Anda di halaman 1dari 29

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Perusahaan


PT. Mitra Bangun Cemerlang (MBC) bergerak di bidang usaha
pengolahan limbah plastik untuk pembuatan bijih plastik daur ulang.
Perseroan dirintis dan didirikan oleh Sdr. Djumo Matini selaku pemilik
perusahaan sekaligus key person perusahaan pada tahun 2001 berdasarkan
akta No. 145 Tanggal 29 Oktober 2001. Kantor PT. MBC berlokasi di Jl.
Raya Kukun Cadas KM. 1,7, Kp. Pangondokan, Kelurahan Kuta Baru,
Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang – 15560.
PT. MBC memiliki perizinan dan legalitas usaha yang lengkap untuk
mendukung jalannya usaha lengkap dan masih berlaku, antara lain :
- NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
- Surat Keterangan Terdaftar Depkeu RI Dirjen Pajak
- Izin Usaha Perdagangan (IUP)
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perseroan Terbatas
- Surat Keterangan Domisili Usaha
- Izin Gangguan kepada Perusahaan (HO)
- Izin Usaha Industri (IUI)
- Izin Usaha Industri Perluasan
- Angka Pengenal Importir-Produsen
- AMDAL (UKL-UPL)
- Surat Ijin Pengambilan Air (SIPA)
Saat ini usaha yang dijalankan adalah industri pengolah botol/ kemasan
plastik menjadi keping plastik (Flake). Flake tersebut diekspor dan
selanjutnya diolah untuk dijadikan bijih plastik. Seiring berjalannya waktu,
manajemen memutuskan untuk berekspansi dengan membeli mesin produksi
untuk menggiling PET botol yang hasilnya 80% untuk komoditas ekspor dan
sisanya untuk komoditas lokal.
Perusahaan di tahun 2008 telah melakukan penambahan sebanyak 3
mesin PET giling dan 1 mesin pellet. Dengan adanya mesin pellet perusahaan
dapat mengolah plastik bekas yang dihancurkan mesin crusher menjadi biji-
28

biji plastik (pellet) yang dapat digunakan menjadi bahan benang. Selain itu
perusahaan juga melakukan perkerasan lahan pabrik untuk menampung
persediaan plastik sebagai antisipasi meningkatnya persediaan.
Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan susunan
organisasi seperti pada Gambar 4. Kepemilikan saham dipegang oleh tiga
orang yaitu Djumo Matini (65%), Karliman Danihardja (25%), Drs. William
Tampubolon (10%). Direksi dengan persetujuan Komisaris berwenang
mengajukan kredit kepada bank. Perusahaan memiliki 398 orang pegawai
yang terdiri dari 48 karyawan dan staf tetap, 100 buruh kontrak dan 250 buruh
sortir.
1. Teknis Produksi
PT. MBC menempati kantor sekaligus pabrik milik sendiri di daerah
Tangerang. Lokasi ini pada umumnya adalah untuk industri dan
pemukiman, sesuai dengan peruntukan (zoning) yang telah ditentukan oleh
Pemda setempat. Kantor dan pabrik dilengkapi dengan sarana kerja berupa
pos pengamanan, inventaris kantor, peralatan komunikasi, komputer dan
sebagainya.
Peralatan pabrik sudah ditata berdasarkan alur produksi dan prinsip
kerja yang efisien. Deskripsi bangunan dan sarana pelengkap pabrik
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Mesin yang dimiliki berjumlah
tujuh buah, terdiri dari (a) lima line mesin produksi penggilingan PET
botol (tiga line mesin lama dan dua line mesin baru), (b) satu line mesin
pop corn dan (c) satu line mesin pellet. Tenaga listrik yang tersedia saat
ini bersumber dari PLN sebesar 414 Kva. Untuk menjaga risiko mati
listrik secara mendadak, maka perusahaan melengkapi sarana usaha
dengan unit generator set (genset). Kendaraan operasional yang dimiliki
saat ini sebanyak empat unit, serta dua unit forklift truck. Seluruh kegiatan
produksi dilaksanakan di kantor dan pabrik di Tangerang.
29

Sumber : PT. MBC, 2009.


Gambar 4. Struktur Organisasi PT. MBC
30

Tabel 4. Deskripsi bangunan dan sarana pelengkap pabrik lama dan baru
1. Bangunan Kantor  Luas bangunan 102 m2
Pabrik Lama  Konstruksi beton bertulang
 Fasilitas :
a. Penerangan listrik dari PLN
b. Jaringan telepon dari PT. TELKOM
c. Instalasi air bersih
d. Air conditioner
2. Bangunan Kantor  Luas bangunan 60 m2 + 297 m2
Pabrik Baru  Konstruksi beton bertulang
 Fasilitas :
a. Penerangan listrik dari PLN
b. Jaringan telepon dari PT. TELKOM
c. Instalasi air bersih
d. Air conditioner
3. Bangunan Pabrik  Luas bangunan 684 m2 +850 m2
Lama  Konstruksi struktur baja
 Fasilitas :
a. Penerangan listrik dari PLN
b. Instalasi air bersih
4. Bangunan Pabrik  Luas bangunan 3.312 m2
Baru  Konstruksi struktur baja
 Fasilitas :
a. Penerangan listrik dari PLN
b. Instalasi air bersih
5. Bangunan  Luas bangunan 850 m2 + 6.000 m2
Gudang  Konstruksi struktur baja
Pabrik Lama
 Fasilitas :
a. Penerangan listrik dari PLN
b. Jaringan telepon dari PT. TELKOM
c. Instalasi air bersih
6. Bangunan  Luas bangunan 2.650 m2
Gudang  Konstruksi struktur baja
Pabrik Baru  Fasilitas : Penerangan listrik dari PLN
7. Bangunan Pos  Luas bangunan 6 m2 dan 12 m2
Jaga  Konstruksi beton bertulang
Sumber : PT. MBC (2009)
Penjualan perusahaan berasal dari tiga kegiatan usaha, yaitu :
1. Trading, dimana perusahaan berperan sebagai agen/supplier untuk
produk flakes dan benang polyester. Perusahaan membeli bahan baku
dari pabrik tekstil kemudian langsung dijual kepada pelanggan.
2. Maklon, dimana perusahaan berperan sebagai jasa manufacturer untuk
perusahaan lain dimana bahan baku adalah milik perusahaan lain.
31

3. Produksi, dimana perusahaan mengolah bahan baku hingga menjadi


PET giling.
Tiga jenis produk yang dihasilkan perusahaan adalah :
1. PET giling yang merupakan hasil penghancuran dari PET botol bekas.
2. Biji Plastik (pellet) yang merupakan hasil pengolahan PET giling
dengan mesin pellet yang kemudian akan diolah menjadi benang.
3. Popcorn yaitu hasil pengolahan benang bekas menjadi biji plastik
berbentuk seperti popcorn yang akan diolah kembali menjadi benang.
Jumlah kebutuhan bahan baku adalah 1,09 kg botol plastik untuk
menghasilkan 1 kg PET giling dan 1,03 kg benang bekas untuk
menghasilkan 1 kg popcorn. Dengan adanya mesin pelletcizing maka
setelah melalui mesin giling hasil proses dimasukkan ke mesin pelletcizing
sehingga diperoleh biji-biji plastik yang berbentuk bulat (pellet). Proses
produksi PET Giling dapat dilihat pada Gambar 5. Untuk menghasilkan
popcorn dibutuhkan bahan berupa benang bekas, yang kemudian direbus
dan selanjutnya diolah menjadi biji plastic berbentuk popcorn.
Kapasitas daya tampung lahan yang ada saat ini adalah :
1. Lahan lama seluas 2.723 m2 dengan daya tampung ± 13,62 ton
2. Lahan baru seluas 4.200 m2 dengan daya tampung ± 21 ton
Bahan Baku PET Transfer RAMP Conveyor

Dryer

Packing Mesin Giling Mesin Cuci

Gambar 5. Proses produksi PET Giling

Penambahan kapasitas lahan dan mesin PET mengakibatkan


peningkatan kapasitas pembelian perusahaan menjadi 65 ton sehari.
Kapasitas produksi maksimal saat ini adalah :
1. 125 ton per hari untuk mesin PET giling.
2. 124 ton per hari untuk mesin popcorn.
3. 62,5 ton per hari untuk mesin pelletcizing
32

Namun demikian, walaupun ada perluasan lahan, realisasi perusahaan dari


kapasitas mesin yang digunakan belum maksimal. Untuk mesin PET
giling, hanya 35,3 ton per hari, mesin Popcorn sebesar 0,26 ton per hari
dan mesin pellet sebesar 5,76 ton per hari.
Pemasok bahan baku untuk PT. MBC adalah supplier dari berbagai
daerah dan selama ini tidak mengalami masalah karena kualitas hubungan
dengan pihak-pihak terkait tersebut selama ini terjalin dengan sangat baik.
Perusahaan memiliki pemasok utama, pemasok bahan pembantu dan
pemasok lokal. Untuk pengadaan bahan baku PET botol, perusahaan
memiliki ± 85 pemasok yang merupakan perusahaan perorangan.
Sementara pemasok untuk bahan pembantu hanya 1 perusahaan yang
berlokasi di Tangerang. Selain itu, dalam memenuhi kebutuhan bahan
baku PT. MBC juga memiliki 5 (lima) pemasok lokal yang dapat dilihat
pada Tabel 5.
Adapun sistem pembayaran untuk pembelian bahan baku, PT. MBC
memiliki tiga sistem yang berbeda untuk setiap departemen, yaitu :
a. Departemen trading : sistem pembayaran atas pembelian barang
biasanya dilakukan paling cepat 2 minggu dan paling lama 1 bulan
setelah bagian keuangan menerima tagihan.
b. Departemen produksi popcorn : sistem pembayaran atas pembelian
bahan baku dilakukan 1 minggu setelah bagian keuangan menerima
tagihan.
c. Departemen produksi PET gilingan : atas pembelian bahan baku,
pembayaran sebesar 80% pada saat barang diterima dan sisanya setelah
barang disortir.

Tabel 5. Daftar pemasok lokal


No. Nama Divisi
1. PT. Mutu Gading Tekstile Benang
2. PT. Indorama Benang
3. PT.Sulinda Investama Kapas
4. PT. Indonesia Toray Synthetics Kapas
5. PT. SK Keris Benang
33

2. Pemasaran
Jenis usaha daur ulang sampah plastik merupakan salah satu usaha
yang handal dan fleksibel karena permintaan pasar terus meningkat.
Hampir semua perusahaan biji plastik daur ulang maupun produk jadi (end
product) membutuhkan bahan baku plastik untuk diolah kembali, terutama
menjadi benang poliester. Pasar hasil daur ulang plastik ini bukan hanya
berasal dari dalam negeri, tetapi pasar mancanegara juga banyak mencari
bahan baku ini.
Penjualan perusahaan saat ini 80% ditujukan untuk pasar ekspor ke
China, sedangkan sisanya diserap pasar lokal. Kebijakan penjualan yang
diberlakukan PT. MBC pada tiap departemen berbeda, yaitu :
1. Departemen trading, penjualan dilakukan secara kredit dan pembayaran
piutang paling cepat satu bulan dan paling lama dua bulan setelah
customer mendapat tagihan dari PT. MBC.
2. Departemen popcorn, penjualan dilakukan secara kredit dan
pembayaran piutang paling cepat satu bulan dan paling lama dua bulan
setelah customer mendapat tagihan dari PT. MBC.
3. Departemen PET, penjualan terdiri dari ekspor dan lokal. Untuk
penjualan ekspor dilakukan secara L/C 120 hari. Untuk penjualan lokal
dilakukan secara kredit dan pelunasan piutang paling cepat satu bulan
sampai dua bulan setelah customer menerima tagihan dari PT. MBC.
Perusahaan sejenis yang merupakan pesaing terdekat adalah PT. Sky
Harvest yang berlokasi di Pasar Kemis Tangerang. Kendala dalam pasokan
bahan baku terkait dengan persaingan perusahaan, diatasi dengan
memberikan mesin press ke beberapa supplier di Pekanbaru, Surabaya dan
kota besar lainnya, sehingga supplier memiliki keterikatan dengan PT
MBC. Biaya untuk mesin press tersebut, dipotong dari bonus yang
diperoleh supplier dari setiap jumlah tertentu yang dikirim ke PT. MBC.

3. Keuangan
Realisasi penjualan untuk PET botol dari tahun 2006 hingga 2009
terus mengalami peningkatan (Tabel 6), sedangkan untuk produk popcorn
34

penjualan berfluktuasi. Rataan pertumbuhan penjualan setiap unit


penjualan cukup bervariasi.

Tabel 6. Realisasi penjualan tahun 2006-2009 (dalam unit)


No. Produk 2006 2007 2008 2009
1. Popcorn 43.985 41.498 52.619 50.163
2. PET botol 40.299 69.434 90.515 90.718
Jumlah 84.284 110.932 143.134 140.881

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa penjualan produk dari tahun 2006
mengalami peningkatan sampai tahun 2008 sebesar 29,03% seiring dengan
penambahan kapasitas produksi yang dilakukan pada tahun 2007. Namun
pada tahun 2009 penjualan mengalami penurunan sebesar 1,57% dari
tahun sebelumnya. Penyebab penurunan adalah akibat dari terjadinya
krisis ekonomi global, dimana China mengurangi pemesanan. Komponen
HPP terdiri atas material plastik, benang, biaya upah buruh dan overhead
pabrik lain. Untuk posisi per Desember 2009, HPP mengalami penurunan
menjadi 85,33%, terjadi karena perusahaan melakukan efisiensi sebagai
strategi dalam menghadapi krisis ekonomi.
Walaupun realisasi penjualan pada tahun 2009 mengalami
penurunan (Tabel 7), namun kenyataannya profit margin meningkat
sebesar 2,72%, sedangkan pada tahun 2008 hanya sebesar 0,51%.
Peningkatan ini terjadi karena efisiensi yang dilakukan perusahaan cukup
berhasil terutama dalam kegiatan operasionalnya.

Tabel 7. Rugi laba perusahaan


Keterangan 2006 2007 2008 2009
Penjualan bersih (unit) 84.284 110.932 143.134 140.881
Pertumbuhan penjualan - 31,62 29,03 (1,57)
(%)
HPP (%) 85,10 87,27 89,88 85,33
Laba operasional (juta 5.826 4.462 4.874 9.433
Rp)
Laba bersih setelah 5.287 2.949 726 3.835
pajak (juta Rp)
Profit margin (%) 6,27 2,66 0,51 2,72
35

Harta lancar perusahaan dari tahun 2007 mengalami penurunan per


Desember 2009 sebesar kurang lebih 50% (Tabel 8). Piutang usaha
cenderung menurun dari tahun ke tahun dengan penjualan yang terus
meningkat. Pada Desember 2009 piutang usaha hanya sebesar 21,6% turun
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 22,5%, artinya pembayaran
pelanggan cukup lancar. Pada tahun 2009 harta tetap perusahaan terlihat
mengalami peningkatan dari Rp 24.405 juta pada 2008 menjadi Rp 33.265
juta. Peningkatan ini terjadi dari pembelian tanah, bangunan, mesin dan
peralatan, kendaraan serta inventaris kantor sebesar + Rp 7 milyar. Hutang
lancar meningkat tidak terlalu signifikan yang berasal dari peningkatan
hutang usaha + sebesar Rp 1 milyar. Sementara hutang jangka panjang
menurun dari tahun ke tahun seiring dengan pembayaran angsuran pokok
pinjaman ke bank, dimana selama ini perusahaan selalu melaksanakan
kewajiban pembayaran dengan cukup baik dan tidak pernah menunggak.

Tabel 8. Neraca perusahaan (dalam juta rupiah)


Keterangan 2006 2007 2008 2009
Total harta lancar 19.275 33.608 29.048 29.082
Total harta tetap 15.063 21.621 24.405 33.265
Total hutang lancar 6.343 27.233 25.241 27.004
Total hutang jangka 12.353 9.632 8.742 11.662
panjang
Total modal 15.280 18.320 19.046 22.881
Total asset 34.338 55.229 53.453 62.347

B. Identifikasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal


Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan berupa
kekuatan dan kelemahan dan kondisi eksternal perusahaan yang meliputi
peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha,
selanjutnya diidentifikasi dan dievaluasi. Hasil analisis dituangkan dalam
Matriks IE untuk memetakan posisi perusahaan dan dengan matriks SWOT
akan dirumuskan alternatif strategi yang dapat diimplementasikan sesuai
posisi perusahaan.
36

Hasil identifikasi dan evaluasi terhadap faktor strategi internal kekuatan


dan kelemahan, serta faktor eksternal peluang dan ancaman dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Kekuatan
1) Kualitas tenaga kerja yang dimiliki
Mengolah sampah plastik adalah sebuah harga mutlak, karena
plastik tidak bisa diuraikan oleh tanah. Hal ini bisa mengurangi krisis
sampah plastik. Salah satunya adalah mengolah sampah plastik
menjadi biji plastik sehingga bisa dimanfaatkan kembali menjadi
produk yang bermanfaat. Untuk itu, seorang pekerja dalam perusahaan
harus memiliki kompetensi tinggi dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya secara optimal, agar dapat meningkatkan efektivitas
perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
Dengan jumlah tenaga kerja yang banyak serta tingkat pendidikan dan
keahlian yang memadai dalam mendukung proses produksi di PT.
MBC, merupakan sebuah kekuatan besar dalam menjamin
keberhasilan perusahaan untuk maju dan berkembang.
2) Kualitas produk yang baik
Menghasilkan produk bermutu merupakan langkah awal dalam
mengembangkan dan memelihara keunggulan produk dalam
persaingan bisnis. Mutu merupakan kesesuaian serangkaian
karakteristik produk dengan standar yang ditetapkan perusahaan
berdasarkan syarat, kebutuhan dan keinginan konsumen (Muhandri
dan Kadarisman, 2006). PT. MBC sendiri yang saat ini bergerak dalam
pengolahan botol/kemasan plastik menjadi keping plastik (flake)
menghasilkan PET Giling dan Popcorn. Produk plastik PET yang
dihasilkan sudah memenuhi ketentuan/standar, bersifat jernih, kuat dan
memiliki daya penahan gas dan kelembapan yang baik. Kemampuan
plastik ini untuk menampung karbon dioksida (karbonasi) membuatnya
ideal untuk digunakan sebagai botol-botol minuman ringan bersoda
atau botol air minum kemasan.
37

3) Penggunaan teknologi modern


Dukungan teknologi plastik modern sangat berpengaruh terhadap
peningkatan target pertumbuhan konsumsi plastik. Munculnya
teknologi daur ulang plastik yang lebih modern dapat diadopsi
perusahaan untuk meningkatkan produktivitasnya. Penelitian untuk
daur ulang plastik biasa dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah,
perguruan tinggi atau perusahaan plastik.
4) Sumber daya keuangan memadai
Sektor keuangan yang terdiversifikasi dengan baik, yang
memiliki bank maupun lembaga keuangan non-bank (LKNB) 1 yang
sehat merupakan kunci untuk mendukung tujuan pembangunan yang
telah diuraikan oleh Pemerintah Indonesia, yaitu peningkatan
pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja yang lebih luas, dan
perbaikan taraf hidup bagi rakyat Indonesia. Bank dan LKNB sama-
sama merupakan unsur kunci untuk sistem keuangan yang sehat dan
stabil, saling melengkapi dan menawarkan sinergi.
PT. MBC dalam menjalankan kegiatan perusahaan sebagian
besar bersumber dari bank. Perusahaan menjadi Debitur BNI Sejak
bulan Juni 2007 dengan Fasilitas KMK sebesar Rp 15 Milyar dan KI
sebesar Rp 5 Milyar. Hingga September 2009 posisi pinjaman PT
Mitra Bangun Cemerlang adalah (1) KMK Maksimum Rp 15 Milyar,
outstanding Rp 14.937.227.358 dengan mutasi rata-rata perbulan di
rekening Rp 1 80 juta atau 1,27% dari Maksimum fasilitas; (2) KI
Maksimum Rp 5 Milyar, outstanding Rp 2.275. 000.000 berjalan
sesuai dengan schedule dan akan lunas Juni 2011.
Selain itu, PT MBC memiliki pinjaman kendaraan di Bank BCA
dengan outstanding sebesar Rp 152.822.809 dan Rp 152.822. 809
yang berada dalam kolektibilitas golongan 1 (lancar). PT MBC
menjadi nasabah giran di Bank BCA dan Permata dengan aktivitas
terbesar di BCA. Rinciannya adalah (1) Bank BCA Rupiah dengan
saldo per 30 September 2009 sebesar Rp 238.370.722,38 dan mutasi
rata-rata per bulan sebesar Rp 4,7 Milyar; (2) Bank BCA USD dengan
38

saldo per 30 September 2009 sebesar USD 160.501,41 dan mutasi rata-
rata per bulan sebesar USD 670,000; (3) Bank Permata dengan saldo
per 30 September 2009 Rp 6.213.828. Disamping ada rekening a/n
pemilik sebagai rekening operasional PT. MBC yang berada di Bank
BCA.
Dari gambaran dana keuangan PT. MBC di atas, dapat
disimpulkan bahwa keuangan perusahaan cukup kuat untuk mendanai
operasional perusahaan.
5) Loyalitas karyawan tinggi
Faktor manusia merupakan faktor yang berperan penting dalam
melaksanakan proses pencapaian tujuan perusahaan, oleh karena itu
penting bagi perusahaan untuk selalu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) baik secara individu maupun sebagai tim kerja
dalam perusahaan. Prestasi kerja adalah salah satu tolak ukur kualitas
SDM, namun perusahaan sering dihadapkan masalah yaitu rendahnya
prestasi kerja karyawan, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi
kerja karyawan dan salah satunya adalah loyalitas karyawan. Loyalitas
merupakan suatu sikap yang timbul sebagai akibat keinginan untuk
setia dan berbakti baik itu pada pekerjaannya, kelompok, atasan
maupun pada perusahaannya, hal ini menyebabkan seseorang rela
berkorban demi memuaskan pihak lain atau masyarakat. Keinginan
seseorang untuk berbakti inilah yang membuat seseorang bekerja tanpa
menghiraukan besarnya imbalan tetapi yang lebih penting lagi ialah
hasil kerja yang menjadi prestasi kerjanya.

b. Kelemahan
1) Mesin-mesin yang sudah lama
Mesin-mesin yang sudah lama menyebabkan produktivitas
rendah. Hal ini dapat menyebabkan daya saing terhadap perusahaan
lain menurun. Perusahaan harus melakukan program restrukturisasi
mesin/peralatan industri untuk meningkatkan daya saing industri
dengan produktivitas dan peremajaan peralatan.
39

2) Tidak ada strategi yang jelas


Strategi dapat dikatakan suatu cara untuk mencapai sesuatu.
Tidak adanya strategi yang jelas menyebabkan perusahaan mengalami
kesulitan dalam merumuskan arah pengembangan jangka panjang
perusahaan. Dalam pendekatan strategi, masa lalu memberikan
pengalaman pembelajaran yang berguna untuk mensiasati masa depan
perusahaan. Misi yang komprehensif dan tegas akan memberikan
kejelasan kemana arah organisasi akan melangkah, dengan cara
bagaimana organisasi berjalan untuk mencapai tujuan-tujuannya di
masa depan.
3) Tidak ada regenerasi manajemen
Tidak diragukan lagi dalam suatu organisasi, unsur manusia
(man) merupakan unsur utama di luar unsur-unsur lainnya dalam
manajemen. Dari manusia lah unsur-unsur lain bersandar dan bergerak,
maka ketika tiada resources berupa manusia, maka proses administrasi
dalam arti luas atau manajemen khususnya tidak berjalan.
Manusia sebagai figur sentral dalam manajemen, merupakan
unsur yang harus dilestarikan atau dengan kata lain harus dijaga
ketersediaannya. Dalam hal ini ketersediaan akan kualitas maupun
kuantitasnya. Banyak organisasi yang sebelumnya powerfull tiba-tiba
kolaps dan mati ketika ketersediaan resources bernama manusia ini
tidak terpenuhi. Banyak organisasi mampu bertahan dalam himpitan
krisis moneter, suhu politik yang tidak bersahabat, atau tekanan dari
pihak luar organisasi karena memiliki sistem kaderisasi yang baik.
Salah satu indikator sehatnya suatu organisasi adalah ketika
terjadi peralihan generasi/regenerasi organisasi dapat berjalan seperti
kondisi sebelumnya, bahkan lebih. Regenerasi dapat didefinisikan
sebagai sutu perpindahan tongkat estafet dalam berorganisasi dari
generasi yang lebih senior ke generasi yang lebih junior. Dengan
definisi senior dan junior sebagai peristilahan yang luas, bisa dari sisi
usia, tahun masuk menjadi anggota dalam suatu organisasi dan
lainnya). Sedangkan kaderisasi merupakan suatu usaha yang dirintis
40

untuk mempersiapkan kader-kader penerus dalam suatu proses


regenerasi. Dengan kata lain proses regenerasi merupakan suatu hal
yang pasti terjadi bilamana suatu organisasi hendak dipertahankan,
tanpa melihat lebih dalam kualitas dari orang-orang yang terlibat
dalam proses regenerasi. Sedangkan kaderisasi cenderung kepada
proses regenerasi yang telah direncanakan sebelumnya, utamanya dari
sisi kualitas. Sistem Kaderisasi telah melihat hal-hal kedepan terkait
dengan resouces yang ada di organisasi, pos-pos mana yang harus
segera diisi dari kekosongan, termasuk didalamnya bagaimana
mencetak kader-kader yang handal serta terampil dan berpengetahuan
dalam menjalankan organisasi sesuai pos-nya kelak. Regenerasi dan
kaderisasi merupakan suatu term yang wajib dijadikan ingatan pertama
dan utama bagi bagian yang mengelola resource sumber daya manusia.
Padanyalah dipertaruhkan masa depan organisasi, keberlangsungan
atau hidup matinya.
Proses regenerasi bertujuan mentransfer kemampuan teknis
seperti teknik negosiasi (negotiation skill), pembuatan proposal
(proposing technique), dan membuat pertemuan yang efektif (effective
meeting). Selain kemampuan teknis, juga dilatih untuk
mengembangkan mental/pribadi organisatoris seperti bekerja dalam
tim (work in team), proaktif, kemampuan curah gagasan
(brainstorming), dan mendengarkan aspirasi (good listener). Dalam
PT. MBC sendiri dapat dikatakan tidak ada langkah konkrit dalam
meregenerasi manajemennya.
4) Kurangnya pendelegasian tugas
Organisasi perusahaan saat ini dinilai masih belum berjalan
secara profesional, dimana pemilik sepenuhnya memegang peran
dalam menentukan semua kebijakan operasional perusahaan. Kegiatan
produksi yang dijalankan dinilai kurang fokus, dimana pada saat
kegiatan produksi berjalan seringkali dibutuhkan suatu keputusan yang
harus diambil dilapangan, namun karena kurangnya pendelegasian
tugas, maka keputusan tersebut dapat terunda. Sementara itu bila posisi
41

kepala pabrik dipegang dan dijalankan oleh seorang yang profesional


dan bukan bagian dari pengurus perusahaan, maka kegiatan produksi
dapat berjalan lebih baik lagi.
5) Promosi produk yang lemah
Promosi merupakan ujung tombak dalam pemasaran produk,
dengan kegiatan promosi produk dapat sampai ke konsumen, karena
konsumen merupakan stakeholder utama yang menentukan suatu
bisnis bisa survive atau tidak. Promosi merupakan sebuah aktivitas
menawarkan produk atau jasa yang bertujuan menarik orang lain untuk
membeli, menggunakan atau bahkan hanya melirik produk atau jasa
yang ditawarkan (Triadi, 2005). Menurut Boyd, et al (2000), promosi
diartikan sebagai upaya membujuk orang untuk menerima produk,
konsep dan gagasan.
Program pemasaran yang biasa dikembangkan oleh suatu
perusahaan antara lain penggunaan iklan, penjualan pribadi, promosi
penjualan dan hubungan masyarakat. PT. MBC sendiri dalam aktivitas
promosi dirasa belum maksimal. Saat ini kegiatan promosi telah
dilakukan berupa penjualan produk langsung ke konsumen.

c. Peluang
1) Diversifikasi produk
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis,
mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan
menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic
dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali
dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis
thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik
yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
dalam bentuk thermoplastic. Produk akhir merupakan bahan baku
benang polyester sehingga perusahaan dapat mengembangkan usaha ke
arah produksi benang.
42

2) Pertumbuhan pasar yang sangat cepat


Pertumbuhan pasar yang sangat cepat disebabkan oleh semakin
terbukanya perdagangan dunia. Hal tersebut merupakan suatu peluang
bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan dengan cara
meningkatkan kapasitas produksi.
3) Terbukanya pemanfaatan limbah daur ulang
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan
pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu
menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku
impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian
kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia,
pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya
adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda,
misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau
ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan
adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang
seringkali terjadi di kota-kota besar.
Pemanfaatan limbah plastik yang semakin berkembang pesat saat
ini, ditambah dukungan teknologi yang modern, membuka peluang
bagi para pengusaha untuk melakukan pengembangan usaha dalam
memanfaatkan limbah daur ulang.
4) Pertumbuhan perumahan sebagai sumber bahan baku
Potensi limbah plastik sebagai bahan komoditas mulai disadari
para pelaku bisnis di Indonesia. Terbukti dengan munculnya industri-
industri daur ulang plastik di berbagai kota besar di Indonesia. Tidak
hanya membawa dampak positif bagi lingkungan, daur ulang plastik,
juga dapat membuka lapangan kerja baru, seperti tenaga sortir plastik,
tenaga giling, tenaga pengepakan sampai staf administrasi dan
keuangan.
Hanya saja industri ini sering terbentur kendala bahan baku
akibat belum adanya kebijakan dari pemerintah untuk mengikut
sertakan masyarakat sebagai konsumen untuk ikut berperan dalam daur
43

ulang sampah. Dengan semakin banyaknya proyek-proyek


pengembang untuk perumahan, secara tidak langsung akan
memberikan peluang dalam penyediaan bahan baku. Bila dapat
dikoordinir, sampah perumahan berupa plastik dapat dimanfaatkan
untuk pemenuhan bahan baku industri pengolahan limbah plastik.
5) Hubungan baik dengan pemasok bahan baku
Pemasok bahan baku untuk PT. MBC adalah supplier dari
berbagai daerah dan selama ini tidak mengalami masalah karena
kualitas hubungan dengan pihak-pihak terkait tersebut selama ini
terjalin dengan sangat baik.
d. Ancaman
1) Banyaknya pesaing baru
Industri plastik yang ada di hulu, sekitar 100 perusahaan lebih
banyak mendaur ulang sampah plastik. Industri plastik yang di hilir,
yang murni memproduksi aneka produk plastik, tercatat sekitar 4.000
perusahaan (www.antaranews.com). Untuk perusahaan sejenis yang
merupakan pesaing terdekat adalah PT. Sky Harvest yang berlokasi di
Pasar Kemis Tangerang. Untuk mengatasi kendala dalam pasokan
bahan baku terkait dengan persaingan, perusahaan memberikan mesin
press ke beberapa supplier perusahaan yang berada di Pekanbaru,
Surabaya dan kota besar lainnya, sehingga supplier memiliki
keterikatan dengan PT. MBC. Biaya untuk pembelian mesin press
tersebut nantinya dipotong dari bonus yang akan diperoleh supplier
dari setiap jumlah bahan baku plastik yang dikirim ke PT. MBC.
2) Tingginya posisi tawar konsumen
Dalam industri pengolahan limbah plastik, posisi tawar dari
pembeli cukup tinggi. Dalam hal ini pembeli dapat melakukan pilihan
produk serupa dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang
sejenis. Untuk itulah setiap perusahaan harus mempunyai strategi yang
baik untuk mendapatkan pelanggan. Hal ini bisa melalui mutu produk
yang baik, harga yang bersaing, pilihan produk yang cukup variatif dan
hubungan baik dengan pelanggan.
44

Kekuatan posisi tawar dari pembeli harus segera diantisipasi oleh


PT. MBC. Hal ini untuk menjaga loyalitas konsumen pengguna bahan
baku olahan plastik, di samping menjaga persaingan dengan
perusahaan sejenis. PET giling hasil olahan PT. MBC memiliki
kualitas yang hampir sama dengan beberapa produk yang ada di pasar,
tetapi harga produk dari PT. MBC ditawarkan lebih murah daripada
beberapa produk lainnya yang ada di pasar.
3) Perubahan selera konsumen
Konsumen semakin menyadari akan pentingnya gaya hidup
sehat. Munculnya isu tentang kelemahan kemasan plastik yang
berdampak negatif pada kesehatan menyebabkan konsumen mulai
melihat alternatif kemasan lain selain plastik. Hal ini menyebabkan
perusahaan harus lebih kreatif untuk dapat menciptakan produk plastik
dengan kualitas foodgrade dan degradable.
4) Munculnya isu lingkungan/polusi terhadap lingkungan
Limbah plastik merupakan masalah yang sudah dianggap serius
bagi pencemaran lingkungan, khususnya terhadap pencemaran tanah.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam penanganan limbah atau
sampah plastik ini adalah dengan mendaur ulang. Dalam
menyelesaikan semua isu yang berkenaan dengan manajemen sampah,
dibutuhkan sebuah pendekatan secara holistik yang memandang
keseluruhan sebagai sebuah sistem (Vesilind et al, 2003 dalam Pratiwi,
2009). Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang
terintegrasi, dimana seluruh elemen yang ada pada sistem turut
berpartisipasi aktif. Pengelolaan sampah plastik yang disusun dapat
berupa sebuah sistem terintegrasi dengan pendekatan ergonomi total,
yaitu integrasi antara ergonomi mikro dan makro. Integrasi keduanya
membawa kerangka kerja dalam mengoptimalkan kesesuaian antara
manusia, teknologi dan organisasional. Hasil yang akan diperoleh
antara lain sistem pengelolaan sampah plastik terintegrasi.
Dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui sosialisasi
melalui media poster maupun pemberian insentif, teknologi
45

pengolahan sampah plastik, fasilitas pendukung, pengolahan sampah


plastik, rancangan stasiun kerja yang mempertimbangkan faktor
ergonomis, serta sistem manajerial dengan memanfaatkan TPS sebagai
tempat pengolahan sampah, sedikit banyak akan menghilangkan isu
negatif dari kegiatan pengolahan sampah plastik.
5) Kebijakan pemerintah tentang impor bahan baku plastik
Potensi limbah plastik sebagai bahan komoditas mulai disadari
para perlaku bisnis di Indonesia. Hanya saja industri ini sering
terbentur kendala bahan baku akibat belum adanya kebijakan dari
pemerintah untuk mengikut sertakan masyarakat sebagai konsumen
untuk ikut berperan dalam daur ulang sampah. Pembuangan sampah
yang tercampur seperti yang berlaku di Indonesia saat ini dapat
merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa
dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi
bahan-bahan yang mungkin masih bisa didaur ulang.
Selain itu, adanya Permendag No. 58 tahun 2008 dimana plastik
dikategorikan sebagai limbah berbahaya, menghambat perkembangan
industri karena pasokan bahan baku domestik sangat terbatas (70%
dari kebutuhan). Untuk itu dibutuhkan pasokan tambahan dari luar dan
ini akan sulit dilakukan akibat adanya peraturan itu.

C. Analisis Kelayakan Usaha


Analisis kelayakan dari aspek keuangan dapat memberikan pemahaman
tentang laporan keuangan dan berbagai kriteria penilaian kelayakan investasi.
Kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan keuangan dalam
kajian ini adalah PBP, NPV, dan IRR.
Perhitungan analisis dilakukan berdasarkan data keuangan dari tahun
2006-2009. Tingkat diskonto yang digunakan adalah 14,25% yang merupakan
suku bunga bank pada saat kajian. Pendapatan yang digunakan dalam
perhitungan kelayakan ini adalah hasil penjualan bersih. Pengeluaran meliputi
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yang digunakan
46

meliputi kas dan bank, piutang bersih, persediaan, biaya dibayar di muka dan
harta tetap bersih.
Hasil perhitungan dari analisis kelayakan keuangan dapat dilihat pada
Tabel 9 dan secara lebih rinci di Lampiran 8.

Tabel 9. Hasil analisis keuangan PT. MBC


NPV IRR
Uraian PBP (tahun)
(juta Rp) (%)
Nilai 3,12 23.900,52 54,26

a. PBP
PT. MBC dalam berproduksi mempunyai nilai PBP 3,12 tahun
(sekitar 37 bulan), artinya perusahaan tersebut mampu mengembalikan
investasinya dari modal awal selama 3 tahun 1 bulan.
b. NPV
Nilai NPV yang dihasilkan adalah Rp 23.900,52 juta, artinya
perusahaan selama menjalankan usahanya mendapatkan keuntungan Rp
23.900.52 juta setelah dikurangi modal awal. NPV PT. MBC lebih dari 0,
hal ini menunjukkan bahwa PT. MBC menguntungkan dan layak
dilaksanakan.
c. IRR
Untuk penilaian IRR, menghasilkan nilai 54,26%, nilai tersebut lebih
tinggi jika dibandingkan dengan suku bunga bank pada saat kajian
(14,25%), sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan.

D. Perumusan strategi
a. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor
Evaluation (EFE)
Analisis matriks IFE dan EFE dilakukan terhadap faktor –faktor
strategis lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sehingga diperoleh
faktor-faktor kunci yang termasuk ke dalam kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman perusahaan. Skor yang diperoleh dari matriks ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan
47

mengatasi kelemahan yang dimiliki serta menunjukkan kemampuan dalam


meraih peluang dan mengatasi ancaman eksternalnya.
1) Matriks IFE
Skor setiap faktor kunci pada matriks IFE dihasilkan dari
perkalian antara bobot dan ratingnya. Dari hasil analisa terhadap
semua faktor kunci internal, yang menjadi kekuatan utama perusahaan
adalah kualitas tenaga kerja yang dimiliki dengan bobot sebesar 0,111
dan rating 4,000 sehingga diperoleh skor 0,444. Selain itu, faktor
kekuatan lain yang dapat dimanfaatkan perusahaan adalah sumber
daya keuangan memadai (0,422), kualitas produk yang baik (0,422),
penggunaan teknologi modern (0,317) dan loyalitas karyawan tinggi
(0,300).
Kelemahan utama perusahaan ini adalah promosi produk yang
lemah dengan bobot sebesar 0,072 dan rating 1,000 sehingga diperoleh
skor 0,072, diikuti tidak ada strategi yang jelas (0,083). Selain itu,
faktor kelemahan lain yang perlu mendapat perhatian adalah mesin-
mesin yang sudah lama (0,111), tidak ada regenerasi manajemen
(0,178) dan kurangnya pendelegasian tugas dengan skor 0,233. Secara
lebih rinci hasil perhitungan faktor strategi internal dapat dilihat pada
Tabel 10.

Tabel 10. Matriks IFE PT. MBC

Faktor Internal Bobot Rating Skor


(a) (b) (axb)
Kekuatan :
A. Kualitas tenaga kerja yang dimiliki 0,111 4,000 0,444
B. Kualitas produk yang baik 0,106 4,000 0,422
C. Penggunaan teknologi modern 0,106 3,000 0,317
D. Sumber daya keuangan memadai 0,106 4,000 0,422
E. Loyalitas karyawan tinggi 0,100 3,000 0,300
Kelemahan :
A. Mesin-mesin yang sudah lama 0,111 1,000 0,111
B. Tidak ada strategi yang jelas 0,083 1,000 0,083
C. Tidak ada regenerasi menajemen 0,089 2,000 0,178
D. Kurangnya pendelegasian tugas 0,117 2,000 0,233
E. Promosi produk yang lemah 0,072 1,000 0,072
Total 1,000 2,583
48

Dari hasil analisis perhitungan faktor-faktor internal didapatkan


total skor sebesar 2,583, nilai ini berada di atas rata-rata menunjukkan
posisi internal perusahaan cukup kuat, dimana perusahaan memiliki
kemampuan di atas rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan
mengantisipasi kelemahan internal.
2) Matriks EFE
Sama halnya dengan matriks IFE, skor setiap faktor kunci pada
matriks EFE dihasilkan dari perkalian antara bobot dan ratingnya.
Diversifikasi produk merupakan peluang utama dengan bobot 0,106 dan
rating 4,000 sehingga diperoleh skor sebesar 0,422. Faktor peluang lain
yang dapat bermanfaat dalam mendukung perkembangan perusahaan
adalah pertumbuhan pasar yang sangat cepat (0,400).
Sementara itu, faktor yang menjadi ancaman utama perusahaan
adalah adanya isu tentang polusi terhadap lingkungan dengan bobot
0,094 dan rating 2,000 sehingga diperoleh skor 0,189. Kebijakan
pemerintah (skor 0,244) juga merupakan ancaman yang harus
diwaspadai yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan di
masa yang akan datang. Secara lebih rinci analisa faktor strategi
eksternal dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks EFE PT. MBC


Bobot Rating Skor
Faktor Eksternal
(a) (b) (axb)
Peluang :
A. Diversifikasi produk 0,106 4,000 0,422
B. Pertumbuhan pasar yang sangat cepat 0,100 4,000 0,400
C. Terbukanya pemanfaatan limbah daur 0,100 3,000 0,300
ulang
D. Pertumbuhan perumahan sebagai sumber 0,111 3,000 0,333
bahan baku
E. Hubungan baik dengan pemasok bahan 0,100 2,000 0,200
baku
Ancaman :
A. Banyaknya pesaing baru 0,083 4,000 0,333
B. Tingginya posisi tawar konsumen 0,100 3,000 0,300
C. Perubahan selera konsumen 0,083 3,000 0,250
D. Polusi terhadap lingkungan 0,094 2,000 0,189
E. Kebijakan pemerintah tentang impor 0,122 2,000 0,244
bahan baku plastik
Total 1,000 2,972
49

