Hasil Analisis
HWSL = ± 0,0 m
LWSL = - 1,56 m HWS
0,0 + (-1,56)
MSL =
2
= 0,78 m HWS
Hasil Analisis Tanah = Terlampir
PERANCANGAN PELABUHAN
Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah mempunyai
konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga potongan (general chargo), karena
dermaga tersebut tidak memerlukan perlatan bongkar muat barang yang besar (kran),
jalan kereta api, gudang-gudang, dsb. Untuk melayani kapal tersebut, penggunaan tipe
dermaga Jetty/Pier akan lebih ekonomis. Selain itu tipe Jetty/Pier lebih ekonomis karena
tidak memerlukan pengerukan.
Sering disebut dengan nama dermaga apung, tempat ini juga sering dipakai untuk
bersandarnya kapal-kapal penumpang yang tidak memerlukan konstruksi kuat untuk
menahan muatan barang dengan bobot berat
H=d+G+R+P+S+K
0,6 m
R
- 10,9 m
d
R
m
-2 m G
H = -11,9 m -1,8 m R
-0,5 m P
-0,6 m S
-0,5 m K
Data Kapal :
a. Tipe/ Jenis kapal = Kapal Barang
b. Tonase = 30.000 DWT
c. Panjang Kapal = 186 m
d. Lebar Kapal = 27,1 m
e. Draft Kapal = 10,9 m
Perhitungan Panjang Dermaga
Lp = n. Loa + (n-1)× 15 + 50
Dengan :
Lp = Panjang Dermaga
Loa = Panjang kapal yang ditambat
n = Jumlah kapal yang ditambat
Maka :
Lp = n. Loa + (n-1) × 15 + 50
= 2 x 186 + (2-1) × 15 + 50
= 437 m
Perhitungan lebar dermaga
Dengan :
a = Lebar apron (min 3m)
e = Lebar jalan (min 8m)
Maka :
Bp =e+a
=8+3
= 11 m
*syarat lebar gudang min 60 m (Bambang Triadmojo)
*lebar apron dan jalan apron liat gambar 6.29 (Quinn A, Def., 1972)
Lebar Alur biasanya diukur pada kaki sisi miring saluran atau pada kedalaman yang
direncanakan. Lebar alur tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
1. Lebar, kecepatan, dan gerakan kapal.
2. Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua jalur.
3. Kedalaman alur.
4. Apakah alur sempit atau lebar.
5. Stabilitas tebing alur.
6. Angina, gelombang arus dan arus melintang dalam alur.
Tidak ada rumus yang memuat faktor-faktor tersebut secara eksplisit, tetapi beberapa
kriteria telah ditetapkan berdasarkan pada lebar kapal dan faktor-faktor tersebut secara
eksplisit.
Alur pelayaran yang di pilih yaitu 2 alur pelayaran, dengan tujuan untuk mengarahkan
kapal-kapal yang akan keluar masuk ke pelabuhan agar pelabuhan bisa lebih teratur dan
proses kegiatan bongkar muat lebih cepat di lakukan supaya kapal tidak mengantri saat
ingin bersandar ke dermaga. Memilih alur pelayaran dua kapal dilihat juga jumlah
tambatan kapal pada dermaga yaitu dua tambatan agar lalu lintas kapal dapat teratur dan
tidak adanyanya kemacetan pada alur pelayaran.
Lebar alur dapat di hitung sebagai berikut :
Lebar Alur = 1,5×(B) + 1,8×(B) + 1,0×(B) + 1,8×(B) + 1,5×(B)
Diketahui:
Lebar Kapal (B) = 27,1 m
Maka:
Lebar Alur = 1,5×(B) + 1,8×(B) + 1,0×(B) + 1,8×(B) + 1,5×(B)
= (1,5×27,1) + (1,8×27,1) + (1,0×27,1) + (1,8×27,1)
= 138,21 m
= - 0,78 m HWS
Lapangan
Penumpukan
Terbuka Kantor
Gudang Laut Kantor
Kantor Lapangan
Penumpukan
Terbukat
Gudang Laut
Kantor
Alur
Elev
asi
Pe
laya
Das
ar
ra
Lau
n
t = -1
7,86
m
Berat sendiri merupakan berat dari beban-beban mati yang secara permanen dan
konstan yaitu beban pelat, balok memanjang dan melintang serta pier.
V = B x Lp x h x BJ Beton
= 27,1 x 437 x 0,79 x 2,4 ton/m3
= 22453,8 ton
Dimana :
B = Lebar Kapal (m)
Lp = Panjang dermaga (m)
2. Beban hidup
Beban yang diakibatkan oleh beban hidup yang ada diatas dermaga dipengaruhi
oleh beban orang, beban truk, beban hujan, dan beban crane.
- Beban truk ( SNI T-02-2005 Standar Pembebanan untuk Jembatan dan
bangunan. Truk tronton = 20 ton
b. Pembebanan arah horizontal
1. Gaya Fender
Gaya Fender yang terjadi saat kapal sedang merapat berupa gaya pikul kapal pada
fender akibat kecepatan saat merapat serta sebab akibat pergerakan kapal sebab
angin atau gelombang.
w
F= ×V 2
2 gd
30000
= × 0,152
2× 9,81× 0,45
= 76,452 N
Dimana :
F = gaya Fender
w = bobot kapal (ton)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
v = kecepatan kapal (m/s2)
d = defleksi (0,45)
Gaya benturan kapal yang bekerja secara horizontal dapat dihitung
berdasarkan energi benturan kapal terhadap dermaga. Hasil perhitungan energi akibat
benturan kapal kemudian dikalikan dengan dua untuk mendapatkan beban impak
abnormal. Kemudian beban impak abnormal dikalikan dengan faktor reduksi produk
fender yang ditentukan oleh suppier fender, dengan harga faktor reduksi ± 10% dari
beban impak abnormal.
Jarak fender diatur sedemikian rupa sehingga kontak langsung antara kapal
dan dinding dermaga dapat dihindari. Persamaan yang digunakan untuk menentukan
jarak maksimum antara fender adalah:
L = 2√ r 2−(r−h)2
Dimana :
L = jarak maksimum antar fender (m)
R = jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
H = Tinggi fender (m)
Fender yang direncanakan adalah fender karet seibu V dengan nilai h =1,235
m dan r = 26,378 m, maka :
L = 2√ r 2−(r−h)2
= 2√ 26,3782−(26,378−1,235)2
= 11,280 m ≈ 11 m
Jadi, jarak antara fender pada dermaga pengangkut minyak di Stasiun meteorology
sultan syarif kasim II berjarak 11 m.
2. Gaya Boulder
Fungsi dari boulder adalah untuk penambat kapal agar tidak mengalami pergerakan
yang dapat mengganggu baik pada aktivitas bongkar muat maupun lalu lintas kapal yang
lainnya. Boulder yang digunakan pada dermaga biasanya menggunakan bahan dari baja
cor karena lebih tahan cuaca dan cukup kuat untuk menahan gaya-gaya yang bekerja,
tinggi boulder tidak lebih dari 50 cm dengan ujung tertutup dan lebih besar untuk
mencegah terlepasnya tali kapal yang diikat untuk jarak boulder dipakai.
3. Gaya Bolard/boolder
Fungsi dari boolder/boolder adalah untuk penambat kapal agar tidak mengalami
pergerakan yang dapat mengganggu baik pada aktivitas bongkar muat maupun lalu lintas
kapal yang lainnya. Bolard yang digunakan pada dermaga biasanya terbuat dari bahan
baja cor arena lebih tahan cuaca dan cukup kuat untuk menahan gaya-gaya yang bekerja,
tinggi boolder tidak lebih dari 50 cm dengan ujung tertutup dan lebih besar untuk
mencegah terlepasnya tali kapal yang diikat untuk jarak boolder dipakai.
Dermaga melayani kapal dengan bobot 30.000 DWT. Setelah kapal menurunkan
muatannya kemudian ruang yang kosong harus diisi kembali dengan muatan yang
akan dikapalkan. Dengan demikian muatan yang harus dilayani gudang dan lapangan
penumpukan terbuka (2×30.000) = 60.000 ton. Dari muatan tersebut terdapat 20%
muatan disimpan di lapangan terbuka. Maka muatan sebesar (20%× 60000) = 12.000
ton ditempatkan dilapangan terbuka sedangkan (60.000 – 12.000) = 48000 berada
didalam gudang laut.
Misalkan 1 m3 mempunyai berat = 1,5 ton maka di peroleh
48000 ton
Volume gudang = = 32000 m3
1,5 ton
Apabila dalam penyimpanan muatan ditumpuk setinggi 4 m, maka diperlikan luasan
sebesar (10.666 : 4) = 2.666 m3.
Mengingat adanya ruangan yang hilang diantara tumpukan muatan yang diperkirakan
sebesar 25%, maka perluasan ((25%×2.666)+2.666)) = 3.333 m2. Gudang harus
mempunyai gang atau ruang yang diperlukan bagi lalu lintas alat pengangkat seperti
forklift, kran mobil atau peralatan untuk menyortir, menumpuk dan memindahkan
muatan masuk dan keluar. Diperkirakan 50% dari luasan ruang, sehingga,
Jika bobot kapal 30,000 DWT dan panjang kapal 186 m, maka ditetapkan panjang dan
lebar gudang adalah :
Panjang gudang = Loa – n × e
= 186 – 2 x (8)
= 170 m
Dimana :
Loa = Panjang kapal
n = jumlah kapal yang di tambat
e = lebar jalan
Misalkan 1m3 muatan sebesar = 0.5 ton, maka diperlukan volume penyimpanan
dilapangan sebesar 12000/0.5 = 24000 m3
= (25% × 4000)+4000
= 5000 m2.
= 10000 m2
1666,52
Lebar lapangan penumpukan terbuka = = 8,96 m
186