Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN BABI BALI

UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT


PERDESAAN DI KECAMATAN NUSA PENIDA, PROVINSI BALI

B.R.T. Putri, N.Suparta, dan NLG Sumardani


Fakultas Peternakan Universitas Udayana,Denpasar
tanamaputri@unud.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode survey, yang bertujuan untuk 1) memilih wilayah
basis bagi pengembangan usaha peternakan babi bali di Bali, 2) menyusun alternatif strategi
yang tepat dalam pengembangan usaha peternakan babi bali, 3) merekomendasikan strategi
prioritas dalam pengembangan usaha peternakan babi Bali untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat di perdesaan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung. Daerah penelitian ditentukan berdasarkan analisis LQ sesuai dengan potensi
wilayah dalam pengembangan usaha peternakan babi bali. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari 50 orang responden peternak dan 6 orang responden ahli. Pengambilan
data dilakukan dengan metode wwancara menggunakan kuesioner, wawancara yang
mendalam, observasi, serta penelusuran literature dan dokumen terkait. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini dianalisis menggunakan: analisis LQ, analisis IE, analisis SWOT, dan
analisis QSPM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima alternative strategi yang
ditawarkan bagi pengembangan usaha peternakan babi bali untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat, yaitu: 1) melakukan pelatihan manajemen usaha peternakan babi bali; 2)
Mengaplikasikan konsep desa wisata; 3) membangun jejaring pemasaran; 4) membangun
kelompok usaha ternak babi bali; 5) meningkatkan jiwa wirausaha peternak; 6) intensifikasi
kegiatan penyuluhan peternakan. Strategi prioritas yang direkomendasikan dalam penelitian
ini adalah mengaplikasikan konsep desa wisata.

Kata kunci: babi bali, wilayah basis, alternatif strategi, strategi prioritas

ABSTRCT
This is a survey research method, which aims to 1) select the base area for the development of
Bali pig farm business, 2) to formulate appropriate alternative strategy in the development of
pig farming, 3) recommend the priority strategy in the development of Bali pig farm business
to increase economy in rural communities. This research was conducted in Nusa Penida Sub-
district, Klungkung Regency. The research area is determined based on LQ analysis in
accordance with the potential area in the development of pig farming business. Respondents
used in this research consisted of 50 respondents of bali pig farmers and 6 expert respondents.
The data were collected using questionnaire method, in-depth interview, observation, literature
and related documents. Data obtained in this study were analyzed using: LQ analysis, IE
analysis, SWOT analysis, and QSPM analysis. The results of this study indicate that there are
five alternative strategies offered for the development of pig farming business to improve the
economy of the community, namely: 1) undertake training management of pig farming
business; 2) Applying village tourism concept; 3) build marketing network; 4) establishing a
bali pig farming group; 5) improving the entrepreneurial spirit of the farmers; 6) intensification
of livestock extension activities. The priority strategy recommended in this research is applying
the concept of tourism village.

Keywords: bali pig, base area, alternative strategy, priority strategy


PENDAHULUAN
Provinsi Bali dengan mayoritas penduduk beragama hindu, memiliki keterkaitan yang
erat dengan konsumsi daging babi, baik sebagai konsumsi harian maupun untuk upakara. Pulau
Bali dikenal memiliki beraneka ragam kuliner khas yang berbahan dasar daging babi, salah
satunya babi guling. Babi Bali yang merupakan salah satu plasma nutfah yang dimiliki oleh
Provinsi Bali, merupakan babi tipe lemak yang sangat potensial untuk dijadikan babi guling.
Jumlah populasi babi Bali di Bali berturut-turut dari tahun 2011-2015 sebanyak 272.528 ekor,
284.531 ekor, 253.841 ekor, 244.673 ekor, dan 215.321 ekor dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 1,21% pertahun (BPS Provinsi Bali, 2016).
Tingginya permintaan akan babi guling baik sebagai sarana upakara, maupun untuk
konsumsi masayarakat dan wisatawan merupakan peluang emas yang perlu diperhatikan oleh
peternak. Namun demikian, profil usaha peternakan babi Bali yang ada di Bali pada saat ini
masih bersifat tradisional dengan manajemen pemeliharaan yang sangat sederhana. Oleh
karena itu, untuk memenuhi tingginya permintaan babi Bali maka diperlukan suatu strategi
usaha yang tepat, bagi pengembangan usaha serta pemasarannya. Selain itu perlu juga
diperhatikan kondisi dari masing-masing Kabupaten di Provinsi Bali, sehingga dapat
ditentukan Kabupaten/daerah yang potensial dalam pengembangan usaha peternakan babi Bali.
Penelitian ini bertujuan untuk memilih wilayah basis bagi pengembangan usaha
peternakan peternakan babi bali, untuk selanjutnya disusun strategi pengembangan usaha yang
tepat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan.

METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klungkung, dengan fokus penelitian di
Kecamatan Nusa Penida. Lokasi penelitian ditentukan menggunakan analisis Location
Quotient (LQ), yang bertujuan untuk menganalisis daerah basis dan potensial untuk
pengembangan usaha peternakan babi bali. Pengambilan data dilakukan selama tiga bulan,
yaitu dari bulan Agustus sampai bulan Oktober 2017. Sebanyak 50 orang peternak dipilih
secara acak sebagai responden dalam penelitian ini, dan 6 orang responden ahli dipilih dengan
metode purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan observasi di daerah
penelitian. Data skunder diperoleh dengan cara penelusuran literatur dan dokumen terkait.
Analisis LQ digunakan untuk menganalisis kondisi suatu wilayah, apakah wilayah
tersebut merupakan sector basis atau non basis. Menurut Gibson et al (1991) dan Hendayana
(2003), analisis LQ dirumuskan sebagai berikut:
𝑣𝑖⁄
𝑣𝑡
𝐿𝑄 = 𝑉𝑖⁄
𝑉𝑡

Dimana:
vi = Populasi babi bali Kabupaten
vt = Populasi babi ras Kabupaten
Vi = Populasi babi bali di Provinsi Bali
Vt = Populasi babi ras di Provinsi Bali

Kriteria keputusan:
1. Apabila nilai LQ suatu Kabupaten ≥ 1, maka Kabupaten tersebut merupakan sektor
basis
2. Apabila nilai LQ suatu Kabupaten ≤ 1, maka Kabupaten tersebut merupakan sektor non
baisis

Kondisi lingkungan usaha peternakan babi bali ditentukan berdasarkan Analisis Faktor
Internal dan Analisis Faktor Eksternal, sehingga diperoleh faktor-faktor kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan usaha peternakan babi bali.
Masing-masing faktor dinilai bobot dan peringkatnya menggunakan metode Paired
Comparison (Kinnear dan Tylor, 1996). Menurut David (2002), penentuan peringkat dianalisa
berdasarkan tingkat kepentingan masing-masing faktor, dengan skala 1 ( rendah / poor ), 2 (
sedang / average ), 3 ( tinggi / above average), 4 ( sangat tinggi / superior ).
Menurut Rangkuti (2002), alternatif strategi dianalisa menggunakan analisis Strengths-
Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) dengan membandingkan antara faktor-faktor
internal dan eksternal sehingga diperoleh alternative strategi yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan meminimalkan kelemahan, untuk mengambil peluang serta menghindari
ancaman yang ada. Strategi prioritas dipilih dengan menggunakan metode Quantitative
Strategic Planning Matric (QSPM).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Wilayah Basis Pengembangan Usaha Peternakan Babi Bali di Bali
Berdasarkan analisis LQ yang telah dilakukan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung merupakan wilayah basis dalam pengembangan usaha peternakan babi bali di Bali.
Kabupaten klungkung memiliki nilai LQ sebesar 1,38 tertinggi dibandingkan dengan nilai LQ
kabupaten lainnya di Bali (Gambar 1).
1.6

1.4 SIMPULAN
1.38
1.2
UCAPAN TERIMA KASIH
1 1.12 1.12
0.96 DAFTAR PUSTAKA
0.8

0.6
0.56
0.4
0.36
0.2 0.26
0.11 0.18
0
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar

Gambar 1. Analisis LQ usaha peternakan babi bali di Bali


Terdapat empat kecamatan di Kabupaten Klungkung, yaitu Kecamatan Klungkung,
Dawan, Banjarangkan dan Nusa Penda, yang memiliki karakteristik wilayah yang berbeda.
Berdasrakan analisis LQ, ditemukan bahwa wliayah Kecamatan Nusa Penida merupakan
wilayah basis dalam pengembangan usaha peternakan babi bali, dengan nilai LQ 1,26
(Gambar 2).
1.4

1.2 1.26
1

0.8
0.75
0.6

0.4

0.2
0 0.04
0
Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan

Gambar 2. Analisis LQ usaha peternakan babi bali di Kabupaten Klungkung

Kondisi Usaha Peternakan Babi Bali


Berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal dengan melakukan survai, observasi,
indepth interview, dan studi literatur, dapat ditentukan faktor-faktor kekuatan-kelemahan-
peluang-dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan usahappeternakan babi bali di Bali
(Tabel 1 dan Tabel 2).
Tabel 1. Penentuan Rating dan Skor Faktor-Faktor Internal

Faktor Penentu Bobot Rating Skor


Faktor Kekuatan
Babi bali merupakan plasma nutfah asli bali 0.13 3 0.40
Nusa penida telah dikenal luas sebagai daerah penghasil babi
0.08 4 0.31
bali
Kegiatan usaha peternakan babi bali sudah menjadi budaya di
0.08 3 0.23
masyarakat
Usaha peternakan terintegrasi dengan perkebunan dan industri
0.20 4 0.80
rumah tangga pengolahan minyak kelapa
Tahan terhadap lingkungan yang ekstrim 0.18 4 0.71
Memiliki cita rasa yang khas dan sangat cocok untuk babi
0.16 4 0.62
guling
Sub Total 3.08

Faktor Kelemahan
Usaha peternakan dilakukan secara konvensional tanpa
0.01 3 0.03
sentuhan teknologi
Skala usaha kecil dengan permodalan yang lemah 0.01 1 0.01
Belum mampu memenuhi kontinuitas ketersediaan produk 0.08 3 0.23
Lokasi peternakan jauh dengan pasar/konsumen 0.08 2 0.16
Sub Total 0.43
TOTAL 2.64

Berdasarkan analisis internal usaha yang telah dilakukan, diperoleh total skor faktor kekuatan
sebesar 3,08 dan total skor faktor kelemahan sebesar 0,43. Secara total usaha peternaakan babi
bali yang ada di Nusa Penida memiliki internal skor sebesar 2,64 yang menunjukkan bahwa
kegiatan usaha peternakan babi bali berada pada kondisi yang sedang.

Tabel 2. Penentuan Rating dan Skor Faktor-Faktor Eksternal

Faktor Penentu Bobot Rating Skor


Faktor Peluang
Tingginya permintaan babi bali sebagai bahan baku babi guling 0.26 4 1.05
Babi bali mulai mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah
0.17 4 0.67
dan akademisi
Mayoritas wisatawan yang datang ke Nusa Penida memiliki
0.26 4 1.05
ketertarikan akan alam, serta adat dan budaya masyarakat lokal
Mulai bermuculan villa dan restaurant yang menghasilkan
0.17 4 0.67
limbah dapur sebagai pakan ternak babi
Sub Total 3.43
Faktor Ancaman
Sulitnya transportasi untuk pengiriman ternak ke luar pulau 0.02 2 0.05
Tinggginya tingkat pengalihfungsian lahan sebagai villa/restoran 0.10 2 0.19
Adanya keluahan dari pemilik villa akan keberadaan babi bali
0.02 3 0.07
yang dibiarkan berkeliaran dan dapat merusak bangunan villa
Sub Total 0.31
TOTAL 3.12

