BUMDES Di Bali Harus Produktif Dampingi Masyarakat
BUMDES Di Bali Harus Produktif Dampingi Masyarakat
http://www.koran-desa.com/
“Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah pilar kesejahteraan bangsa, karena
BUMDes tidak lain adalah usaha yang didirikan atas dasar komitmen bersama masyarakat
desa untuk saling bekerja sama, bergotong royong dan menggalang kekuatan ekonomi rakyat
demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat desa” ujar Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, di Denpasar.
Dari data Kementerian Desa, tercatat sebanyak 1.022 BUMdes telah berkembang di
seluruh Indonesia, yang tersebar di 74 Kabupaten, 264 Kecamatan dan 1022 Desa. Kepemilikan
Bumdes terbanyak berada di Jawa Timur dengan 287 BUMdes, kemudian Sumatera Utara
dengan 173 BUMDes. Sementara itu terkait dengan peraturan daerah atau peraturan desa sebagai
payung hukum BUMDes, diketahui sampai saat ini telah diterbitkan sebanyak 45 Peraturan
Daerah dan 416 Peraturan Desa yang mengatur tentang pembentukan dan pengelolaan BUMdes.
“Ini masih jauh dari yang kita harapkan, jika di rata-rata nasional, presentase jumlah
BUMdes dari total 74.093 desa di Indonesia masih sangat terbatas yakni sebesar 1,4 %,
padahal BUMDes ini penting untuk kemajuan dan kesejahteraan desa, karena itu saya
mendorong para Bupati Walikota dan Kepala Desa untuk serius membentuk dan
mengembangkan BUMDes” ungkap Marwan
Terpisah, Bank Indonesia mendorong pengurus BUMDes di Pulau Dewata agar lebih
aktif mendampingi masyarakat dalam menciptakan peluang-peluang usaha sehingga
mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Selain pendampingan, tentu saja
harus diarahkan pada potensi pasarnya," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi
Bali Dewi Setyowati di sela-sela Rapat Koordinasi Penguatan Bumdes, di Denpasar, Rabu
(23/9/2015).
Selain itu, bisa pula dalam bidang jasa seperti mendidik anak muda di desa untuk menjadi
tukang jahit, perawat tanaman hingga pencuci kompresor AC (pendingin ruangan). "Kalau sudah
ada tambahan usaha seperti itu, diharapkan akan ada uang yang dapat disisihkan masyarakat desa
untuk program kesejahteraan anak," katanya.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan kepada para pengurus
Bumdes yang mengelola dana Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) Mandara
sebesar Rp1,02 miliar, agar jangan berperilaku seperti priyayi. "Tugas pengurus Bumdes itu
bukan hanya duduk-duduk di kantor, dan catet-catet, tetapi harusnya mendatangi satu-satu
penerima dana Gerbangsadu. Jika ternyata ada yang gagal dalam usahanya, tugasnya pengurus
Bumdes untuk mencarikan jalan supaya berhasil," katanya. (Ant)
Sumber Berita :
1. http://www.kemendesa.go.id/berita/1674/bumdes-perkuat-ekonomi-desa
2. http://wartaekonomi.co.id/read/2015/09/23/73695/bi-bumdes-di-bali-harus-produktif-
dampingi-masyarakat.html
Catatan :
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU 6 2014), Pasal 1 ayat (1)
menyatakan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pasal 1 ayat (6) UU 6 2014 menyatakan bahwa BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Dalam Pasal 87 ayat (2) UU 6 2014 dikatakan bahwa BUMDesa dikelola dengan semangat
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Dalam ayat (3) dijelaskan bahwa BUMDesa dapat
menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam ayat (2) dijelaskan bahwa selain pokok bahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Musyawarah Desa dapat menentukan pokok bahasan lain perihal pendirian BUMDesa.
Mengenai Organisasi Pengelola BUMDesa, dalam Pasal 132 ayat (3) PP 43 2014
menyatakan bahwa Organisasi pengelola BUMDesa terpisah dari organisasi Pemerintahan
Desa.
1
Dalam Pasal 132 ayat (5) dan (6) dijelaskan bahwa Penasihat dijabat secara ex-officio oleh kepala Desa.
Sedangkan Pelaksana operasional merupakan perseorangan yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala Desa.
Pelaksana operasional dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan fungsi pelaksana lembaga Pemerintahan
Desa dan lembaga kemasyarakatan Desa.
Sumber Informasi :