Anda di halaman 1dari 18

PERLAKUAN PANAS LOGAM

Prof. Eddy Agus Basuki, Ph.D


HEAT TREATMENT

The International Federation for the Heat Treatment


of Materials (IFHT) memberikan definisi sbb: “ a
process in which the entire object, or a portion thereof,
is intentionally submitted to thermal cycles and, if
required, to chemical or additional physical actions in
order to achieve desired (change in the) structures and
properties”.
The aims of heat treatment:

• To soften (untuk melunakkan)


• To stress relieve (untuk menghilangkan tegangan sisa)
• To homogenize (untuk menghomogenkan komposisi kimia)
• To toughen (untuk meningkatkan ketangguhan)
• To harden (untuk meningkatkan kekerasan)
• To add chemical elements through surface (carburizing,
nitriding, siliconizing etc) (untuk menambahkan unsur-
unsur kimia ke permukaan logam)

Meskipun tujuan perlakuan panas sangat bervariasi namun prinsip utama


dari perlakukan panas adalah memodifikasi struktur mikro untuk
mendapatkan sifat mekanis yang diinginkan karena adanya hubungan
yang erat antara struktur mikro dan sifat mekanis paduan logam.
Proses perlakuan panas logam
1. Proses Annealing:
a. Full annealing
b. Spheroidizing, critical range annealing atau subcritical annealing
c. Isothermal annealing
d. Stress-relief annealing
e. Recrystallization annealing
f. Homogenize annealing, solution treating, atau austenizing.

2. Normalizing

3. Through hardening processes:


a. Water- oil-, atau air-quenching dan tempering
b. Time-quenching dan tempering
c. Isothermal-quenching dan tempering
d. Austempering
e. Martempering

4. Other through hardening processes:


a. Precipitation hardening (age hardening)
b. Dispersion hardening
c. Maraging
d. Thermomechanical treatment
e. Order-disorder reaction
5. Thermal surface hardening treatment
a. Flame hardening
b. Induction hardening
c. Laser hardening
d. Electron-beam hardening

6. Thermochemical surface hardening treatment


a. Austenitic thermochemical treatment:
(i). Carburizing, solid, liquid, gas, vacuum, fluidized bed
(ii). Carbonitriding
(iii). Cyaniding
b. Ferritic thermochemical treatment
(i). Nitriding, liquid, gas, plasma
(ii). Nitrocarburizing, liquid, gas

7. Other difussion treatments


a. Siliconizing
b. Chromizing
c. Boronizing
d. Aluminizing
Bila tujuannya untuk meningkatkan kekuatan /
kekerasan maka perlu difahami mekanisme penguatan
paduan logam berikut:

❑Pengerasan/penguatan regangan (strain hardening).


❑Penguatan batas butiran (grain boundary strengthening)
❑Penguatan larutan padat (solid solution strengthening)
❑ Pengerasan/penguatan pengendapan (precipitation
hardening).
❑ Pengerasan/penguatan melalui pembentukan martensit
(quench hardening).
1. Perkerasan / Penguatan Regangan (Strain Hardening)

❑ Perkerasan regangan disebabkan oleh adanya


interaksi antar dislokasi yang saling memotong, atau
 jenis-jenis tahanan terhadap pergerakan dislokasi
2
lainnya.
1
❑ Ada indikasi bahwa jumlah dislokasi / kerapatan
dislokasi (panjang dislokasi persatuan volume),
y
meningkat selama proses perkerasan regangan atau
selama pengerjaan dingin (cold working) seperti
pengerolan dingin (cold rolling) dan forging.
❑ Sebagai contoh kerapatan dislokasi logam yang telah
teranil kira-kira adalah 105-106 cm-2, sedangkan
kerapatan dislokasi dalam logam yang mengalami
  
pengerjaan dingin adalah 1010-1012 cm-2.
❑ Peningkatan kerapatan dislokasi selama proses
perkerasan regangan ini seringkali disebut sebagai
perkalian dislokasi (dislocation multiplication), dan
 f =  0 + Gb  hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti
perpotongan dislokasi, mekanisme Frank-Reed,
cross-slip dan tabrakan dislokasi dengan penghalang
seperti partikel di dalam kristal atau batas butiran
(grain boundary).
2. Penguatan Batas Butiran (Grain Boundary Strengthening)

❑ Kenyataan yang menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran butiran rata-


rata suatu logam menyebabkan kekuatannya atau kekerasannya semakin
besar menandakan adanya penguatan atau pengerasan oleh keberadaan
batas butiran.

❑ Besarnya pengaruh ukuran butiran terhadap kekuatan ditunjukkan oleh


hubungan empirik Hall-Petch
o = I + k’D-1/2

300
Tegangan luluh Fe
(MPa) Dislokasi

200
Tegangan Tegangan
tekan tekan
Kuningan 70/30
Bidang slip
100
Cu

Al Batas butiran
0
0 5 10
Ukuran butiran d-1/2 (mm)
3. Penguatan larutan padat (solid solution strengthening)

Penguatan larutan padat diperoleh karena regangan kisi /kristal oleh adanya unsur
terlarut substitusi atau interstisi yang menyebabkan dislokasi menjadi lebih sulit
untuk bergerak melintasi daerah kisi yang terdistorsi ini.

Ada 2 jenis larutan padat dalam paduan:


(1) larutan padat substitusi: misalkan atom-atom Cr menggantikan Fe dalam baja.
(2) larutan padat interstisi: misalkan atom-atom C berada diantara atomatom Fe
dalam baja.

(a) Larutan padat substitusi (b) Larutan padat interstisi


4. Pengerasan Pengendapan (Precipitation Hardening)

Partikel fasa kedua, ketiga dst. di dalam suatu sistem paduan logam dapat
berada dalam kondisi berikut:
❑ Mengendap dari keadaan padatnya (melalui perlakuan pelarutan / solution
treatment dan penuaan / ageing). Antamuka antara matriks dan fasa
keduanya dapat berada dalam salah satu diantara dua kondisi berikut.

➢ Memiliki antarmuka koheren dengan matriksnya, contoh: GP-zone dan


” dalam paduan Al-Cu dan ’(Ni3Al) dalam paduan super berbasis nikel
(nickel-base superalloy).

➢ Tidak memiliki antarmuka yang koheren dengan matriksnya, contoh:


partikel-partikel endapan karbida, nitrida, karbonitrida dalam baja HSLA
dana baja-baja perkakas, karbida M23C6 dan M7C3 dalam paduan super
berbasis kobalt (cobalt-base superalloy).

❑ Terbentuk pada saat paduan logam dalam keadaan leburan, contoh: partikel
MC (TiC) dalam paduan nikel berbasis nikel, atau partikel TiN di dalam baja.
Partikel ini antar mukanya selalu tidak koheren dengan matriksnya.
Dislokasi
 tertahan
oleh partikel
penguat tak
❑ Interaksi antara dislokasi yang
koheren aktif oleh adanya tegangan
geser yang bekerja pada
bidang slip dengan partikel
penguat tak koheren.
❑ Dislokasi tidak akan dapat
memotong partikel penguat
Bidang slip matriks
 Bidang slip partikel endapan

 Sebuah dislokasi
yang bergerak dapat
memotong partikel.
❑ Interaksi antara dislokasi yang
aktif oleh adanya tegangan
geser yang bekerja pada
bidang slip dengan partikel
penguat koheren.
❑ Dislokasi dapat memotong
partikel penguat.
Partikel penguat yang Bidang slip matriks dan
koheren. partikel penguat adalah
 sama
(A) (B) (C)

Tiga kemungkinan partikel endapan fasa penguat terdistribusi di dalam paduan

(A) : endapan fasa kedua di sepanjang batas butiran dalam morfologi plate-like.
(B) : endapan fasa kedua di sepanjang batas butiran dalam morfologi
allotriomorph.
(C) : endapan partikel fasa kedua yang tersebar merata di batas butiran dan di
dalam butiran.

