Dosen Penguji:
Minarti, M. Kep, Sp.Kom.
NIP. 19670730 199303 2 004
Disusun Oleh :
Rizal Anwar (P27820318035)
Tingkat 3 Reguler A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
Jl. Parangkusumo No. 1 Telp. (031) 3550163 Surabaya 6017
LAPORAN PENDAHULUAN
LANSIA DAN HIPERTENSI
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia,
Konsep dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.
1. Konsep Teori Lansia
1.1. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
2.2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
2.3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
Elastisitas dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin,
DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
2.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Pathway
2.7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah
raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara
20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Ø Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Ø Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Ø Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Epidemoligi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
lebih dari65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi
pada panti lansia.
3. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi
kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolism
e basal. Halini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab
diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas,dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol,
dll.)Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinyadiabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda
dan gejaladiabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu
bangun padamalam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan
indikator diabetes yangmungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwahal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri
4. Klasifikasi
Diabetes melitus tipe I:
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
prosesimunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
Mudah terjadi ketoasidosis
Pengobatan harus dengan insulin
Onset akut
Biasanya kurus
Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
Didapatkan antibodi sel islet
10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
Diabetes melitus tipe II:Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Karakteristik DM tipe II:
Sukar terjadi ketoasidosis
Pengobatan tidak harus dengan insulin
Onset lambat
Gemuk atau tidak gemuk
Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
Tidak berhubungan dengan HLA
Tidak ada antibodi sel islet
30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
± 100% kembar identik terkena
5.Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnyatidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi,dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan
inkontinensia urin.Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuatterhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau
baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.Pada DM
lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaranklinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhanyang
sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan
padatungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar
sembuhdengan pengobatan lazim.Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia
lanjut yang sering ditemukanadalah :
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati visceral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
6. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosake dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormon yangdihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak
dapat masuk seldengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalamdarah meningkat.Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasiendiabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik
yang merupakan predisposisi untuk kerusakanautoimun sel beta pankreas. Respon
autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadapsel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehing
ga glukosa yangmasuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuanterapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal.Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidratkompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah
lemak dalam diet initidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan
aktivitas reseptor insulin.
b. LatihanLatihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik
mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien
yang terbaru dan pilihan gayahidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang
mungkin paling berhasil. Berjalan
atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga
t baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara
langsung meningkatkan fungsifisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraanemosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta
membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin.
perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas
yangdapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. d.Terapi (jika diperlukan)Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya
untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertaha
nkan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi
komplikasi penyakityang membahayakan
e. Pendidikan
Diet yang harus dikomsumsi
Latihan
Penggunaan insulin
9.Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosaKriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya
2 kali pemeriksaan:
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing.Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny M Dengan Masalah Keperawatan Defisit
Pengetahuan Tentang Penyakit Hipertensi Di Desa Betak
Dosen Penguji:
Minarti, M. Kep, Sp.Kom.
NIP. 19670730 199303 2 004
Disusun Oleh :
Rizal Anwar (P27820318035)
Tingkat 3 Reguler A
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
Jl. Parangkusumo No. 1 Telp. (031) 3550163 Surabaya 6017
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Nama wisma : Panti Werdha X Surabaya
Tanggal Pengkajian : Kamis 19 November 2020
1. IDENTITAS KLIEN:
Nama : Ny. M
Umur : 85 thn
Agama : Islam
Alamat asal : Tulungagung
Tanggal datang : -
2. DATA KELUARGA:
Nama : Tn. P
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tulungagung Telp/Hp : 081235688XXX
FUNGSI FISIOLOGIS
6. LINGKUNGAN :
Kamar : pengurus panti mengatakan kamar pasien bersih karena selalu dibersihkan
oleh Setiap sore hari, didalam kamar terdapat kamar mandi, dan 1 kamarr berisi 1
bed, 2 jendela, didalam kamar terdapat kipas angin.
Kamar mandi: kamar mandi dan toilet bersih, Terdapat 2 kamar mandi, salah satu
kamar mandi di lengkapi tempat duduk dan pegangan.
Dalam rumah wisma : ruangan rumah terdiri 2 kamar tidur. 2 kamar mandi, ruang
tamu, dapur. Penchayaan baik, lantai pleester
Luar rumah : Jarak dengan jalan raya 10 meter, rumah dikelilingi tegalan
7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES
1. Kemampuan ADL
2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nilai Nilai
No Aspek Kognitif Kriteria
maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 1942 Hari : Rabu
Musim : Panas Bulan : Maret
Tanggal : pasien mengatakan tahu
2 Orientasi 5 5 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: Indonesia
Propinsi: Jawa Timur
Kabupaten/kota : Tulungagung
Panti : Klien mengatakan jika ia ada di rumah
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatian dan 5 4 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada
poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 8 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). Meja
2). Bulpen
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut : “ tidak ada, dan, jika, atau
tetapi )
Klien menjawab : tidak ada
Total nilai 30 27
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : tidak ada gangguan kognitif
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 19 november 2020 30 detik
2 22 november 2020 15 detik
3
Rata-rata Waktu TUG 45
Interpretasi hasil Diperkirakan
membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss &
Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0 0
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 1 0 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan 1 0 0
anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 2
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
30
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
Prioritas Diagnosa
1. Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi b/d kurang terpapar informasi ditandai
dengan menanyakan masalah yang dihadapi
2. Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman ditandai dengan
perilaku tidak mengikuti program
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur ditandai dengan
mengeluh sulit tidur
32
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (SIKI) 1. Perilaku klien tidak keluar
penyakit hipertensi b/d kurang keperawatan selama 3x20 I.12383 dari anjuran serta edukasi
terpapar informasi ditandai menit diharapkan yang diberikan
dengan menanyakan masalah pengetahuan tentang Observasi : 2. Klien dapat menjawab jika
yang dihadapi (D.0111) hipertensi meningkat 1. Identifikasi Faktor-faktor ditanya mengenai penyakit
dengan kriteria hasil: SLKI yang dapat meningkatkan yang di derita
L.12111 dan menurunkan motivasi 3. Klienn dapat memahami
- Perilaku sesuai dengan perilaku hidup sehat penyakit yang di derita serta
anjuran pantangan makanan yang di
- Kemampuan Terapeutik konsumsi
menjelaskan 2. Sediakan materi dan media
pengetahuan tentang pendidikan kesehatan
suatu topik meningkat (Gejala, komplikasi dan
- Persepsi yang keliru pantangan Makanan bagi
terhadap masalah penderita hipertensi)
menurun 3. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai dengan
kesepakatan (Senam
Hipertensi)
Edukasi
4. Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
5. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
sehat
2. Ketidakpatuhan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Kepatuhan program 1. Klien dapat mematuhi serta
berhubungan dengan keperawatan selama 3x20 pengobatan (SIKI) I.12361 memahami program
ketidakadekuatan menit diharapkan kepatuhan pengobatan
klien meningkat dengan Observasi 2. Klien dapat mengikuti
pemahaman ditandai
kriteria hasil : SLKI 1. Identifikasi kepatuhan program yang dianjurkan
dengan perilaku tidak L.12110 menjalani program 3. Klien dapat menjalankan
mengikuti program - Verbalisai mematuhi pengobatan program pengobatan hingga
(D.0114) program perawatan kondisi klien membaik
atau pengobatan Terapiutik
- Verbalisasi mengikuti 2. Buat komitmen menjalani
anjuran program pengobatan dengan
- Perilaku mengikuti baik
program pengobatan 3. Diskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
menghambat jalanya program
pengobatan
4. Libatkan keluarga dalam
program pengobatan
Edukasi
5. Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
6. Informasikan manfaat jika
teratur menjalani program
pengobatan
7. Anjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (SIKI) I.05174 1. Untuk mengetahui pola dan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x20 aktivitas tidur.
Observasi
menit diharapkan pola tidur 2. Untuk mengetahui faktor
kurangnya kontrol tidur membaik meningkat dengan 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
penyebab dari gangguan
ditandai dengan kantung kriteria hasil: SLKI L.05045 tidur
mata gelap (D.0055) - Keluhan sulit tidur Terapiutik
3. Membantu dalam
menurun. 2. Ciptakan lingkungan yang
- Keluhan sering terjaga memberikan rasa nyaman
tenang dan tanpa gangguan
menurun kepada pasien dan
dengan pencahayaan dan suhu membantu mengurangi
- keluhan tidak puas tidur
yang nyaman faktor yang menyebabkan
menurun.
- Keluhan pola tidur berubah 3. Tetapkan jadwal tidur rutin gangguan tidur yang berasal
menurun. dari lingkungan.
- Keluhan istirahat tidak Edukasi 4. Untuk membantu mengatur
cukup menurun. 4. Ajarkan teknik relaksasi jam tidur pasien.
5. Jelaskan tujuan, manfaat dan
jenis relaksasi yang tersedia
6. Anjurkan memilih posisi yang
nyaman
3.5 Implementasi Keperawatan
Ketidakpatuhan (D.0114) 16.10-16.30 1. Menganjurkan keluarga untuk memantau program Rizal Anwar
pengobatan klien
2. Mengedukasi mengenai program pengobatan
3. Memberitahu klien untuk melapor jika merasakan
efek samping obat
Gangguan pola tidur 16.30-16.50 1. Memodifikasi lingkungan (pencahayaan,
(D.0055) lebisingan, suhu, matras dantempat tidur), dengan Rizal Anwar
mengatur pencahayaan ruangan yang tidak terlalu
terang saat tidur, dan menyalahkan kipas angin
untuk menjaga agar kamar tidak panas
2. Memgajarkan teknik relaksasi (mendengarkan
radio)
3. Menjelaskan manfaat teknik relaksasi
4. Menganjurkan memilih posisi yang nyaman
3.6 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
Hari/Tanggal Evaluasi Keperawatan Tanda Tangan
Keperawatan
Defisit Hari ke 1 S:
Pengetahuan Kamis 19 - Klien mengatakan hanya Rizal Anwar
(D.0111) November mengetahui tentang apa itu
2020 hipertensi, dan tidak tau
09.00-09.30 tentang gejala, komplikasi dan
diet hipertensi
O:
- Klien kurang terpapar
informasi
- TD : 170/100
- N : 88x/menit
- S : 36,6 C
- P : 20x/menit
P : intervensi 2, 3, 4, 5 dilanjutkan
Ketidakpatuha 10.00 S: Rizal Anwar
n (D.0114) - Klien mengatakan jarang
meminum obat diabetes
karena merasa tidak ada efek
O:
- Klien tidak menjalani
program pengobatan dengan
rutin
- GDA : 370 mg/dL
- TB 156 cm
- BB 60 kg
- BMI : 24,7 (obesitas)
39
P : intervensi 2, 3, 4 dilanjutkan
Defisit Hari ke 2 S:
Pengetahuan - Klien mengatakan sudah Rizal Anwar
(D.0111) Minggu 22 mulai paham mengenai
November penyakit hipertensi
2020
14.00-14.20 O
- Klien memahami mengenai
penyakit hipertensi
- Klien dapat menjawab
pertanyaan seputar hipertensi
- TD : 160/100 mmHg
- N : 89x/menit
- P : 20x/menit
- S : 36,8 C
O:
- Pasien mulai
memikirkan hal hal
positif agar tidak terlalu
mengingat suaminya
yang meninggal
40
Defisit Hari ke 3 S:
Pengetahuan Rabu 25 - Klien mengatakan sudah paham Rizal Anwar
(D.0111) November tentang pantangan makanan dan
2020 diet hipertensi
15.30-16.10
O:
- Klien dapat menjelaskan
kembali tentang diet bagi
penderita hipertensi
- Klien dapat mengikuti senam
hipertensi yang diajarkan
- TD : 160/100
41
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN SENAM HIPERTENSI
8. Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Media
1. Pembukaan 1. mengucapkan salam Klien dapat menjawab Lisan
2. memperkenalkan diri salam penyuluh, serta
3. menjelaskan topik dan dapat menerima
tujuan pendidikan perkenalan penyuluh,
kesehatan mendengarkan
4. menanyakan kontrak waktu penyampaian topik dan
5. menyiapkan kesiapan klien tujuan. Klien dapat
mendiskusikan terkait
kontrak waktu, serta dapat
menyiapkan diri
2. Pelaksanaa 1. Menjelaskan tentang : Klien dapat mendengarkan Poster
n a) pengertian hipertensi penjelasan materi oleh dan
b) pengertian senam penyuluh, klien dapat Android
hipertensi memperhatikan senam
c) manfaat senam hipertensi hipertensi yang
d) hal-hal yang perlu diper dipraktikkan oleh penyuluh
untuk penderita serta klien dapat bertanya
hipertensi kepada penyuluh
2. mempraktikkan cara senam
hipertensi
3. Membuka sesi pertanyaan
42
3. Evaluasi 1. Menanyakan kembali hal- Klien dapat menjelaskan Lisan
hal yang sudah dijelaskan kembali isi dari materi
2. Memberikan kesempatan yang telah disampaikan
kepada klien untuk serta dapat
mendemonstrasikan mendemonstrasikan
tatalaksana senam senam hipertensi
hipertensi
43
14. Lampiran : 1. Materi
2. Poster
Ttd.
Penyuluh
Rizal Anwar
Lampiran 1
MATERI
A. Pengertian hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri (nadi) secar terus-menerus lebih dari suatu
periode.hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg.
44
D. Cara Senam Hipertensi
Kondisi penderita hipertensi secara medis berbeda dengan orang sehat. Untuk itu,
perlu Senam yang juga dilakukan secara khusus. Latihannya harus bertahap dan tidak
boleh memaksakan diri. Gerakan dengan intensitas ringan dapat dilakukan perlahan
sesuai kemampuan.
Pemanasan
Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang sama dengan arah
kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan sisi lain.
Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala dengan posisi kedua kaki
dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.
Gerakan-gerakan tangan :
Mengangkat tangan kedepan, ke atas, ke samping, ke belakang
Gerakan tangan membuka dan menyilang
Mendorong dan memompa ke depan, ke atas, dan ke samping
Gerakan tangan meninju, ke depan, ke samping, ke atas, ke bawah, dan menyilang
Gerakan mengayun satu tangan atau dua tangan
Tepukan, antara lain kedua tangan menepuk, tangan menepuk paha, bahu, dan lain
sebagainya
Gerakan-gerakan kaki :
Berjalan di tempat
Melangkah satu atau dua langkah
Melompat satu kaki atau dua kaki ke samping, ke depan, dan ke belakang
Mengangkat lutut
Tendangan, ke belakang, ke depan, dan ke samping
Gerakan menggeser kaki, menyeret kaki, dan lain sebagainya
Pendinginan
Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher dan tahan dengan
tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali dan lakukan pada sisi lainnya.
Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan ke samping dengan gerakan setengah
putaran. Tahan 8-10 kali hitungan lalu arahkan tangan ke sisi lainnya dan tahan dengan
hitungan sama.
45
E. Hal hal yang perlu di perhatikan penderita Hipertensi
Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan senam secara rutin dengan
takaran cukup, beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian:
1. Jika kelebihan berat badan.
Seseorang yang mengalami kelebihan bobot badan, kemungkinan mengalami
hipertensi meningkat lebih dari tiga kali lipat. Resiko itu akan terus meningkat dengan
bertambahnya bobot badan. Menurnkan bobot badan merupakan strategi sangat efektif
dlam mengatur pola hidup untuk menormalkan tekanan darah. Bila kita berhasil
menurunkan bobot badan 2,5 – 5 kg saja, tekanan darah diastolik dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg. Penurunan bobot badan 10 kg dapat melipatduakan perbaikan ini.
2. Kurangi asupan natrium (sodium).
Ternyata, bila seseorang mendapat asupan garam secara berlebihan dalam jangka
waktu lama kemungkinannya mengalami tekanan darah tinggi juga lebih besar. Karena
itu, kurangi asupan garam sampai kurang dari 2.300 mg (satu sendok teh) setiap hari.
Dalam banyak penelitian diketahui, pengurangan konsumsi garam menjadi setengah
sendok teh per hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan
darah diastolik sekitar 2,5 mmHg. Pengaruh ini kebanyakan terjadi pada para lansia.
3. Usahakan cukup asupan kalium (potassium).
Kalium banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayur mayur. Mineral ini
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama
air kencing.Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3 - 5 kali dalam
sehari, seseorang bisa mencapai asupan potasium yang cukup.
4. Batasi konsumsi alkohol.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar ketimbang mereka yang
tidak minum-minuman beralkohol. Jelaslah, kalau mereka menghilangkan kebiasaan
tersebut, tekanan darahnya akan turun.
Lampiran 2
46
Leaflet
47
Absensi
Link Video
https://drive.google.com/file/d/1JWk4eGWmP2ogKCwLpI6wpiGCuzeUm_ey/view?usp=drivesdk
48