PEMBAHASAN
A. Pengertian Validitas
1
Zainal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran prinsip, Teknik, Prosedur”, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), 247
2
Saifuddin Azwar, “Tes Prestasi, Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar”,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 173
Hagen (1977) bahwa "validity is always in relation to a specific decision or
use"3
3
Zainal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran prinsip, Teknik, Prosedur”, 247
4
Zainal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran prinsip, Teknik, Prosedur”, 247-248
Dalam praktiknya, faktor jawaban peserta didik justru lebih
banyak berpengaruh daripada dua faktor sebelumnya. Faktor ini meliputi
kecenderungan peserta didik untuk menjawab secara cepat, tetapi tidak
tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan penggunaan gaya bahasa
tertentu dalam menjawab soal bentuk uraian.
a. Diferensiasi umur
h. Konsistensi internal
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah
instrumen, yaitu: validitas isi dan validitas konstrak.
a. Validitas isi
Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi
sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran
yang dievaluasi. 7 Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah
validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan,
penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung da lam
tes hasil belajar tersebut. Validitas isi adalah validitas yang ditilik
dari segi isi tesitu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu:
sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar
peserta didik, isinya telah dapat akili secara representatif terhadap
keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan
(diujikan). Jadi, pembicaraan tentang validitas isi sebenarnya
identik dengan pembicaraan tentang populasi dan sampel.8
b. Validitas Konstrak
Validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi
sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek
kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.9 Secara etimologis, kata
7
Sulistyorini, “Evaluasi Pendidikan, Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”,
(Yogyakarta: Teras, 2009), 165
8
Anas Sudijono, “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2001), 165
9
Sulistyorini, “Evaluasi Pendidikan, Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”, 165
"konstruksi" mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan.
Kalimat seperti “gedung bertingkat itu menggunakan konstruksi
beton bertulang” misalnya, mengandung arti bahwa batang tubuh
dari bangunan berupa gedung bertingkat itu "tersusun" dari bahan-
bahan beton bertulang, atau “kerangka utamanya" adalah beton
bertulang, atau dirancang dengan "rekaan" beton bertulang.
Dengan demikian, validitas konstruksi dapat diartikan sebagai
validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaannya.
Adapun secara terminologis, suatu tes hasil belajar dapat
dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi,
apabila tes hasil belajar tersebut ditinjau dari segi susunan,
kerangka atau rekaannya telah dapat dengan secara tepat
mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.10
2. validitas empiris
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat
dilakukkan untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid.
Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen
yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang
digunakan sebagai pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua,
yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi di
waktu yang akan datang. Bagi instrumen yang kondisinya sesuai dengan
kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada disebut memiliki validitas
"ada sekarang", yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki
concurrent validity. Selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan
10
Anas Sudijono, “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, 166
kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas
ramalan atau validitas prediksi, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut
memiliki perdictive validity.11
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka
diperlukan suatu alat pembanding, maka hasil tes merupakan sesuatu
yang dibandingkan.
E. Uji Validitas
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi
antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan
tidak valid. Jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi
tersebut signifikan.
Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi
yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi
pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r
= 0,3.13
13
Sugiyono, “Metode Penilitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&G”, (Bandung: AlfaBeta, 2009), 188