Dari hasil analisis faktor strategi eksternal didapatkan total skor


matriks EFE sebesar 2,972. Nilai ini berada di atas rata-rata sebesar
2,500, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki strategi efektif yang
dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman/pengaruh
negatif eksternal.

b. Matriks IE
Penentuan posisi perusahaan yang menjadi dasar dalam menentukan
strategi pada matriks IE didasarkan pada hasil total nilai matriks IFE yang
diberi bobot pada sumbu x dan total nilai matriks EFE pada sumbu y
(David, 2006). Hasil analisa terhadap faktor kunci internal pada matriks
IFE didapatkan nilai sebesar 2,583 dan matriks EFE sebesar 2,972
(Gambar 6). Perpaduan dari kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa
strategi pemasaran terletak pada kuadran v, yaitu sel jaga dan pertahankan.
Alternatif strategi yang dapat diterapkan berupa penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan produk (David, 2006). Hasil
matriks IE selanjutnya digunakan untuk merumuskan alternatif strategi
dengan menggunakan matriks SWOT.

Total Skor Faktor Strategi Internal


Total Skor Faktor Strategi Eksternal

Kuat Rata-rata Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi I II III
2,583
3,0 2,972

Menengah IV V VI

2,0
Rendah VII VIII IX

1,0

Gambar 6. Matriks IE PT. MBC


50

c. Matriks SWOT
Pengembangan strategi pada matriks ini dilakukan sesuai hasil
matriks IE, dimana posisi perusahaan terletak pada kuadran V. Perpaduan
faktor strategi internal dan eksternal dilakukan dalam lingkup strategi
penetrasi pasar, pengembangan produk dan pasar. Berdasarkan hasil
analisis matriks IFE dan EFE maka dapat disusun matriks SWOT yang
akan menghasilkan empat tipe strategi yang dapat dilakukan, yaitu strategi
S-O, W-O, S-T dan W-T. Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel
12.

Strategi kekuatan – peluang (SO)


1. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produksi untuk
meningkatkan daya saing produk (S1,S2,S3,S4; O1,O2)
Dari hasil pengamatan di lapangan, daya saing produk PT MBC lebih
unggul dibanding perusahaan sejenis karena produk yang dihasilkan
sebagian besar berkualitas ekspor. Dengan memaksimalkan sumber
daya yang dimiliki dengan dukungan teknologi yang semakin canggih
dapat dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan mutu produk
dalam rangka peningkatan daya saing.
2. Menciptakan produk baru untuk memperpanjang daur hidup produk
sekaligus mengembangkan usaha (S1,S3,S4,S5; O1,O2,O3,O5)
Kekuatan dalam hal keterampilan yang dimiliki, kualitas produk,
sumber daya keuangan yang memadai dan didukung teknologi modern,
memungkinkan perusahaan untuk menciptakan produk baru dalam
rangka mengembangkan usaha. Pengembangan produk juga dalam
rangka memperpanjang daur hidup produk, yang berguna untuk
membantu unit usaha menilai perubahan yang terjadi baik pada
lingkungan internal maupun eksternal.
51

Tabel 12. Matriks SWOT PT. MBC


Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Internal 1. Kualitas tenaga kerja 1. Mesin-mesin yang
yang dimiliki sudah lama
2. Kualitas produk yang 2. Tidak ada strategi yang
baik jelas
3. Penggunaan teknologi 3. Tidak ada regenerasi
modern manajemen
4. Sumber daya keuangan 4. Kurangnya
memadai pendelegasian tugas
5. Loyalitas karyawan 5. Promosi produk yang
Faktor Eksternal tinggi lemah

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O


1. Diversifikasi produk a. Mempertahankan dan a. Meningkatkan kualitas
2. Pertumbuhan pasar meningkatkan kualitas SDM dan teknologi,
yang sangat cepat produksi untuk serta kemampuan
3. Terbukanya meningkatkan daya manajerial untuk
pemanfaatan limbah saing produk mengantisipasi
daur ulang (S1,S2,S3,S4; O1,O2) pertumbuhan pasar
4. Pertumbuhan b. Menciptakan produk (W1,W2,W4,W5,W6;
perumahan sebagai baru untuk memper- O1,O2,O3,O4)
sumber bahan baku panjang daur hidup b. Menjaga hubungan baik
5. Hubungan baik produk sekaligus dengan pemasok bahan
dengan pemasok mengembangkan usaha baku, sumber bahan
bahan baku (S1,S3,S4,S5; baku, serta memperluas
O1,O2,O3,O5) jangkauan distribusi dan
pemasaran (W3,W4;
O2,O3,O5)

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T


1. Banyaknya pesaing a. Membina dan a. Menciptakan lingkungan
baru meningkatkan kerja yang lebih kondusif
2. Tingginya posisi hubungan baik dengan agar dapat meningkatkan
tawar konsumen para pelanggan produktivitas
3. Perubahan selera (T1,T2,T3; S2,S5) (W2,W3,W4; T1,T2,T3)
konsumen b. Meningkatkan b. Meningkatkan citra
4. Polusi terhadap kemampuan produksi produk dan promosi
lingkungan dengan dukungan dalam mengantisipasi
5. Kebijakan teknologi modern untuk masuknya pesaing baru
pemerintah tentang merespon selera (W3,W4,W5; T1,T2,,T3
impor bahan baku konsumen, serta
plastik menekan tingkat polusi
lingkungan (S1,S2,S3,
S4;T2,T3,T4,T5)
52

Strategi kelemahan – peluang (WO)


1. Meningkatkan kualitas SDM dan teknologi, serta kemampuan manajerial
untuk mengantisipasi pertumbuhan pasar (W1,W2,W4,W5,W6; O1,O2,O3,O4)
Penerapan teknologi mutakhir dalam perusahaan pengolahan plastik
merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditolak agar mampu bertahan dan
bersaing dengan perusahaan lain. Peningkatan peralatan dan teknologi yang
modern harus dibarengi dengan peningkatan mutu SDM. Pembinaan dan
peningkatan SDM perlu terus menerus dilakukan untuk mengantisipasi
perkembangan jaman yang senantiasa menuntut perubahan yang terus
menerus dilakukan manajemen dengan tujuan akhirnya adalah menjawab
kebutuhan dari pelanggan yang semakin beragam pula. Jika pembinaan SDM
terus menerus dilakukan berarti akan mempengaruhi dalam peningkatan
kepuasan konsumen yang jika hal ini sebaliknya dilakukan, maka akan
berakibat pada penurunan kepuasan konsumen. Selain itu juga, peningkatan
kualitas SDM berbanding lurus terhadap tingkat produktivitas kerja di
perusahaan. Peningkatan SDM dapat dilakukan, diantaranya dengan
pelatihan, baik dilakukan secara internal di perusahaan maupun eksternal di
tempat-tempat pelatihan/kursus singkat atau tugas belajar di universitas.
2. Menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku, sumber bahan baku,
serta memperluas jangkauan distribusi dan pemasaran (W3,W4; O2,O3,O5)
Semakin kompetitif di pasar saat ini, mencari keuntungan kompetitif tidak
hanya untuk memperluas pengembangan usaha, adalah kunci bagi
kelangsungan hidup perusahaan juga penting. Pembayaran tepat waktu adalah
kunci menjaga hubungan baik dengan pemasok dan pasokan yang berlanjut.
Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah memelihara komunikasi yang
baik dengan pemasok atau rekanan sebagai mitra strategis yang berperan
menjamin ketersediaan pasokan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk
kelancaran operasi perusahaan, memberikan perlakuan yang sama terhadap
seluruh pemasok atau rekanan, serta bersikap jujur dan adil serta beretika
dalam berbisnis dengan pemasok atau rekanan. Dengan terciptanya hubungan
yang harmonis dengan para pemasok, maka akan terjamin dalam proses
produksi dan memungkinkan dapat memperluas daerah pemasaran.
53

Strategi kekuatan – ancaman (ST)


1. Membina dan meningkatkan hubungan baik dengan para pelanggan
(T1,T2,T3; S2,S5)
Konsumen merupakan aset berharga yang harus dijaga dan dipertahankan.
Dengan semakin banyakya perusahaan sejenis yang bermunculan
menyebabkan posisi tawar konsumen semakin kuat. Kekuatan bersaing
pembeli bisa bergerak dari posisi lemah sampai kuat. Pembeli berada dalam
posisi makin kuat jika biaya pindah ke penjual lain, merek lain, atau barang
substitusi tidak sulit dan murah. Untuk itu perlu dilakukan tindakan antisipasi
untuk menjaga hubungan baik dengan konsumen agar konsumen tetap loyal,
diantaranya dengan mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dan
bila perlu menghubungi customer secara langsung bila ada informasi atau
sesuatu yang baru dari produk yang dihasilkan. Juga dapat dilakukan strategi
lain, seperti membuat produk yang berbeda, sehingga pembeli tidak dapat
pindah ke penjual lain, memberikan harga yang lebih murah (diskon) pada
pembeli utama dengan jumlah pembelian yang besar, barang yang berkualitas
dan bergengsi, pemberian garansi dan hadiah, serta peningkatan kinerja yang
lebih sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Meningkatkan kemampuan produksi dengan dukungan teknologi modern
untuk merespon selera konsumen, serta menekan tingkat polusi lingkungan
(S1,S2,S3,S4; T2,T3,T4,T5)
Dengan memiliki tenaga kerja yang handal dan mampu menghasilkan produk
bermutu, serta didukung oleh teknologi modern, memungkinkan PT MBC
untuk meningkatkan kapasitas produksinya dengan tetap menjaga mutu
produk dan sesuai spesifikasi yang diharapkan konsumen, serta ramah
lingkungan, berbeda dengan produk pesaingnya.

Strategi kelemahan – ancaman (WT)


1. Menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif agar dapat meningkatkan
produktivitas (W2,W3,W4; T1,T2,T3)
Sistem pendelegasian tugas dan regenerasi manajemen harus ditingkatkan agar
lingkungan kerja menjadi nyaman, membuat tenaga kerja menjadi kerasan
untuk tetap bekerja di tempat itu, bahkan akan semakin giat lagi.
54

2. Meningkatkan citra produk dan promosi dalam mengantisipasi masuknya


pesaing baru (W3,W4,W5; T1,T2,T3)
Menjaga dan meningkatkan mutu produk sesuai spesifikasi yang diminta,
serta variasi produk yang khas, dapat membawa citra positif dan
meningkatkan brand image perusahaan.

d. Analisis Matriks QSP


Matriks QSP digunakan untuk menentukan strategi prioritas dari hasil
evaluasi dan analisis secara objektif alternatif strategi yang dihasilkan dari
matriks SWOT. Alternatif-alternatif strategi dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produksi untuk meningkat-
kan daya saing produk
2) Menciptakan produk baru untuk memperpanjang daur hidup produk
sekaligus mengembangkan usaha
3) Meningkatkan kualitas SDM dan teknologi, serta kemampuan manajerial
untuk mengantisipasi pertumbuhan pasar
4) Menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku, sumber bahan baku,
serta memperluas jangkauan distribusi dan pemasaran
5) Membina dan meningkatkan hubungan baik dengan para pelanggan
6) Meningkatkan kemampuan produksi dengan dukungan teknologi modern
untuk merespon selera konsumen, serta menekan tingkat polusi lingkungan
7) Menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif agar dapat
meningkatkan produktivitas
8) Meningkatkan citra produk dan promosi dalam mengantisipasi masuknya
pesaing baru

Berdasarkan hasil analisis dengan matriks QSP (Lampiran 7), strategi


yang paling tepat untuk diimplementasikan adalah meningkatkan kemampuan
produksi dengan dukungan teknologi modern untuk memenuhi permintaan
konsumen, dan menekan tingkat polusi lingkungan. Strategi ini mencapai nilai
daya tarik tertinggi di antara alternatif strategi lainnya (5,800). Alternatif
strategi yang dihasilkan dapat dikategorikan atas tiga kelompok besar, yaitu
manajemen, pemasaran dan produksi. Pengelompokkan kategori dilakukan
55

untuk memudahkan pihak-pihak terkait dalam melakukan antisipasi dan


perubahan yang dianggap perlu dalam meningkatkan kinerja, serta
merumuskan strategi yang harus diambil dan dapat diimplementasikan. Urutan
prioritas strategi serta pengelompokkan strategi dari hasil matriks QSP
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Urutan prioritas strategi berdasarkan matriks QSP pada PT. MBC
Total nilai Urutan Formulasi
Alternatif strategi
daya tarik prioritas strategi
Manajemen
Meningkatkan kualitas SDM dan 5,272 3 WO 1
teknologi, serta kemampuan manajerial
untuk mengantisipasi pertumbuhan pasar
Membina dan meningkatkan hubungan 5,244 5 ST 1
baik dengan para pelanggan
Menjaga hubungan baik dengan 4,922 7 WO 2
pemasok bahan baku, sumber bahan
baku, serta memperluas jangkauan
distribusi dan pemasaran
Pemasaran
Mempertahankan dan meningkatkan 5,374 2 SO 1
kualitas produksi untuk meningkatkan
daya saing produk
Meningkatkan citra produk dan promosi 5,256 4 WT 2
dalam mengantisipasi masuknya pesaing
baru
Menciptakan produk baru untuk 5,172 6 SO 2
memperpanjang daur hidup produk
sekaligus mengembangkan usaha
Produksi
Meningkatkan kemampuan produksi 5,800 1 ST 2
dengan dukungan teknologi modern
untuk merespon selera konsumen, serta
menekan tingkat polusi lingkungan
Menciptakan lingkungan kerja yang lebih 4,594 8 WT 1
kondusif agar dapat meningkatkan
produktivitas

Anda mungkin juga menyukai