Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rotary Kiln

Rotary kiln atau tanur putar merupakan peralatan paling utama pada proses
pembuatan semen. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat terjadinya proses
klinkerisasi sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu C3S,
C2S, C3A dan C4AF. Tanur putar ini berbentuk silinder yang terbuat dari baja
yang dipasang secara horizontal dengan kemiringan 4°, berdiameter 2 m, panjang
30 m dan kecepatan putar 2 rpm. Tanur putar mampu membakar bahan baku
dengan kapasitas 7800 ton/jam hingga menjadi terak (klinker) [7]. Gambar Rotary
kiln dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rotary kiln [7]

Pada dasarnya rotary kiln adalah sebuah silinder panjang yang berputar pada
porosnya satu kali setiap satu atau dua menit. Rotasi menyebabkan bahan baku
klinker secara bertahap bergerak dimana bahan baku masuk dalam keadaan dingin
dan keluar dalam kondisi panas. Alat ini dilengkapi dengan preheater sebagai
pemanas awal dan calsiner. Gerakan antara material dan gas panas hasil
pembakaran batubara berlangsung secara counter current. Karena panas yang

4
ditimbulkan batu bara tinggi maka rotary kiln perlu dilapisi batu tahan api pada
bagian dalamnya untuk mencegah agar baja tidak meleleh.

Struktur dalam dari kiln secara umum, kiln memiliki beberapa bagian, bagian
luar adalah kiln shell atau pelat baja yang terbuat dari mild steel plate [9]. Mild
steel plate sendiri memiliki nilai emisifitas sebesar 0.1-0.12 [10]. Bagian tengah
adalah lapisan refraktori, bagian yang lain adalah support tyres dan rollers dan
yang terakhir adalah gear drive. Struktur dari kiln dalam dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur kiln [7]

Struktur dari kiln adalah sebagai berikut:

2.1.1 Kiln Shell


Kiln shell Ini terbuat dari plat baja ringan yang di-rol, ketebalannya
biasanya antara 15 dan 30 mm, dilas untuk membentuk sebuah silinder yang
panjangnya bisa mencapai 230 m dengan diameter 6 m. Penempatannya
biasanya terletak pada posisi poros arah timur/barat karena untuk mencegah
Eddy current. Ukuran diameter dibatasi sampai pada diameter tertentu karena
untuk mencegah kecenderungan shell yang akan berubah bentuk
penampangnya menjadi oval yang disebabkan oleh berat kiln tersebut, hal ini
ini merupakan konsekuensi kiln selama berputar. Untuk ukuran panjangnya
tidak ditentukan berapa batasnya, tetapi akan menjadi sulit untuk mengatasi

5
perubahan panjang/pemuaian akibat dari pemanasan dan pendinginan jika kiln
terlalu panjang (biasanya sekitar 0,1 sampai 0,5% dari panjang), karena kiln
berbentuk silinder. Bentuk dari kiln shell dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kiln shell [7]

2.1.2 Lapisan Refraktori


Lapisan refraktori adalah lapisan yang berfungsi untuk melindungi shell
baja dari suhu tinggi di dalam kiln, dan untuk melindunginya dari sifat korosif
dari material proses. Refractory lining dapat terdiri dari batu bata tahan api atau
beton cor tahan api. Refraktori dipilih berdasarkan suhu di dalam kiln dan sifat
kimia dari bahan yang diproses. Dalam beberapa proses, misalnya semen, umur
refraktori dapat bertahan lama dengan menjaga lapisan dari bahan yang
diproses pada permukaan refraktori. Ketebalan lapisan umumnya dalam
kisaran 80-300 mm. Tipikal refraktori akan mampu mempertahankan
penurunan suhu 1000°C atau lebih antara permukaan panas dengan permukaan
dingin. Suhu shell perlu dipertahankan sekitar di bawah 350°C untuk
melindungi baja dari kerusakan, dan scanner inframerah digunakan untuk
memberikan peringatan dini "hot-spot" apabila terjadi indikasi kegagalan pada
refraktori. Struktur dari lapisan refraktori dapat dilihat pada Gambar 2.4.

