan.
 Ketika lansia memiliki gejala yang mencurigakan seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, sesak
dada, dispnea (sesak napas), kelelahan, mual dan muntah, diare, konjungtivitis (mata merah),
nyeri otot, dan lain-lain. Langkah-langkah berikut harus diambil: karantina/isolasi mandiri dan
hindari kontak dekat dengan orang lain; status kesehatan harus dinilai oleh staf medis dan
mereka yang memiliki kondisi kesehatan abnormal akan dipindahkan ke lembaga medis.
Mengenakan masker sangat dianjurkan dalam perjalanan ke rumah sakit, menghindari
penggunaan kendaraan umum (jika memungkinkan), dan segera melakukan pendaftaran serta
menerima observasi medis dan tidak melakukan kontak dengan orang lain; orang yang memiliki
kontak dekat dengan kasus terduga harus mendapatkan pengawasan khusus; mengurangi
pertemuan yang tidak perlu, pesta makan malam, dan grup lainnya; jika ada lansia dengan gejala
yang mencurigakan didiagnosis COVID-19, mereka yang berhubungan dekat harus menerima
pengamatan medis selama 14 hari. Setelah pasien pergi (seperti rawat inap, kematian, dll.);
ruangan tempat tinggal dan kemungkinan bahan yang terkontaminasi harus diterapkan
prosedur desinfeksi tepat waktu; prosedur disinfeksi khusus harus dioperasikan atau
diinstruksikan oleh para profesional dari Pemerintah Daerah, atau pihak ketiga yang
berkualifikasi; dan tempat tinggal tanpa disinfeksi tidak disarankan untuk digunakan.

TIPS CEGAH SEBAR VIRUS COVID-19 PADA LANSIA

Kementerian Kesehatan telah mensosialisasikan beberapa  tips atau kiat bagi kelompok lansia agar
ikut serta mencegah penyebaran virus Covid-19, yakni :

 Untuk sementara tidak melakukan perjalanan keluar rumah, tetaplah berada dirumah/ panti
wreda dengan melakukan kegiatan rutin.
 Jauhi keramaian, perkumpulan, kegiatan sosial seperti arisan, reuni, rekreasi, pergi berbelanja,
dll
 Tidak menerima kunjungan cucu. Ini cukup berat tapi masuk diakal karena cucu bisa
sebagai carrier tanpa tanda apapun, mereka sangat imun.
 Jaga jarak (1 meter atau lebih) dengan orang lain. Hidari bersentuhan, bersalaman, atau bercium
pipi.
 Tunda pemeriksaan rutin ke Dokter. Ini juga berat, kecuali sangat mendesak, hubungi dulu
melalui telepon. Keluarga/ pengasuh memastikan lansia minum obat secara teratur dan pastikan
persediaan obat yang cukup bagi lansia yang memiliki penyakit kronis
 Ajak atau anjurkan lansia melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti dapat membantu
menghubungkan dengan rekannya melalui sambungan Skype, Video call, zoom, membaca atau
merawat tanaman disekitar rumah.
 Ajarkan kebersihan diri, juga kepada pengasuh untuk sering mencuci tangan dengan sabun. Jaga
kebersihan barang yang digunakan.
 Larang kunjungan ke rumah jompo. Rumah jompo tempat kumpulan orang sangat rentan virus.
Hanya orang-orang sehat dan tidak ada riwayat terpapar dengan lingkungan yang berisiko
penularan yang dapat menemui/ mendampingi lansia.
 Jangan berkompromi dengan rutinitas harian mereka seperti ibadah tepat waktu, tidur tepat
waktu, olahraga, makan, sosial (komunikasi dengan Hp) juga tepat waktu. Jangan ubah, supaya
nyaman.
 Cukup tidur, malam 6-8 jam dan siang 2 jam. Boleh meningkatkan imunitas dengan makan
makanan dengan gizi seimbang (cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral).

DAPUS

http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari-covid-19.html

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5213675/pada-lansia-infeksi-virus-corona-covid-19-
bisa-picu-perubahan-perilaku

https://www.rctiplus.com/trending/detail/414232/pandemi-covid-19-belum-usai-perubahan-
perilaku-ringankan-beban-tenaga-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai