Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO

PERILAKU KEKERASAN
Dosen Pengampu :
Anang N, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun oleh :

CINDI DWI SANDIYAH 181127

IDA ISMAWATI 181139

JUWITA INDAH NUR .S 181142

SILVIA AINUN ROHMAH 181169

3C KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS. dr SOEPRAOEN
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberi banyak
kenikmatan, rahmat serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selalu dinantikan.
Penyusun mengharapkan semoga dengan segala kesederhanaannya dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Malang, 13 Oktober 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan


benci atau marah yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Gangguan
jiwa perilaku kekerasan dapat terjadi pada setiap orang memiliki tekanan batin yang
berupa kebencian terhadap seseorang. Maka seseorang yang memiliki gangguan
jiwa perilaku kekerasan ini perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam
perawatan supaya resiko tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang
lain bisa diperkecil. (Yosep, 2007)

Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah perilaku amuk. Amuk merupakan
respon kemarahan yang palin maladaftif yang ditandai dengan perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan (Keliat, 2010)

Tingkah laku amuk dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain model teori
importation yang mencerminkan kedudukan klien dalam membawa atau mengadopsi
nilai-nilai tertentu. Model teori yang kedua yaitu model situasionisme, amuk adalah
respon terhadap keunikan, kekuatan dan lingkungan rumah sakit yang terbatas yang
membuat klien merasa tidak berharga dan tidak diperlakukan secara manusiawi.
Model selanjutnya yaitu model interaksi, model ini menguraikan bagaimana proses
interaksi yang terjadi antara klien dan perawat dapat memicu atau menyebabkan
terjadinya tingkah laku amuk. Amuk merupakan respon marah terhadap adanya
stress, cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa dan ketidakberdayaan.
Respon ini dapat diekspresikan secara internal maupun eksternal.Secara internal
dapat berperilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal
dapat berupa perilaku destruktifagresif. Adapun respon marah diungkapkan melalui
3 cara yaitu secara verbal, menekan dan menantang. (Keliat, 2010)

World health organization (WHO) Global Campaign for Violence Prevention


tahun 2003, menginformasikan bahwa 1,6 juta penduduk dunia kehilangan hidupnya
karena tindak kekerasan dan penyebab utama kematian pada mereka yang berusi
antara 15 hingga 44 tahun. Sementara itu, jutan anak-anak di dunia dianiaya dan
ditelantarkan oleh orangtua mereka atau yang seharusnya mengasuh mereka.
Terjadi 57.000 kematian karena tindak kekerasan terhadap anak di bawah usia 15
tahun pada tahun 2000, dan anak berusia 0-4 tahun lebih dari dua kali lebih banyak
dari anak berusia 5-14 tahun yang mengalami kematian. Terdapat 4-6% lansia
mengalami penganiayaan di rumah. Defisir kapasitas mental tau retardasi mental
34%, disfungsi mental misalnya kecemasan, depresi, dan sebagainya 16,2%,
sedang disintegrasi mental atau psikosis 5,8%. (Hamid, 2009)

Menurut Yosep, Keliat, dan Hamid, perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain, ataupun terhadap lingkungan sekitar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,kami dapat mengambil rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kekerasan ?


2. Apa saja tanda dan gejala dari pasien penderita kekerasan?
3. Apa etiologi penderita kekerasan?
4. Bagaimana rentang respon kekerasan?
5. bagaimana pohon masalah pada kekerasan?
6. Apa saja diagnose keperawatan yang muncul pada klien dengan kekerasan?
7. apa saja penatalaksanaankekerasan?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan Apa yang dimaksud dengan kekerasan?
2. Menjelaskan Apa saja tanda dan gejala dari pasien penderitakekerasan?
3. Menjelaskan Apa etiologi penderitakekerasan?
4. Menjelaskan Bagaimana rentang responkekerasan?
5. menjelaskan pohon masalahkekerasan?
6. MenjelaskanApa saja diagnose keperawatan yang muncul pada klien dengan
kekerasan?
7. Menjelaskan apa saja penatalaksanaankekerasan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat
sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan
defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan
scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.

2.2 Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut ini:
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.
2.3 Etologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor psikologis
1. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.
2. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan
3. Frustasi.
4. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.

b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.

A. Tanda dan gejala


1.      Fisik
2.      Mata melotot
3.      Pandangan tajam
4.      Tangan mengepal
5.      Rahang mengatup
6.      Wajah memerah
7.      Postur tubuh kaku

B.     Verbal
1.      Mengancam
2.      Mengumpat dengan kata-kata kotor
3.     Suara keras dan ketus
C.     Perilaku
1.      Menyerang orang
2.      Melukai diri sendiri/orang lain
3.      Merusak lingkungan
4.      Amuk/agresif

2.4 Perilaku yang berkaitan


Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem
saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi
HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang
lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga
untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian,
perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-
masing berkaitan serta memerlukan kecakapan keterampilan profesional tenaga
keperawatan. Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang
diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki,
karakteristik sistimatis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah. Proses keperawatan
klien marah adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang
sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan
otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat.
Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-
kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.
Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan
permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon
masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut.
Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.

2.6 Pohon Masalah


       Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

          Resiko Perilaku kekerasan

         Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2.7 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak
melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan
belum mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.

2.8 Rentang Respon


Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif dalam rentang

adaptif sampai maladaptif. Rentang respon marah menurut (Fitria, 2010)

dimana amuk dan agresif pada rentang maladaptif, seperti gambar berikut :
Adaptif Maldaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Gambar II.1.Rentang Respon Perilaku Kekerasan


Sumber : (Fitria, 2010)
Keterangan :
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat
Pasif : Respon lanjutan dimana klien tidak mampu mengungkapkan
perasaannya
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

Perbandingan Perilaku Pasif, Asertif dan Agresif


Karakteristik Pasif Asertif Agresif
Isi bicara 1. Negatif 1. Positif 1. Berlebihan
2. Menghina 2. Menghargai diri 2. Menghina orang
3. Dapatkah saya sendiri lain
lakukan 3. Saya 3. Anda selalu/
4. Dapatkah ia dapat/akan tidak pernah
lakukan lakukan
Nada suara 1. Diam 1. Diatur 1. Tinggi
2. Lemah 2. Menuntut
3. Merengek
Posture/ 1. Melotot 1. Tegak 1. Tenang
sikap tubuh 2. Menundukan 2. Rileks 2. Bersandar ke
kepala depan
Personal 1. Orang lain dapat 1. Menjag jarak 1. Memasuki
space masuk pada yang teritorial orang lain
teritorial menyenangkan
pribadinya 2. Mempertahankan
hak tempat/
teritorial
Gerakan 1. Minimal 1. Memperlihat kan 1. Mengancam,
2. Lemah gerakan yang ekspansi
3. Resah sesuai gerakan
Kontak mata 1. Sedikit atau tidak 1. Sekali-sekali 1. Melotot
(intermiten)
2. Sesuai dengan
kebutuhan
interaksi

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

2.8 Tindakan Keperawatan


2.8.1 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis dibagi menjadi dua yaitu metode Biologik dan metode
psikososial.
A. Metode biologik
1) Psikofarmakologi
a) Anti cemas dan sedatif hipnotik
Benzodiazepin seperti Larozepam dan Clonazepam sering digunakan
dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan perlawanan klien.
b) Anti depresi
Obat ini mampu mengontrol impusilf dan perlikau agresif yang
berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone.

2.8.2 Manajemen Krisis


1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan
Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan
sebagai pemimpin "leader” dan anggota tim minimal dua orang. Ketua tim
adalah perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab
“shift” perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan
sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter
atau konselor yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan
oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,1998).
- Aktivitas ketua dan tim krisis
- Susun anggota tim krisis
- Beritahu petugas keamanan jika perlu
- Pindahkan klien lain dari area penanganan
- Ambil alat pengikat (jika restrain dilakukan)
- Uraikan perencanaan penganganan dengan tim
- Tunjukkan anggota tim untuk pengamankan anggota gerak klien
- Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif
- Ikut klien dengan petunjuk ketua tim
- Berikan obat sesuai program terapi dokter
- Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien
- Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim
- Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan
- Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap

2. pembatasan gerak

Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman


dengan tujuan melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya.
Istilah yang biasa digunakan di rumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan
gerak adalah kamar isolasi. Klien di batasi pergerakannya karena dapat
mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan interaksi
dengan orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan
(Stuart dan Laraia,1998 ).

Langkah – langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:

 Tunjuk ketua tim krisis


 Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
 Jelaskan pada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan
 Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol
perilakunya
 Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan
 Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri
dan kebersihan kamar
 Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan
tindakan keperawatan yang diperlukan
 Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
 Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan,
respon klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.

3. pengekangan/pengikat fisik
Pengekangan dilakukan jika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri
atau orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak
bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat
tungkai klien (Struatdan Laraia, 1998). tindakan pengekangan masih umum
digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury,
1999).

Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start danLaraia, 1998)

- Beri suasana yang menghargai dengan supervise yang adekuat, karena


harga diri klien yang berkurang karena pengekangan.
- Siapkan jumlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan
nyaman.
- Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
- Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar
dimengerti dan bukan hukuman.
- Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan
staf. Dan jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi
anatomis. Dan ikatan tidak terjangkaun klien.
- Lakukan supervise yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan
pemberian rasa nyaman.
- Beri aktivitas seperti televise, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
kerja sama klien pada tindakan.
- Perawatan pada daerah pengikat.
a) Pantau kondisi kulit yang diikat :warna, temperature, sensasi
b) Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian
setiap 2 jam. Dan perubahan posisi tidur.
c) Periksa tanda-tanda vital selama 2 jam.
- Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi dan kebersihan diri.
- Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan di buka
secara bertahap. Dan kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya
setelah ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan
dengan pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan semula.
- Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien.

2.8.3 Tindakan keperawatan untuk pasien


a. Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
f) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a. Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:


a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A,
saya perawat yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi
dari pk. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak di
rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau
10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak?
Bagaimana
kalau di ruang tamu?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak
pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
O..iya, jadi
ada 2 penyebab marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan
istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah
pasien), apa yang
bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar,
mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri
bapak
dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang?
Iya,
tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit
dantakut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang
lebih baik?Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan
dengan baik tanpamenimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa
marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapakberdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup.
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo
cobalagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktuwakturasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahanbapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak
yang lalu,apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas
dan jangan lupa
latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya
pak,berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja
pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak,
assalamualaikum”.
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang
saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan
bapakmarah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengankegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal,berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak?Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus
sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?
Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul
kasurbantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?
Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada
keinginan marah sewaktuwaktugunakan kedua cara tadi ya pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak,mau berapa kali sehari bapak
latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah
denganbelajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi
ya. Sampai jumpa”
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
memintadengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini!
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita
ketemulagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasurbantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu
atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa
melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
yangsama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marahsudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang
penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba
Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli
rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan
lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedangada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuatkesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
perkataanmuitu’. Coba praktekkan. Bagus”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrolmarah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali
sehari bapakmau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll.Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
bapak yaitudengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini
lagi? Baik sampai nanti ya”.
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarangsaya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marahyaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik,
yangmana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik
napasdalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks.
Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?
Cobasebutkan caranya (untuk yang muslim).”
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yangketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau
berapakali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........
(sesuaikesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila
bapakmerasa marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah
kitabuat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrolrasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam
berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang
sudahdilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
namapasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, danbenar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita
ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
kasur bantal,bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah
melakukan latihansecara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit”
KERJA (perawat membawa obat pasien)
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapaBapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanyaagar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks
dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran
teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantumengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknyaistirahat dan
jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak
obatapakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jamberapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar? Di siniminta obatnya pada suster kemudian cek
lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter yapak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya
pak.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obatyang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana
cara minumobat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?.Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak
melaksanakankegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah.
Sampai jumpa”

2.8.4 Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan
kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a). Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telah
diajarkan oleh perawat
b). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c). Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara


merawat klien perilaku kekerasan di rumah
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan
kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari
ruang Sokaini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu
siapa,senangnya dipanggilapa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu
hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30
menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di
kantorPerawat?”
KERJA
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang
Ibu
lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan
hal-halyang perlu diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan
dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain
danlingkungan.
“Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia
merasadirendahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa
penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihata
gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia
akanmelampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah
tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi?
Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi
tegas,jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar
bapak seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.”
“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau
RSJsetelah sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga).
Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat bapak ya bu,
lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan dijelaskan alasan mengikat
yaitu agar bapak tidak mencedari diri sendiri, orang lain dan
lingkungan”
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila
tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan
caramengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah
dibuat yaitusecara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”.
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupadipuji
ya bu”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawatbapak?”
“coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya
bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang
telahkita bicarakan tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan
a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang
kita ketemu
lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu
tanyakan?”
“Berapa lama ibu mau kita latihan?”
“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan
bapak
supaya bisa berlatih bersama”
KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak
lakukan. Bagus
sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol
kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan
maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melaluimulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak
menghitung latihanini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam
bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal.Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak
semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga
caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
i. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
sertatidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu
uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
ii. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
iii. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin
marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus
dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda
juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu
untuk meredakan kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak
jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa
minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi
atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak
dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk
meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa
sepengetahuan dokter’’
TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah
kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal
latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan
pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari
lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak
selama dirumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
1. Buat perencanaan pulang bersama keluarga
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, karena besok Bp sudah boleh pulang, maka
sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadual Bp
selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih
cara merawat Bp? Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah, disini
saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30
menit?”
KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat selama B di rumah sakit tolong
dilanjutkan
dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita
lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bp menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segerahubungi Suster E di Puskesmas Indara Puri,
puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651) 554xxx. “Jika tidak teratasi Sr E akan merujuknya
ke BPKJ.”
“Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan
B
selama di rumah”
TERMINASI
“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa
saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow
up ke Puskesmas). Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi!”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”

2.8.5 Roleplay Manajemen Perilaku Kekerasan/ Restrain


Kasus : Seorang pasien begitu impulsive memukul orang, sehingga keluarga
membawanya ke RSJ, sesampainya di RSJ pasien mengamuk membabi buta
dan hendak memukul orang – orang di sekitarnya karena merasa tidak gila.

Pasien : Kenapa aku dibawa kesini?

Ibu Px : Sudah nurut saja ,biar kamu sembuh

Pasien : Sampean piker aku gendeng ta?

Ibu Px : ibu Cuma pengen pengen kamu bertemu dokter sama perawat

sebentar
Sesampainya di UGD seorang perawat yang melihat kedatangan mereka
langsung mempersilahkan mereka duduk.

 Tahap Pre-Interaksi

Perawat 1 : Selamat pagi mari silahkan duduk

Ibu Px : (Sembari memegangi tangan pasien keluarga


menjelaskan maksud kedatangannya) Begin ibu, anak saya ini sejak 1
bulan yang lalu suaminya ketahuan selingkuh yang ke 2 dan sejak itu juga
anak saya jadi sering ngamuk dan memukul orang sampai meresahkan
warga, jadi pak RT menyarankan saya untuk membawanya kesini,
kadang-kadang dia suka mukul-mukul kepalanya sendiri.

Perawat 1 : Sebelumnya perkenalkan nama saya perawat Silvia


nama mbaknya siapa ? (mengulurkan tangan dan member senyum)

Pasien : Juwita (menjawab sinis)

Perawat 1 : Ada apa dirumah ? apa yang membuat mba juwita


marah dan sering memukul orang ?

Pasien : Lha akukan Cuma membela diri, (menoleh pada


keluarga) sudah aku mau pulang buk aku gak mau disini

Ibu Px : Heh, kamu mau kemana ?

Pasien : Moleh! (dengan nada tinggi dan mata melotot)

Melihat itu perawat pun mulai menyiapkan alat restrain

Perawat 1 : Sus tolong siapkan alat-alat restrain, panggil perawat


lainnya juga.

 TahapOrientasi

Perawat 1 : Mas dan Ibu, saya akan melakukan pengamanan


kepada mba juwita, dengan cara pengikatan agar mbak juwita tidak
memukul orang lagi, ketika nanti mbak juwita sudah tidak memukul orang
lagi maka akan saya lepas , cara ini tidak menyakitkan dan aman.

Pasien : Enggak! saya gak mau!

Perawat pun mulai memegangi pasien, agar pasien tidak kabur. Sesegera
mungkin perawat lain beserta satpam datang untuk memberikan bantuan.

Perawat 2 : Untuk ibu mari ikut saya keruang perawat

Perawat 2 : Ibu, perawat 1 tadi sudah menjelaskan tindakan yang


akan kami lakukan untuk mengamankan mbak juwita, bila ibu setuju
tindakan itu dilakukan silahkan tandatangan di lembar inform consent ini

Ibu Px : Iya saya setuju saja yang penting anak saya sembuh

Perawat 2 : Baik bu, kalau begitu kami akan melakukan tindakan


restrain untuk anak ibu

 TahapKerja
1. Memulai dengan cara yang baik
2. Memilih alat restrain yang tepat
3. Memasang alat restrain pada klien dengan cepat dan tepat
4. Mengamankan restrain dari jangkauan pasien
5. Menyediakan keamanan kenyamanan sesuai kebutuhan

A. Manajemen perilaku kekerasan 1


Perawat membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan serta akibatnya.
Perawat 1 : Selamat pagi mbak perkenalkan saya perawat Silvia,
saya perawat yang berdinas di rumah sakit ini, nama mbak siapa?
senangnya di panggil siapa ?
Pasien : Juwita (sinis)
Perawat 1 : Bagaimana perasaan mbak saat ini? masih ada
perasaan kesal atau marah?
Pasien : Masih
Perawat 1 : Baik pambak juwita, sekarang saya akan melakukan
pengecekan pada daerah pengikatan mbak apakah ada infeksi ataupun
kemerahan
Pasien : (diam)
Perawat 1 : Apa yang menyebabkan bapak marah? apa
sebelumnya mbak pernah marah?
Pasien : Suami saya selingkuh 2 kali
Perawat 1 : Setelah bapak mengetahui hal tersebut apakah emosi
mbak langsung meluap luap dan sangat kesal?
Pasien : Jelas saya sangat emosi
Perawat 1 : Lalu setelah itu apa yang mbak juwita lakukan?
Pasien : Saya memukuli diri saya sendiri, orang-orang terdekat
dan membanting semua perabotan di rumah saya sangat emosi, saya
menjadi sangat emosian terhadap semua orang
Perawat 1 : Begini mba juwita hal itu tidak baik dilakukan, coba
mbak pikirkan kerugian yang mbak juwita alami?
Pasien : orang-orang disekitar saya jadi takut kepada saya
Perawat 2 : Maukah mbak juwita belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Pasien : (Hanya diam)
Perawat 2 : Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan mbak,
salah satunya adalah dengan cara fisik, jadi melalui kegiatan fisik
disalurkan rasa marah. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Pasien : Iya
Perawat 2 : Begini kalau mbak juwita sudah merasakan tanda-tanda
marah maka mbak juwita berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan
sebentar lalu keluarkan/tiup perlahan lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo kita coba mbak juwita, tarik nafas dari
hidung, bagus…. Tahan dan tiup melalui mulut. nah lakukan itu sampai 5
kali, bagus sekali mbak juwita sudah dapat melakukannya.
Pasien : Diam
Perawat 1 : Sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin
sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya.
Pasien : Baik

B. Manajemen Perilaku Kekerasan 2


Jika pasien sudah lebih tenang lepaskan ikatan pada kedua tangan.
Ajarkan pasien memukul kasur atau bantal untuk mengontrol marah.
Perawat 2 : Selamat pagi mbak juwita, bagaimana perasaan mbak
juwita saat ini? adakah hal yang menyebabkan mbak marah?
Pasien : Ada saya teringat masalah suami saya dan emosi lagi
Perawat 2 : Baik sekarang kita coba control emosi mbak juwita
dengan cara yang kedua ya mbak
Pasien : Ya
Perawat 2 : Kalau ada yang menyebabkan mbak juwita marah dan
muncul perasaan kesal, dada berdebar-debar, mata melotot yang pertama
mbak juwita lakukan adalah nafas dalam jika bapak masih merasakan
emosi tersebut, mbak juwita bisa langsung kekamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah sekarang
coba mbak juwita lakuan memukul kasur dan bantal.

Pasien melakukan pukul kasur dan bantal sesuai anjuran perawat. Setelah
melakukan kegiatan tersebut, tiba-tiba pasien mengamuk dan membuang
bantal kewajah perawat. Sedangkan perawat 1 mencoba mengatasi
kemarahan pasien dan memanggil perawat lainnya. Kemudian perawat
melakukan pengikatan fisik pada pasien dengan disertai memberikan obat
psikotropika, agar pasien tenang. Tetap lakukan observasi pada pasien
setiap 60 menit sekali untuk mengecek Tanda-tanda vital, bantu
pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi dan kebersihan diri

2.9 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah tercapai
dan yang belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut.

Bentuk evaluasi yang positif adalah sebagai brikut :


 Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan.
 Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.
 Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang
lain.
 Buatlah komentar yang kritikal.
 Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda.
 Klien mampu menggunakan aktifitas secara fisik untuk mengurangi perasaan
marahnya.
 Konsep diri klien sudah meningkat.
 Kemandirian berpikir dan aktivitas meningkat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukaiseseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka
perilakukekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, danlingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat
sedangberlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan
defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan
scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Dalami, S.Kp.,2009, Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa,

Depkes, RI., 1999, Kumpulan Materi Perkuliahan Kesehatan Psikiatri.

Farida Kusumawat., 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, B. A., 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan, Jakarta :

Depkes RI.

Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing, Edisi 7, Mosby,

Philadelpia. Departemen

Medika Iyus, Yosep., 2010, Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama

Nita Fitria., 2009, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba

Stuart, G. W., Sundeen, JS., 1998, Keperawatan jiwa (Terjemahan), alih bahasa:

Achir Yani edisi III. Jakarta : EGC Stuart

Anda mungkin juga menyukai