6
Gambar 2.4 Lapisan refraktori pada kiln [7]

2.1.3 Support Tyres dan Roller


Support Tyres, kadang-kadang disebut riding rings, biasanya terdiri dari
baja cor tunggal annular (single annular steel casting), yang kemudian
permukaannya dihaluskan. Perlu beberapa kecerdikan desain agar tyres sesuai
dan pas dengan shell, tetapi masih memungkinkan gerakan termal. Rol harus
mampu menopang kiln, dan memungkinkan untuk berotasi dengan
meminimalisir gesekan sekecil mungkin. Sebuah kiln yang dirancang bagus,
ketika listrik terputus maka akan berayun seperti pendulum berkali-kali
sebelum berhenti. Pada umumnya kiln dengan dimensi 6 x 60 m, memiliki
massa sekitar 1100 ton termasuk refraktori dan segala isinya, dan akan
ditopang tiga ban dan set rol sepanjang kiln. Kiln yang panjang mungkin
memiliki 8 set rol, sementara kiln yang pendek mungkin hanya memiliki dua.
Kiln biasanya berotasi pada 0,5-2 rpm, tapi kadang-kadang juga sampai 5 rpm.
Kiln pada pabrik semen modern biasanya berotasi pada 4 sampai 5 rpm.
Bantalan (bearing) dari rol harus mampu menahan beban statis dan beban
dinamis yang terlibat, dan juga harus terlindungi dari panas kiln dan masuknya
debu. Selain menahan rol, bearing juga harus mencegah kiln agar tidak
tergelincir dari rol. Gesekan antara ban dan rol, menyebabkan kecekungan,
cembung atau kerucut pada kedua permukaan ban dan rol [7].

7
2.1.4 Gear Drive
Kiln biasanya diputar dengan Single Girth Gear. Gigi tersebut
dihubungkan melalui gear train menggunakan variable-speed electric motor.
Gigi harus memiliki torsi awal yang tinggi untuk menggerakkan kiln dengan
beban eksentrik yang besar. Sebuah kiln 6 x 60 m membutuhkan sekitar 800
kw untuk memutar pada 3 rpm. Kecepatan aliran material melalui kiln
sebanding dengan kecepatan rotasi, sehingga diperlukan variable speed
drive untuk mengontrol masalah ini [7].

2.2 Fundamental Heat Transfer di Permukaan Kiln


Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses berpindahnya energi kalor
atau panas (heat) karena adanya perbedaan temperatur. Dimana, energi kalor akan
berpindah dari temperatur media yang lebih tinggi ke temperatur media yang lebih
rendah. Proses perpindahan panas akan terus berlangsung sampai ada
kesetimbangan temperatur yang terjadi pada kedua media tersebut [4]. Proses
terjadinya perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Pada kiln shell terjadi perpindahan panas dari permukaan kiln ke lingkungan
bebas. Proses perpindahan panas ini terjadi secara konveksi (konveksi alami) dan
radiasi.
2.2.1 Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas dari daerah
bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur rendah yang disertai dengan
adanya pergerakan relatif antar molekulnya. Perpindahan panas konveksi
biasanya terjadi melalui fluida (cair dan gas) [4]. Perpidahan panas secara
konveksi dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Perpindahan panas konveksi [4]

8
Dari Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa perpindahan panas secara konveksi
disertai dengan pergerakan relatif antar molekulnya. Hal ini terjadi karena jika
kita memanaskan air maka air yang terkena panas terlebih dahulu akan
bergerak keatas karena jika suatu fluida dipanaskan maka massa jenis dari
fluida tersebut akan berkurang dan lebih ringan dari awalnya dan air yang
belum mendapatkan panas, massa jenisnya relatif lebih berat dari pada air yang
dibawahnya sehingga air dingin akan berpindah ke bawah dan air panas
berpindah ke atas.
Contoh Perpindahan Panas secara Konveksi:
- Gerakan naik turunnya air yang sedang mendidih saat direbus
- Gerakan naik turunnya kacang hijau, beras, kedelai saat direbus
- Terjadinya angin darat dan laut
- Gerakan balon udara
Suatu fluida memiliki temperatur (T) yang bergerak dengan kecepatan
(V), diatas permukaan benda padat (Gambar 2.6). Temperatur media padat
lebih tinggi dari temperatur fluida, maka akan terjadi perpindahan panas secara
konveksi dari benda padat ke fluida yang mengalir.

Gambar 2.6 Perpindahan panas konveksi dari permukaan media padat ke fluida yang
mengalir [4].
Laju perpindahan panas konveksi mengacu pada Hukum Newton tentang
pendinginan (Newton’s Law of Cooling), dimana:

Q = ℎ.As. (Ts - T )...............................................(2.1)


konv

9
Pada perpindahan panas konveksi, aliran fluida dapat diklasifikasikan
menjadi:

a. Konveksi paksa (forced convection). Terjadi bila aliran fluida disebabkan


oleh gaya luar. Seperti: blower, pompa, dan kipas angin [4]. Skema dari
konveksi paksa dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Konveksi paksa [4]


b. Konveksi bebas (natural convection).
Terjadi bila aliran fluida disebabkan oleh efek gaya apungnya (bouyancy
forced effect). Pada fluida, temperatur berbanding terbalik dengan massa
jenis (density). Dimana, semakin tinggi temperatur suatu fluida maka massa
jenisnya akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya [4]. Skema dari
konveksi bebas dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Konveksi bebas [4]

c. Konveksi Alami dari Silinder dan Piringan Berputar


Perpindahan panas dengan cara konveksi antara benda yang berputar dan
fluida di sekitarnya penting artinya dalam analisa termal mengenai poros,
roda daya (roda gila), rotor turbin, dan komponen – komponen berputar
lainnya pada berbagai mesin – mesin. Konveksi dari sebuah silinder

10
horizontal berputar yang dipanaskan telah diteliti oleh Anderson dan
Saunders. Turbulensi mulai muncul pada Bilangan Reynolds kecepatan
keliling dirumuskan dengan persamaan [8]:

Reω= ω D2/v………………………..…….……(2.2)

Perpindahan panas kecepatan keliling tercapai bila kecepatan keliling


permukaan silinder menjadi kurang lebih setengah kecepatan konveksi
bebas ke atas pada sisi suatu silinder tidak bergerak yang dipanaskan [8].
Dibawah kecepatan kritik konveksi alami biasa, yang becirikan bilangan
grashof biasa dirumuskan dengan:

g(Ts  T ) Lc
Gr  ...……….……….……….(2.3)
2
Diatas kecepatan kritik bilangan reynold kecepatan keliling menjadi
parameter yang mengendalikan laju perpindahan panas tersebut. Pengaruh
gabungan bilangan – bilangan Reynolds, prandtl dan grashof pada bilangan
nusselt rata-rata bagi sebuah silinder horizontal yang berputar didalam udara
diatas kecepatan kritik dengan nilai Re dari 1000-8000 dapat dinyatakan
dengan persamaan [8]:

Nu  0.11((0.5 Re 2  G r) Pr) 0.35 …….………...……(2.4)

Untuk nilai Re lebih dari 8000 dapat digunakan persamaan berikut:

Nu  0.076 Re 0.7 ………...……………..


……(2.4)

Perpindahan panas dari sebuah piringan yang berputar telah diteliti secara
eksperimental ole beberapa ahla seperti Cobb dan Saunders dan secara
teoritik antara lain oleh Millspace serta Taylor. Lapisan batas pada piringan
tersebut adalah laminar dan tebalnya seragam pada bilangan Reynolds putar
dibawah kurang lebih 106. Pada bilangan Reynolds yang lebih tinggi
alirannya menjadi turbulen Bilangan nusselt rata rata untuk sebuah piringan
yang berputar di udara adalah [8]:

…………...……….(2.5)

11
2.2.2 Perhitungan Perpindahan Panas
A. Kesetimbangan Energi

Aliran di dalam celah adalah tertutup sempurna, maka kesetimbangan


energi dapat digunakan untuk menentukan temperatur fluida yang bervariasi
dan nilai total transfer panas konveksi Qconv tergantung dari laju aliran
massa. Jika perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan, maka
pengaruh yang signifikan adalah perubahan energi thermal dan fluida kerja.
Sehingga kesetimbangan energi tergantung pada 3 variable, yang dapat
dirumuskan sebagi berikut [6]:

Q  mCp
 T ………….

…………………..(2.6)
B. Bilangan Reynold

Setiap aliran fluida mempunyai nilai bilangan Reynolds yang merupakan


pengelompokan aliran yang mengalir, pada plat datar dapat dilihat pada
Gambar 2.9 berikut [6]:

Gambar 2.9 Daerah aliran lapisan batas plat rata [6]

Pengelompokan aliran yang mengalir tersebut dapat diketahui dengan


bilangan Reynold, sebagai berikut :

Vd
Re 

………………………………(2.7)

12
Transisi dari aliran laminar menjadi turbulen terjadi bila Re > 5.10 5 untuk
aliran sepanjang plat rata, lapisan batas selalu turbulen untuk Re 4.106.
Untuk aliran dalam tabung dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Diagram aliran dalam tabung [6]

Pada aliran dalam tabung Re critical berada pada nilai 2300, jadi jika
Re<2300 maka alirannya laminar sedangkan pada Re>2300 alirannya
turbulen.

C. Bilangan Nusselt dan Bilangan Prandtl

Parameter yang menghubungkan ketebalan relative antara lapisan batas


hidronamik dan lapisan batas termal adalah maksud dari bilangan Prandtl,
bilangan ini dapat ditentukan dengan menggunakan tabel, maupun dengan
menggunakan persamaan, seperti berikut ini [6]:

 /  Cp
Pr   
 k / Cp k
……………………..(2.8)
Viskositas kinematik fluida memberikan informasi tentang laju difusi
momentum dalam fluida karena gerakan molekul. Difusivitas termal
memberi petunjuk tentang hal yang serupa mengenai difusi panas dalam
fluida. Jadi perbandingan antara kedua kuantitas tersebut menunjukan
besaran relatif antara difusi momentum dan difusi panas di dalam fluida.
Kedua difusi inilah yang menentukan berapa tebal lapisan batas pada suatu
medan aliran tertentu. Difusivitas yang besar menunjukan bahwa pengaruh
viskos atau pengaruh suhu terasa pada jarak yang lebih jauh dalam medan
aliran. Jadi, angka Prandtl merupakan penghubung antara medan kecepatan
dan medan suhu.

Bilangan Nusselt dirumuskan sebagai berikut :

13
hL
Nu  C Re m Pr 1/ 3 
k
………………………(2.9)

Dimana konstanta C dan m yang ada pada rumus 2.9 terdapat pada Tabel
2.1 [6]

Tabel 2.1 Konstanta C dan m untuk pipa silinder aliran menyilang.


ReD C m
0.4 – 4 0.989 0.33
4 – 40 0.911 0.385
40 – 4000 0.683 0.466
4000 – 40,000 0.193 0.618
40,000 – 400,000 0.027 0.805

2.2.3 Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan panas radiasi dapat dikatakan sebagai proses perpindahan
panas dari satu media ke media lain akibat perbedaan temperatur tanpa
memerlukan media perantara. Peristiwa radiasi akan lebih efektif terjadi pada
ruang hampa, berbeda dari perpindahan panas konduksi dan konveksi yang
mengharuskan adanya media perpindahan panas [4]. Ilustrasi perpindahan
panas secara radiasi digambarkan seperti Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Proses perpindahan panas secara radiasi [4]


Besarnya radiasi yang dipancarkan oleh permukaan suatu benda nyata
adalah:

14
Q rad  ..A.T 4 ………………….

…………..(2.10)
Sedangkan, untuk benda hitam sempurna (black body), dengan nilai
emisivitas (ε = 1) memancarkan radiasi sebesar:
Q rad  .A.T 4 ……..……..………………….….(2.11)

Untuk laju pertukaran panas radiasi keseluruhan, antara permukaan


dengan sekelilingnya (surrounding) dengan temperatur sekelilingnya adalah:
Q rad  ..A.(Ts 4  Tsurr 4 ) ………………..……….(2.12)

Dalam hal ini semua analisis tentang temperatur dalam pertukaran panas
radiasi adalah dalam temperatur mutlak (absolut) yaitu Kelvin (K) [4].

2.3 COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

Komputasi Dinamika Fluida atau Computational Fluid Dynamics (CFD)


adalah ilmu yang mempelajari cara memprediksi pola aliran fluida, perpindahan
panas, reaksi kimia dan fenomena lainnya dengan menyelesaikan persamaan-
persamaan matematika atau model matematika. Pada umumnya proses
perhitungan untuk aliran fluida diselesaikan dengan menggunakan persamaan
energi, momentum dan kontinuitas. Persamaan yang digunakan adalah persamaan
Navier-Stokes, persamaan ini ditemukan oleh G.G. Stokes di Inggirs dan M.
Navier di Perancis sekitar tahun awal tahun 1800. Adapun persamaan-
persamaannya adalah sebagai berikut [11]:

 Persamaan Kontinuitas
  (u)  ()  (w)
    0 ………………….(2.13)
t x y z
 Persamaan Momentum
Momentum ke arah sumbu X
 (u)  (u 2 )  (uv)  (uw) p 1 xx xy xz
     (   ) (2.14)
t x y z y Re r x y z
Momentum ke arah sumbu Y

 (v)  (uv)  (v 2 )  (uw) p 1 xy  yy yz


     (   ) .(2.15)
t x y z y Re r x y z

15
Momentum ke arah sumbu Z

 (w)  (uw)  (vu)  (w 2 ) p 1  xz yz zz


     (   ) ..(2.16)
t x y z z Re r x y z

 Persamaan Energi

 (E r )  (uE r )  (vE r ) (wE r )  (u)  (v)  (w)


      
t x y z x y z
1 q q q 1 
( x  y  z ) ( (u xx  v xy  w  xz )
Re r Prr x y z Re r x
 
 (u xy  vyy  w  yz )  (u xz  v yz  wzz ) ……(2.17)
y z

Pada dasarnya CFD mengganti persamaan-persamaan diferensial parsial


dari kontinuitas, momentum, dan energi dengan persamaan-persamaan aljabar.
Persamaan yang asalnya kontinum (memiliki jumlah sel tak terhingga) dirubah
menjadi model diskrit (jumlah sel terhingga). Ada tiga teknik solusi numerik
aliran yang berbeda, yaitu finite diffrence, finite element dan finite volume
methods. Beberapa metode diskritisasi yang digunakan untuk memecahkan
persamaan-persamaan diferensial parsial adalah [11]:

 Metode Beda Hingga (finite difference method)

Dalam metode ini area aliran dipisahkan menjadi satu set poin grid dan
fungsi kontinu (kecepatan, tekanan, dan lainnya) didekati dengan nilai-nilai
diskrit dan fungsi-fungsi ini dihitung pada titik-titik grid. Turunan dari
fungsi didekati dengan menggunakan perbedaan antara nilai fungsi pada
titik local grid dibagi dengan jarak grid.

 Metode Elemen Hingga (finite element method)

Metode adalah teknik numerik untuk menemukan solusi perkiraan ke


batas nilai masalah untuk persamaan diferensial parsial. Metode ini
membagi masalah besar menjadi lebih kecil dan sederhana yang disebut
elemen hingga. Persamaan sederhana yang memodelkan seluruh kasus
kemudian disusun menjadi sebuah sistem persamaan yang lebih luas.
Persamaan konservasi kekekalan massa, momentum, dan energi ditulis

16
dalam bentuk yang tepat untuk setiap elemen, dan hasil dari set persamaan
aljabar untuk bidang aliran diselesaikan secara numerik.

 Metode Volume Hingga (finite volume method)

Finite volume method adalah metode untuk mewakili dan mengevaluasi


persamaan diferensial parsial dalam bentuk aljabar. Metode ini sama seperti
finite difference method dan finite element method, nilai-nilai dihitung di
tempat terpisah pada geometri yang di mesh. Metode ini mengacu pada
volume kecil disekitar node pada mesh. Dalam metode ini, volume integral
dalam persamaan diferensial yang memiliki istilah divergensi dikonversi ke
surface integrals menggunakan teori divergensi.

Metode diskritisasi yang dipilih pada umumnya menentukan kestabilan


dari program numerik/CFD yang dibuat atau program software yang ada.

2.3.1 Proses CFD

Kode CFD disusun dengan menggunakan algoritma numerik yang dapat


mengatasi masalah aliran fluida. Secara garis besar proses kerja pada Fluent®
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu preprocessing, processing, dan post
processing.

Preprocessing

Processing

Post Processing

Gambar 2.12 Flowchart proses Fluent [11]

Berikut akan dijelaskan tahapan-tahapan proses CFD:


A. Preprocessing

17
Tahap preprocessing merupakan tahap awal dari proses CFD, pada tahap
ini akan dilakukan beberapa proses sebagai berikut:

1. Definisi geometri dari benda kerja.

Pada proses ini akan dilakukan proses pemodelan dari benda kerja.
Proses pemodelan bisa langsung menggunakan software CFD, tetapi
untuk benda kerja yang rumit bentuknya sebaiknya menggunakan
software assembly seperti SolidWork®

2. Pembuatan grid (mesh) atau disebut sebagai meshing.

Meshing adalah proses membagi komponen yang akan dianalisis


menjadi elemen-elemen kecil atau diskrit. Semakin baik kualitas mesh
maka akan semakin tinggi tingkat konvergensinya.

Secara umum bentuk sel dari proses meshing dibagi menjadi dua jenis,
yaitu dua dimensi dan tiga dimensi. Untuk sel dua dimensi terdapat dua
jenis bentuk sel yaitu Triangle dan Quadrilateral. Bentuk dari jenis sel dua
dimensi dapat dilihat pada Gambar 2.13

Gambar 2.13 Bentuk sel dua dimensi [12]

Bentuk sel tiga dimensi terbagi kedalam empat jenis, yaitu Tetrahedron,
Pyramid, Triangular Prism, Hexahedron, dapat dilihat pada Gambar 2.14.

18
Gambar 2.14 Bentuk Sel Tiga Dimensi [12]

Dalam proses meshing terdapat klasifikasi mesh yang terbagi kedalam


tiga jenis, yaitu:

1. Structured mesh

Structured mesh adalah meshing terstruktur,dapat dikenali dari


konektivitas mesh yang teratur dan rapi. Adapun mesh yang biasa
menggunakan structured mesh adalah Quadrilateral di 2D dan Hexahedra
di 3D. Bentuk dari structured mesh dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Structured Mesh [13]

2. Unstructured mesh

Unstructured mesh merupakan mesh yang konektivitas meshnya tidak


beraturan. Mesh ini biasanya menggunakan triangle pada 2D dan
tetrahedral pada 3D. Bentuk dari Unstructured mesh dilihat pada Gambar
2.16.

19
Gambar 2.16 Unstructured Mesh [13]

3. Hybrid mesh

Struktur mesh yang ketiga adalah Hybrid mesh yang merupakan


kombinasi dari Unstructured mesh dan Structured mesh.

B. Processing
Processing merupakan proses kedua dari CFD, didalam tahap ini akan
dilakukan penentuan kondisi batas (boundary condition) dan pemilihan
metode inisiasi. Dalam penentuan kondisi batas akan dimasukkan nilai dari
parameter-parameter yang dibutuhkan, adapun parameter yang termasuk
kondisi batas adalah [14]:

 Velocity inlet

Digunakan untuk mendefinisikan kecepatan aliran dan besaran scalar


lainnya pada sisi masuk aliran. Kondisi batas ini hanya digunakan untuk
aliran inkompresibel.

 Mass flow inlet

Pada kondisi batas ini harus dimasukkan data laju aliran massa atau
fluks massa, temperatur fluida (apabila mengaktifkan persamaan energi),
tekanan gauge pada sisi masuk, arah aliran, dan besaran turbulensi.

 Pressure inlet

20
Pada pressure inlet akan dimasukkan data tekanan total (absolute),
tekanan gauge, temperatur, arah aliran, dan besaran turbulen.

 Pressure outlet

Pada Kondisi batas ini dipakai pada sisi keluar fluida dan data tekanan
pada sisi keluar diketahui atau minimal dapat diperkirakan mendekati
sebenarnya. Pada kondisi batas ini harus dimasukkan nilai tekanan statik,
temperatur aliran balik (backflow), dan besaran turbulen aliran balik.

 Outflow

Kondisi batas ini digunakan apabila data aliran pada sisi keluar tidak
diketahui. Data pada sisi keluar diekstrapolasi dari data yang ada pada
aliran sebelum mencapai sisi keluar.

 Pressure far-field

Kondisi batas ini digunakan untuk memodelkan aliran kompresibel,


besaran yang harus dimasukkan nilainya adalah tekanan gauge, bilangan
March, temperatur aliran, arah aliran dan besaran turbulensi pada sisi
keluar.

 Inlet vent dan outlet vent

Kondisi batas ini digunakan untuk model saluran masuk/keluar aliran


dimana terdapat peralatan ventilasi di sisi luar saluran masuk/keluar yang
dapat menimbulkan kerugian tekanan pada aliran. Data yang harus
dimasukkan pada kondisi batas ini sama dengan data pada kondisi batas
pressure inlet/pressure outlet, hanya terdapat tambahan data untuk
kerugian tekanan.

 Intake fan dan exhaust fan

Kondisi batas ini digunakan untuk model saluran masuk/keluar aliran


dimana terdapat fan/blower di sisi luar saluran masuk/keluar untuk
menghembus/menghisap fluida di dalam saluran. Data yang harus
dimasukkan pada kondisi batas ini sama dengan data pada kondisi batas

21
pressure inlet/pressure outlet, hanya terdapat tambahan data untuk
kenaikan tekanan setelah melewati fan/blower (pressure-jump).

 Dinding (wall)

Kondisi batas ini digunakan sebagai dinding untuk aliran fluida dalam
saluran atau dapat disebut juga sebagai dinding saluran. Kondisi batas ini
digunakan juga sebagai pembatas antara daerah fluida (cair dan gas) dan
padatan.

 Symmetry dan axis

Kondisi batas simetri digunakan apabila model geometri kasus yang


bersangkutan dan pola aliran pada model tersebut simetri. Kondisi batas
ini juga dapat digunakan untuk memodelkan dinding tanpa gesekan pada
aliran viskos. Sedangkan kondisi batas axis digunakan sebagai garis
tengah (centerline) untuk kasus 2D axisymmetry.

 Periodic

Kondisi batas periodik digunakan untuk mengurangi daya komputasi


pada kasus tertentu. Kondisi batas ini hanya dapat digunakan pada kasus
yang mempunyai medan aliran dan geometri yang periodic, baik secara
translasi atau rotasi.

 Cell zone fluid

Kondisi batas ini digunakan pada bidang model yang didefinisikan


sebagai fluida. Data yang dimasukkan hanya material fluida. Dapat
didefinisikan sebagai media berpori.

 Cell zone solid

Kondisi batas ini digunakan pada bidang model yang didefinisikan


sebagai padatan. Data yang harus dimasukkan hanya material padatan.
Dapat didefinisikan heat generation rate pada kontinum solid (opsional).

 Porous zone

22
Porous zone merupakan pemodelan khusus dari zona fluida selain
padatan dan fluida. Kondisi batas ini digunakan dengan cara
mengaktifkan pilihan porous zone pada panel fluida. Digunakan untuk
memodelkan aliran yang melewati media berpori dan tahanan yang
terdistribusi, misalnya: packed beds, filter papers, perforated plates, flow
distributors, tube banks.

 Kondisi batas internal

Selain kondisi batas yang telah disebutkan di atas, masih terdapat


beberapa kondisi batas lagi yang dapat dikelompokkan menjadi
kelompok kondisi batas internal. Yang termasuk dalam kondisi batas
internal adalah: fan, radiator, porous jump, interior. Kondisi batas ini
digunakan untuk bidang yang berada di tengah medan aliran dan tidak
mempunyai ketebalan.

Kondisi batas fan, radiator, dan porous jump digunakan untuk


memodelkan adanya fan, radiator, atau media berpori di tengah-tengah
aliran, sehingga tidak perlu dibuat model fan atau radiator, cukup dengan
menentukan kenaikan tekanan yang terjadi setelah melewati alat tersebut.
Sedangkan kondisi batas interior digunakan untuk bidang yang kedua
sisinya dilewati oleh fluida.

Proses selanjutnya adalah pemilihan metode inisiasi, dalam metode


inisiasi terdapat beberapa metode solusi, adapun jenis dari metode solusi
adalah sebagai berikut:

 SIMPLE

SIMPLE (Semi-Implicit Method for Pressure Linked Equation)


merupakan metode yang menggunakan hubungan antara kecepatan dan
tekanan untuk mendapatkan nilai konservasi massa dan nilai bidang
tekan [14]. Dalam metode ini persamaan kecepatan dikoreksi untuk
menghitung satu set baru fluks konservatif. Persamaan momentum yang
telah terdiskritisasi dan koreksi kecepatan diselesaikan secara implisit

23
dan koreksi kecepatan diselesaikan secara eksplisit, hal ini adalah alasan
disebutnya “Semi-Implisit Metode”

 SIMPLEC

SIMPLEC (Semi-Implicit Method for Pressure Linked


EquationConsistent) Metode ini pada dasarnya merupakan modifikasi
dari metode SIMPLE, metode ini merupakan prosedur numerik yang
biasa digunakan dalam CFD untuk memecahkan persamaan Navier
Stokes. Pada metode SIMPLEC metode SIMPLE sedikit dilakukan
variasi dimana persamaan momentum dimanipulasi untuk
memungkinkan koreksi kecepatan SIMPLEC dihilangkan untuk
menghilangkan nilai yang kurang penting, pada dasarnya SIMPLEC
mencoba untuk mencegah efek dropping velocity dan faktor koreksi
lainnya.

 PISO

PISO (The Pressure-Implicit with Splitting of Operators), merupakan


persamaan yang berguna untuk aliran transient atau untuk mesh yang
mengandung cells dengan skewness yang lebih tinggi dari rata-rata.
Metode ini didasarkan pada tingkatan yang lebih tinggi dari hubungan
pendekatan antara faktor koreksi tekanan dan kecepatan. Untuk
meningkatkan efisiensi perhitungan, metode piso menggunakan dua
faktor koreksi tambahan, yaitu neighbor correcion dan skewness
correction.

Neighbor correction adalah proses iterasi yang disebut sebagai koreksi


momentum atau neighbor correction. Dengan tambahan neighbor
correction maka Control Processing Unit (CPU) pada komputer
mengalami penambahan waktu untuk melakukan proses solver iterasi,
akan tetapi akan menurunkan nomor iterasi yang dibutuhkan untuk
mencapai konvergensi. Skewness correction adalah proses penghitungan
ulang untuk gradien koreksi tekanan yang digunakan untuk memperbarui
koreksi fluks massa.

24
C. Post Processing

Post processing merupakan tahapan terakhir dari proses CFD, pada


tahapan ini akan ditampilkan hasil proses perhitungan dari kondisi batas dan
metode solver yang digunakan. Dalam post processing dapat memberikan
tampilan grafis yang menunjukkan mesh, kontur, vektor dan pathline [14].

 Displaying Mesh

Displaying Mesh digunakan untuk menampilkan mesh pada model


yang sedang dikerjakan pada saat setup kondisi batas atau pada saat
memeriksa solution. Displaying Mesh dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Contoh displaying mesh [14]

 Displaying Contours dan Profiles


Pada menu display ini akan ditampilkan bentuk kontur dan profil dari
model yang sedang diteliti. Kontur dan profil yang ditampilkan dapat
berupa tekanan, temperatur ataupun kecepatan. Contoh dari Displaying
Contours dan Profiles dapat dilihat pada Gambar 2.18 dan Gambar 2.19.

25
Gambar 2.18 Contoh tampilan kontur tekanan statik [14]

Gambar 2.19 Contoh tampilan kontur tekanan statik dalam bentuk flat [14]

 Displaying Vectors
Pada menu display ini akan ditampilkan bentuk vektor dari model
yang sedang diteliti. Vektor yang ditampilkan dapat berupa tekanan,
temperatur ataupun kecepatan. Bentuk dari Displaying Vectors dapat
dilihat pada Gambar 2.20.

26
Gambar 2.20 Contoh Tampilan Vektor Kecepatan [14]

 Displaying Pathlines
Pathlines digunakan untuk memvisualisasikan aliran partikel tak
bermassa yang menjadi domain permasalahan. Bentuk dari Displaying
Pathlines dapat dilihat pada Gambar 2.21

Gambar 2.21 Contoh tampilan pathlines [13]

27

Anda mungkin juga menyukai