Berdasarkan analisis eksternal usaha yang telah dilakukan, diperoleh total skor faktor
peluang sebesar 3,43 dan total skor faktor ancaman sebesar 0,31. Secara total usaha
peternaakan babi bali yang ada di Nusa Penida memiliki eksternal skor sebesar 3,12 yang
menunjukkan bahwa usaha peternakan babi bali berada pada lingkungan industri yang
memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi dan potensial untuk dikembangkan.
Hasil analisis faktor internal dan eksternal yang telah diperoleh, selanjutnya dimasukkan
kedalam matriks IE (Gambar 3) untuk menentukan posisi usaha peternakan babi bali di dalam
industry.

Gambar 3. Matriks Internal Eksternal Usaha Peternakan Babi Bali

Usaha peternakan babi bali berada pada sel II matriks IE, yaitu sel tumbuh dan bina
dengan kondisi internal sedang dan pertumbuhan industry yang tinggi. Untuk mampu
mengambil peluang-peluang yang ada, maka perlu disusun suatu strategi pengembangan usaha
yang berfokus pada upaya-upaya penguatan kondisi internal usaha.
Alternatif Strategi
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan alternative
strategi dalam upaya pengembangan usaha peternakan babi bali sebagai berikut:
1. Melakukan pelatihan manajemen usaha peternakan babi bali
Pemahaman peternak tentang penerapan manajemen usaha peternakan yang baik,
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam upaya pengembangan usaha peternakan
babi bali. Kondisi saat ini, usaha peternakan babi bali yang dilakukan oleh masyarakat masih
menerapkan pola konvensional. Ternak babi tidak dikandangkan, serta diberikan pakan
seadanya yang berasal dari limbah industry pengolahan minyak kelapa dan limbah pertanian
lainnya, tanpa pemberian pakan tambahan lainnya. Ternak babi tumbuh dengan lambat, b
bobot 80kg baru bisa tercapai pada umur ± 1 tahun. Dengan penerapan manajemen
pemelharaan yang baik, maka diharapkan usaha peternakan babi bali dapat berjalan dengan
lebih efisien.
2. Mengaplikasikan konsep desa wisata
Kecamatan Nusa Penida terletak di Pulau Nusa Penida, yaitu sebuah pulau kecil yang
terletak di sebelah tenggara Pulau Bali. Nusa penida sangat dikenal sebagai objek wisata
bahari. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Nusa Penida dari tahun ketahun mengalami
peningkatan. Jumlah kedatangan wisatawan macanegara sejak tahun 2012 hingga 2016
tumbuh rata-rata sebesar 21%/tahun (BPS Kabupaten Klungkung, 2016). Selain wisata
bahari, para wisatawan juga mulai menikmati keunikan aktifitas keseharian masyarakat
Nusa Penida, serta kegiatan adat dan budaya lainnya. Dengan menerapkan konsep desa
wisata, maka diharpkan terjadi sinergitas yang baik antara pertumbuhan pariwisata dengan
pertumbuhan perekonomian masyarakat, tanpa menghilangkan daya tarik pariwisata yang
dimiliki oleh Nusa Penida.
3. Membangun jejaring pemasaran
Karena keterbatasan transportasi yang ada, hampir seluruh peternak babi bali yang ada di
Nusa Penida, menjual ternaknya di kandang. Untuk meningkatkan efisiensi pemasaran,
maka perlu dibangun jejaring pemasaran. Tujuan utama dalam pembentukan jejaring
pemasaran ini adalah, mengupayakan agar peternak mampu mendekati pasar/konsumen
langsung, sehingga farmer share dapat meningkat.
4. Membangun kelompok usaha ternak babi bali
Kelompok ternak sangat diperlukan dikalangan masyarakat untuk lebih memudahkan
pengembangan usaha peternakan. Dengan adanya kelompok ternak, maka masyarakat
peternak dapat saling berinteraksi dalam proses pembelajaran, kerjasama dalam pengadaan
saran dan prasarana, maupun dalam proses pemsarannya.
5. Meningkatkan jiwa wirausaha peternak
