Anda di halaman 1dari 8

BJ.

HABIBIE

Dampak Positif Kebijakan Presiden BJ Habibie

- Presiden Habibie berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan
UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling
penting adalah lahirnya UU otonomi daerah.
- Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan
partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
- Membebaskan sejumlah narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan
anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan
(pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun
1994)
- Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
- Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai
Politik, UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu dan UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan
Kedudukan DPR/MPR
- Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi
- Di bidang ekonomi, Habibie berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar
antara Rp 10.000 – Rp 15.000.
- Presiden Habibie juga menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi
perekonomian.
- Di bidang kebebasan pers, Habibie melakukan pencabutan pembredelan pers dan
penyederhanaan permohonan SIUUP untuk memberikan kebebasan terhadap pers, sehungga
muncul berbagai macam media massa cetak, baik surat kabar maupun  majalah.
- Di bidang Hankam, BJ Habibie berhasil melakukan pembaharuan dengan cara pemisahan Polri
dan ABRI.

Negatif

Hal yang paling penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah lepasnya Timor-Timur pada
tahun 2002, yang diawali dengan peristiwa munculnya referendum Timor-Timur pada tanggal 30
Agustus 1999. Peristiwa lepasnya Timor-Timur menimbulkan kerusuhan yang tidak terkendali.
Hingga akhirnya Habibie mengizinkan pasukan perdamaian PBB untuk mendamaikan situasi di
Timor-Timur.

kebijakan melepas tahanan pemerintah mungkin berdampak negatif bagi


negara ini yaitu makin maraknya kejahatan tanpa korban
ABDURAHMAN WAHID

Positif
- Meliburkan siswa pada saat bulan Ramadan Pada saat bulan Ramadan, siswa diliburkan
dari sekolahnya. Kebijakan pendidikan ini tentu patut diapresiasi karena tidak pernah
dilakukan oleh pemerintah sebelumnya.
- Menjadikan Hari Imlek dan Memperbolehkan Bahasa Tionghoa Sejak zaman rezim
Soeharto, Bahasa Mandarin tidak diperbolehkan, lalu hari imlek tidak dijadikan libur
nasional, oleh karena itu gebrakan Gus Dur mencabut perpres yang dirumuskan Soeharto
tersebut.
- Menyelesaikan Berbagai Macam Konflik di Indonesia Memang kalau bisa dibilang kala
itu, Indonesia sedikit chaos pasca-reformasi. Banyaknya aksi kuat yang akan mengkudeta
dan memecah belah terus menerus berada pada puncaknya. Titik terang kemudian
diloloskan oleh Gus Dur sebagai Presiden Ke-4 Republik Indonesia tersebut untuk
menyelesaikan secara damai. Aksi heroiknya yang tidak memandang status sosial
maupun agama membuatnya mendapatkan penghargaan, dia dikenal membuka jalan yang
luas bagi pluralisme. Karena sebenarnya kemajemukan/keberagaman merupakan akar
dari segala kemajuan di negara Indonesia. Jadi, harus dijaga dengan betul-betul.
- Membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan Beliau (Gus Dur)
membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan diakibatkan oleh lumbung
korupsi yang telah menggunung. Lagipula, apabila tidak dibubarkan hanya akan
memperumit birokrasi yang ada di Indonesia.

Negatif
- Kasus Buloggate dan Korupsi KH. Abdurrahman Wahid diduga telah
menerima kas dari badan usaha logistik sebanyak $4 Juta USD, namun
kemudian hal ini dibantah karena hanya ancangan oposisi karena tiba-tiba
ada di tukang pijitnya. Kemudian, uang itu utuh dikembalikan.
- Memperbolehkan Bendera Bintang Kejora Amien
menilai tindakannya konyol karena memperbolehkan berkibarnya bendera
bintang kejora yang jadi simbol gerakan OPM (Papua Merdeka), namun hal
ini Gus Dur sampaikan untuk meredakan tensi yang ada karena
kekacauan yang terjadi di hampir seluruh penjuru Indonesia.

MEGAWATI
Positif
1. Memberikan suasana yang kondusif bagi situasi keamanan dan
gonjang-ganjing politik. Hanya seorang mbak Mega yang membuat
hangar-bingar politik pada waktu itu mereda. Megawati: ”sudah terlalu
banyak orang berbicara”
2. Menstabilkan fundamental ekonomi makro yang porak poranda sejak
1998, meliputi
inflasi, BI rate, Kurs Rupiah, Angka kemiskinan, dan Pertumbuhan
Ekonomi.
3. Menyehatkan perbankan nasional yang runtuh setelah 1998 yang
ditandai dengan dibubarkannya BPPN pada Feb 2004. Saat ini
perbankan nasional relatif sehat.
4. Indonesia berhasil keluar dari IMF pada tahun 2003 yang
menandakan Indonesia sudah keluar dari krisis 1998 dan Indonesia
yang lebih mandiri. Berani menghentikan hutang baru.

Turunnya garis kemiskinan Dalam buku Megawati Presidential Political Policy in 2001 –
2004 (2018) karya Indah Rizki Aruma Nurjannah dkk, di bidang ekonomi Megawati lebih
berfokus pada perbaikan sektor perbankan dan ekonomi masyarakat umum. Tujuannya
adalah agar menyelamatkan perekonomian RI dari inflasi yang semakin memuncak.
Hasilnya perekonomian Indonesia stabil dan pertumbuhan ekonomi di masa
pemerintahannya naik hingga mencapai 5 persen. Di samping itu, pada massa
pemerintahan Megawati mampu menurunkan persentase penduduk yang berada di garis
kemiskinan menjadi 18 persen, dari sebelumnya 28 persen.

Keamanan negara Presiden Megawati juga berfokus pada kebijakan melawan teroris. Ia
menggalang kerjasama internasional khususnya negara-negara di Asia Tenggara untuk
memerangi terorisme. Hasilnya pada masa pemerintahannya ia berhasil menciptakan Perpu
tentang anti terorisme, yang disahkan menjadi UU Anti Terorisme. Melalui Undang-undang
ini, pelaku bom Bali yang terjadi pada tahun 2002 berhasil ditangkap dan dihukum mati,
meskipun hubungan Indonesia dan Australia pada masa itu merenggang sejak dimulainya
Referendum Timor-Timur.

Negatif
Dalam bidang politik, pemerintahan Megawati masih tidak lepas dari praktik KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme). Stabilitas nasional masih goyang sehingga ia menjual beberapa aset
negara kepada asing untuk melakukan stabilitas nasional.
SBY periode 1

positif
Hutang luar negeri Indonesia menurun secara mengesankan, cadangan devisa meningkat, dan
pertumbuhan produk domestik bruto tahunan terbukti solid

Program pertama pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari. Program ini
bertujuan memperbaiki sistem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat Indonesia,
memperbaiki kinerja pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan keadilan dan
demokratisasi melalui kepolisian dan kejaksaan agung. Langkah tersebut disambut baik oleh
masyarakat. Secara umum, SBY-JK melakukan pemeriksaan kepada pejabat yang diduga
korupsi. KPK diberi kebebasan oleh presiden melakukan audit dan pemberantasan korupsi dan
pejabat pemerintahan sebanyak 31 orang selama 100 hari.

Negatif

Kebijakan parsial dan spontan sering datang dan hasilnya mengecewakan masyarakat.
Misalnya kedatangan Presiden AS George W. Bush pada tanggal 20 November 2006
yang dipersiapkan secara besar-besaran dan menghasilkan dana besar telah
mengundang banyak kecaman. Masyarakat yang anti AS menuduh Indonesia tidak
memiliki agenda pemerintahan yang pasti.

Ditambah lagi dengan masalah Lumpur PT. Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur. Masalah lumpur ini telah menenggelamkan empat desa yang dihuni oleh ribuan
warga. Selain itu, banyak perusahaan yang terendam lumpur, artinya negara dan
masyarakat dirugikan dengan adanya masalah ini. Untuk mengatasinya, pemerintah
telah mengupayakan segala macam cara untuk menanganinya, termasuk
mendatangkan tim dari luar negeri dan membentuk tim nasional penanggulangan
bencana lumpur.

SBY periode 2

Negatif

Kebijakan parsial dan spontan sering datang dan hasilnya mengecewakan masyarakat.
Misalnya kedatangan Presiden AS George W. Bush pada tanggal 20 November 2006
yang dipersiapkan secara besar-besaran dan menghasilkan dana besar telah
mengundang banyak kecaman. Masyarakat yang anti AS menuduh Indonesia tidak
memiliki agenda pemerintahan yang pasti.

Ditambah lagi dengan masalah Lumpur PT. Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur. Masalah lumpur ini telah menenggelamkan empat desa yang dihuni oleh ribuan
warga. Selain itu, banyak perusahaan yang terendam lumpur, artinya negara dan
masyarakat dirugikan dengan adanya masalah ini. Untuk mengatasinya, pemerintah
telah mengupayakan segala macam cara untuk menanganinya, termasuk
mendatangkan tim dari luar negeri dan membentuk tim nasional penanggulangan
bencana lumpur.

Positif
Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masa pemerintahan SBY
mengalami perubahan progresif, dimana konsep tersebut berusaha menempatkan
posisinya berdasarkan prinsip struktural Sistem Politik Indonesia, yakini berdasarkan
kedaulatan rakyat. Pada masa kepresidenan SBY, hal tersebut benar-benar
terimplementasikan, di mana rakyat bisa memilih secara langsung calon wakil rakyat
melalui Pemilu untuk memilih anggota dewan legislatif, dan Pilpres untuk pemilihan elite
eksekutif. Sekalipun untuk elite yudikatif, pemilihannya masih dilakukan oleh DPR
dengan pertimbangan presiden.

Selama masa kepresidenan SBY di tahun 2004-2009, sistem kepartaian mengalami perubahan
yang signifikan, dimana partai politik bebas untuk didirikan asalkan sesuai dengan persyaratan
dan ketentuan yang berlaku. Masyarakat Indonesia pun dapat memilih calon wakil rakyat pilihan
mereka secara langsung, hal tersebut tentu menunjukkan apresiasi negara terhadap hak dasar
bangsa secara universal dalam konteks pembentukan negara yang demokratis.

Sisi lain dari pemerintahan SBY adalah penegakan supremasi hukum. Penegakan
supremasi hukum dilakukan agar Indonesia memiliki kepastian hukum. Berbagai upaya
penegakan hukum ini dapat dijumpai pada pengutusan kasus korupsi yang melibatkan
pejabat negara, anggota DPR, dan berbagai kasus lain.

Perang terhadap narkoba juga gencar dilakukan oleh aparat penegak hukum.
Pemerintah lewat kebijakan penegakan hukum telah dapat mengembalikan
kepercayaan rakyat untuk menyerahkan mandat pemerintahan kepada eksekutif,
sehingga dalam periode ini, masyarakat lebih memandang bahwa pemerintah serius
dalam menangani masalah perekonomian yang berdampak pada peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat.

Di era ini juga, musyawarah mufakat diutamakan, Sehingga pengambilan kebijakan


terkesan lambat. Meski begitu, musyawarah mufakat ini dilakukan untuk kepentingan
Bersama. Sehingga dapat dikatakan, pada Era Kepresidenan SBY Periode Kedua ini
telah cukup berkembang dibandingkan masa-masa sebelumnya dalam hal demokrasi. 

Namun, Indef mencatat ada 10 kegagalan SBY di bidang ekonomi yaitu:

1. Ketimpangan melebar, gini ratio naik 0,5.


2. Deindustrialisasi dengan rendahnya kontribusi sektor industri terhadap PDB.
3. Neraca perdagangan dari surplus US$ 25,06 miliar menjadi defisit US$ 4,06
miliar.
4. Pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi tidak menciptakan lapangan kerja. Elastisitas
1% pertumbuhan dalam membuka lapangan kerja turun dari 436.000 menjadi
164.000.
5. Efisiensi ekonomi semakin memburuk. Tercatat ICOR melonjak dari 4,17
menjadi 4,5.
6. Tax ratio turun sebesar 1,4%.
7. Kesejahteraan petani menurun 0,92%.
8. Utang per kapita naik dari US$ 531,29 menjadi US$ 1.002,69 (2013).
Pembayaran bunga utang menyedot 13,6% dari anggaran pemerintah pusat.
9. APBN naik, namun disertai defisit keseimbangan primer. Pada 2004,
keseimbangan primer surplus 1,83% dari PDB. Tahun 2013 defisit 1,19%.
10. Postur APBN semakin tidak proporsional, boros, dan semakin didominasi
pengeluaran rutin dan birokras

Positif

Pertama, pemerintahan SBY dinilai sukses mendorong ekonomi tumbuh dengan rata-rata 5-6%.
Meskipun masih didominasi oleh sektor non-tradable.

Kedua, lanjut Enny, adalah peranan investasi dalam Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat
dari sebelumnya 23% menjadi 31% pada 2013. Ketiga adalah kinerja perbankan terus membaik
dengan perkembangan aset rata-rata tumbuh 16,44%, Dana Pihak Ketiga (DPK) 15,88%, dan
kredit 21,62%.

"Keempat adalah persentase angka kemiskinan menurun dan pekerja formal naik dari 16,66%
menjadi 11,25% pada 2013," lanjutnya.

Kelima adalah tingkat pengangguran terbuka menurun dan pekerja formal naik dari 29,38%
menjadi 39,9%. Keenam, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat dari 68,7 menjadi
73,45.

JOKOWI periode 1

Positif

Di bidang Politik, Pemerintah telah memastikan perlindungan dan rasa


aman, Pemerintahan yang bersih, kemajuan desa dan daerah-daerah
pinggiran serta tegaknya sistem hukum sebagai prioritas dalam
pembangunan bidang politik. Salah satu capaian di bidang politik luar
negeri yaitu Indonesia terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB periode 2019-2020.

Kemudian di bidang Ekonomi, Pemerintah telah memastikan


peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia, produktivitas rakyat dan
daya saing bangsa, serta kemandirian dan kebangkitan sektor-sektor
strategis yang menjadi prioritas di bidang ekonomi. Hal ini dibuktikan
dengan kenaikan skor Ease of Doing Business (kemudahan berusaha)
sebagai wujud komitmen Pemerintah melakukan perbaikan struktural
berkesinambungan. Regulasi yang efisien adalah kunci akselerasi
pembangunan ekonomi. Kemudian rasio elektrifikasi yang telah
mencapai 98,8% sebagai bagian dari program 35 ribu MW yang
dicanangkan Pemerintah.
Selanjutnya di bidang Sosial dan Budaya, Pemerintah telah memastikan
hak rakyat atas tanah dengan program redistribusi bidang-bidang tanah
yang telah ditetapkan sebagai objek land reform dengan realisasi hingga
Juni 2019 mencapai 558.700 bidang dan 418.748 hektar. Yang paling
populer adalah pelaksanaan bantuan sosial melalui Kartu Indonesia
Pintar yang telah dibagikan sebanyak 18,9 juta siswa, lalu Program
Keluarga Harapan sebanyak 10 juta keluarga dan 96,8 juta orang peserta
Kartu Indonesia Sehat.

Negatif
Pertama, pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan di angka 5% padahal target
pertumbuhan ekonomi diharapkan berada pada angka 7-8%.
Kedua, tingkat kemiskinan ditargetkan menurun ke angka 7-8 % pada akhir 2019.
Nyatanya, per Maret 2019, tingkat kemisikinan masih berada di angka 9,4%.
Ketiga, tingkat ketimpangan atau gini ratio. Pemerintah awalnya memperkirakan gini ratio
mampu mencapai angka 0,36 pada akhir tahun 2019. Namun, per Maret 2019 baru
mencapai 0,382.
Dan keempat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pemerintah awalnya menargetkan
IPM bisa mencapai 76,3 poin pada 2019 namun baru mencapai angka 71,3 pada akhir 2018.
Meskipun sejumlah indikator ini meleset dari target, pemerintah mampu memenuhi target
inflasi yang sampai pada September 2019 berada di kisaran 3,39%. Angka ini sesuai dengan
target RPJMN 2015-2019 yaitu 3,5 – 5%.

Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur
mengatakan penanganan hukum di periode pertama Jokowi sangat amburadul.
Menurutnya, hukum di era Jokowi dipakai menjadi alat kriminalisasi warga yang justru
mempertahankan hak konstitusionalnya. Ia mencontohkan aksi mahasiswa pada 23-24
September lalu. “Aparat kepolisian justru membui mereka, menangkap mereka bahkan
melakukan kekerasan secara brutal, tidak hanya banyak yang luka-luka bahkan ada yang
meninggal,” ujarnya 

Terkait isu pelanggaran HAM berat masa lalu, Isnur menilai bahwa di era Jokowi,
Kejaksaan menjadi lembaga yang melanggengkan impunitas. Ia menyebutkan bahwa hasil
penyelidikan HAM berat yang diserahkan oleh Komnas HAM dikembalikan tanpa alasan.
Dalam hal ini, menurutnya Jokowi ingkar. “Tidak satupun kasus (pelanggaran HAM berat)
yang dibawa ke pengadilan HAM berat,” katanya kepada DW.

JOKOWI PERIODE 2

Negatif

Pertama, lumpuhnya KPK akibat revisi UU KPK yang dilakukan oleh Presiden
Jokowi dan parlemen. UU KPK ini menjadikan KPK tidak lagi independen
karena adanya peluang campur tangan pemerintah di kinerja lembaga anti-
suap ini.

Dari sisi legislasi, pada periode kedua Presiden Jokowi ini pemerintah juga
tidak mengajukan rancangan aturan soal percepatan pemberantasan
korupsi, seperti RUU Pembatasan Transaksi Tunai dan RUU Perampasan
Aset. 
jang juga menyoroti demokrasi yang saat ini hanya berada di atas kertas atau
dalam teori. Faktanya, dalam berbagai aksi unjuk rasa selalu berujung dengan
pelaporan dan penangkapan. “Demokrasi mengalami kemunduran dan yang
terkonsolidasi itu bukan demokrasi, tapi oligarki dan politik dinasti,” katanya.

Teranyar, gelombang protes besar muncul dari pengesahan RUU Cipta Kerja
menjadi undang-undang. Buntut dari aksi unjuk rasa ini adalah penangkapan,
seperti yang dialami aktivis dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Selain itu sejumlah peserta didik yang ikut dalam kegiatan demonstrasi penolakan UU
Cipta Kerja pun diancam sulit mendapatkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
yang biasanya digunakan untuk melamar pekerjaan.

Positif

Di sisi lain, pemerintahan Jokowi-Maruf dalam setahun terakhir memberikan keleluasaan


yang besar kepada lembaga-lembaga pertahanan dan keamanan untuk memperluas ruang
lingkup dan pengaruhnya terhadap sipil.

Kedua, pemerintah melakukan perluasan ruang lingkup perlindungan JKK untuk


pekerja yang bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Menurut Agus, pandemi
Covid-19 mendorong adanya penyesuaian sejumlah kebijakan terkait pelaksanaan
program jaminan sosial ketenagakerjaan.

Ketiga, pemerintah membantu meringankan beban pengusaha dengan memberikan


relaksasi pembayaran iuran melalui PP 49/2020 tentang Penyesuaian Iuran Program
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Selama Bencana Nonalam Penyebaran Covid-19.
Agus menilai bahwa regulasi tersebut membantu pemberi kerja serta peserta dengan
potongan dan penundaan iuran hingga 99 persen.

Keempat, menurut Agus, terdapat bantuan tunai bagi peserta aktif BP Jamsostek yang
meringankan beban ekonomi dari dampak pandemi Covid-19, dalam bentuk pemberian
Bantuan Subsidi Upah (BSU). Bantuan senilai total Rp2,4 juta itu diberikan kepada
12,4 juta peserta aktif yang memenuhi kriteria Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
(Permenaker) 14/2020.

Anda mungkin juga menyukai