Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan
penafsiran informasl untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat
mencapai tujuan pendidikan (Nurgiyantoro, 2011:22) Istilah otentik, dapat berarti dan
sekaligus menjamin objektivitas, nyata, benar-benar hasil tampilan peserta didik,
akurat, dan bermakna .Penilaian merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
proses pembelajaran. Pada dasarnya penilaian digunakan sebagai sarana untuk
mengetahui dan menganalisis bagaimana partisipasi siswa dalam mencapai hasil
belajar yang diharapkan sesuai tujuan pembelajaran serta untuk mengetahui apakah
proses pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau masih
membutuhkan pengembangan atau perbaikan. Penilaian diharapkan dapat menjadi
instrumen penjaminan mutu, pengendalian mutu, serta perbaikan mutu sistem
pendidikan.
Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa tidak terlepas dari
kurikulum yang digunakan. Pada pembelajaran dengan menggunakan kurikulum
2013, penilaian pembelajaran tidak hanya ditunjukkan sebagai alat untuk mengukur
kemampuan kognitif saja, namun meliputi beberapa aspek kepribadian siswa, seperti
perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-
aspek kepribadian individu lainnya. Dengan demikian penilaian yang diterapkan guru
tidak hanya bergantung pada penilaian hasil belajar siswa/ produk namun juga
mempertimbangkan penilaian dari sisi proses sehingga kemampuan siswa bisa diukur
secara keseluruhan dan berkepanjangan.
Penililaian yang mempunyai hubungan yang erat dengan Kurikulum 2013,
yaitu pada Kurikulum 2013 memiliki dasar metode scientific approach adalah
penilaian autentik (authentic assessment). Authentic assessment adalah penilaian yang
berpusat pada pelajar, nyata seperti kehidupan sehari-hari dan terintegrasi dalam
strategi pembelajaran, bersifat berkelanjutan dan dilakukan terhadap proses dan
produk (Marhaeni, 2013).
Secara sederhana, penilaian autentik sering disebut dengan authentic
assessment. Authentic assessment adalah satu asesmen hasil belajar yang menuntut
peserta didik menunjukkan presentasi dan hasil belajar berupa kemampuan dalam
kehidupan nyata dalam bentuk kinerja atau hasil kerja (Supardi, 2013:165). Dalam
asesmen konvensional anak ditanyakan bagaimana sikap dan prilaku mereka terhadap
orang yang lebih tua. Berbeda pada authentic assessment. Maka sikap dan prilaku
peserta didik terhadap orang yang lebih tua dapat dinilai melalui observasi ketika
peserta didik berbicara dengan penjaga sekolah, penjaga kantin, tenaga pendidik, guru
dan kepala sekolah.Penilaian autentik juga dapat diartikan sebagai sesuatu proses
yang terintegrasi guna menentukan ciri dan tingkat belajar serta perkembangan belajar
siswa. Penilaian autentik tidak terlepas dari proses pengumpulan data oleh guru
mengenai perkembangan serta pencapaian pembelajaran siswa melalui beberapa
teknik untuk mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa
tujuan pembelajaran dan kompetensi dapat dikuasai dan dicapai oleh siswa (Balitbang
Depdiknas, 2003).
Meskipun penerapan penilaian autentik sesuai dengan kriteria untuk menilai
kemampuan peserta didik terutama pada aspek keterampilannya, namun tidak semua
guru memahami cara pelaksanaan penilaian autentik. Banyak guru yang mengalami
kesulitan dalam menerapkan penilaian autentik. Guru mengungkapkan bahwa
penilaian autentik pada pembelajaran berbasis kurikulum 2013 diakui menjadi salah
satu hal yang rumit karena harus dirancang dengan teknik dan bentuk yang lebih
kompleks, yaitu berpedoman pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dengan teks sebagai dasar pembelajarannya (Purwati, 2016).
Oleh sebab itu, guru menerapkan penilaian autentik hanya sebatas
pemahamannya. Para guru sekolah mengaku masih mengalami kesulitan memahami
kurikulum 2013. Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru yaitu
mengenai pemahaman tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Guru kesulitan bagaimana cara mengajar dan melakukan penilaian. Guru hanya
sekedar mengerti tentang apa itu penilaian autentik, tetapi untuk menerapkannya dan
menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum 2013 masih terdapat kerancuan (Nasrillah,
2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penilaian autentik?
2. Apa saja macam-macam instrumen penilaian autentik?
3. Bagaimana penerapan penilaian autentik?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian penilaian autentik?
2. Mengetahui macam-macam instrumen penilaian autentik?
3. Mengetahui penerapan penilaian autentik?
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Marhaeni, A.A.I.N., Dantes, N., & Artini, L.P. (2013). Pengembangan
Perangkat Asesmen Autentik sebagai Asesmen Proses dan Produk dalam
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa
Inggris di SMP Provinsi Bali. Laporan Penelitian Hibah Pasca Tahun kedua.
Nasrillah, Faiz. 2013. Para Guru Masih Bingung Kurikulum 2013. (Online),
(www.id.berita.yahoo.com ) diakses pada 28 Januari 2021.
Supardi. 2015. Penilaian Autentik. Jakarta. Rajawali Pers.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standart Kompetensi. Jakarta: Puskur. Dit.
PTKSD
Purwati, Rizeky Sita. 2016. Pelaksanaan Penilaian Otentik Keterampilan
Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP di Kecamatan Kalasan. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai