Anda di halaman 1dari 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KERANGKA DASAR VERTIKAL

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Survei Dan Pemetaan
yang diampu oleh
Dr. Ir. H. Iskandar Muda P, M.T.

Oleh
Febrianti Dwi Andini
NIM.1807641

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KERANGKA DASAR VERTIKAL

1. Tujuan Intruksional Umum


Tujuan dari pengukuran poligon adalah mahasiswa dapat memahami,
mendeskripsikan dan mengaplikasikan berbagai metoda pengukuran beda tinggi
dengan pesawat penyipat datar pada praktik pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur
Tanah.

2. Tujuan Intruksional Khusus


a. Dapat menyebutkan jenis – jenis alat yang digunakan pada pengukuran
sipat datar KDV.
b. Dapat menyebutkan tahapan – tahapan pengukuran sipat datar KDV.
c. Dapat menggambarkan bentuk formulir ukuran yang digunakan.
d. Dapat memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat datar yang
digunakan.
e. Dapat membuat tabel untuk pengolahan data sipat datar KDV.
f. Dapat memasukan angka – angka hasil survey ke dalam tabel.
g. Dapat memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara
manual maupun secara komputerisasi.
h. Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur memanjang
pengukuran menggunakan metode manual / grafis digital.

3. Peralatan yang Digunakan


a. Alat sipat datar/waterpass
b. Statif
c. Rambu ukur
d. Unting-unting dan benang
e. Alat tulis dan formulir pengukuran
f. Payung
g. Pita ukur
h. Patok pengukuran (cat dan kuas)
i. Peta wilayah situasi
j. Bon peminjaman

4. Langkah-langkah Pengukuran
a. Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,
b. Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir
peminjaman alat,
c. Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,
d. Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,
e. Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,
f. Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,
g. Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),
h. Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,
i. Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup
kaki kiap keluar atau kedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,
j. Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan
muka,
k. Menghimpitkan gelembung nivo tabung,
l. Membidik rambu ukur belakang dan visir,
m. Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,
n. Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas
teropong,
o. Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang
vertical diafragma berhimpit dengan bagian tengah rambu,
p. Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan
benang bawah (BB).
q. Periksa syarat BT 0,001 , jika sesuai teruskan dengan langkah-lamgkah
berikutnya, jika tidak sesuai ulangi pembacaan,
r. Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( BA . BB ) x100 ,
s. Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
t. Hitung koreksi garis bidik (Kgb),
u. Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok
pertama),
v. Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi
patok-patok pada jalur ukuran,
w. Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok
yang telah tersedia (buat slagnya genap),
x. Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA),
benang bawah (BB), dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan
rambu muka,
y. Mengukur jarak belakang (db) dan jarak muka (dm) (jarak mendatar)
menggunakan pita ukur,
z. Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada
slag- slag selanjutnya sampai slag terakhir.

5. Langkah-langkah Perhitungan
Gambar Digital
a. Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar kerangka dasar vertikal
b. Masukan nilai Kesalahan Garis Bidik (KGB) pada tabel
c. Masukan nilai BA,BT,BB, Jarak Belakang dan Jarak Muka ke dalam
tabel
d. Hitung Benang Tengah Koreksi (BT-k) disetiap slag dengan rumus :
BTbk = BTb – (KGB x Db)
BTmk = BTm – (KGB x Dm)
e. Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah koreksi
belakang dan muka dengan rumus :
∆H = BTbk – BTmk
f. Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menjumlahkan semua beda
tinggi disetiap slag.
∑∆H = ∆H1 + ∆H2 +…+∆Hn
g. Hitung jarak disetiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan
muka
D = db + dm
h. Hitung total jarak jalur pengukuran dengan menjumlahkan jarak
semua slag.
∑D = D1 + D2 + … + Dn

i. Hitung Bobot koreksi disetiap slag dengan membagi jarak slag dengan
total jarak pengukuran

BOBOT = D1
∑D
j. Mengkontrol hasil bobot. (∑ Bobot = 1)
k. Hitung beda tinggi koreksi dengan rumus :
∆Hk = ∆H – (∑∆H x Bobot)
l. Mengkontrol jumlah beda tinggi koreksi. (∑∆Hk = 0)
m. Hitung tinggi titik- titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi
titik sebelumya dengan beda tinggi koreksi
Ti = Tinggi Awal
T1 = Ti + ∆Hk1
n. Memastikan bahwa tinggi titik awal kembali ke tinggi titik akhir.
Ti = Ti’
o. Hitung kemiringan dengan rumus :
Dn
𝐾𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = x 100
∆Hkn
𝑛
6. Langkah-langkah Penggambaran
Gambar Manual
a. Siapkan kertas millimeter block ukuran A3 (42 cm x 29,7 cm) dan alat
tulis seperti pulpen, pensil, penggaris, penghapus dan buat garis pinggir
dan etiket.
b. Hitung jarak total dan selisih beda tinggi terbesar
c. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal
berbeda dengan skala horizontal (Skala horizontal kurang dari skala
vertikal)
d. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat pada data
pengukuran
e. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
f. Lakukan langkah ke 5 sampai slag terakhir.

Gambar Digital
a. Siapkan komputer atau laptop, kemudian buka software Autodesk MAP
b. Setelah Autodesk MAP dibuka, aturlah satuan pada Autodesk MAP
dengan perintah Units -> Enter. (Disarankan untuk menggunakan satuan
cm)
c. Buatlah garis pinggir dengan perintah REC -> Enter
d. Kemudian masukan ukuran kertas A3 ( 42 cm x 29,7 cm)
e. Setelah garis pinggir terbentuk, hitunglah jarak total dan selisih beda
tinggi terbesar.
f. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal
berbeda dengan skala horizontal (Skala horizontal kurang dari skala
vertikal)
g. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat pada data
pengukuran
h. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
i. Lakukan langkah ke 8 sampai slag terakhir.
j. Setelah gambar sudah membentuk seperti grafik, lengkapilah gambar
dengan menggambar rambu ukur, waterpass, dan tambahkan keterangan
jarak, tinggi titik dan kemiringan.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, I.M. (2020). Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Bandung:


Laboratorium Survei dan Pemetaan DPTS, FPTK, UPI.

Anda mungkin juga menyukai