Anda di halaman 1dari 2

QONAAH

Sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;


َ‫ ُك ُّل َبنِي آدَ َم َخ َّطا ٌء َو َخ ْي ُر ْال َخ َّطا ِئ ْينَ ال َّتوَّ اب ُْون‬.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang
bertaubat”. (HR. Tirmidzi, 2499)
Dikatakan Ustaz Kurnia di antara kesalahan yang banyak dilakukan manusia saat ini adalah tidak adanya
sifat qana'ah dalam hidupnya. Sehingga lebih cenderung memiliki sifat tamak dan serakah, serta tidak
pernah merasa cukup padahal pemberian Allah sangatlah banyak.
Qana'ah berasal dari bahasa Arab yaitu qani'a-qani'atan. Secara etimologi memiliki makna merasa cukup
atau rela.

Sedangkan menurut terminologi qana'ah adalah merasa cukup dan rela menerima atas apa yang
diberikan atau dikaruniakan Allah kepadanya. Dengan istilah lain bahwa qana'ah bermakna seseorang
rela dan berserah diri atas apa yang ditakdirkan Allah tanpa ada rasa mengeluh dan marah.
Sifat qana'ah bisa digambarkan dengan keyakinan bahwa apa yang telah diberikan Allah itu adalah takdir
yang terbaik menurut ketetapan Allah.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda;


‫اإلسْ الَ ِم َور ُِزقَ ْال َك َفافَ َو َقنِعَ ِب ِه‬ َ
ِ ‫َق ْد أ ْفلَحَ َمنْ ُهدِىَ إِلَى‬

”Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah
(merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah, No. 4138)
Hadits di atas adalah dasar yang kuat bagi setiap Muslim untuk memiliki sifat qana'ah sebagaimana yang
diajarkan oleh Rasulullah.
"Karena setiap rezeki yang diberikan Allah wajib disyukuri. Bagi orang yang pandai bersyukur atas setiap
nikmat pemberian Allah maka hatinya akan menjadi lapang," tutur Ustaz Kurnia.
Bahkan saat pagi hari, bagi seorang Muslim yang mengawalinya dengan rasa syukur dan merasa cukup
atas nikmat Allah maka seolah baginya telah memiliki dunia dan seisinya.
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau
bersabda;
‫ت لَ ُه ال ُّد ْنيَا‬ َ ‫وت ي َْو ِم ِه َف َكأ َ َّنمَا ح‬
ْ ‫ِيز‬ ُ ُ‫َمنْ أَصْ بَحَ ِم ْن ُك ْم آ ِم ًنا فِى سِ رْ ِب ِه مُعَ ا ًفى فِى جَ سَ ِد ِه عِ ْندَ هُ ق‬
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan
masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya,
maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2346).

Ada beberapa ciri-ciri perilaku seorang Muslim yang menujukkan sifat qana'ah, di antaranya;
1. Hidup dalam keadaan apa adanya, dan rela atas pemberian Allah dengan penuh rasa syukur.
2. Merasa cukup tanpa mengeluh atas apa yang sudah ditakdirkan Allah baginya.

3. Meyakini dalam hati bahwa kekayaan itu buka hanya harta saja, tetapi kelapangan hati juga
merupakan kekayaan yang sangat berharga.
Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya; “Bukanlah kekayaan itu karena banyak harta benda, tetapi
kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati” (HR. Bukhari Muslim)
4. Sabar dan tabah dalam menjalani setiap ikhtiar untuk memperbaiki kehidupan dengan mendapatkan
ridha Allah Ta'ala.
Dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa cara untuk mengaplikasikan sifat qana'ah dalam pribadi
Muslim, begitu pula bisa diajarkan kepada anak-anak, yaitu; selalu bersyukur kepada Allah atas segala
nikmat yang telah diberi oleh Allah, tidak merasa iri dengki kepada orang lain, hidup sederhana dan
bersahaja serta lebih cenderung menyesuaikan diri dengan kemampuannya, maksimalkan ikhtiar untuk
meraih sesuatu dengan cara yang benar, tidak mudah kecewa, menyerah dan putus asa apabila sesuatu
yang dikejar namun belum berhasil didapatkan, dan terakhir memiliki keyakinan yang tinggi bahwa setiap
pemberian Allah adalah sebuah takdir yang terbaik bagi hamba menurut Allah Ta'ala.
Banyak hikmah yang tersirat di balik sifat qana'ah, di antaranya;
1. Adanya rasa ketenangan dalam jiwa karena selalu merasa cukup atas setiap anugerah pemberian
Allah.
2. Terhindar dari sifat iri dan dengki saat melihat orang lain mendapatkan nikmat rezeki dari Allah.

3. Akan melahirkan sifat sabar dalam menjalani kehidupan sehingga selalu berbaik sangka pada
ketetapan
Allah.
4. Terhindar dari rasa takut dan khawatir atas cobaan hidup karena meyakini bahwa rahmat Allah jauh
lebih luas dari segala sesuatu.
5. Mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang harmonis karena masing-masing hidup penuh dengan
rasa
cukup tanpa ada kebencian kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai