Anda di halaman 1dari 48

Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny M Dengan Masalah Keperawatan Defisit

Pengetahuan Tentang Penyakit Hipertensi Di Desa Betak

Dosen Penguji:
Minarti, M. Kep, Sp.Kom.
NIP. 19670730 199303 2 004

Heru Sulistijono, S.Kep.Ns.M.Kes


NIP : 19711001 199303 1 0044

Disusun Oleh :
Rizal Anwar (P27820318035)
Tingkat 3 Reguler A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
Jl. Parangkusumo No. 1 Telp. (031) 3550163 Surabaya 6017
LAPORAN PENDAHULUAN
LANSIA DAN HIPERTENSI

KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia,
Konsep dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.
1. Konsep Teori Lansia
1.1. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

1.2. Proses Menua


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho,
1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.Memasuki masa
tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah.Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang.Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi
tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi
pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara
fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan
teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang
ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh
perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh
para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan
kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan
hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran
minimal trehadap diri dan orang lain.

1.3. Teori Proses Menua


1.3.1. Teori-teori Biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel).
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat
dan protein.Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.
1.3.2. Teori Kejiwaan Sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen

1.4. Permasalahan yang terjadi pada lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia,
antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1. Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia

1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
1.6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya
sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

1.7. Penyakit yang sering diderita Lansia


Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit
lansia, yaitu :Depresi mental
1) Gangguan pendengaran
2) Bronkhitis kronis
3) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4) Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5) Demensia

2. KONSEP HIPERTENSI PADA LANSIA


2.1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap.Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih
tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah
sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Rohaendi, 2008).

2.2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)

Tekanan sistolik Tekanan diastolik


Tigkat Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

2.3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin,
DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

2.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Pathway

2.5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat
mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
n. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

2.7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah
raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara
20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan
paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Ø Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Ø Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Ø Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT
OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
 Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
 Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
 Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
 Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.

2.8. Konsep Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat,
alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis dan riwayat hipertensi dengan tekanan
darah
3. Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur dan klien hanya tidur 3-4 jam
4. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian dan klien terlihat gelisah
 
Konsep Dasar Diabetes Melitus
 1. Definisi
 Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi
insulin atauretensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosadalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma
klinis yang ditandai dengan hiperglikemiakronik dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein sehubungan dengankurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif
dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).Diabetes
mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).Diabetes
mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan
denganhiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

2. Epidemoligi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
lebih dari65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi
pada panti lansia.

3. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi
kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolism
e basal. Halini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab
diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
 
 Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas,dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
 Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol,
dll.)Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinyadiabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda
dan gejaladiabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu
bangun padamalam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan
indikator diabetes yangmungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwahal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri

4. Klasifikasi
 Diabetes melitus tipe I:
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
prosesimunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
 Mudah terjadi ketoasidosis 
 Pengobatan harus dengan insulin
 Onset akut
 Biasanya kurus
 Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
 Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
 Didapatkan antibodi sel islet
 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
 
Diabetes melitus tipe II:Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Karakteristik DM tipe II:
 Sukar terjadi ketoasidosis
 Pengobatan tidak harus dengan insulin
 Onset lambat
 Gemuk atau tidak gemuk 
 Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
 Tidak berhubungan dengan HLA
 Tidak ada antibodi sel islet
 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
 ± 100% kembar identik terkena
 
5.Manifestasi Klinis
 Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnyatidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi,dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan
inkontinensia urin.Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya
mereka tidak bereaksi adekuatterhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau
baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik  pada pembuluh darah dan saraf.Pada DM
lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaranklinisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhanyang
sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan
padatungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar
sembuhdengan pengobatan lazim.Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia
lanjut yang sering ditemukanadalah :
 Katarak  
 Glaukoma
 Retinopati
 Gatal seluruh badan
 Pruritus Vulvae
 Infeksi bakteri kulit
 Infeksi jamur di kulit
 Dermatopati
 Neuropati perifer 
 Neuropati visceral
 Amiotropi
 Ulkus Neurotropik
 Penyakit ginjal
 Penyakit pembuluh darah perifer
 Penyakit koroner  
 Penyakit pembuluh darah otak 
 Hipertensi

6. Patofisiologi
 Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosake dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormon yangdihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak
dapat masuk seldengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalamdarah meningkat.Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasiendiabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik
yang merupakan predisposisi untuk kerusakanautoimun sel beta pankreas. Respon
autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadapsel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehing
ga glukosa yangmasuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuanterapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal.Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidratkompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah
lemak dalam diet initidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan
aktivitas reseptor insulin. 
b. LatihanLatihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik
mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien
yang terbaru dan pilihan gayahidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang
mungkin paling berhasil. Berjalan
atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga
t baik untuk  para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara
langsung meningkatkan fungsifisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraanemosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta
membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin.
perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas 
yangdapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. d.Terapi (jika diperlukan)Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya
untuk  penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertaha
nkan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi
komplikasi penyakityang membahayakan
e. Pendidikan
 Diet yang harus dikomsumsi
 Latihan
 Penggunaan insulin

9.Pemeriksaan Diagnostik 
 
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosaKriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya
2 kali pemeriksaan:
 Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) 
 Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
 Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

10. Komplikasi Diabetes Melitus


a. Diabetes ketoadosis
b. Retinopati diabetic
c. Nefropati diabetic
d. Neuropati
e. Displidemia
f. Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara,


Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL.(1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.Little Brown and Company.
Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing.Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny M Dengan Masalah Keperawatan Defisit
Pengetahuan Tentang Penyakit Hipertensi Di Desa Betak

Dosen Penguji:
Minarti, M. Kep, Sp.Kom.
NIP. 19670730 199303 2 004

Heru Sulistijono, S.Kep.Ns.M.Kes


NIP : 19711001 199303 1 0044

Disusun Oleh :
Rizal Anwar (P27820318035)
Tingkat 3 Reguler A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
Jl. Parangkusumo No. 1 Telp. (031) 3550163 Surabaya 6017
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Nama wisma : Panti Werdha X Surabaya
Tanggal Pengkajian : Kamis 19 November 2020
1. IDENTITAS KLIEN:
Nama : Ny. M
Umur : 85 thn
Agama : Islam
Alamat asal : Tulungagung
Tanggal datang : -

2. DATA KELUARGA:
Nama : Tn. P
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tulungagung Telp/Hp : 081235688XXX

3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :


Keluhan utama: Keluarga mengatakan klien mempunyai penyakit diabetes
dan hipertensi serta kaki kanan nya tidak kuat jika berdiri
terlalu lama
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Obat-obatan: Renabetic

4. AGE RELATED CHANGES(PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum Ya Tidak


Kelelahan : 
Perubahan BB : 
Perubahan nafsu : 
makan
Masalah tidur : 
Kemampuan ADL : 
KETERANGAN : - klien mengatakan sulit tidur, ia menonton tv sampai
larut malam
9. Leher Ya Tidak
Kekakuan : 
Nyeri tekan : 
Massa : 
KETERANGAN : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan leher pasien
13. Perkemihan Ya Tidak
Dysuria : 
Frekuensi 3-4 kali/hari
Hesitancy : 
Urgency : 
Hematuria : 
Poliuria : 
Oliguria : 
Nocturia : 
Inkontinensia : 
Nyeri berkemih : 
Pola BAK Klien mengatakan pola buang air kecil tidak mengalami
masalah
KETERANGAN Pasien mengatakan tidak ada masalah

14. Reproduksi (laki-laki) Ya Tidak


Lesi :
8. Mulut, tenggorokan
Disharge : Ya Tidak
Testiculer
Nyeri telan pain : : 
Testiculer
Kesulitan massa
menelan : : 
Perubahan gairah sex
Lesi : : 
Impotensigusi
Perdarahan : : 
Reproduksi
Caries : 
(perempuan) 
Perubahan
Lesi rasa : : 
Gigi palsu : 
Discharge : 
Riwayat Infeksi :
Postcoital bleeding :
Pola sikat gigi : Klien mengatakan gosok gigi setiap sore, terdapat
 karies
Nyeri pelvis : di gigi graham sebelah kanan

Prolap
KETERANGAN : : Klien mengatakan menggunakan gigi palsu
Riwayat menstruasi : Terakhir menstruasi usia 45 tahun
Aktifitas seksual 
Pap smear 
KETERANGAN Tidak Ada masalah
15. Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri Sendi : 
Bengkak : 
Kaku sendi : 
Deformitas : 
Spasme : 
Kram : 
Kelemahan otot : 
Masalah gaya berjalan : 
Nyeri punggung : 
Pola latihan : Klien mengatakan kaki kanan nya sering kesumutan dan
sakit jika berdiri terlalu lama
Dampak ADL : Klien mengatakan hanya melakukan aktivitas ringan,
pasien lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang
keluarga menonton tv
KETERANGAN : - Pasien mengatakan kadang merasa nyeri pada paha
kanan p: proses penuaan, Q: ditusuk-tusuk, R: paha
kanan, S: 2, T: hilang timbul
- Keluarga mengatakan pasien memiliki perubahan
postur tubuh sejak pasien berusia 50an postur tubuh
pasien agak bungkuk
5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :
Psikososial YA Tidak
Cemas : 
Depresi : 
Ketakutan : 
Insomnia : 
Kesulitan dalam : 
mengambil keputusan
Kesulitan konsentrasi : Pasien mengatakan sedikit sulit berkonsentrasi

Mekanisme koping : Saat magrib klien dan keluarga berbincang bincang di


depan tv
Persepsi tentang kematian: pasien mengatakan kalau dia tidak khawatir karena itu pasti

Dampak pada ADL : 


Spiritual

 Aktivitas ibadah : Keluarga mengatakan pasien tetap melakukan ibadah


walaupun terkadang dilakukan dengan duduk
 Hambatan : Pasien tidak dapat berdiri dengan durasi yang lama
KETERANGAN : - Keluarga mengatakan saat dirumah sudah disediakan kursi
khusus untuk beribadah

16. Persyarafan Ya Tidak


Headache : 
Seizures : 
Syncope : 
Tic/tremor : 
Paralysis : 
Paresis : 
Masalah memori : 
KETERANGAN : - pasien mengatakan klien sudah mengalami kesumutan
di kaki kanan sejak tahun 2018

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : pengurus panti mengatakan kamar pasien bersih karena selalu dibersihkan
oleh Setiap sore hari, didalam kamar terdapat kamar mandi, dan 1 kamarr berisi 1
bed, 2 jendela, didalam kamar terdapat kipas angin.
 Kamar mandi: kamar mandi dan toilet bersih, Terdapat 2 kamar mandi, salah satu
kamar mandi di lengkapi tempat duduk dan pegangan.
 Dalam rumah wisma : ruangan rumah terdiri 2 kamar tidur. 2 kamar mandi, ruang
tamu, dapur. Penchayaan baik, lantai pleester
 Luar rumah : Jarak dengan jalan raya 10 meter, rumah dikelilingi tegalan
7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES
1. Kemampuan ADL

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)


Skor
Dengan
No Kriteri Mandiri Yang
Bantuan
Didapat
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 15
tidur, atau sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir 0 5 5
rambut, gosok gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 5 10 5
menyeka tubuh,
menyiram)
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak 0 5 5
bisa, dengan kursi
roda )
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10
Jumlah 45 90 80
Kategori
45-60 : ketergantungan Total
61-76 : ketergantungan parsial
77-90 : Mandiri

2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nilai Nilai
No Aspek Kognitif Kriteria
maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 1942 Hari : Rabu
Musim : Panas Bulan : Maret
Tanggal : pasien mengatakan tahu
2 Orientasi 5 5 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: Indonesia
Propinsi: Jawa Timur
Kabupaten/kota : Tulungagung
Panti : Klien mengatakan jika ia ada di rumah
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatian dan 5 4 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada
poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 8 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). Meja
2). Bulpen
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut : “ tidak ada, dan, jika, atau
tetapi )
Klien menjawab : tidak ada

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas
ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima
yang saling bertumpuk

Total nilai 30 27
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : tidak ada gangguan kognitif
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 19 november 2020 30 detik
2 22 november 2020 15 detik
3
Rata-rata Waktu TUG 45
Interpretasi hasil Diperkirakan
membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan
melakukan ADL

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss &
Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0 0
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar 1 0 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan 1 0 0
anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 2
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)

Interpretasi : Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi


5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 1
perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2 0
tidak dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 2 0
makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 1 0
kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0
terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2 2
untuk belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 5
(American Dietetic Association and National Council on the Aging,
dalam Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3–5:
Moderate
nutritional risk
6≥ : High
nutritional risk

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik


No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
1 GDA 18 November 2020 370mg/dL
2 Tekanan darah 18 november 2020 170/100 mmhg

7. Fungsi Sosial Lansia


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 1
teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya
29
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH 2
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas/arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION 1
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE 2
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 8
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2
2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik

30
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

3.2 Analisa Data


Kemungkinan
No. Pengelolaan Data Masalah Keperawatan
Penyebab
1. DS: Klien tidak Defisit Pengetahuan
- Klien mengatakan tidak mengetahui gejala
mengetahui tentang gejala serta komplikasi
serta komplikasi hipertensi hipertensi
- Klien mengatakan tidak tau
tentang makanan yang tidak Klien tidak mengetahu
boleh di konsumsi bagi makanan apa saja yang
penderita hipertensi harus di hindari
- Klien mengatakan ingin
tahu cara menurunkan
hipertensinya Klien kurang terpapar
informasi
DO:
- TD : 170/100 mmHg
- Klien sudah tidak
Menanyakan masalah
mengkonsumsi obat
yang di hadapi
hipertensi
- Klien terlihat bertanya tanya
tentang penyakit hipertensi
Defisit pengetahuan
tentang hipertensi
2. DS: Mengeluh pola tidur Gangguan Pola tidur
- Keluaraga mengatakan berubah
Klien sulit untuk tidur dan
menhabiskan waktunya
menonton sinetron hingga Kurangnya kontrol
larut malam tidur
- Klien mengatakan sebelum
tidur ia terkadang teringat
suaminya yang sudah
meninggal
DO:
- Kantung mata klien terlihat
agak gelap
- Klien tidur 6-7 jam sehari

3. DS Klien tidak meminum Ketidakpatuhan


- Klien mengatakan jarang obat diabetes secara
minum obat diabetes secara rutin
rutin
- Klien mengatakan terkadang
hanya meminum obat 1x Klien tidak
sehari, kadang 2x sehari menjalankan
DO pengobatan diabetes
- Obat yang dikonsumsi
adalah renabetic 5mg
- Klien dianjurkan minum Perilaku tidak
obat 2x sehari mengikuti program
- GDA : 370 mg/dL
- TB 156 cm
- BB 60 kg 31 Ketidakpatuhan
BMI : 24,7 (obesitas)
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi b/d kurang terpapar informasi ditandai
dengan menanyakan masalah yang dihadapi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur ditandai dengan
mengeluh sulit tidur.
3. Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman ditandai
dengan perilaku tidak mengikuti program

Prioritas Diagnosa

1. Defisit pengetahuan tentang penyakit hipertensi b/d kurang terpapar informasi ditandai
dengan menanyakan masalah yang dihadapi
2. Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman ditandai dengan
perilaku tidak mengikuti program
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur ditandai dengan
mengeluh sulit tidur

32
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (SIKI) 1. Perilaku klien tidak keluar
penyakit hipertensi b/d kurang keperawatan selama 3x20 I.12383 dari anjuran serta edukasi
terpapar informasi ditandai menit diharapkan yang diberikan
dengan menanyakan masalah pengetahuan tentang Observasi : 2. Klien dapat menjawab jika
yang dihadapi (D.0111) hipertensi meningkat 1. Identifikasi Faktor-faktor ditanya mengenai penyakit
dengan kriteria hasil: SLKI yang dapat meningkatkan yang di derita
L.12111 dan menurunkan motivasi 3. Klienn dapat memahami
- Perilaku sesuai dengan perilaku hidup sehat penyakit yang di derita serta
anjuran pantangan makanan yang di
- Kemampuan Terapeutik konsumsi
menjelaskan 2. Sediakan materi dan media
pengetahuan tentang pendidikan kesehatan
suatu topik meningkat (Gejala, komplikasi dan
- Persepsi yang keliru pantangan Makanan bagi
terhadap masalah penderita hipertensi)
menurun 3. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai dengan
kesepakatan (Senam
Hipertensi)

Edukasi
4. Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
5. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
sehat

2. Ketidakpatuhan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Kepatuhan program 1. Klien dapat mematuhi serta
berhubungan dengan keperawatan selama 3x20 pengobatan (SIKI) I.12361 memahami program
ketidakadekuatan menit diharapkan kepatuhan pengobatan
klien meningkat dengan Observasi 2. Klien dapat mengikuti
pemahaman ditandai
kriteria hasil : SLKI 1. Identifikasi kepatuhan program yang dianjurkan
dengan perilaku tidak L.12110 menjalani program 3. Klien dapat menjalankan
mengikuti program - Verbalisai mematuhi pengobatan program pengobatan hingga
(D.0114) program perawatan kondisi klien membaik
atau pengobatan Terapiutik
- Verbalisasi mengikuti 2. Buat komitmen menjalani
anjuran program pengobatan dengan
- Perilaku mengikuti baik
program pengobatan 3. Diskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
menghambat jalanya program
pengobatan
4. Libatkan keluarga dalam
program pengobatan

Edukasi
5. Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
6. Informasikan manfaat jika
teratur menjalani program
pengobatan
7. Anjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (SIKI) I.05174 1. Untuk mengetahui pola dan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x20 aktivitas tidur.
Observasi
menit diharapkan pola tidur 2. Untuk mengetahui faktor
kurangnya kontrol tidur membaik meningkat dengan 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
penyebab dari gangguan
ditandai dengan kantung kriteria hasil: SLKI L.05045 tidur
mata gelap (D.0055) - Keluhan sulit tidur Terapiutik
3. Membantu dalam
menurun. 2. Ciptakan lingkungan yang
- Keluhan sering terjaga memberikan rasa nyaman
tenang dan tanpa gangguan
menurun kepada pasien dan
dengan pencahayaan dan suhu membantu mengurangi
- keluhan tidak puas tidur
yang nyaman faktor yang menyebabkan
menurun.
- Keluhan pola tidur berubah 3. Tetapkan jadwal tidur rutin gangguan tidur yang berasal
menurun. dari lingkungan.
- Keluhan istirahat tidak Edukasi 4. Untuk membantu mengatur
cukup menurun. 4. Ajarkan teknik relaksasi jam tidur pasien.
5. Jelaskan tujuan, manfaat dan
jenis relaksasi yang tersedia
6. Anjurkan memilih posisi yang
nyaman
3.5 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Tanda Tangan


Defisit Pengetahuan Hari ke 1 1. Identifikasi pengetahuan klien tentang hipertensi
(D.0111) Kamis 19 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang Rizal Anwar
November 2020 hipertensi
09.00-09.30 3. Mengedukasi mengenai perilaku hidup sehat
Ketidakpatuhan (D.0114) 09.30-10.00 1. Mengidentifikasi penyebab klien kurang Rizal Anwar
menjalani program pengobatan
2. Mendampingi klien dalam program pengobatan
3. Mengajak keluarga mendampingi klien dalam
program pengobatan
4. Mengedukasi mengenai program pengobatan
5. Menganjurkan konsultasi ke pelayanan
kesehatan
Gangguan Pola Tidur 10.00-10.20 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
(D.0055) 2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur Rizal Anwar
(fisik/psikologis)
3. Memodifikasi lingkungan (pencahayaan,
lebisingan, suhu, matras dantempat tidur),
dengan mengatur pencahayaan ruangan yang
tidak terlalu terang saat tidur, dan menyalahkan
AC untuk menjaga agar kamar tidak panas
4. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan yaitu dengan memberikan aroma
terapi.
Defisit Pengetahuan Hari ke 2 1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
(D.0111) hipertensi Rizal Anwar
Minggu 22 2. Memberikan edukasi tentang perilaku hidup
November 2020 sehat
14.00-14.20 3. Memberikan penyuluhan pendidikan kesehatan
tentang penyakit hipertensi
Ketidakpatuhan (D.0114) 14.20-14.40 1. Mendampingi klien dalam dalam menjalani Rizal Anwar
program pengobatan
2. Mengajak keluarga mendampingi klien dalam
program pengobatan
3. Menganjurkan konsultasi ke pelayanan
kesehatan
4. Menjelaskan manfaat jika mengikuti program
pengobatan dengan baik
Gangguan pola tidur 14.40-15.00 1. Memodifikasi lingkungan (pencahayaan,
(D.0055) lebisingan, suhu, matras dantempat tidur), Rizal Anwar
dengan mengatur pencahayaan ruangan yang
tidak terlalu terang saat tidur, dan menyalahkan
kipas angin untuk menjaga agar kamar tidak
panas
2. Memgajarkan teknik relaksasi (mendengarkan
radio)
3. Menjelaskan manfaat teknik relaksasi
4. Menganjurkan memilih posisi yang nyaman
Defisit Pengetahuan Hari ke 3 1. Memberikan Pendidikan kesehatan tentang Rizal Anwar
(D.0111) Rabu 25 November hipertensi
2020 2. Mengedukasi cara menurunkan hipertensi
15.30-16.10 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang senam
hipertensi

Ketidakpatuhan (D.0114) 16.10-16.30 1. Menganjurkan keluarga untuk memantau program Rizal Anwar
pengobatan klien
2. Mengedukasi mengenai program pengobatan
3. Memberitahu klien untuk melapor jika merasakan
efek samping obat
Gangguan pola tidur 16.30-16.50 1. Memodifikasi lingkungan (pencahayaan,
(D.0055) lebisingan, suhu, matras dantempat tidur), dengan Rizal Anwar
mengatur pencahayaan ruangan yang tidak terlalu
terang saat tidur, dan menyalahkan kipas angin
untuk menjaga agar kamar tidak panas
2. Memgajarkan teknik relaksasi (mendengarkan
radio)
3. Menjelaskan manfaat teknik relaksasi
4. Menganjurkan memilih posisi yang nyaman
3.6 Evaluasi Keperawatan

Diagnosa
Hari/Tanggal Evaluasi Keperawatan Tanda Tangan
Keperawatan
Defisit Hari ke 1 S:
Pengetahuan Kamis 19 - Klien mengatakan hanya Rizal Anwar
(D.0111) November mengetahui tentang apa itu
2020 hipertensi, dan tidak tau
09.00-09.30 tentang gejala, komplikasi dan
diet hipertensi

O:
- Klien kurang terpapar
informasi
- TD : 170/100
- N : 88x/menit
- S : 36,6 C
- P : 20x/menit

A : masalah defisit pengetahuan


belum teratasi

P : intervensi 2, 3, 4, 5 dilanjutkan
Ketidakpatuha 10.00 S: Rizal Anwar
n (D.0114) - Klien mengatakan jarang
meminum obat diabetes
karena merasa tidak ada efek
O:
- Klien tidak menjalani
program pengobatan dengan
rutin
- GDA : 370 mg/dL
- TB 156 cm
- BB 60 kg
- BMI : 24,7 (obesitas)

A; Masalah kepatuhan belum


teratasi
P ; intervensi 2, 3, 4 dilanjutkan
Gangguan pola 10.20 S:
tidur (D.0055) - pasien mengatakan pasien tidur Rizal Anwar
jika sudang merasa ngantuk
dan menonton sinetron dulu
sebelum tidur
- Pasien mengatakan bisa tidur
jika kondisi gelap
O:
Pasien sulit untuk memulai
tidur karena sering teringat
suaminya
A : masalah pola tidur belum
teratasi

39
P : intervensi 2, 3, 4 dilanjutkan

Defisit Hari ke 2 S:
Pengetahuan - Klien mengatakan sudah Rizal Anwar
(D.0111) Minggu 22 mulai paham mengenai
November penyakit hipertensi
2020
14.00-14.20 O
- Klien memahami mengenai
penyakit hipertensi
- Klien dapat menjawab
pertanyaan seputar hipertensi
- TD : 160/100 mmHg
- N : 89x/menit
- P : 20x/menit
- S : 36,8 C

A : Masalah defisit pengetahuan


teratasi sebagian
P : Intervensi 2,3,4,5 dilanjutkan
Ketidakpatuha 14.40 S: Rizal Anwar
n (D.0114) - Klien mengatakan sudah
meminum obat tadi pagi
sebelum makan
O:
- Klien minum obat renabetic
5mg
- GDA : 343 mg/dL
A : Masalah kepatuhan teratasi
sebagian
P : Intervensi 3,4,5,6 dilanjutkan
Gangguan pola 15.00 S:
tidur (D.0055) - pasien mengatakan pasien Rizal Anwar
mengurangi menonton sinetron
larut malam
- Pasien mengatakan bisa jika
kondisi gelap

O:
- Pasien mulai
memikirkan hal hal
positif agar tidak terlalu
mengingat suaminya
yang meninggal

A : masalah gangguan tidur


teratasi sebagian
P : intervensi 2,3,6 dilanjutkan

40
Defisit Hari ke 3 S:
Pengetahuan Rabu 25 - Klien mengatakan sudah paham Rizal Anwar
(D.0111) November tentang pantangan makanan dan
2020 diet hipertensi
15.30-16.10
O:
- Klien dapat menjelaskan
kembali tentang diet bagi
penderita hipertensi
- Klien dapat mengikuti senam
hipertensi yang diajarkan
- TD : 160/100

A: masalah defisit pengetahuan


teratasi
P: intervensi dipertahankan
Ketidakpatuha 16.30 S Rizal Anwar
n (D.0114) - Klien sudah mulai rutin minum
obat diabetes 2x sehari
O
- Klien minum obat renabetic
5mg 2x sehari
A : Masalah kepatuhan teratasi
P : Intervensi dipertahankan
Gangguan pola 16.50 S: Rizal Anwar
tidur - pasien mengatakan pasien
mulai tidur lebih awal.
- Pasien mengatakan bisa tidur
dengan kondisi gelap
O: pasien mulai bisa tidur lebih
awal dari biasanya
A : masalah gangguan tidur
teratasi
P : intervensi dipertahankan

41
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN SENAM HIPERTENSI

1. Pokok Bahasan : Tekanan darah tinggi/ Hipertensi


2. Sub Pokok Bahasan : - pengertian hipertensi
- pengertian senam hipertensi
- manfaat senam hipertensi
- cara senam hipertensi
- hal-hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi
3. Sasaran : Ny. M
4. Waktu : 30 menit
5. Tempat : Kediaman Ny. M di Desa Betak
6. Hari/Tanggal : Rabu, 25 November 2020
7. Tujuan
a.) Tujuan Umum : agar Ny. M dapat memahami tata laksana senam hipertensi
serta mampu untuk mendemonstrasikannya
b.) Tujuan Khusus : Ny. M diharapkan mampu :
- menjelaskan pengertian penyakit hipertensi dengan benar
- menjelaskan pengertian senam hipertensi
- menjelaskan manfaat senam hipertensi
- cara senam hipertensi
- hal-hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi

8. Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Media
1. Pembukaan 1. mengucapkan salam Klien dapat menjawab Lisan
2. memperkenalkan diri salam penyuluh, serta
3. menjelaskan topik dan dapat menerima
tujuan pendidikan perkenalan penyuluh,
kesehatan mendengarkan
4. menanyakan kontrak waktu penyampaian topik dan
5. menyiapkan kesiapan klien tujuan. Klien dapat
mendiskusikan terkait
kontrak waktu, serta dapat
menyiapkan diri
2. Pelaksanaa 1. Menjelaskan tentang : Klien dapat mendengarkan Poster
n a) pengertian hipertensi penjelasan materi oleh dan
b) pengertian senam penyuluh, klien dapat Android
hipertensi memperhatikan senam
c) manfaat senam hipertensi hipertensi yang
d) hal-hal yang perlu diper dipraktikkan oleh penyuluh
untuk penderita serta klien dapat bertanya
hipertensi kepada penyuluh
2. mempraktikkan cara senam
hipertensi
3. Membuka sesi pertanyaan

42
3. Evaluasi 1. Menanyakan kembali hal- Klien dapat menjelaskan Lisan
hal yang sudah dijelaskan kembali isi dari materi
2. Memberikan kesempatan yang telah disampaikan
kepada klien untuk serta dapat
mendemonstrasikan mendemonstrasikan
tatalaksana senam senam hipertensi
hipertensi

4. Penutupan 1. Menutup pertemuan Klien dapat memahami Lisan


dengan menyimpulkan materi yang telah
materi yang telah dibahas disampaikan serta dapat
2. Memberikan salam menjawab salam penutup
penutup kepada klien

9. Metode : Ceramah, diskusi, demonstrasi


10. Media : Leaflet dan android
11. Materi : Terlampir
12. Evaluasi : Cara evaluasi akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
lisan
Pertanyaan Lisan
a) Apakah pengertian dari hipertensi?
b) Jelaskan mengenai senam hipertensi
c) Sebutkan manfaat senam hipertensi
d) Sebutkan bagaimana cara senam hipertensi
e) Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada penderita
hipertensi

13. Daftar pustaka


Dede Kusmana. (2002). Olahraga bagi Kesehatan Jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Dede Kusmana. (2006). Olahraga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
John MF Adam. (2006). Obesitas dan Sindroma Metabolik. Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan.
Niniek Soetini. Meningkatkan Stamina Penderita Hipertensi.

43
14. Lampiran : 1. Materi
2. Poster

Ttd.

Penyuluh
Rizal Anwar
Lampiran 1

MATERI

A. Pengertian hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri (nadi) secar terus-menerus lebih dari suatu
periode.hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg.

B. Pengertian senam hipertensi


Salah satu cara pemeliharaan kesegaran jasmani dengan melakukan senam ,karena
dapat merangsang aktifitas kerja jantung untuk melakukan perubahan yang
menguntungkan dalam tubuh seseorang yang melaksanakannya. Hal ini merupakan
usaha preventif/pencegahan tujuannya untuk meningkatkan jumlah interaksi oksigen
yang diproses di dalam tubuh dalam waktu tertentu.

C. Manfaat senam hipertensi


Manfaat senam Hipertensi adalah sebagai berikut :
 Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta membakar lemak yang
berlebihan di tubuh karena aktifitas gerak untuk menguatkan dan membentuk otot dan
beberapa bagian tubuh lainnya, seperti: Pinggang, Paha, Pinggul, Perut dan lain-lain.
 Meningkatkan kelentukan, keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya tahan dan
sanggup melakukan kegiatan-kegiatan atau olah raga lainnya.

44
D. Cara Senam Hipertensi
Kondisi penderita hipertensi secara medis berbeda dengan orang sehat. Untuk itu,
perlu Senam yang juga dilakukan secara khusus. Latihannya harus bertahap dan tidak
boleh memaksakan diri. Gerakan dengan intensitas ringan dapat dilakukan perlahan
sesuai kemampuan.
Pemanasan
 Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang sama dengan arah
kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan sisi lain.
 Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala dengan posisi kedua kaki
dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.

Gerakan-gerakan tangan :
 Mengangkat tangan kedepan, ke atas, ke samping, ke belakang
 Gerakan tangan membuka dan menyilang
 Mendorong dan memompa ke depan, ke atas, dan ke samping
 Gerakan tangan meninju, ke depan, ke samping, ke atas, ke bawah, dan menyilang
 Gerakan mengayun satu tangan atau dua tangan
 Tepukan, antara lain kedua tangan menepuk, tangan menepuk paha, bahu, dan lain
sebagainya

Gerakan-gerakan kaki :
 Berjalan di tempat
 Melangkah satu atau dua langkah
 Melompat satu kaki atau dua kaki ke samping, ke depan, dan ke belakang
 Mengangkat lutut
 Tendangan, ke belakang, ke depan, dan ke samping
 Gerakan menggeser kaki, menyeret kaki, dan lain sebagainya

Pendinginan
 Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher dan tahan dengan
tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali dan lakukan pada sisi lainnya.
 Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan ke samping dengan gerakan setengah
putaran. Tahan 8-10 kali hitungan lalu arahkan tangan ke sisi lainnya dan tahan dengan
hitungan sama.

45
E. Hal hal yang perlu di perhatikan penderita Hipertensi
Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan senam secara rutin dengan
takaran cukup, beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian:
1. Jika kelebihan berat badan.
Seseorang yang mengalami kelebihan bobot badan, kemungkinan mengalami
hipertensi meningkat lebih dari tiga kali lipat. Resiko itu akan terus meningkat dengan
bertambahnya bobot badan. Menurnkan bobot badan merupakan strategi sangat efektif
dlam mengatur pola hidup untuk menormalkan tekanan darah. Bila kita berhasil
menurunkan bobot badan 2,5 – 5 kg saja, tekanan darah diastolik dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg. Penurunan bobot badan 10 kg dapat melipatduakan perbaikan ini.
2. Kurangi asupan natrium (sodium).
Ternyata, bila seseorang mendapat asupan garam secara berlebihan dalam jangka
waktu lama kemungkinannya mengalami tekanan darah tinggi juga lebih besar. Karena
itu, kurangi asupan garam sampai kurang dari 2.300 mg (satu sendok teh) setiap hari.
Dalam banyak penelitian diketahui, pengurangan konsumsi garam menjadi setengah
sendok teh per hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan
darah diastolik sekitar 2,5 mmHg. Pengaruh ini kebanyakan terjadi pada para lansia.
3. Usahakan cukup asupan kalium (potassium).
Kalium banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayur mayur. Mineral ini
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama
air kencing.Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3 - 5 kali dalam
sehari, seseorang bisa mencapai asupan potasium yang cukup.
4. Batasi konsumsi alkohol.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar ketimbang mereka yang
tidak minum-minuman beralkohol. Jelaslah, kalau mereka menghilangkan kebiasaan
tersebut, tekanan darahnya akan turun.

Lampiran 2

46
Leaflet

47
Absensi

Link Video
https://drive.google.com/file/d/1JWk4eGWmP2ogKCwLpI6wpiGCuzeUm_ey/view?usp=drivesdk

48

Anda mungkin juga menyukai