39
40
FACTORY MANAGER
(ADW)
ADMIN FM
(BA SKARA)
LEAD SPV SPRING LEAD SPV LEAD SPV LEAD SPV PRODUKSI
LEAD SPV PEMBELIAN LEAD SPV F&A
BED MARKETING & PERSONALIA & GA INJECTION
(VACANT) (VACANT)
(VACANT) GUDANG EKSPEDISI (VACANT) (VACANT)
(VACANT)
OPERATOR (28 OPERATOR (36 OPERATOR (15 OPERATOR 4 GRUP 7 STAFF 22 STAFF
ORANG) ORANG) ORANG (68 ORANG) MAINTENANCE
1. OPR. BUSA 1. HELPER 1. SATPAM (10) OPERATOR 1. OPR.
2. OPR. S. BED 2. DRIVER 2. MAINTENACE (2) MESIN PACKING
NACASE
3. OPR. COILING 3. DESIGNER (1)
2. OPR. SUB
4. OPR. QUILTING 4. OB (3) ASSY NACASE
3. OPR.
PACKING BCBC
4. OPR.
PACKING SFC
Proses Mixing
Setting Mesin Mixing
Penuangan Komponen Ke
Mesin Hoper
Proses Injection Molding
Pengecekan Komponen
Proses Assembly
Assembly
Packaging
tingkat kecepatan ini pun bisa kita atur disesuaikan dengan posisi
aliran plastik ketika membentuk produk. Hasil produk dari
proses ini masih belum sempurna dengan menyisakan sedikit,
dan akan disempurnakan pada proses selanjutnya. Jaminan
terhadap kestabilan proses berkelanjutan berada di bagian ini,
sehingga juga menentukan kestabilan hasil produk yang dibuat.
c. Proses Holding
produk dan akan dimasukan ke dalam dus yang terdiri dari komponen,
label dus dan form perakitan yang dikerjakan secara manual oleh
operator.
Terjadi karena
kurangnya pemberian
2 Pecah /Kejepit
silicone spray pada
Mold.
Tutup Atas RumahRoda Kaki Kokoh Landasan SRS Tutup Laci Badan Laci
11"
I-6 4X 20X 5X 5X 5X
Kunci (1)
11" 13" 11" Sekrup 6 x 1/2 (4) 11"
I-5 I-4 I-3 I-1
Handle (5)
23" 12"
O-7 Subassembly Kaki I-2
dengan landasan
srs
30"
Subassembly roda 29"
O-9 dengan landasan srs Sub assembly
O-4 Badan laci
dengan tutup
laci
30"
Sub assemmbly
landasan srs &
O-10 sub assembly
badan laci
O-12 Produk
29"
1-7
STORAGE
RINGKASAN
Kegiatan Jumlah
Operasi 12
Pemeriksaan 7
Total 19
Proses Injection
Jumlah Proses Proses
Bulan Produk Short Flow Jumlah
Produksi Mixing Pecah/Kejepit Assembly
Shot Warna
September 2782 0 267 124 121 7 519
SRS-5
Oktober 3834 0 245 234 202 5 686
AK-1
November 1680 0 124 157 127 8 416
Grand Total 8296 0 636 515 450 20 1621
Presentase Defect % 0 39% 32% 28% 1% 100%
defect pada proses mixing sebesar 0%, proses injection untuk defect short shot 39%,
untuk defect pecah/kejepit 32% dan defect flow warna 28%, pada proses assembly
sebesar 1% dari total produk defect sebesar 1.621 produk.
Critical to Qualitiy pada penelitian ini ditetapkan berdasarkan proses yang
menghasilkan defect produk yang paling dominan. Dan dari hasil pengamatan yang
dilakukan yang merupakan CTQ adalah proses injection.
4.3.2 Tahap Measure
Tahap measure adalah merupakan tahapan kedua dalam six sigma setelah
tahapan define. Pada tahap sebelumnya melakukan identifikasi critical to quality
dan penentuan critical to quality yang dominan. Pada tahapan ini dilakukan
perhitungan DPMO (defect per million opportunity) dan level sigma yang bertujuan
sebagai bahan dasar penelitian dalam metode six sigma.
4.3.2.1 Perhitungan Nilai DPMO dan Sigma Level
Tahapan perhitungan DPMO dan sigma level merupakan dasar dalam penelitian
dengan menggunakan metode six sigma. DPMO (defect per million opportunity)
adalah merupakan jumlah cacat/defect per satu juta dari produk yang diproduksi.
Data yang diperoleh dari level sigma dan DPMO akan digunakan sebagai baseline
kinerja awal perbaikan. Adapun perhitungan DPMO dirumuskan sebagai berikut
(Stamatis, 2004).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡
DPMO = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑖𝑛𝑠𝑝𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 1.000.000
Untuk menghitung nilai DPMO dan sigma level data yang dibutuhkan adalah data
jumlah produk defect dari tiap proses.
Tabel 4.7 Data Jumlah Defect Produk Pada Setiap Proses
Proses Total
Mixing 0
Injection 1601
Assembly 20
Jumlah Produksi 8296
59
Berikut hasil perhitungan nilai DPMO dan Sigma Level di setiap proses. Pada tahap
perhitungan ini proses mixing tidak dicari nilai DPMO dan Sigma Level karena
proses mixing tidak memiliki defect.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan DPMO dan Sigma Level
Proses Total Nilai DPMO Level Sigma
Injection 1601 192.984,571 2,37
Assembly 12 1.446,4802 4,48
Jumlah Produksi 8296
DPMO = 192.984,571
Sigma level dihitung dengan Microsoft excel yang ditunjukan pada rumus dibawah
ini:
1000000−𝐷𝑃𝑀𝑂
= NORMSINV (
1000000
) + 1,5
1000000−192.984,5709
= NORMSINV ( 1000000
)+ 1,5
= 2.37
Setelah dilakukan perhitungan diatas, diketahui bahwa pada proses injection
diperoleh nilai DPMO sebesar 192.984,571 dan sigma level sebesar 2,37.
Selanjutnya pada proses assembly diperoleh nilai DPMO sebesar 1.446,4802 dan
sigma level sebesar 4.48. Bedasarkan nilai DPMO dan sigma level yang diperoleh,
didapati pada proses injection nilai DPMO dan sigma level masih jauh dari standart
yang dikehendaki oleh six sigma dengan nilai DPMO sebesar 3,4 dan sigma level
sebesar 6 dengan persentase produk bebas cacat sebesar 99,99998%. Artinya pada
proses injection lebih dahulu untuk ditangani dengan mencari faktor-faktor yang
menyebabkan kecacatan pada proses injection.
60
Pada nozzle
Jari-jari antara Setting mesin tidak Bahan baku tidak
terdapat sisa Bahan baku lembab
sprue bush dan memenuhi standar turun ke mesin
material proses
nozzle tidak sama
sebelumnya
Kurang
memahami
SOP yang ada
karena kualitas bahan baku yang tidak bagus. Faktor selanjutnya karena jari-jari
antara sprue bush dan nozzle tidak center hal ini disebabkan karena setinggan dari
foreman yang tidak pas. Prosedurnya ketika salah satu part mesin tersebut (sprue
bush dan nozzle) mengalami kerusakan maka keduanya harus diganti, akan tetapi
aktualnya dilapangan tidak diganti oleh foreman tersebut maka terjadilah kejadian
sprue bush dan nozzle tidak center.
Faktor yang kedua yaitu faktor man, setting mesin tidak memenuhi standar hal
ini sangat mempengaruhi terjadinya kesalahan dan yang terjadi dilapangan adalah
setiap foreman memiliki setting mesin secara berbeda-beda yang seharusnya
foreman tersebut mengikuti SOP mesin yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Faktor ketiga yaitu material, faktor material memliki 2 penyebab yang
mempengaruhi. Pertama karena bahan baku tidak turun ke mesin hal ini disebabkan
karena adanya serabut atau material lainnya yang terhenti di mesin hopper sehingga
mesin tidak dapat melakukan injeksi secara maksimal. Seharusnya ada pengecekan
atau inspeksi pada compound agar tidak terdapat serabut atau material lainnya.
Kedua karena compound lembab, ketika compound lembab sebenarnya bisa
dilakukan injeksi akan tetapi hasilnya akan tidak maksimal dikarenakan compound
tersebut terdapat kandungan air. Seharusnya pada saat proses dry compound
dilakukan inspeksi secara intensif agar compound tersebut benar-benar kering dan
tidak terdapat kandungan airnya.
62
dimaksud disini adalah potongan biji plastik yang tidak sesuai standar. Sehingga
terjadi penumpukan compound pada hopper yang mengakibatkan compound
tersebut tidak bisa maksimal ketika di injection. Kedua karena kualitas biji plastic
yang tidak memenuhi standart, kualitas biji plastik ini sangat mempengaruhi untuk
hasil akhir produk. Disini masih terdapat biji plastik yang warnanya beberapa tidak
seragam dikarenakan supplier yang berbeda dan ada yang tercampur dengan
kotoran sehingga hasil produknya tidak maksimal dan mengalami defect.
Defect Pecah/Kejepit
Pada Tabel 4.9 diketahui ada tiga jenis cacat yang mana setiap cacat telah
ditentukan skor prioritas. Untuk niai skor priyoritas berkisar antara 1 hingga 10,
dimana 1 menggambarkan nilai yang paling tidak penting dan nilai 10 merupakan
nilai yang paling penting. Untuk bobot korelasi antara penyebab dan hasil cacat
terdapat tiga jenis cacat yang pertama bobot 0 merupakan tidak memiliki hubungan
dan yang ke dua bobot 1 memiliki sedikit hubungan, ketiga bobot 3 adalah rata-rata
66
serta yang terakhir 9 merupakan korelasi yang memiliki hubungan secara langsung.
Dari hasil C&E Matrix didapatkan total dari perhitungan input dengan output atau
perhitungan antara CTQ dan Cause, kemudian diurutkan berdasarkan total tertinggi
Notasi Cause Jumlah
A Kurangnya skill foreman 207
B Setting mesin tidak sesuai dengan SOP 159
C Terdapat serabut pada compound 135
D Bahan baku tidak turun ke mesin 111
E Biji plastik tercampur kotoran 105
F Bahan baku lembab 95
G Jari-jari antara sprue bush dan nozzle tidak sama 89
H Adanya gap dan screw barrel 81
I Kurangnya suhu pendinginan pada saat cooling time 72
J Pemberian spray silicone tidak memenuhi standart 72
K Kualitas biji plastik yang tidak memenuhi standar 71
L Kurangnya inspeksi mesin 69
M Skill foreman yang tidak merata 69
N Pada nozzle terdapat sisa material proses sebelumnya 63
O Supplier berbeda 63
P Kurang fokusnya foreman dan terburu-buru 57
Q Proses pemberian silicone secara manual 24
Setelah diurutkan dari nilai total tertinggi ke terendah, maka dapat dilihat
prioritas mana yang akan dibuat usulan, untuk memudahkan dalam memilih sebab
mana saja yang diperbaiki dan diberi usulan dibuatlah diagram pareto.
67
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
A B C D E F G H I J K L M N O P Q
Series1 13.42 10.31 8.75% 7.20% 6.81% 6.16% 5.77% 5.25% 4.67% 4.67% 4.60% 4.47% 4.47% 4.09% 4.09% 3.70% 1.56%
Series2 13.42 23.74 32.49 39.69 46.50 52.66 58.43 63.68 68.35 73.02 77.63 82.10 86.58 90.66 94.75 98.44 100.0
Memberikan standarisasi
Karena potongan biji Pada saat bahan
ukuran biji plastik dan
Terdapat serabut plastik dari dept baku
Proses Injection melakukan preventive Foreman Extruder
pada compound extruder tidak dimasukkan ke
maintenance mesin potong
memenuhi standar mesin injection
extruder
70
Pada saat
Karena kurangnya Perlu waktu yang lebih lama
Bahan baku melakukan
Proses Drying waktu pada saat pada saat dry bahan baku SPV Bahan Baku
lembab pengeringan
proses dry bahan baku dan melakukan inspeksi
bahan baku
Melakukan pemilihan
Kualitas biji Karena kesalahan
Pada saat supplier dengan tepat dan
plastik yang tidak supplier dalam
Proses Injection inspeksi bahan melakukan inspeksi pada SPV Bahan Baku
memenuhi standarisasi bahan
baku bahan baku sebelum masuk
standart baku
ke gudang