Usaha peternakan babi bali yang dilakukan oleh masyarakat di Nusa Penida masih
dilakukan secara konvensional dengan pola yang sama dari tahun ke tahun. Peternak tidak
memiliki kreativitas dan inofasi dalam pengembangan usahanya. Hal ini disebabkan kerena
rendahnya jiwa wirausaha peternak, serta menganggap usaha peternakan ini hanya sebagai
usaha sampingan dalam mengisi waktu luang. Oleh karena itu, perlu diberikan pelatihan
kewirausahaan untuk menumbuhkan kretifitas dan inovasi peternak.
6. Intensifikasi kegiatan penyuluhan peternakan.
Babi bali merupakan plasma nutfah asli bali, yang perlu dilestarikan keasliannya. Namun,
peternak tidak memiliki pemahaman yang baik tentang pelestarian genetik tersebut. Oleh
karena itu perlu dilakukan penyuluhan mengenai petingnya pelestarian plasma nutfah babi
bali, untuk mempertahankan kekuatan utama peternkaan babi di Nusa Penida, yaitu plasma
nutfah babi bali.
Rekomendasi Strategi
Berdasarkan analisis QSPM yang telah dilakukan, ditemukan bahwa mengaplikasikan
konsep desa wisata merupakan strategi prioritas dengan nilai Total Attractive Score (TAS)
sebesar 6,85; diikuti oleh strategi melakukan pelatihan manajemen usaha peternakan babi bali
dengan TAS 5,43; strategi meningkatkan jiwa wirausaha peternak dengan TAS 5,38; strategi
membangun kelompok usaha ternak babi bali dengan TAS 4,50; strategi intensifikasi kegiatan
penyuluhan peternakan dengan TAS 3,18; dan strtaegi membangun koperasi ternak dengan
TAS 3,05.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usah apeternakan babi bali di Nusa
Penida berada pada kondisi internal yang cukup baik (2,64) dan kondisi eksternal dengan
pertumbuhan yang tinggi (3,12). Terdapat enam alternative strategi yang ditawarkan, yaitu:
1) melakukan pelatihan manajemen usaha peternakan babi bali; 2) Mengaplikasikan konsep
desa wisata; 3) membangun jejraing pemasaran; 4) membangun kelompok usaha ternak babi
bali; 5) meningkatkan jiwa wirausaha peternak; 6) intensifikasi kegiatan penyuluhan
peternakan, dengan strategi prioritas yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah
mengaplikasikan konsep desa wisata.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami smapaikan kepada Rektor Universitas Udayana, Ketua LPPM
Universitas Udayana, dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana atas abntuan dana,
serta fasilitas yang diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Terima
kasih juga kami sampaikan kepada tim surveyor, baik dosen maupun mahasiswa yang telah
membantu dalam penggalian data primer. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
para responden peternak dan responden ahli atas kerjasama yang baik sehingga penelitian ini
berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2016. Provinsi Bali Dalam Angka. www.bps.go.id
Badan Pusat Statistik Kabuapten Klungkung. 2017. Kabuapten Klungkung Dalam Angka.
www.klungkungkab.bps.go.id
Gibson, L.J, M.M. Miller, and N.G. Wright. 1991. "Location Quotient: A Basic Tool for
Econolnic Develop~nent Analysis." Ecot~oniic Developn~et~t Review, Vol. 9 No. 2.
Page 65-68.
Hendayana, R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient Dalam Penentuan
KomoditasUnggulan Nasional.Jurnal Informatika Pertanian Vol. 12 Page 1-21.
David, F.R. 2002. Manajemen Strategis (Konsep). Edisi Ketujuh. Prenhallindo, Jakarta.
Kinnear,T.C and Tylor, J.R. 1996. Marketing Research: an applied Approach. 5th Eddition.
McGraw-Hill,Inc, New York.
Rangkuti,F. 2002. Riset Pemasaran. Cetakan Kelima. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai