Histamin merupakan 2-(4-imidazoil) etilamin, didapatkan pada tanaman maupun
jaringan hewan serta merupakan komponen dari beberapa racun dan sekret sengatan binatang. Histamin dibentuk dari asam amino L-histidin dengan cara dekarboksilasi oleh enzim histidine dekarboksilase, dan memerlukan piridoksal fosfat sebagai kofaktor. Rumus bangunnya dapat dilihat pada gambar.
Efek Samping Antihistamin 1
Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. - Terdapat variasi yang besar dalam toleransi terhadap obat antar individu, kadang- kadang efek samping ini sangat mengganggu sehingga terapi perlu dihentikan. - Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu banyak tidur. Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain mungkin dapat mengurangi efek sedasi ini. Asetamizol, terfenadine, loratadine tdak atau kurang menimbulkan sedasi. - Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 ialah vertigo, tinnitus, Lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia dan tremor. Efek samping yang termasuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare, efek samping ini akan berkurang bila AH1 diberikan sewaktu makan. Penggunaan asetamizol, suatu antihistamin non-sedatif, selama lebih dari 2 minggu dilaporkan dapat menyebabkan bertambahnya nafsu makan dan berat badan. - Efek samping lain yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, dysuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan. Insidens efek samping karena efek antikolinergik tersebut kurang pada pasien yang mendapat antihistamin nonsedatif. - Ah1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi akibat penggunaan local berupa dermatitis alergi. Demam dan fotosensitivitas juga pernah dilaporkan terjadi. AH1 sangat jarang menimbulkan komplikasi berupa leukopenia dan agranulositosis. - Pemberian terfenadine atau astemizol dosis terapi Bersama ketoconazole, itraconazole, atau antibiotik golongan makrolid seperti eritromisin dapat mengakibatkan terjadinya perpanjangan interval QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel (torsades de pointes) yang mungkin fatal. Keadaan ini disebabkan karena antimikroba diatas menghambat metabolisme terfenadine atau asetemizol oleh enzim CYP3A4 sehingga terjadi peningkatan kadar antihistamin di dalam darah. Karena interaksi yang berbahaya tersebut maa terfenadine dan asetemizol dikontraindikasikan pemberiannya pada pasien yang mendapat ketoconazole, itraconazole, atau antibiotic golongan makrolid, dan juga pada pasien dengan penyakit hati. Demikian pula dengan jus grapefruit yang juga menghambat CYP3A4 dan meningkatkan kadar terfenadine plasma secara bermakna. Beberapa negara telah menarik izin pemasaran terfenadine dan menggantikannya dengan feksofenadin, yang merupakan hasil karboksilasi terfenadine yang tidak toksik terhadap jantung.