Distribusi (C) lebih memberikan peningakatn kekuatan yang tinggi dibandingkan


distribusi (B) dan (A).
4.1. Bila Partikel Dapat Terpotong Oleh Dislokasi
Bila partikel penguat dapat terpotong oleh dislokasi (yaitu partikel endapan yang
koheren), maka mekanisme penguatan yang dapat diberikan oleh partikel seperti
ini dapat berlangsung melalui beberapa mekanisme berikut ini:

❑ Penguatan karena regangan koherensi


❑ Penguatan karena perbedaan energi salah tumpuk (stacking fault
energy) antara partikel dan matriks.
❑ Penguatan karena partikel memiliki struktur yang teratur (ordered).
❑ Penguatan karena peningkatan energi permukaan antara partikel
dan matriks.

Pada saat awal Pada saat hampir akhir Partikel telah dipotong
pemotongan partikel pemotongan partikel oleh dislokasi
oleh dislokasi oleh dislokasi
4.1.1. Penguatan oleh struktur order (order strengthening)
❑ Bila endapan koheren memiliki struktur atom yang teratur maka dislokasi yang
memotongnya akan menggangu struktur ini dengan menghasilkan batas antar fasa
(antiphase boundary), atau sering disingkat sebagai APB, sehingga gaya tambahan
diperlukan untuk mendorong dislokasi pada saat memotong partikel berstruktur
teratur.

❑ Penguatan karena munculnya batas antar fasa di dalam partikel berstruktur teratur
yang terpotong oleh dislokasi dinyatakan oleh persamaan berikut.
2  apb 3 / 2 1/ 2 1/ 2
  ( ) r f
E b
Dimana γapb adalah energi salah tumpuk persatuan luas

APB
Partikel endapan yang
Bidang slip
berstruktur teratur (a) akan
dipotong oleh sebuah dilokasi
yang bergerak pada bidang slip,
(b) setelah dislokasi memotong
partikel dihasilkan bidang antar
fasa (APB) pada bidang slip
Partikel ordered Partikel ordered
sebelum dipotong setelah dipotong
dislokasi dislokasi
4.1.2. Penguatan kimia (chemical strengthening)
❑ Penguatan ini dihasilkan dari penambahan antarmuka matriks-endapan
yang terbentuk bila dislokasi memotong dan menggeser sebuah
partikel.
❑ Penguatan yang disebabkan karena peningkatan antarmuka partikel-
matriks sebagai akibat partikel yang terpotong oleh dislokasi dinyatakan
oleh persamaan berikut.
2 G f Dimana S adalah energi antarmuka
  S partikel-matriks
a.  r

Pemotongan partikel
koheren oleh sebuah
dislokasi sepanjang bidang
slip menghasilkan
Penambahan luas antar muka peningkatan luas antarmuka
partikel-matriks (arsir)
partikel-matriks

Pandangan atas partikel ordered


setelah dipotong dislokasi
4.2. Bila Partikel Tidak Dapat Dipotong Oleh Dislokasi
Besarnya penguatan diberikan oleh Orowan dan Ashby melalui persamaan
Orowan-Ashby berikut ini
G : Modulus geser
B : vektor burger
0,13Gb r
 = ln λ : jarak rata-rata antar partikel
 b r : jari-jari rata-rata partikel

Awal proses looping Akhir proses looping Hasil proses looping


dislokasi di sekeliling dislokasi di sekeliling dislokasi di sekeliling
partikel partikel partikel

Skematika yang menunjukkan tiga tahap


urutan mekanisme Orowan
Tahap-1 Tahap-2 Tahap-3 Tahap-4 Tahap-5

Tahapan interaksi antara sebuah dislokasi yang bergerak karena mendapat


tegangan geser dengan sederet partikel.

Tahap pertama awal interaksi sedangkan tahap 5 akhir dari interaksi dimana
dislokasi meninggalkan loop dislokasi di sekitar partikel endapan sementara
dislokasinya melanjutkan pergerakan selama tegangan geser terus bekerja
dengan kekuatan yang mampu mengatasi halangan oleh partikel
4. Penguatan Oleh Martensit

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kekuatan martensit adalah sbb:

❑ Ukuran butiran martensit.


❑ Pengaruh penguatan dari unsur substitusi yang terlarut di dalam
martensit.
❑ Pengaruh penguatan oleh unsur interstisi yang terlarut di dalam
martensit.
❑ Pengendapan partikel di dalam martensit.

Skematika struktur mikro yang


menunjukkan martensit kasar
dan martensit halus

Anda mungkin juga menyukai