Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Spiritualitas dan Agama

Menurut Jernigan spiritualitas adalah aspek kognitif yang berpusat pada proses
kehidupan individu dan kelompok untuk menemukan makna, nilai-nilai, dan hubungan yang
diyakini membuat hidup layak, berharga bahkan kematian yang bermakna. Hal tersebut
didasarkan pada tradisi budaya dan agama yang mempengaruhi pola makna, nilai-nilai, dan
hubungan sekitar individu, keluarga, dan masyarakat. Definisi ini mengacu pada bentuk dari
tradisi budaya dan agama, serta substansi yang berhubungan dengan energi kehidupan yang
mencakup pikiran, perasaan, tindakan dan karakter pribadi setiap individu maupun kelompok.
Dillon percaya bahwa baik spiritual, spiritualitas maupun agama mempunyai hubungan
dengan sesuatu yang Transenden. Spiritual adalah dorongan dari dalam diri guna memenuhi
kebutuhan dasar transenden, spiritualitas merupakan kualitas hidup dalam realitas dunia nyata
yang bersumber dari spiritual sedangkan agama adalah sistem doktrin, institusi, dan praktek
yang merupakan perwujudan spiritual.

Roussseau menggambarkan spiritualitas menjadi sebuah pencarian makna dan tujuan hidup,
spiritual sebagai energi hidup yang menghidupkan, sedangkan agama sebagai pengalaman
transenden dalam kehidupan nyata untuk menemukan makna hidup. Heuken menyatakan
bahwa “spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan yang mengacu pada
kualitas hidup yang meliputi cinta, moralitas, apresiasi terhadap alam, kebaikan, dan
kesalehan. Untuk mencapai hal tersebut, ada beberapa hal yang menjadi penekanan dalam
spiritualitas itu sendiri;

1. Spiritualitas mengacu pada realitas transenden yang merupakan kesadaran yang


mendasar yang sudah ada  di dalam diri manusia;
2. Spiritualitas membawa pada perubahan menyeluruh kepribadian seseorang,
pengenalan atau kesadaran yang lebih utuh mengenai dirinya;
3. Spiritualitas tidak hanya terbatas pada sikap batin saja tapi hal itu juga harus nyata
dalam suatu perilaku, gaya hidup, atau yang berhubungan dengan mentalitas
seseorang, perjumpaan dengan realitas dunia nyata, agar terjadi tranformasi,
kesadaran diri, pengenalan, dan hakikat diri.

Berdasarkan pemahaman para ahli di atas, disimpulkan bahwa spiritualitas menggambarkan


kualitas hidup yang mencakup tanggung jawab, kesejahteraan dan kesehatan spiritual dalam
berbagai pengalaman agama. Asumsi tersebut berdasarkan pemahaman bahwa spiritualitas
melampaui keagamaan, kebudayaan, dan individu, yang berhubungan dengan kesejahteraan
dan tanggung jawab. Dalam hubungan dengan spiritual, maka spiritualitas memampukan
pribadi setiap individu maupun kelompok melakukan transendensi diri dalam pengalaman
religius dan budaya dengan tujuan:

 Eksplorasi untuk memahami kemampuan dan keyakinan diri, untuk mengeksplor


hubungan, kebiasaan, pola berpikir, perasaan, perilaku, pilihan, dan pengalaman yang
telah menjadi sumber dalam diri pribadi maupun kelompok.
 Penerimaan untuk menerima kekurangan dan prestasi sebagai kekuatan dalam
mengatasi masalah hidup. Tujuannya adalah membantu pribadi setiap individu
maupun kelompok mengatasi dirinya sendiri dan mengembangkan kekuatan dirinya
untuk mengatasi derita yang dialaminya.
 Ketegasan dalam hubungan dengan standar hidup dan ketahanan diri dalam situasi
apapun, dapat memenuhi kebutuhan penanganan yang diperlukan pada tingkat
ketegasan diri yaitu berperilaku dan bertindak berdasarkan standar, aspirasi, tujuan
dan kemampuan untuk mengambil sikap dan menjaga jarak terhadap fenomena
masalah yang dialaminya (self-detachment).
 Eksistensi yang menyatakan kualitas hidup, agar diterima, dan dihargai harkat
martabatnya, supaya pribadi setiap individu maupun kelompok mengalami
transformasi nilai dan modifikasi sikap untuk suatu perubahan yang inovatif dan
proses pencapaian tujuan hidup.
 Transformasi nilai sebagai kekuatan spiritual yang meyakinkan pribadi setiap individu
maupun kelompok tentang kemampuan mengembangkan diri, melahirkan nilai-nilai
sikap, bertumbuh dalam kekuatan dan keyakinan diri menghadapi rintangan.
 Modifikasi sikap yang bermanfaat dan bermakna bagi orang lain dan lingkungan,
dalam rangka memperbaiki hubungan dengan sesama, menghargai dan menghormati
diri sendiri, sehingga lebih bebas serta merasa aman dari kecemasan, ketakutan, stres
maupun depresi.
 Tanggung jawab meningkatkan peran diri, berani menerima kelalaian, kegagalan dan
kesalahan sebagai pengembangan kualitas hidup untuk meningkatkan nilai diri dan
mengembangkan citra dirinya.
 Integritas diri yang berhubungan dengan keutuhan dalam kemampuan berpikir,
berperasaan dan bersikap secara tulus, jujur dan benar. Memperlihatkan
kemampuannya terhadap aktualisasi diri dan aktualisasi makna ke arah yang lebih
positif, konstruktif, sehat dan dinamik, sehingga mempunyai tujuan dan makna hidup
yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai