Anda di halaman 1dari 6

BUMDES DI BALI HARUS PRODUKTIF DAMPINGI MASYARAKAT

http://www.koran-desa.com/

“Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah pilar kesejahteraan bangsa, karena
BUMDes tidak lain adalah usaha yang didirikan atas dasar komitmen bersama masyarakat
desa untuk saling bekerja sama, bergotong royong dan menggalang kekuatan ekonomi rakyat
demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat desa” ujar Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, di Denpasar.

“Adanya syarat proses pembentukan BUMDes bukan mempersulit tetapi semata-mata


untuk menjaga kualitas dan akuntabilitas dari BUMdes itu sendiri” Marwan menjelaskan.
Sementara itu untuk jenis usaha yang dapat dikembangkan melalui BUMDes diantaranya
adalah usaha bisnis sosial melalui usaha air minum desa, usaha listrik desa dan lumbung pangan,
usaha bisnis penyewaan melalui usaha alat transportasi, perkakas pesta, gedung pertemuan,
rumah toko dan tanah milik BUMDes, usaha perantara (brokering) melalui jasa pembayaran
listrik dan pasar desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat, usaha bisnis
yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) melalui usaha pabrik es, pabrik asap cair, hasil
pertanian, sarana produksi pertanian dan sumur bekas tambang,
usaha bisnis keuangan (financial business) melalui akses kredit dan peminjaman, dan

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 1


usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan melalui
pengembangan kapal desa dan desa wisata.

Dari data Kementerian Desa, tercatat sebanyak 1.022 BUMdes telah berkembang di
seluruh Indonesia, yang tersebar di 74 Kabupaten, 264 Kecamatan dan 1022 Desa. Kepemilikan
Bumdes terbanyak berada di Jawa Timur dengan 287 BUMdes, kemudian Sumatera Utara
dengan 173 BUMDes. Sementara itu terkait dengan peraturan daerah atau peraturan desa sebagai
payung hukum BUMDes, diketahui sampai saat ini telah diterbitkan sebanyak 45 Peraturan
Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan BUMdes.

“Ini masih jauh dari yang kita harapkan, jika di rata-rata nasional, presentase jumlah
BUMdes dari total 74.093 desa di Indonesia masih sangat terbatas yakni sebesar 1,4 %,
padahal BUMDes ini penting untuk kemajuan dan kesejahteraan desa, karena itu saya
mendorong para Bupati Walikota dan Kepala Desa untuk serius membentuk dan
mengembangkan BUMDes” ungkap Marwan

Terpisah, Bank Indonesia mendorong pengurus BUMDes di Pulau Dewata agar lebih
aktif mendampingi masyarakat dalam menciptakan peluang-peluang usaha sehingga
mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Selain pendampingan, tentu saja
harus diarahkan pada potensi pasarnya," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi
Bali Dewi Setyowati di sela-sela Rapat Koordinasi Penguatan Bumdes, di Denpasar, Rabu
(23/9/2015).

Menurut dia, Bumdes jangan semata-mata hanya memikirkan upaya melipatgandakan


uang dengan meminjamkan dana kepada masyarakat, tetapi upaya "melirik" potensi pasar itu
juga sangat penting. Dewi mencontohkan beberapa peluang usaha yang bisa dilakukan di desa itu
seperti memelihara lele, ayam kampung dan bebek. Hal ini di tengah menjamurnya warung-
warung lalapan maupun restoran di Bali sehingga tidak perlu lagi didatangkan dari luar Bali.

Selain itu, bisa pula dalam bidang jasa seperti mendidik anak muda di desa untuk menjadi
tukang jahit, perawat tanaman hingga pencuci kompresor AC (pendingin ruangan). "Kalau sudah
ada tambahan usaha seperti itu, diharapkan akan ada uang yang dapat disisihkan masyarakat desa
untuk program kesejahteraan anak," katanya.

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 2


Oleh karena itu, Dewi mengharapkan agar Bumdes lebih aktif mendampingi masyarakat.
"Meskipun misalnya warga miskin diberikan bedah rumah, mereka akan masih tetap miskin jika
tidak dibarengi upaya pemberdayaan dari Bumdes," ucapnya.

Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan kepada para pengurus
Bumdes yang mengelola dana Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) Mandara
sebesar Rp1,02 miliar, agar jangan berperilaku seperti priyayi. "Tugas pengurus Bumdes itu
bukan hanya duduk-duduk di kantor, dan catet-catet, tetapi harusnya mendatangi satu-satu
penerima dana Gerbangsadu. Jika ternyata ada yang gagal dalam usahanya, tugasnya pengurus
Bumdes untuk mencarikan jalan supaya berhasil," katanya. (Ant)

Sumber Berita :

1. http://www.kemendesa.go.id/berita/1674/bumdes-perkuat-ekonomi-desa
2. http://wartaekonomi.co.id/read/2015/09/23/73695/bi-bumdes-di-bali-harus-produktif-
dampingi-masyarakat.html

Catatan :

 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU 6 2014), Pasal 1 ayat (1)
menyatakan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
 Pasal 1 ayat (6) UU 6 2014 menyatakan bahwa BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
 Dalam Pasal 87 ayat (2) UU 6 2014 dikatakan bahwa BUMDesa dikelola dengan semangat
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Dalam ayat (3) dijelaskan bahwa BUMDesa dapat
menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 3


 Mengenai pendirian BUMDesa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (PP 43 2014),
Pasal 132 memberikan syarat pendirian yaitu Pendirian BUMDesa disepakati melalui
Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun
2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
(Permendesa 4 2015), dalam Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa Desa dapat mendirikan
BUMDesa dengan mempertimbangkan:
1. inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa;
2. potensi usaha ekonomi Desa;
3. sumberdaya alam di Desa;
4. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUMDesa; dan
5. penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan Desa
yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUMDesa.
 Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa (Permendesa 2 2015), Pasal 89 ayat (1) menyatakan bahwa Pokok
bahasan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa meliputi :
1. organisasi pengelola BUMDes;
2. modal usaha BUMDes; dan
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDes.

Dalam ayat (2) dijelaskan bahwa selain pokok bahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Musyawarah Desa dapat menentukan pokok bahasan lain perihal pendirian BUMDesa.

 Mengenai Organisasi Pengelola BUMDesa, dalam Pasal 132 ayat (3) PP 43 2014
menyatakan bahwa Organisasi pengelola BUMDesa terpisah dari organisasi Pemerintahan
Desa.

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 4


 Sedangkan ayat (4) menyatakan bahwa Organisasi pengelola BUMDesa paling sedikit terdiri
atas:
a. penasihat; dan
b. pelaksana operasional.1
 Pasal 89 UU 6 2014 menyatakan bahwa Hasil usaha BUMDesa dimanfaatkan untuk:
1. pengembangan usaha; dan
2. Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk
masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
 Sedangkan dalam Pasal 3 Permendesa 4 2015 menyatakan bahwa Pendirian BUMDesa
bertujuan untuk :
1. meningkatkan perekonomian Desa;
2. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
3. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;
4. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga;
5. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum
warga;
6. membuka lapangan kerja;
7. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan
8. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
 Dalam Pasal 90 UU 6 2014 menyatakan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan
BUMDesa dengan:
1. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
2. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
3. memprioritaskan BUMDesa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.

1
Dalam Pasal 132 ayat (5) dan (6) dijelaskan bahwa Penasihat dijabat secara ex-officio oleh kepala Desa.
Sedangkan Pelaksana operasional merupakan perseorangan yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala Desa.
Pelaksana operasional dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan fungsi pelaksana lembaga Pemerintahan
Desa dan lembaga kemasyarakatan Desa.

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 5


 Sedangkan dalam Pasal 126 ayat (1) PP 43 2014 menyatakan bahwa Pemberdayaan
masyarakat Desa bertujuan memampukan Desa dalam melakukan aksi bersama sebagai
suatu kesatuan tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga kemasyarakatan
Desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata ekonomi dan lingkungan. Sedangkan dalam ayat
(2) menyatakan bahwa Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, Pemerintah Desa, dan pihak ketiga.
 Pasal 128 ayat (1) PP 43 2014 menyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah
menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat Desa dengan pendampingan secara berjenjang
sesuai dengan kebutuhan.

Sumber Informasi :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa;
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa;
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali Halaman 6

Anda mungkin juga menyukai