Anda di halaman 1dari 4

A.

Pendahuluan
Menurut Tarwaka (2008),potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan, atau bahkan
dapat menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Menurut Ramli (2009), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atas tindakan
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau
gangguan lainnya.
1. Jenis-Jenis bahaya:
 Bahaya mekanis
 Bahaya listrik
 Bahaya kimiawi
 Bahaya fisis
 Bahaya biologi
B. Bahaya Dari Faktor Fisik dan Kimia
Bahaya Fisik
Bahaya fisik merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan –
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar secara terus menerus oleh
faktor fisik.
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain
kebisingan, penerangan, vibrasi, suhu ekstrim, debu dan radiasi. Faktor – faktor ini
mungkin berasal dari bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk
samping yang tidak diinginkan.
Contoh kasusnya adalah mesin las, speaker, atau suara kendaraan yang sudah di
modifikasi sehingga mengeluarkan suara yang terlalu bising diatas nilai ambang batas
yang memekakan telinga. Jika terlalu lama terpapar oleh bising, pekerja dapat
mengalami gangguan pendengaran seperti penurunan pendengaran hingga tuli.
Contoh kasus kedua adalah memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi
tangan dan lengan pengguna sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah dan sirkulasi di tangan. 
Sedangkan untuk suhu ekstrim dan radiasi sinar-X atau gamma, paparannya dapat
merusak ikatan kimia di jaringan tubuh apabila terpapar dalam jumlah besar.
Debu
Debu adalah partikel padat yang terbentuk dari proses penghancuran, penanganan,
grinding, impaksi cepat, peledakan, dan pemecahan dari material organik atau
anorganik seperti batu, bijih metal, batubara, kayu dan biji-bijian (Hidayat, 2000).
Kategori jenis debu berdasarkan tingkat bahayanya (Mengkidi, 2006), yaitu:
1) Debu karsigonik, adalah debu yang dapat merangsang terjadinya sel kanker.
Contohnya adalah debu arsenik, debu hasil peluruhan radon, dan asbes.
2) Debu fibrogenik, adalah debu yang dapat menimbul fibrosis pada istem
pernapasan. Contohnya adalah debu asbes, debu silika, dan batubara.
3) Debu radioaktif, adalah debu yang memiliki paparan radiasi alfa dan beta.
Contohnya bijih-bijih torium.
4) Debu eksplosif, adalah debu yang pada suhu dan kondisi tertentu mudah untuk
meledak. Contohnya debu metal, batubara, debu organik.
5) Debu yang memiliki racun terhadap organ atau jaringan tubuh. Contohnya debu
mercuri, nikel, timbal, dan lain-lain.
6) Debu inert adalah debu yang memiliki kandungan <1% kuarsa yang
mengakibatkan pengganngguan dalam bekerja dan juga menimbulkan iritasi pada
mata dan kulit. Contohnya adalah debu gypsum, batu kapur, dan kaolin.
7) Inhalable dust atau irrespirable dust, adalah debu yang berukuran >10 µ yang
hanya tertahan di hidung.
8) Respirable dust, adalah partikel debu yang berukuran <10 µ dan dapat masuk
kerongga hdiung hingga ke dalam paru-paru

Nilai Ambang Batas Untuk Debu


Nilai ambang batas (NAB) paparan debu merupakan batas nilai maksimal untuk
paparan debu sehingga masih dapat diterima oleh pernapasan dalam batas waktu
tertentu. Jika jumlah paparan debu diatas NAB dan waktu terpapar debu, maka
seseorang akan menderita gangguan pernapasan. Standar Nilai Ambang Batas paparan
debu telah diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Pada peraturan ini
menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kadar debu total di tempat kerja adalah
10 mg/m3.

Peraturan Yang Terkait


- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang
Standar Dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Pengendaliannya
Ada 5 (lima) teknik pengendalian bahaya yang lebih populer dengan istilah hirarki
pengendalian bahaya atau hazard control hierarchy atau hierarchy of control.
Hirarki pengendalian bahaya inilah yang menjadi prinsip utama pengendalian bahaya
di tempat kerja.
Kelima teknik pengendalian bahaya tersebut adalah:
1. Elimination
dengan menggunakan teknik ini, bahaya dihilangkan sama sekali dari tempat
kerja atau area kerja.
2. Reduction
teknik ini tidak dapat menghilangkan bahaya k3 seperti teknik pertama, tapi
hanya menurunkan tingkat bahayanya.
3. Engineering control
teknik ini diterapkan dengan cara melakukan rekayasa atau modifikasi, untuk
mengurangi paparan bahaya dari sumbernya.
4. Administrative control
dengan menggunakan teknik yang satu ini, bahaya dikendalikan dengan
menyediakan prosedur operasi atau SOP, pengaturan jam kerja, dan lain-lain.
5. Personal Protective Equipment (PPE)
paparan bahaya dikendalikan dengan menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai.
Referensi :

Anonim. 2018. “Jenis Bahaya Dalam K3”,


http://nusantaratraisser.co.id/responsiveweb/blog/2018/11/29/jenis-bahaya-dalam-
k3/#:~:text=Bahaya%20fisik%20merupakan%20potensi%20bahaya,terus%20menerus
%20oleh%20faktor%20fisik, di akses pada tanggal 16 Desember 2020 pukul 18:30 WIB.

Lukman. 2020. “Mari Mengenal 5 Teknik Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja”,


https://www.prosesproduksi.com/teknik-pengendalian-bahaya/, di akses pada tanggal 16
Desember 2020 pukul 19:00 WIB

Soehatman, Ramli. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Makassar:
Dian Rakyat.

Tarwaka. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surakarta: Harapan Press.

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14136/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai