Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN :

PNEUMONIA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

KEPERAWATAN ANAK

Yang dibina oleh Ibu Naya Ernawati, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh kelompok 6 :

1. Andini Robiatul M. (P17211191014)

2. Amelia Kusuma Purnamasari (P17211191017)

3. Tasya safarida santhi (P17211193032)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PENDIDIKAN PROFESI NERS

September 2020

1
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................4
1.3 Tujuan ..............................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Pneumonia..........................................................................5
2.2 Etiologi Pneumonia..........................................................................6
2.3 Patofisiologi Pneumonia...................................................................7
2.4 Tanda dan Gejala Pneumonia...........................................................8
BAB 3 KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian........................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………………….13
3.3 Intervensi Keperawatan…………………………………………….15
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................................18
4.2 Saran.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi
masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey
kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan penyebab
kematian no 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic 2001
menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.
Laporan dari WHO tahun 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian
akibat infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia (Anonim, 2003). Ada
berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan
kematian karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk risiko
besar), pneumonia yang terjadi pada masa bayi, bayi berat badan lahir rendah
(meningkatkan risiko), polusi udara (asap rokok atau polusi industri), asap
bakaran dari dapur (meningkatkan risiko), tingginya prevalensi kolonisasi bakteri
patogen di nasofaring.
Selain itu, orang yang mudah terkena pneumonia yaitu, peminum alkohol,
perokok, diabetes mellitus, penderita gagal jantung, penderita penyakit paru
obstruktif menahun (PPOK), gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu,
gangguan sistem kekebalan karena penyakit tertentu, gangguan sistem kekebalan
karena penyakitnya. Sedangkan pemberian ASI eksklusif mengurangi risiko
sakit, demikian pula pemberian suplement vitamin A, vaksinasi dan imunisasi
sejak dini pada balita dapat mengurangi resiko kematian (Anonim, 1985). Infeksi
saluran pernafasan merupakan penyakit yang menyebabkan kematian.
Pada umumnya yang meninggal karena pneumonia. Seringkali kematian itu
disebabkan oleh infeksi kuman Haemophilus sp, Influenza atau Streptococcus
aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas Sp, Virus missal virus influenza. Pneumonia

3
dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia. Manifestasi klinik
menjadi sangat berat pada pasien dengan usia yang sangat muda, manula, serta
pada pasien dengan kondisi kritis (Anonim, 2005). Antibiotik merupakan obat
antiinfeksi yang secara drastis telah menurunkan morbiditas dan mortilitas
berbagai penyakit infeksi, sehingga penggunaannya meningkat tajam. Sejalan
dengan itu antibiotik menjadi obat yang paling sering disalahgunakan, sehingga
akan meningkatkan resiko efek samping obat, resistensi dan biaya
(Sastramihardja dan Herry, 1997).
Ketidaktepatan diagnosis pemilihan antibiotik, indikasi, dosis, cara
pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi penyebab tidak akuratnya
pengobatan infeksi dengan antibiotik (Nelson, 1995). Untuk mencegah efek
samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan obat maka pemberian
obat oleh dokter atau penulisan resep harus didasarkan pada suatu seri tahapan
rasional (Sastramihardja dan Herry, 1997). Penggunaan obat yang rasional
merupakan suatu upaya yang penting dalam rangka pemerataan obat dan
keterjangkauannya oleh masyarakat. Proses pemilihan yang senantiasa dilakukan
secara konsisten mengikuti standar baku akan menghasilkan penggunaan obat
sesuai dengan kriteria kerasionalannya (Sastramihardja dan Herry, 1997).
B. Perumusan Masalah
1. Apa defisini pneumonia?
2. Bagaimana etiologi dan patofisiologi pneumonia?
3. Bagaimana tanda gejala atau manifestasi klinis dari pneumonia?
C. Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui definisi dari pneumonia, etiologi, patofisiologi, dan
manifestasi klinisnya.

4
BAB II

Tinjauan Teori

2.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang terjadi pada bagian parenkim paru.


Umumnya, pneumonia terjadi pada musim dingin dan awal musim semi. Pneumonia
sering menyerang anak-anak terutamanya bayi dan toddler. Pada anak yang
mengalami pneumonia berulang, perlu dilakukan evaluasi apakah terdapat penyakit
paru kronis seperti asma atau sistik fibrosis. Komplikasi yang mungkin terjadi antara
lain adalah: bakteremia, efusi pleura, emfisema, abses paru dan pneumothoraks.

Manajemen terapeutik pada anak dengan pneumonia ringan diantaranya


adalah : pemberian antipiretik, hidrasi yang adekuat, dan observasi secara ketat.
Meskipun, pada pneumonia ringan dapat dilakukan perawatan dirumah, namun untuk
pneumonia yang lebih berat dianjurkan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Seperti pada anak yang menunjukkan gejala takipnea, retraksi, intake tidak adekuat,
dan letargis maka perlu mendapatkan penanganan medis di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan oksigen, cairan melalui intravena dan terapi antibiotik.

2.2 Etiologi

Tanda serta gejala yang sering dijumpai pada pneumonia adalah demam,
batuk berdahak (lendir kehijauan atau nanah), nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala,
nafsu makan berkurang, kekakuan sendi, kekakuan otot, kulit lembab, batuk berdarah.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau
mikroplasma (bentuk pemeliharaan antara bakteri dan virus). Bakteri yang umum
adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Klebsiella sp,
Pseudomonas sp, Virus misal virus influenza. Bentuk–bentuk pneumonia yaitu:

1.Virus Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut (ISPBA) pneumonia


diperkirakan sebagian besar disebabkan oleh virus. Meski virus-virus ini kebanyakan
menyerang saluran pernafasan bagian atas, terutama pada anak-anak gangguan ini

5
bisa memicu pneumonia. Sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh
dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan bahkan dapat menyebabkan kematian, virus yang akan
menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang
dipenuhi cairan. Gejala pneumonia oleh virus sama saja dengan influenza yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri diseluruh tubuh dan letih, lesu, selama 12 -
13 jam, nafas jadi sesak, batuk hebat dan menghasilkan sejumlah lendir.

2.Mikoplasma

Jenis penyebab pneumonia ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila
dibandingkan pneumonia pada umumnya, oleh karena itu pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus belum ditemukan, ini sering juga disebut pneumonia yang tidak
tipikal (Atypical pneumonia). Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang
menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia jenis ini
biasanya tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia muda. Angka
kematian yang sangat rendah, bahkan juga ada yang tidak diobati. Gejala yang paling
sering adalah batuk berat, namun sedikit berlendir. Demam dan menggigil hanya
muncul di awal, dan pada beberapa pasien biasanya mual dan muntah. Rasa lemah
baru hilang dalam waktu lama.

3.Bakteri

Pneumonia bakteri adalah infeksi akut parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri. Pneumonia dipicu bakteri biasanya menyerang siapa saja (dari bayi sampai
usia lanjut). Pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan penyakit
gangguan pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya
paling beresiko menderita penyakit pneumonia. Sebenarnya bakteri penyebab
pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuhnya menurun karena sakit, usia
tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

6
Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui aliran darah. Pasien yang terinfeksi pneumonia memiliki cirri-ciri
yaitu: tubuhnya panas tinggi, berkeringat, nafas terengah-engah, dan denyut
jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh
kekurangan O2. Pada kasus yang parah, pasien akan menggigil, gigi bergemelutuk,
sakit dada dan kalau batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Pneumonia, selain
merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi di masyarakat (Community Acquired
Pneumonia), juga sering terdapat di rumah sakit (Hospital Acquired Pneumonia =
pneumonia nosokomial). Perbedaan keduanya, terletak pada etiologi dan
pengelolaannya. Pada dasarnya kedua pneumonia ini dapat disebabkan oleh semua
bakteri. Bakteri yang pada umumnya menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia
(80%), Staphylococus aureus, Hemophyllus influenza, Respiratory Syncial Virus
(RSV). Sedangkan pada bakteri-bakteri seperti E. coli, Klebsiella sp, Proteus sp
merupakan penyebab pneumonia nosokominal yang resisten terhadap antibiotik yang
beredar di rumah sakit. Antibiotik yang resisten yaitu Sefalosporin (Klebsiella sp dan
E. coli), ampisilin (E. coli, Staphyllococcus aureus, H. influenza), penisilin
antipseudomonas dan tetrasiklin.

4.Pneumonia

Jenis Lain Pneumonia jenis lain termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis
Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur. PCP biasanya menjadi
tanda awal serangan penyakit pada pasien penderita HIV/AIDS. PCP bisa diobati
pada banyak kasus. Bila saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian,
namun pengobatan yang baik akan mencegah kekambuhan. Pneumonia lain yang
lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan gas, debu, maupun jamur.

2.3 Patofisiologi

Pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri, mucus stasis merupakan hasil
dari pembengkakan vascular. Sel debris (eritrosit, neutrophil, dan fibrin) terakumulasi
pada alveolar. Peradangan pada alveolus menyebabkan atelectasis, yaitu kadar

7
oksigen dalam paru menurun, sehingga proses pertukaran gas menjadi
terganggu.sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh virus, mengakibatkan reaksi
peradangan pada dinding alveolus. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh masuknya
makanan, cairan ataupun substansi asing lain ke dalam bronkiolus, pneumonia jenis
ini yang sering menyebabkan kekambuhan pada anak-anak dan umumnya dapat pula
mengakibatkan GERD. Infeksi bakteri sekunder sering terjadi menyertai aspirasi
pneumonia dan yang disebabkan oleh virus, yang membutuhkan terapi antibiotik.

Pneumonia adalah peradangan yang terjadi pada bagian parenkim paru.


Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respon inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear dia
alveoli yang diikuti infiltrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto thoraks. Virus, makoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrate mononuclear pada struktur
submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel kedalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

2.4 Tanda dan Gejala

Gejala yang timbul saat seseorang mengalami pneumonia sangat bervariasi.


Hal ini sangat tergantung pada penyebab, tingkat keparahan penyakit, serta usia dan
kondisi kesehatan penderita secara umum. Gejala tersebut dapat berkembang secara
tiba-tiba atau perlahan selama 24–48 jam.

Variasi gejala pneumonia bisa mulai dari gejala yang ringan, seperti flu, hingga
gejala yang sedang atau berat, seperti:

 Demam
 Batuk kering, batuk berdahak kental berwarna kuning dan hijau, atau batuk
berdarah
 Sesak napas
 Berkeringat

8
 Menggigil
 Nyeri dada ketika menarik napas atau batuk
 Mualatau muntah
 Diare
 Selera makan menurun
 Lemas
 Detak jantung meningkat

Pneumonia bisa menyerang siapa saja. Meski begitu, lansia di atas 65 tahun dan
anak-anak usia kurang dari 2 tahun lebih rentan terkena pneumonia yang berat.

Pada lansia, pneumonia belum tentu menimbulkan gejala demam, malah sering
kali menyebabkan penurunan suhu tubuh hingga <37°C. Penderita pneumonia berusia
lanjut juga bisa mengalami penurunan kesadaran yang gejalanya tampak seperti
bingung atau kurang waspada.

Sedangkan pneumonia pada bayi dan anak-anak, selain keluhan dan gejala di atas,
bisa menimbulkan gejala berupa lemas, rewel, napas yang cepat (takipnea), napas
berbunyi atau mendengkur, sulit bernapas, adanya tarikan (retraksi) otot-otot leher,
dada, dan perut disertai usaha yang berat untuk bernapas, serta terkadang bibir dan
ujung-ujung jarinya membiru (sianosis).

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. biodata, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, tanggal
lahir, tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnose medis.
b. keluhan utama : merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat
pengkajian. Biasanya sesak nafas disertai sianosis.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari riwayat keluhan utama. Biasanya sesak
nafas, sianosis, demam tinggi, batuk dan disertai riwayat kejang demam.
- Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama atau
memiliki riwayat penyakit sebelumnya, seperti : lahir prematur,
malnutrisi, perokok pasif, memiliki kondisi bawaan seperti
kardiopulmonal, system imun rendah dan gangguan pada system saraf
(riwayat terjadi aspirasi).
- Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang menderita ISPA dan anggota
keluarga yang pernah menderita pneumonia.
d. Riwayat tumbuh kembang, meliputi:
- Masa prenatal, internatal dan postnatal
- Riwayat keluarga
- Riwayat social (pengasuh, hubungan dengan anggota keluarga, hubungan
dengna teman sebaya, pembawaan umum, dan lingkungan rumah)

10
- Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas
b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan pneumonia
c. Kepala dan rambut : umumnya tidak ada kelainan
d. Mata : konjungtiva dapat ditemukan anemis
e. Hidung : adanya pernafasan cuping hidung
f. Telinga : tidak ditemukan kelainan
g. Mulut : tidak ditemukan kelainan
h. Leher : tidak ditemukan kelainan
i. Dada/thorak : adanya penggunaan otot bantu nafas, adanya
tarikan dinding dada keatas dan kebawah, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terinfeksi, dengan perkusi didapatkan suara dullness,
dengan auskultasi didapatkan suara ronki, frekuensi napas meningkat.
j. Ekstremitas atas : sianosis
k. Perut : tidak ditemukan kelainan
l. Punggung : tidak ditemukan kelainan
m. Ekstremitas bawah : tidak ditemukan kelainan
n. Integument : turgor menurun apabila anak dehidrasi
c. Pengukuran antropometri, meliputi :
- Berat badan
- Tinggi badan
- Lingkar kepala
- Lingkar dada
- Lingkar lengan atas
d. Riwayat imunisasi : mengkaji riwayat imunisasi yang telah didapatkan dan
pada usia berapa.
e. Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi :
- Oksigen, mengkaji kebutuhan oksigen anak dan jumlah yang dibutuhkan
sehubungan dengan sesak yang dirasakan.

11
- Cairan, menghitung kebutuhan cairan dan balance cairan. Klien biasanya
mengalami penurunan produksi urine akibat perpindahan cairan melalui
proses evaporasi karena demam.
- Nutrisi, menghitung kebutuhan kalori dan nafsu makan anak.
- Eliminasi urine, mengkaji volume urine, warna, frekuensi dan cara BAK.
- Eliminasi alvi, mengkaji volume feses, warna, konsistensi, dan frekuensi.
- Tidur, mengkaji jumlah jam tidur dan kualitas tidur. Biasanya anak sulit
tidur karena sesak napas, terbangun malam hari karena ketidaknyamanan.
- Psikososial, mengkaji hubungan orang tua dengan anak. Biasanya anak
tampak murng dan selalu ingin dekat dengan orangtuanya sebagai akibat
dari proses sakitnya.
f. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : hipertensi
- Nadi : takikardi
- RR : takipnea
- Suhu : hipertermi
g. Pemeriksaan tingkat perkembangan (KPSP), data pengkajian pola tumbuh
kembang sesuai usia dengan melampirkan KPSP
h. Data penunjang, berupa hasil pemeriksaan penunjang. Biasanya dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa :
- Pemeriksaan darah, yang menunjukkan adanya leukositosis dengan
predominan PMN.
- Pemeriksaan radiologis, dapat memberikan gambaran yang
bervariasi,diantaranya : bercak konsolidasi merata pada
bronkopneumonia, bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris,
gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrate interstesialis pada
pneumonia stafilokok.
- Pemeriksaan cairan pleura
- Pemeriksaan mikrobiologik, melalui specimen swab test, sekresi
nasofaring,dan aspirasi trakea.

12
3.2 Diagnosa Keperawatan

1. (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan


membrane alveolus-kapiler ditandai dengan PCO2 meningkat, PO2 menurun,
takikardia, bunyi napas tambahan, sainosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping
hidung, pola napas abnormal, warna kulit abnormal, dan penurunan
kesadaran.
2. (D.0001) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas ditandai dengan sputum berlebih, batuk tidak efektif, ronkhi,
gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah.
3. (D.0130) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal, kejang,takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
4. (D.0056) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat, tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat, sianosis.

3.3 Rencana Keperawatan

1. (L.01003) setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pertukaran


gas meningkat. Dengan kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran cukup meningkat
- Bunyi napas tambahan menurun
- Gelisah menurun
- Diaphoresis menurun
- Napas cuping hidung menurun
- PCO2 membaik
- PO2 membaik
- Takikardia membaik
- Sianosis membaik

13
- Pola napas membaik
2. (L.01001) setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan bersihan
jalan napas meningkat. Dengan kriteria hasil :
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Ronkhi menurun
- Sianosis menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik
3. (L.14134) setelah dilakukan intervensi keperawatan maka diharapkan
termoregulasi membaik. Dengan kriteria hasil :
- Kejang menurun
- Pucat menurun
- Takikardi menurun
- Takipnea menurun
- Hipoksia menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
- Tekanan darah membaik
4. (L.05047) setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka diharapkan
toleransi aktivitas meningkat. Dengan kriteria hasil :
- Saturasi oksigen meningkat
- Perasaan lemah menurun
- Warna kulit membaik
- Tekanan darah membaik
- Frekuensi napas membaik

14
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Pemantauan Respirasi (1.01014)
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan kepatenan jalan
napas dan keefektifan pertukaran gas
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas (takipnea)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputu
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
2. Manajemen Jalan Napas (1.01011)
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi napas tambahan (ronkhi)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
- Berikan oksigen
Edukasi

15
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian ekspektoran
3. Manajemen Hipertermia (1.15506)
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor haluaran urine
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin)
- Hindari pemberian antipiretik dan aspirin
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit melalui intravena
4. Manajemen Energi (1.05178)
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan
Observasi
- Monitor pola jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

16
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1.Pneumonia lobaris
2.Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3.Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian
bawah yangterbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah
sakit dan seringmenyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah
yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan
pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan
penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.
Pneumonia adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia
dibedakan menjadi dua berdasarkan tempat didapatkannya kuman, yaitu pneumonia
komuniti dan pneumonia nosokomial. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumonia sendiri
menurut Riskesdas 2013, menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama di
Indonesia, yaitu sebesar 2,1%. Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada
riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks
terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala.
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan
antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik
bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan
tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif
perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.

18
4.2 Saran
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan inidisebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam parumerupakan ketidak seimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit. Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga
daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai