Menurut Jernigan spiritualitas adalah aspek kognitif yang berpusat pada proses
kehidupan individu dan kelompok untuk menemukan makna, nilai-nilai, dan hubungan yang
diyakini membuat hidup layak, berharga bahkan kematian yang bermakna. Hal tersebut
didasarkan pada tradisi budaya dan agama yang mempengaruhi pola makna, nilai-nilai, dan
hubungan sekitar individu, keluarga, dan masyarakat. Definisi ini mengacu pada bentuk dari
tradisi budaya dan agama, serta substansi yang berhubungan dengan energi kehidupan yang
mencakup pikiran, perasaan, tindakan dan karakter pribadi setiap individu maupun kelompok.
Dillon percaya bahwa baik spiritual, spiritualitas maupun agama mempunyai hubungan
dengan sesuatu yang Transenden. Spiritual adalah dorongan dari dalam diri guna memenuhi
kebutuhan dasar transenden, spiritualitas merupakan kualitas hidup dalam realitas dunia nyata
yang bersumber dari spiritual sedangkan agama adalah sistem doktrin, institusi, dan praktek
yang merupakan perwujudan spiritual.
Roussseau menggambarkan spiritualitas menjadi sebuah pencarian makna dan tujuan hidup,
spiritual sebagai energi hidup yang menghidupkan, sedangkan agama sebagai pengalaman
transenden dalam kehidupan nyata untuk menemukan makna hidup. Heuken menyatakan
bahwa “spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan yang mengacu pada
kualitas hidup yang meliputi cinta, moralitas, apresiasi terhadap alam, kebaikan, dan
kesalehan. Untuk mencapai hal tersebut, ada beberapa hal yang menjadi penekanan dalam
spiritualitas itu sendiri;